Anda di halaman 1dari 25

BAB 2

LAND AS AN TEO
RI
2.1.

Definisi Kualitas dan Pengendalian Kualitas


Definisi Kualitas Sebenarnya ada beberapa definisi yang berhubungan dengan

kualitas, tetapi secara umum dapat dikatakan bahwa kualitas atau mutu adalah
karakteristik dari suatu produk atau jasa yang ditentukan oleh pemakai atau customer
dan diperoleh melalui pengukuran proses serta melalui perbaikan yang berkelanjutan
(Continuous Improvement).
Beberapa definisi tentang kualitas antara lain:

Deming (1986) menyatakan: The difficulty in defining quality is to translate


future needs of the user into measurable characteristics, so that a product can be
designed and turned out to give satisfaction at a price that will user pay.
Kesulitan dalam pendefinisian kualitas adalah mentranslate atau mengubah
kebutuhan yang akan datang dari user atau pengguna kedalam suatu karakteristik
yang dapat diperlakukan , supaya sebuah produk dapat didisain dan diubah untuk
member ikan kepuasan dengan harga yang akan dibayar oleh user atau pemakai.

Crosby (1979)

menyatakan: Quality is conformance to requirements or

specification. Kualitas adalah kesesuaian dari permintaan atau spesifikasi.

Hence menyatakan: The quality of a product or service is the fitness of that


product or service for meeting its intended used as required by the customer.
Kualitas dari suatu produk atau jasa adalah kelayakan atau kecocokan

dari

produk arau jasa tersebut untuk memenuhi kegunaannya sehingga sesuai dengan
yang diinginkan oleh customer.

Pengertian kualitas lebih luas (Bina Produktivitas Tenaga Kerja, 1998:24-25)


adalah:
a. Derajat yang sempurna (degree of exelence): mengandung pengertian
komperatif terhadap tingkat produk (grade) tertentu.
b. Tingkat kualitas (quality level): mengandung pengertian kualitas untuk
mengevaluasi teknikal.
c. Kesesuaian untuk digunakan (fitn ess for purpose user satisfaction):
kemampuan produk atau jasa dalam memberikan kepuasan kepada
pelanggan.
Kualitas produk merupakan hal yang penting bagi konsumen.Kualitas produk,

baik yang berupa jasa atau produk perlu ditentukan melalui dimensi-dimensi.
Dimensi-dimensi kualitas produk dapat dilakukan melalui 8 dimensi yang
dikemukakan oleh Prof. David Garvin yaitu :
1. Performance (kiner ja)
Berhubungan dengan karakteristik dasar dari sebuah produk
2. Durability (daya tahan)
berarti berapa lama umur produk yang bersangkutan bertahan sebelum
produk tersebut harus diganti. Semakin besar frekuensi pemakaian
konsumen terhadap produk maka semakin besar pula daya tahan produk.
3. Conformance to specifications (kesesuaian dengan spesifikasi)

Yakni sejauh mana karakteristik operasi dasar dari sebuah produk


memenuhi spesifikasi tertentu dari konsumen atau tidak

ditemukannya

cacat pada produk.


4. Features (fitur)
Karakteristik produk yang dirancang untuk menyempurnakan fungsi
produk atau menambah ketertarikan konsumen terhadap produk.
5. Reliabilty (reliabilitas)
Probabilitas bahwa produk akan bekerja dengan memuaskan atau tidak
dalam periode waktu tertentu. Semakin kecil kemungkinan terjadinya
kerusakan maka produk tersebut dapat diandalkan.
6. Aesthetics (estetika)
Berhubungan dengan bagaimana penampilan produk bisa dilihat dari
tampak, rasa, bau, dan bentuk dari produk.
7. Perceived quality (kesan kualitas)
Merupakan hasil dari penggunaan pengukuran yang dilakukan secara tidak
langsung karena terdapat kemungkinan bahwa konsumen tidak mengerti
atau kekurangan informasi atas produk yang bersangkutan.
8. Serviceability(kemudahan perbaikan)
Karakteristik yang

berhubungan dengan kecep atan, kompetensi,

kemudahan dan akurasi dalam memberikan pelayanan untuk perbaikan


barang.

