Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH AQIDAH

AL-WALA DAN AL-BARA

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 7 :
CIPTA WULANDARI
CITRA NADYA ULFA
HIJRIYAH
ULFAH ADZKIA

TIF 1A

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF
KASIM RIAU
1

T.A 2013/2014
KATA PENGANTAR
Dengan nama ALLAH yang Maha pengasih lagi Maha Penyayang,
penulis memanjatkan puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT. Karena atas
rahmat,

dan

hidayanyalah

sehingga

penulis

dapat

menyelesaikan

makalah ini. Begitupula shalawat serta salam senantiasa tercurahkan


kepada nabi Muhammad saw beserta sahabat, keluarga dan pengikutnya
yang setia hingga akhir zaman.
Dalam penyusunan makalah ini penulis sedikit mengalami kesulitan
dan rintangan, namun berkat bantuan yang diberikan dari berbagai pihak,
sehingga kesulitan-kesulitan tersebut bisa teratasi dengan baik. Dengan
demikian penulis lewat lembaran ini hendak menyampaikan ucapan
terimah kasih yang setinggi-tingginya kepada mereka, teriring doa agar
segenap bantuannya dalam urusan penyelesaian makalah ini, sehingga
bernilai ibadah disisi Allah swt.
Akhirnya penyusun menyadari bahwa makalah ini bukanlah sebuah
proses akhir dari segalanya, melainkan langkah awal yang masih
memerlukan banyak koreksi, olehnya itu kritik dan saran sangat
diharapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Amin.

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

i
Daftar Isi

. ii
BAB I Pendahuluan
A. Latar
Belakang

1
B. Rumusan
Masalah

.. 1
C. Tujuan
Penulisan

. 1
BAB II Pembahasan
A. Pengertian
Al-wala
dan
Al-bara
. 2
B. Hal-Hal Mengenai Al wala dan Al
bara.. 4
C. Jenis-Jenis Wala Yang Sunnah Dan Bidah .
. 6
D. Kedudukan
Al-Wala'
Wal
Bara'
Dalam
Islam
.
. 6
E. Kepada
Siapa
Sewajarnya
Kita
Berwala
Dan
Berbara?
.. 7
BAB III Penutup
Kesimpulan

11

Daftar
Pustaka
.....
............... 12

BAB I
PENDAHULUAN




Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap
orang-orang yang tidak memerangimu kerana agama, dan tidak (pula)
mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang berlaku adil. Al-Mumtahanah, 60:8.

A. Latar Belakang
Realita yang memprihatinkan hari ini, banyak dari kalangan
muslimin yang salah kaprah. Sebagian mereka lebih mencintai dan
memuliakan orang-orang kafir dari pada orang-orang mukmin. Bahkan
sebagian dari mereka mempercayai apa saja yang dipropangandakan
orang-orang kafir walau hal itu menjadikan saudaranya dari orang-orang
mukmin menderita. Atau juga mereka bersekongkol dengan musuh-musuh
4

ALLH dalam memerangi islam dan kaum muslimin baik secara fisik
(peperangan) maupun pemikiran. Ini sungguh memprihatinkan. Padahal
nyatalah didalam kondisi yang paling parah dalam salahnya
menempatkan al-wala' dan al-baro' ini akan menjadikan mereka justru
bagian dari orang-orang kafir itu sendiri, begitulah ancaman ALLH. Dan
ALLH melarang orang-orang mukmin mengambil wali (pemimpin,
pelindung dan penolong) dari kalangan orang-orang yahudi, nasrani dan
orang-orang kafir. Maka dari realita tersebut kami ingin membahas
tentang al-wala dan al-baro.

B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.

Apa pengertian Al Wala dan Al Bara ?


Apa saja hal-hal mengenai Al Wala dan Al Bara ?
Apa saja jenis-jenis Wala yang sunnah dan bidah ?
Bagaimana kedudukan al wala dan al bara dalam islam ?
Kepada siapa kita sewajarnya ber wala dan ber bara ?

