DISUSUN OLEH
KELOMPOK 7 :
CIPTA WULANDARI
CITRA NADYA ULFA
HIJRIYAH
ULFAH ADZKIA
TIF 1A
T.A 2013/2014
KATA PENGANTAR
Dengan nama ALLAH yang Maha pengasih lagi Maha Penyayang,
penulis memanjatkan puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT. Karena atas
rahmat,
dan
hidayanyalah
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
i
Daftar Isi
. ii
BAB I Pendahuluan
A. Latar
Belakang
1
B. Rumusan
Masalah
.. 1
C. Tujuan
Penulisan
. 1
BAB II Pembahasan
A. Pengertian
Al-wala
dan
Al-bara
. 2
B. Hal-Hal Mengenai Al wala dan Al
bara.. 4
C. Jenis-Jenis Wala Yang Sunnah Dan Bidah .
. 6
D. Kedudukan
Al-Wala'
Wal
Bara'
Dalam
Islam
.
. 6
E. Kepada
Siapa
Sewajarnya
Kita
Berwala
Dan
Berbara?
.. 7
BAB III Penutup
Kesimpulan
11
Daftar
Pustaka
.....
............... 12
BAB I
PENDAHULUAN
Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap
orang-orang yang tidak memerangimu kerana agama, dan tidak (pula)
mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang berlaku adil. Al-Mumtahanah, 60:8.
A. Latar Belakang
Realita yang memprihatinkan hari ini, banyak dari kalangan
muslimin yang salah kaprah. Sebagian mereka lebih mencintai dan
memuliakan orang-orang kafir dari pada orang-orang mukmin. Bahkan
sebagian dari mereka mempercayai apa saja yang dipropangandakan
orang-orang kafir walau hal itu menjadikan saudaranya dari orang-orang
mukmin menderita. Atau juga mereka bersekongkol dengan musuh-musuh
4
ALLH dalam memerangi islam dan kaum muslimin baik secara fisik
(peperangan) maupun pemikiran. Ini sungguh memprihatinkan. Padahal
nyatalah didalam kondisi yang paling parah dalam salahnya
menempatkan al-wala' dan al-baro' ini akan menjadikan mereka justru
bagian dari orang-orang kafir itu sendiri, begitulah ancaman ALLH. Dan
ALLH melarang orang-orang mukmin mengambil wali (pemimpin,
pelindung dan penolong) dari kalangan orang-orang yahudi, nasrani dan
orang-orang kafir. Maka dari realita tersebut kami ingin membahas
tentang al-wala dan al-baro.
B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
C. Tujuan Penulisan
1.
2.
3.
4.
5.
Untuk
Untuk
Untuk
Untuk
Untuk
mengetahui
mengetahui
mengetahui
mengetahui
mengetahui
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN AL WALA dan AL BARA
Pondasi al-wala' adalah sikap kecintaan, dan pondasi al-baro' adalah
kebencian. Dari keduanya lahirlah sebagian perbuatan hati dan anggota
badan yang termasuk hakikat loyalitas dan antiloyalitas.
Al Wala secara bahasa berarti dekat, sedangkan secara istilah berarti
memberikan pemuliaan penghormatan dan selalu ingin bersama yang
dicintainya baik lahir maupun batin. Dan al baro secara bahasa berarti
terbebas atau lepas, sedangkan secara istilah berarti memberikan
permusuhan dan menjauhkan diri.
Terdapat beberapa pengertian wala menurut bahasa Arab antaranya
ialah:
1. ( Al-Walyu Hampir atau dekat. Lihat: Mukhtasar as-Sahih. ArRazi
Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap
orang-orang yang tidak memerangimu kerana agama, dan tidak (pula)
mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang berlaku adil. Al-Mumtahanah, 60:8.
Di dalam ayat ini terdapat firman: bermaksud: Hendaklah
kamu berbuat baik dan berlaku adil kepada mereka (orang-orang kafir).
Di dalam ayat yang mulia ini, Allah menyuruh orang-orang yang beriman
agar berbuat baik kepada orang-orang kafir secara umum, iaitu siapa
sahaja atau apa sahaja jenis kafirnya walaupun melibatkan keluarga
seperti ibu dan bapa, namun tetap wajib berbuat baik kepada mereka,
seperti dijelaskan di dalam ayat di atas:
6
4. Masuk surga
Tidaklah kalian masuk surga sehingga kalian beriman dan tidaklah
kalian beriman sehingga kalian saling mencintai. (HR. Muslim)
5. Menyempurnakan iman
Barangsiapa yang mencintai dan membenci, memberi dan menahan
karena Allah maka telah sempurnalah imannya. (HR. Abu Dawud dan
Tirmidzi, Hadits Hasan)
yang amat besar, dan loyal kepada orang kafir adalah bahaya besar.