kualitas terutama mempengaruhi perusahaan dalam empat hal, yaitu:


a. Biaya dan pangsa pasar: kualitas yang ditingkatkan dapat mengarah kepada
peningkatan pangsa pasar dan penghematan biaya, keduanya juga dapat
memp engaruhi profitabilitas.
b. Reputasi perusahaan: reputasi perusahaan mengikuti reputasi kualitas yang
dihasilkan. Kualitas akan muncul bersamaan dengan persepsi mengenai
produk baru perusahaan, praktek-praktek penanganan pegawai, dan
hubungannya dengan pemasok.
c. Pertanggungjawaban produk: organisasi memiliki tanggung jawab yang
besar atas segala akibat pemakaian barang maupun jasa.
d. Implikasi internasional: dalam era teknologi, kualitas merupakan perhatian
operasional dan internasional. Agar perusahaan dan negara dapat bersaing
secara ef ektif dalam perekonomian global, produknya harus memenuhi
kualitas dan harga yang diinginkan.
Pengendalian Kualitas
Pengendalian kualitas adalah teknik-teknik pemakaian & kegiatan-kegiatan untuk
mencapai, memperpanjang, dan memperbaiki mutu produk atau pelayanan.
Tujuan pengendalian kualitas adalah :
1.

Pencap aian kebijaksanaan dan target perusahaan secara efisien

2.

Pengembangan kemampuan tenaga kerja

3.

Memperbaiki kualitas produk yang dihasilkan

4.

Penurunan biaya kualitas secara keseluruhan

Menurut Dr. Joseph M. Juran,pengendalian kualitas terbagi atas 3 trilogi yaitu :


1. Quality Planning
Pada tahap ini produsen harus :
Mengidentifikasi kebutuhan konsumen
Merancang produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen
Merancang proses produksi yang sesuai dengan produk
2. Quality Control
Pengendalian kualitas produk pada saat proses produksi. Pada tahap ini produsen
harus :
Mengidentifikasi faktor-faktor kritis yang menjadi pengaruh terhadap
kualitas hasil produk.
Mengembangkan standar terhadap faktor-faktor kritis.
3. Quality Improvement
Kegiatan ini merupakan kegiatan perbaikan terhadap kondisi aktual bila terjadi
penyimpangan terhadap kondisi standar.
2.2

Pengertian Cacat (Defect)


cacatmemiliki pengertian kekurangan yang menyebabkan nilai ataumutunya
kurang baik atau kurang sempurna. Produk cacatberarti barang atau jasa yang dibuat

dalam proses produksi namunmemiliki kekurangan yang menyebabkan nilai atau


mutunya kurang baikatau kurang sempurna.
Menurut Hansen dan Mowen produk cacat adalahproduk yang tidak memenuhi
spesifikasinya.Hal itu berarti juga tidaksesuai dengan standar kualitas yang telah
ditetapkan.Kesesuaian dengankualitas mangasumsikan bahwa terdapat suatu cakupan
nilai yang diterimauntuk setiap spesifikasi atau karakteristik kualitas. Produk cacat
yangterjadi selama proses produksi mengacu pada produk yang tidak diterimaoleh
konsumen. Produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi standarmutu yang telah
ditentukan

tetapi

dengan

mengeluarkan

biaya

pengerjaankembali

untuk

memperbaikinya, produk tersebut secara ekonomis dapatdisempurnakan lagi menjadi


produk yang lebih baik.
Pengertian product liability (produk cacat) menurut Black's Law Dictionary adalah
Product liability disini diartikan sebagai tanggungjawab secara hukum dari produsen
dan penjual untuk mengganti kerugianyang diderita oleh pembeli, pengguna ataupun
pihak lain, akibat dari cacatdan kerusakan yang terjadi karena kesalahan pada saat
mendapatkanbarang, khususnya

jika produk tersebut dalam keadaan cacat

yangberbahaya bagi konsumen dan pengguna.