C. Tujuan Penulisan
1.
2.
3.
4.
5.

Untuk
Untuk
Untuk
Untuk
Untuk

mengetahui
mengetahui
mengetahui
mengetahui
mengetahui

pengertian dari al wala dan al bara


hal-hal mengenai al wala dan al bara
jenis-jenis wala yang sunnah dan bidah
kedudukan al wala dan al bara dalam islam
kepada siapa sewajarnya ber wala dan ber bara

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN AL WALA dan AL BARA
Pondasi al-wala' adalah sikap kecintaan, dan pondasi al-baro' adalah
kebencian. Dari keduanya lahirlah sebagian perbuatan hati dan anggota
badan yang termasuk hakikat loyalitas dan antiloyalitas.
Al Wala secara bahasa berarti dekat, sedangkan secara istilah berarti
memberikan pemuliaan penghormatan dan selalu ingin bersama yang
dicintainya baik lahir maupun batin. Dan al baro secara bahasa berarti
terbebas atau lepas, sedangkan secara istilah berarti memberikan
permusuhan dan menjauhkan diri.
Terdapat beberapa pengertian wala menurut bahasa Arab antaranya
ialah:
1. ( Al-Walyu Hampir atau dekat. Lihat: Mukhtasar as-Sahih. ArRazi

2. ( Al-Waliyu) Setiap orang yang berkuasa, yang mempunyai


kuasa seperti pemerintah terhadap rakyatnya atau yang berkuasa
ke atas urusan seseorang. Lawan (al-Waliyu) ialah( al-Aduwu)
( seteru atau musuh)
3. ( Al-Maula) Orang yang memerdekakan, yang dimerdekakan,
kemenangan, kawan, jiran, atau pembela. Seperti disebut:
Maulana.
( Al-Muwaalaatu) Musuh atau Permusuhan. Lawannya
4.
(Al-Muadatu).
( Al-Wilaayatu) atau
( Al-Walaayatu) Kuasa atau Kekuasaan
5.
atau Pembelaan.
( Al-Walaayatu) atau
( Al-Muwaalaatu) Cinta, kasih
6.
sayang, setia, pembelaan, penghormatan yang selaras dengan
kecintaan secara bersungguh-sungguh.
Menurut para ahli :
Al-Wala Menurut Manhaj Salaf As-Soleh
Al-Wala diambil dari kalimah Arab iaitu - - atau lebih tepat
diertikan sebagai: Pembelaan, mengagungkan, membesarkan,
memuliakan dengan penuh setia dan cinta atau berkasih sayang kepada
yang dicintai oleh Allah secara lahir dan batin. Wala juga bermaksud
kecintaan kepada Allah Azza wa-Jalla, Rasulullah sallallahu alaihi wasallam dan sekian orang mukmin. Al-Bara pula adalah lawan kepada alBara yang bermaksud benci dan berlepas diri dari musuh-musuh Allah
seperti Yahudi, Nasrani, Majusi dan setiap orang kafir yang memusuhi
Allah, RasulNya dan orang yang beriman.
Oleh kerana al-Wala terselit maksud cinta dan kasih sayang, maka tidak
boleh seseorang yang beriman mencintai atau berkasih sayang (berwala)
dengan orang-orang kafir, sama ada kafir Yahudi, Nasrani atau Majusi,
tetapi diperintahkan agar berbuat baik, bersopan santun dan berkata-kata
yang mulia kepada mereka terutama jika ia orang yang berkuasa atau
pemerintah. Dalilnya ialah firman Allah:


Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap
orang-orang yang tidak memerangimu kerana agama, dan tidak (pula)
mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang berlaku adil. Al-Mumtahanah, 60:8.
Di dalam ayat ini terdapat firman: bermaksud: Hendaklah
kamu berbuat baik dan berlaku adil kepada mereka (orang-orang kafir).
Di dalam ayat yang mulia ini, Allah menyuruh orang-orang yang beriman
agar berbuat baik kepada orang-orang kafir secara umum, iaitu siapa
sahaja atau apa sahaja jenis kafirnya walaupun melibatkan keluarga
seperti ibu dan bapa, namun tetap wajib berbuat baik kepada mereka,
seperti dijelaskan di dalam ayat di atas:

6

Hendaklah kamu berbuat baik dan berlaku adil kepada mereka.