Kedudukan al-wala' wal bara' dalam Islam sangatlah tinggi, karena
dialah tali iman yang paling kuat. Sebagaimana sabda Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa Salam: "Tali iman paling kuat adalah cinta karena
Allah dan benci karena Allah." (HR. Ibnu Jarir)
Dan dengan al-wala' wal bara'-lah kewalian Allah dapat tergapai.
Diriwayatkan oleh Abdullah Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu: "Siapa yang
mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi wala' karena
Allah dan memusuhi karena Allah maka sesungguhnya dapat diperoleh
kewalian Allah hanya dengan itu. Dan seorang hamba itu tidak akan
merasakan lezatnya iman, sekali pun banyak shalat dan puasanya,
sehingga ia melakukan hal tersebut. Dan telah menjadi umum
persaudaraan manusia berdasarkan kepentingan duniawi, yang
demikian itu tidaklah bermanfaat sedikit pun bagi para pelakunya."
(HR. Thabrani dalam Al-Kabir)
Dan sesungguhnya inilah umatmu, umat yang satu dan Akulah Tuham
Kamu, maka hendaklah kamu bertaqwa kepadaKu. Al-Mukmin 23:52.
Ayat yang pertama di atas melarang umat Islam daripada berpecah12
) ( :
:
: . .
Saya berlepas diri dari setiap muslim yang bermukim di antara kaum
musyirikin. Mereka berkata: Mengapa ya Rasulullah? Baginda
bersabda: Api keduanya tidak boleh terlihat.[7]
Setiap muslim diperingatkan agar berlaku adil dan berbuat baik kepada
setiap orang kafir, terutama pemerintah selagi mereka tidak memusuhi
dan menzalimi orang-orang Islam secara terang-terangan. Dan wajib
menggunakan kata-kata yang baik terhadap mereka sebagaimana
firman Allah Azza wa-Jalla:
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pondasi al-wala' adalah sikap kecintaan, dan pondasi al-baro' adalah
kebencian. Dari keduanya lahirlah sebagian perbuatan hati dan anggota
badan yang termasuk hakikat loyalitas dan antiloyalitas. Sikap al-wala'
15
dan al-baro' dengan hati dan perbuatan merupakan tolok ukur keimanan
seseorang apakah imannya kuat ataupun lemah, bahkan dalam suatu
kondisi, kesalahan menempatkan al-wala' tidak pada tempatnya bisa
mengakibatkan dia bagian dari orang-orang kafir, seperti pertolongan
yang seharusnya diberikan kepada saudaranya yaitu orang-orang
mukmin, dia malah memberikan bantuan dan pertolongan serta
keberpihakan itu kepada orang-orang kafir dalam memusuhi kaum
muslimin, maka dalam kondisi demikian orang tersebut menjadi kafir
disebabkan sikap al-wala' dan al-baro' yang terbalik. Betapun kekurangan
yang dimiliki oleh orang mukmin dari sisi akhlaknya misalnya, itu masih
jauh lebih baik daripada orang-orang kafir. Dan sikap al-wala' kita (dengan
kecintaan dan loyalitas) harus tetap diberikan kepada orang-orang
mukmin (walau dengan segala kekurangan yang dimilikinya), dan sikap albaro' (dengan permusuhan dan perlepasan diri) kita tetap ditujukan
kepada orang kafir itu. Hal itu karena orang-orang kafir adalah orangorang yang tidak beriman yang membangkang dan angkuh kepada
perintah ALLH, dan juga mereka senantiasa berupaya untuk memerangi
orang-orang mukmin agar orang-orang mukmin menjadi kafir seperti
mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Al-fauzan, Shalih bin fauzan. 2012. Al-Wala dan Al-Baro. Jakarta : Pustaka Attibyan.
16
Al-qahthani, Muhammad bin Said. 2010. Loyalitas dan Antiloyalitas Dalam Islam.
Solo : Pustaka Era Intermedia.
http://muslimah.or.id/manhaj/al-wala-wal-baro-kunci-sempurnanya-tauhid.html
http://aqidah-wa-manhaj.blogspot.com/2007/07/pengajian-aqidah-008-al-wala-albara.html
http://belajar-tauhid.blogspot.com/2005/05/al-wala-wal-bara.html
17