Dari beberapa definisi diatas dapat diambil intisari bahwa produkcacat ad alah produk
yang tidak memenuhi standar spresifikasi sehingga nilai dan mutu dari produk
tersebut tidak baik atau tidak sempurna.

2.3

Data Variabel dan Data Atribut Data


Variabel
Data variabel merupakan data kuantitatif yang diukur untuk

keperluan

analisis.Contoh dari data variabel karakteristik kualitas adalah ukuran produk,


ketebalan produk, berat produk dan lainnya.
Pengendalian kualitas statistik untuk data variabel sering disebut dengan metode peta
kontrol (control chart) variabel. Manfaat pengendalian kualitas proses untuk data
variabel ad alah memberik an informasi mengen ai perbaikan kualitas, menentukan
kemampuan proses setelah perbaikan kualitas tercapai, membuat keputusan yang
berkaitan dengan spesifikasi produk, membuat keputusan yang berkaitan dengan
proses produksi dan membuat keputusan terbaru yang berkaitan dengan produk yang
dihasilkan. Peta control yang umum digunakan untuk data variabel adalah peta XBar-R dan peta X-Bar-MR.
Data Atribut
Data atribut merupakan data kualitatif yang dapat dihitung untuk pencatatan dan
analisis.Contoh dari data atribut karakteristik kualitas adalah banyaknya jenis
cacat.Data atribut biasanya diperoleh dalam bentuk unit-unit ketidaksesuaian dengan
spesifikasi atribut yang ditetapkan. Pada umumnya data atribut digunakan dalam peta
control p, np, c, dan u.

2.4

Total Quality Management

Ada beberapa definisi TQM. Menurut Hashmi (2004:1), TQM adalah filosofi
manajemen Yang mencoba mengintegrasikan semua fungsi organisasi (pemasaran,
keuangan, desain, rekayasa, produksi, pelayanan konsumen, dsb.), terfokus untuk
memenuhi keinginan konsumen dan tujuan organisasi.
Dale (2003: 26) mendefinisikan TQM adalah kerja sama yang saling menguntungkan
dari semua orang dalam organisasi dan dikaitkan dengan proses bisnis untuk
menghasilkan nilai produk dan pelayanan yang melampaui kebutuhan dan harapan
konsumen.
Menurut Tjiptono dan Diana (2001: 4), TQM merupakan pendekatan dalam
menjalankan usaha yang mencoba memaksimumkan daya saing organisasi melalui
perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya.
Jadi Total Quality Management adalah sebuah filosofi yang melibatkan setiap pelaku
dalam organisasi atau usaha dalam sebuah usaha perbaikan secara terus menerus
untuk memperbaiki kualitas dan mencapai kepuasan pelanggan. Dari definisi TQM
tersebut ada tiga kunci utama dalam pelaksanaan TQM yaitu:
1.Continous improvement (perbaikan terus-menerus),
2.Keterlibatan seluruh anggota dalam organisasi,
3.Kepuasan pelanggan (usaha untuk memenuhi atau bahkan melebihi ekspektasi dari
pelanggan.