Di ayat yang lain Allah berfirman tentang perihal wajibnya berbuat baik
kepada orang kafir terutamanya Ibu dan bapa:

Maka bergaullah dengan keduanya di dunia dengan baik. Luqman
31:15.
Dan seterusnya diwajibkan oleh Allah Azza wa-Jalla agar berbuat baik
kepada orang-orang kafir terutama pemerintah atau pihak yang berkuasa,
kerana Allah Azza wa-Jalla telah berfirman kepada dua orang NabiNya,
iaitu Nabi Musa dan Nabi Harun alaihi mans-salam:
.
Pergilah kamu berdua menemui Firaun kerana ia adalah seorang Tahgut.
Berbahasalah kamu berdua kepadanya dengan bahasa yang lemah
lembut, mudah-mudahan dia boleh ingat dan takut. Taha, 20:44.
Di dalam ayat ini, Allah memerintahkan Nabi Harun dan Musa
alaihimassalam agar menemui Firaun, kemudian setelah menghadap
Firaun, mereka diperintahkan agar berbuat baik dan menggunakan
kalimah yang mulia dan sopan apabila berkata-kata kepada Firaun, iaitu
dengan maksud lain mereka berdua wajib berbuat baik kepada Firaun
sebagai pemerintah, namun tidak diizinkan kepada kedua-dua nabi
tersebut supaya berwala (mncintai) kepada Firaun.
Adapun dalil-dalil yang mengharamkan seseorang mjukmin berwala
(mencintai dan berkasih sayang) dengan orang-orang kafir, tetapi tetap
diwajibkan berbuat baik kepada mereka ialah:


Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang benar-benar beriman


kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang
yang menentang Allah dan RasulNya (orang-orang kafir), sekalipun orangorang (orang-orang yang kafir) itu bapa-bapa, atau anak-anak atau
saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Al-Mujadilah, 58:22.
Dimaksudkan Orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya ialah
orang-orang kafir sama ada Yahudi, Nasrani atau majusi. Maka orang yang
beriman kepada Allah dan hari akhirat, pasti tidak akan berkasih sayang
(saling mencintai) atau berwala kepada orang-orang kafir, kerana erti
wala ialah kasih sayang atau cinta yang diwajibkan kepada Allah,
Rasullullah dan orang-orang Islam. Sekalian umat Islam diwajibkan
mentaati ayat ini sehinggalah ke hari kiamat, kerana ayat ini tidak
mansuh (tidak dibatalkan).
Al-Bara Mengikut Manhaj Salaf as-Soleh
Pengertian Al-Bara menurut bahasa ialah sebagaimana disebut:
bermaksud: Bebas atau berlepas diri darinya, tiada kena-mengena atau
7

tidak terlibat dengannya. Misalnya, apabila seseorang berkata:


bermaksud: Dia telah terlepas dari hutang-piutang.
Kalimah al-Bara menurut istilah ialah lawan bagi kalimah al-wala.
Berkata Ibn Taimiyah rahimahullah:
Al-Walaayah (al-Wala) adalah lawan kepada perkataan al-Adawah
(permusuhan).[1]
Adapun asal makna al-walaayah (al-wala) adalah cinta dan mendekatkan
diri. Asal makna al-Adawah (al-Bara) ialah kebencian dan menjauhkan
diri.

B. Hal-Hal Mengenai Al wala dan Al bara

Siapa yang Berhak Mendapatkan Wala dan Baro ?