2.5

Customer Satisfaction

pengertian kepuasan pelanggan (customer satisfaction), antara lain :


(1)

Kotler dan Keller (2007:238) memberikan definisi atau pengertian kepuasan


pelanggan (customer satisfaction) sebagai fungsi dari seberapa sesuainya harapan
pembeli produk dengan kinerja yang dipikirkan pembeli atas produk

(2)

tersebut

.Swan, et al, dalam Fandy Tjiptono (2008:349) memberikan definisi atau pengertian
kepuasan pelanggan (customer satisfaction) sebagai evaluasi secara sadar atau
penilaian kognitif menyangkut apakah kinerja produk relatif bagus atau jelek atau
apakah produk bersangkutan cocok atau tidak cocok dengan tujuan/ pemakaiannya

(3)

Oliver dalam Fandy Tjiptono (2008:349) memberikan definisi atau pengertian


kepuasan pelanggan (customer satisfaction) sebagai evaluasi terhadap surprise yang
inheren atau melekat pada pemerolehan produk dan/atau pengalaman konsumsi

(4)

Churchill & Surprenant dalam Fandy Tjiptono (2008:349) memberikan definisi atau
pengertian kepuasan pelanggan (customer satisfaction) sebagai hasil pembelian dan
pemakaian yang didapatkan dari perbandingan antara reward dan biaya pembelian
dengan konsekuensi yang diantisipasi sebelumnya

(5)

Westbrook dan Reilly dalam Fandy Tjiptono (2008:349) memberiakn definisi atau
pengertian kepuasan pelanggan (customer satisfaction) sebagai respons emosional
terhadap pengalaman-pengalaman berkaitan dengan produk atau jasa tertentu yang
dibeli, gerai ritel, atau bahkan pola perilaku (seperti perilaku berbelanja dan perilaku
pembeli), serta pasar secara keseluruhan

(6)

Kang Jian, Zhang Xin dan Zheng Zhao Hong, (2009:4) memberikan definisi atau
pengertian kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dengan mengatakan sebagai
berikut :As a quantitative index, customer satisfaction describes the difference
between expectation and perceived quality, and measures the degree of satisfaction.
Artinya, Kepuasan pelanggan sebagai suatu indeks yang kuantitatif, kepuasan
pelanggan menguraikan perbedaan antara harapan dan mutu yang dirasakan, dan
mengukur derajat tingkat kepuasan.
Salah satu metode untuk mengukur Customer Satisfaction adalah dengan Customer
Satisfaction M easurement.Customer Satisfaction M easurement merupakan metode
untuk menganalisis kepuasan pelanggan dengan cara melakukan survey terhadap
pelanggan. Survey berkenaan tentang tingkat kepentingan dan kepuasan konsumen
terhadap karakteristik produk yang dihasilkan suatu perusahaan. Saat tingkat
kepentingan lebih tinggi daripada kepuasan, saat itulah kepuasan pelanggan belum
tercapai. Sebaliknya. Saat tingkat kepuasan sudah melebihi tingkat

kepentingan,

berarti kepuasan pelanggan sudah tercapai.


2.6

Employee Involvement

Salahs

satu

pilar

dalam

Total

Quality

Management

ad

alah

Employee

involvement.Employee Involvement atau keterlibatan karyawan merupakan suatu alat


pendekatan untuk perbaikan mutu dan produktivitas.Employee

involvement

merupakan alat bagi perusahaan untuk memperbaiki mutu dan produktivitas.


Employee Involvement bisa tercipta jika ada motivasi yang tinggi dari karyawan
perusahaan untuk ikut terlibat dalam proses penyelesaian masalah. Konsep untuk bisa
memotivasi karyawan untuk ikut terlibat dalam penyelesaian masalah adalah:

Mengetahui diri sendiri. Para manajer harus mengetahui motivasi, kekuatan


dan kelemahan dari diri masing-masing.

Memahami karyawan anda. Manajer bisa memberikan bantuan dan umpan


balik atas apa yang dikerjakan karyawan.

Menerapkan sikap yang positif. Salah satu caranya dengan menanyakan opini
dari para karyawan dalam penyelesaian masalah. Dengan begitu suasana
kerja sama bisa ditingkatkan.

Memberitahukan tujuan perusahaan pada karyawan. Karyawan harus


diarahkan sesuai dengan tujuan perusahaan.

Mengamati perkembangan yang berjalan. Manajer harus sering mengamati


kinerja dari karyawan.