1. Orang yang mendapat wala secara mutlak, yaitu orang-orang


mukmin yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menjalankan
kewajiban dan meninggalkan larangan di atas tauhid.
2. Orang yang mendapat wala dari satu segi dan mendapat baro dari
satu segi, yaitu muslim yang bermaksiat, menyepelekan sebagian
kewajiban dan melakukan sebagian yang diharamkan.
3. Orang yang mendapat baro secara mutlak, yaitu orang musyrik dan
kafir serta muslim yang murtad, melakukan kesyirikan,
meninggalkan shalat wajib dan pembatal keislaman lain.

Sebagian Tanda Al Wala

1. Hijrah, yaitu pindah dari lingkungan syirik ke lingkungan islami, dari


lingkungan maksiat ke lingkungan orang-orang yang taat.
2. Wajib mencintai saudara muslim sebagaimana mencintai diri sendiri
dan senang kebaikan ada pada mereka sebagaimana senang
kebaikan ada pada diri sendiri serta tidak dengki dan angkuh
terhadap mereka.
3. Wajib memprioritaskan bergaul dengan kaum muslimin.
4. Menunaikan hak mereka: menjenguk yang sakit, mengiring jenazah,
tidak curang dalam muamalah, tidak mengambil harta dengan cara
yang bathil, dsb.
5. Bergabung dengan jamaah mereka dan senang berkumpul bersama
mereka.
[1]
8

6. Lemah lembut dan berbuat baik terhadap kaum muslimin,


mendoakan dan memintakan ampun kepada Allah bagi mereka.

Di Antara Tanda Al Baro

1. Membenci kesyirikan dan kekufuran serta orang yang


melakukannya, walau dengan menyembunyikan kebencian tersebut.
2. Tidak mengangkat orang-orang kafir sebagai pemimpin dan orang
kepercayaan untuk menjaga rahasia dan bertanggungjawab
terhadap pekerjaan yang penting.
3. Tidak memberikan kasih sayang kepada orang kafir, tidak bergaul
dan bersahabat dengan mereka.
4. Tidak meniru mereka dalam hal yang merupakan ciri dan kebiasaan
mereka baik yang berkaitan dengan keduniaan (misalnya cara
berpakaian, cara makan) maupun agama (misalnya merayakan hari
raya mereka).
5. Tidak boleh menolong, memuji dan mendukung mereka dalam
menyempitkan umat Islam.
6. Tidak memintakan ampunan kepada Allah bagi mereka dan tidak
bersikap lunak terhadap mereka.
7. Tidak berhukum kepada mereka atau ridha dengan hukum mereka
sementara mereka meninggalkan hukum Allah dan Rasul-Nya.

Manfaat Al Wala wal Baro

1. Mendapatkan kecintaan Allah


Allah berfirman, Telah menjadi wajib kecintaanKu bagi orang-orang
yang saling mencintai karena Aku. (HR. Malik, Ahmad, Ibnu Hibban,
Hakim)
2. Mendapatkan naungan Arsy Allah pada hari kiamat
Sesungguhnya Allah berfirman pada hari kiamat: Mana orang-orang
yang saling mencintai karena kemuliaan-Ku? Hari ini Aku lindungi
mereka di bawah naunganKu pada hari yang tidak ada naungan
kecuali naungan-Ku. (Hadits Qudsi riwayat Muslim)
3. Meraih manisnya iman
Barangsiapa yang ingin meraih manisnya iman, hendaklah dia
mencintai seseorang yang mana dia tidak mencintainya kecuali karena
Allah. (HR. Ahmad)
9

4. Masuk surga
Tidaklah kalian masuk surga sehingga kalian beriman dan tidaklah
kalian beriman sehingga kalian saling mencintai. (HR. Muslim)
5. Menyempurnakan iman
Barangsiapa yang mencintai dan membenci, memberi dan menahan
karena Allah maka telah sempurnalah imannya. (HR. Abu Dawud dan
Tirmidzi, Hadits Hasan)

Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Al Wala wal Baro

1. Seorang muslimah yang memiliki orang tua kafir hendaknya tetap


berbuat baik pada orang tua. Dan tidak diperbolehkan menaati
orang tua dalam meninggalkan perintah Allah dan melanggar
larangan-Nya.
2. Diharamkan bagi muslimah untuk menikah dengan laki-laki kafir
karena agama seorang wanita mengikuti agama suaminya.

C. Jenis-Jenis Wala Yang Sunnah Dan Bidah


Ada tiga jenis wala yang berlaku di kalangan masyarakat Islam dizaman
ini. Dua jenis wala yang bidah dan hanya satu yang mengikut sunnah,
yaitu:
1. Berwala hanya kepada pemimpin (ketua jamaah atau tanzim hizbi) dan
anggota jamaahnya sahaja, kemudian berbara kepada setiap orang Islam
yang diluar jamaahnya (kelompoknya).
Wala dan bara jenis ini adalah bidah kerana tidak ada dasarnya dari
sunnah. Wala seperti ini kebiasaannya berlaku di kalangan kaum-kaum
hizbi, haraki dan jihadi. Contohnya: Ikhwanul Muslimin, JI, DII yang mana
mereka hanya berwala kepada ketua (pemimpin) mereka dan kepada ahli
jamaahnya sahaja. Mereka mengkafirkan sesiapa sahaja yang di luar
jamaahnya dan berbara (berlepas diri) kepada sesiapa sahaja dari
kalangan orang-orang Islam yang dianggap bukan jamaah mereka.
2. Kaum-kaum tariqat sufiyah atau yang semodel dengan sufi. Contohnya
seperti: Jamaah Tabligh, al-Arqam (tariqat Muhammadiyah),
Naqsabandiyah, Rafaiyah dan semua kaum-kaum ghulat yang hamper
kepada para syeikhnya atau guru mursyid mereka. Mereka boleh berwala
(mencintai dan taat setia) kepada sesiapa sahaja sehinggalah kepada
orang kafir, tetapi yang paling diberi keutamaan ialah para syeikh, guru
mursyid dan golongan mereka. Mereka tidak berbara (tidak membenci
atau berlepas diri) kepada orang-orang kafir, kerana mereka tidak
memahami apa itu al-wala dan al-bara, malah hampir tidak ada kalimah
bara bagi mereka. Inilah antara penyakit bidah yang melanda kaum10

kaum tariqat sufi dan kebatinan.


3. Ahli Sunnah wal-Jamaah yang kembali kepada manhaj Salaf as-Soleh.
Mereka berwala (mencantai) kepada setiap Ahli Kiblah (setiap orang
Islam), walaupun pelaku maksiat selagi tidak terang-terangan melakukan
kekafiran, kemudian mereka berbara (berlepas) kepada setiap kesalahan
orang Islam. Namun mereka sentiasa berbara secara mutlak kepada
setiap orang kafir walaupun dari kalangan keluarga mereka sendiri.

D. Kedudukan Al-Wala' Wal Bara' Dalam Islam


Di antara hak tauhid adalah mencintai ahlinya yaitu para muwahhidin,
serta memutuskan hubungan dengan para musuhnya yaitu kaum
musyrikin. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya
penolong kamu hanyalah Allah, RasulNya, dan orang-orang yang
beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya
mereka tunduk (kepada Allah). Dan barang-siapa mengambil Allah,
RasulNya dan orang-orang yang beri-man menjadi penolongnya, maka
sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang." (AlMaidah: 55-56)
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orangorang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu);
sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain.
Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka men-jadi pemimpin,
maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
zalim." (Al-Maidah: 51)
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuhKu
dan musuhmu menjadi teman-teman setia ..." (Al-Mumtahanah: 1)
"Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pe-lindung
bagi sebagian yang lain." (Al-Anfal: 73)
"Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah
dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang
menentang Allah dan RasulNya, sekalipun orang-orang itu bapakbapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga
mereka." (Al-Mujadilah: 22)
Dari ayat-ayat di atas jelaslah tentang wajibnya loyalitas kepada orangorang mukmin, dan memusuhi orang-orang kafir; serta kewajiban
menjelaskan bahwa loyal kepada sesama umat Islam adalah ke-bajikan
11

yang amat besar, dan loyal kepada orang kafir adalah bahaya besar.
Kedudukan al-wala' wal bara' dalam Islam sangatlah tinggi, karena
dialah tali iman yang paling kuat. Sebagaimana sabda Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa Salam: "Tali iman paling kuat adalah cinta karena
Allah dan benci karena Allah." (HR. Ibnu Jarir)
Dan dengan al-wala' wal bara'-lah kewalian Allah dapat tergapai.
Diriwayatkan oleh Abdullah Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu: "Siapa yang
mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi wala' karena
Allah dan memusuhi karena Allah maka sesungguhnya dapat diperoleh
kewalian Allah hanya dengan itu. Dan seorang hamba itu tidak akan
merasakan lezatnya iman, sekali pun banyak shalat dan puasanya,
sehingga ia melakukan hal tersebut. Dan telah menjadi umum
persaudaraan manusia berdasarkan kepentingan duniawi, yang
demikian itu tidaklah bermanfaat sedikit pun bagi para pelakunya."
(HR. Thabrani dalam Al-Kabir)

E. Kepada Siapa Sewajarnya Kita Berwala Dan Berbara?


Setiap mukmin sewajarnya berwala dan berbara kerana Allah Azza
wa-Jalla dan mencari keredaanNya. Iaitu berwala (membela, bersama,
mencintai, memuliakan dan menghormati) lahir dan batin kepada
setiap mukmin yang lurus akidahnya (agamanya) dengan wala yang
sempurna. Antara sikap wala ialah mencintainya, tolong menolong
dengannya, kerana wala bukan hanya sekadar cinta, tetapi dibuktikan
dengan pembelaan di samping perasaan cinta dan bersatu kerana
Allah Azza wa-Jalla. Antara tanda-tanda berwala ialah bersatu dalam
satu jamaah dan tidak berpecah. Allah Azza wa-Jalla berfirman:

Dan berpeganglah kamu semua kepada tali (agama) Allah dan


janganlah kamu bercerai-berai (berpecah-belah). Ali Imran 3:103.

Umat Islam akan sentiasa bersatu apabila berpegang dengan prinsip


al-Wala dan akan menjadikan mereka umat yang satu. Allah berfirman:
F.
Sesunguhnya inilah umatmu, umat yang satu, dan Akulah Tuhan
kamu, maka hendaklah kamu menyembah (mengabdikan diri)
kepadaKu. Al-Anbia. 21:92.
.

Dan sesungguhnya inilah umatmu, umat yang satu dan Akulah Tuham
Kamu, maka hendaklah kamu bertaqwa kepadaKu. Al-Mukmin 23:52.
Ayat yang pertama di atas melarang umat Islam daripada berpecah12

Jangalah kamu berpecah- belah.


belah, iaitu firman Allah:
Apabila seseorang memahami al-wala dan al-bara dengan pengertisan
yang benar sebagaimana yang dikehendaki oleh syara, maka mereka
akan menerapkan wala antara umat Islam yang akan menjadikan
mereka bersatu padu atau berjamaah. Iaitu bersatu kerana berpegang
dengan suruhan berwala. Al-Wala akan menjadikan seseorang
mengibadahi Tuhannya dengan kepatuhan kepadaNya. Kepatuhan
(dengan beribadah) akan menjadikan umat Islam bertaqwa dan umat
yang bertaqwa adalah umat yang sentiasa berbuat baik kepada semua
manusia. Mereka tidak akan menjadi umat yang radikal, pelampau dan
pengganas.
Bolehkah Berwala Kepada Orang Islam Yang Fasik, Kufur Dan
Pembuat Maksiat (Asi / ?)
Adapun kepada orang-orang Islam yang mencampur-adukkan
kebaikannya dengan berbagai-bagai kemaksiatan, maka hanya
diwajibkan berwala sesuai dengan darjat, kedudukan dan kebaikannya,
kemudian wajib berbara (berlepas atau menjauhkan diri) sebanding
(sesuai) dengan kejahatannya yang dilakukan. Sebagaimana sabda
Rasulullah sallallahu alaihi wa-sallam:

.

Ketahuilah! Sesiapa yang berwalamentaati seseorang pemimpin


(Islam), kemudian dia mendapati pemimpinnya bermaksiat kepada
Allah, maka hendaklah membenci (berbara) terhadap kemaksiatannya
kepada Allah, tetapi tidak dihalalkan melepaskan tangan (berbara) dari
mentaatinya. H/R Muslim.
Kita wajib berwala kepada setiap orang Islam walaupun terlalu lekeh
dan rendah kedudukannya di sisi masyarakat, seperti hamba sahya
yang mukmin misalnya, kerana Rasulullah sallallahu alaihi wa-sallam
bersabda:

) ( :

Dari Abi Zar radiallahu anhu berkata: Sesungguhnya kekasihku


(Rasulullah sallallahu alaihi wasallam) telah berwasiat kepadaku agar
aku mendengar dan taat (wala), sekalipun kepada seorang hamba
sahya yang kudung (cacat dan tidak sempurna sifat fizikalnya).
(Diriwayat yang lain): Sekalipun seorang hamba Habsyi yang cacat.
Hadis Mutaffaq alaihi.
Kepada Siapa Kita Wajib Berbara?
Setiap mukmin wajib bersikap berbara (berlepas diri atau tidak
mencintai) kepada setiap orang kafir, murtad, mulhid, munafiq, ahli
bidah dan ahli ahwa.

Orang-orang yang perlu disikapi dengan sikap bara (tidak boleh


berwala mencintai atau mengangkat mereka) terutamanya ialah kaum
13

musyrikin, kita berbara (memusuhi dan membebaskan diri) dari


kesyirikannya, kafir berbara dengan kekafirannya, munafiq berbara
dari kemunafiqannya, ahlu bidah berbara dari segala bidahnya dan
firqah-firqah ahli ahwa seperti golongan hizbi, Asyariyah, Muktazilah,
Syiah, Jahmiyah, Tijaniyah, Sufiyah dan yang sealiran dengan mereka
maka kita berbara dari hizbi, penyembahan hawa nafsu atau
kesesatan mereka.
Kita berbara dari segala kemungkaran kerana Allah Azza wa-Jalla tidak
akan menerima amal mereka selagi tidak meninggalkan semua
kemungkaran yang ada pada mereka. Maka kita wajib berbara
(berlepas diri dari kejahatan mereka). Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda:
.

Hendaklah kamu menasihati setiap muslim dan berlepaslah terhadap


si Kafir.[6]

:
: . .

Saya berlepas diri dari setiap muslim yang bermukim di antara kaum
musyirikin. Mereka berkata: Mengapa ya Rasulullah? Baginda
bersabda: Api keduanya tidak boleh terlihat.[7]

Setiap muslim diperingatkan agar berlaku adil dan berbuat baik kepada
setiap orang kafir, terutama pemerintah selagi mereka tidak memusuhi
dan menzalimi orang-orang Islam secara terang-terangan. Dan wajib
menggunakan kata-kata yang baik terhadap mereka sebagaimana
firman Allah Azza wa-Jalla:

Maka berbahasalah kamu kepadanya (pemimpin) dengan bahasa


yang lembah-lembut mudah-mudahan dia boleh ingat dan takut
(kepada Tuhan). Taha 20:44.

Melalui ayat ini Imam al-Qurtubi rahimahullah telah mengajar umat


Islam cara-cara berinteraksi kepada pemimpinnya walau bukan Islam.
Beliau berkata:
.

Dan sesungguhnya dengan yang demikian itu, menunjukkan


(diperintahkan oleh syara agar) menggunakan kata-kata yang lembahlembut kepada sesiapa yang mempunyai kekuasaan
(kuasa/pemerintah). Lihat tafsir: ( Al-Jamiu Li
Ahkamil Quran Al-Qurtubi) jld. 11. Hlm. 199.
Wajib kepada setiap orang Islam agar berbara kepada orang kafir.
Tidak dihalalkan sama sekali berwala kepada mereka, sama ada orang
kafir itu ibu-bapa, keluarga, pemimpin atau orang awam, tetapi masih
[
[
14

tetap diwajibkan oleh syara agar berbuat baik kepada mereka


walaupun tidak dihalalkan berwala disebabkan kekafirannya. Allah
Azza wa-Jalla berfirman:

Dan ucapkan (berbahasalah) kepada manusia dengan kata-kata


(bahasa) yang terbaik. Al-Baqarah, 2:83.
Menurut Al-Hafiz Ibn kathir rahimahullah:

Iaitu berkata-katalah kepada mereka dengan kata-kata yang baik dan


berlemah-lembut dengan mereka (apabila menjadi jiran). Lihat tafsir
Ibn Kathir, jld. 1 hlm. 169.
.

Maka barangsiapa antara kamu yang takut pada neraka walaupun


dengan sepotong kurma, maka lakukanlah! Jika tidak mampu, maka
lakukanlah dengan perkataan yang baik (kepada manusia). H/R
Bukhari dan Muslim.
.

Tidaklah ada kelemah-lembutan dalam sesuatu kecuali akan


memperindahkanya, dan tidaklah ada pada kekerasan dalam sesuatu
kecuali akan memburukkannya.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pondasi al-wala' adalah sikap kecintaan, dan pondasi al-baro' adalah
kebencian. Dari keduanya lahirlah sebagian perbuatan hati dan anggota
badan yang termasuk hakikat loyalitas dan antiloyalitas. Sikap al-wala'
15

dan al-baro' dengan hati dan perbuatan merupakan tolok ukur keimanan
seseorang apakah imannya kuat ataupun lemah, bahkan dalam suatu
kondisi, kesalahan menempatkan al-wala' tidak pada tempatnya bisa
mengakibatkan dia bagian dari orang-orang kafir, seperti pertolongan
yang seharusnya diberikan kepada saudaranya yaitu orang-orang
mukmin, dia malah memberikan bantuan dan pertolongan serta
keberpihakan itu kepada orang-orang kafir dalam memusuhi kaum
muslimin, maka dalam kondisi demikian orang tersebut menjadi kafir
disebabkan sikap al-wala' dan al-baro' yang terbalik. Betapun kekurangan
yang dimiliki oleh orang mukmin dari sisi akhlaknya misalnya, itu masih
jauh lebih baik daripada orang-orang kafir. Dan sikap al-wala' kita (dengan
kecintaan dan loyalitas) harus tetap diberikan kepada orang-orang
mukmin (walau dengan segala kekurangan yang dimilikinya), dan sikap albaro' (dengan permusuhan dan perlepasan diri) kita tetap ditujukan
kepada orang kafir itu. Hal itu karena orang-orang kafir adalah orangorang yang tidak beriman yang membangkang dan angkuh kepada
perintah ALLH, dan juga mereka senantiasa berupaya untuk memerangi
orang-orang mukmin agar orang-orang mukmin menjadi kafir seperti
mereka.

DAFTAR PUSTAKA
Al-fauzan, Shalih bin fauzan. 2012. Al-Wala dan Al-Baro. Jakarta : Pustaka Attibyan.

16

Al-qahthani, Muhammad bin Said. 2010. Loyalitas dan Antiloyalitas Dalam Islam.
Solo : Pustaka Era Intermedia.
http://muslimah.or.id/manhaj/al-wala-wal-baro-kunci-sempurnanya-tauhid.html
http://aqidah-wa-manhaj.blogspot.com/2007/07/pengajian-aqidah-008-al-wala-albara.html
http://belajar-tauhid.blogspot.com/2005/05/al-wala-wal-bara.html

17

Anda mungkin juga menyukai