Mengembangkan kondisi kerja yang menarik dan menyenangkan. Bisa


dilakukan dengan job rotation, job enlargement, dan job enrichment.

Berkomunikasi dengan efektif. Komunikasi yang efektif memberikan para


karyawan suatu pengetahuan lebih akan pekerjaan.

Merayakan kesuksesan. Setiap pencapaian yang dilakukan karyawan


diapresiasi dengan baik.

Untuk mengukur motivasi dari para karyawan dalam suatu organisasi digunakan
metode Employee Opinion Survey.Metode ini digunakan untuk mengetahui dan
menganalisis sejauh mana motivasi karyawan untuk terlibat dalam penyelesaian
masalah di perusahaan.

2.7

Continuous Improvement

Continuous Improvement (CI) merupakan sebuah filosofi dasar mengenai bagaimana


mencapai standar kualitas yang optimal melalui beberapa langkah perbaikan yang
sistematis dan dilaksan akan secara berkesinambungan. CI lebih menekankan pada
beberapa tindakan perbaikan yang sederhana namun dilakukan secara terus menerus
yang kemudian akan menumbuhkan banyak ide atau inovasi sebagai sebuah solusi
atas masalah yang timbul. Salah satu metode untuk melakukan perbaikan yang terus
menerus adalah dengan metode Six Sigma(DMAIC)
2.8

Six Sigma
Six Sigma adalah suatu metodologi bisnis yang bertujuan untuk meningkatkan

nilai-nilai kapabilitas dari aktivitas proses bisnis (Hidayat, 2007:28) Ada dua proses
kerja dalam konsep Six Sigma , yakni proses kerja internal dan eksternal. Proses kerja
internal meliputi seluruh fungsi dan kegiatan yang ada dalam perusahaan, sedangkan
proses eksternal adalah seluruh kegiatan yang dimulai dari pengelolaan produk
jadi/promosi hingga distribusi ke konsumen.
Tujuan dari Six Sigma adalah meningkatkan kinerja bisnis dengan beberapa
cara, seperti :
mengurangi berbagai variasi proses yang merugikan

mereduksi kegagalan produk/proses

menekan cacat-cacat produk

meningkatkan keuntungan

meningkatkan moral/produktivitas karyawan

meningkatkan kualitas produk pada tingkat yang maksimal


Six Sigma pertama kali dikembangkan oleh Motorola pada pertengahan tahun

1980 sebagai metode untuk mengukur kualitas produk dan jasa.Secara perspektif
statistik istilah six sigma berasal dari ukuran statistik, dimana sigma adalah standar
deviasi dalam distribusi normal dengan probabilitas 6 (enam) dengan efektivitas
sebesar 99,9996 %. Dalam proses produksi, standar Six Sigma dikenal dengan istilah
defect per million opportunit(DPMO)
Sedangkan secara metodologi, Six Sigma merupakan pendekatan menyeluruh
untuk menyelesaikan masalah dan peningkatan proses melalui fase DMAIC ( Define,
Measure, Analyze, Improve, Control ). DMAIC merupakan basis analisis Six Sigma
yang menjamin voice of customer (suara pelanggan) berjalan dalam keseluruhan
proses sehingga produk yang dihasilkan memuaskan harapan pelanggan. Fase ini
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Define
Define adalah penetapan sasaran dari aktivitas peningkatan kualitas Six sigma.
Tahap ini untuk mendefinisikan rencana-rencana tindakan yang harus
dilakukan untuk melaksanakan peningkatan dari setiap tahap proses bisnis
kunci (Gaspersz, 2005). Yang termasuk di dalam definisi ini adalah
menetapkan sasaran dari aktivitas peningkatan kualitas Six sigma tersebut.
Pada tahap ini perlu didefinisikan beberapa hal yang terkait dengan:

Kriteria pemilihan proyek Six sigma.

Peran dan tanggung jawab dari orang-orang yang terlibat dalam proyek
Sixsigma.

Kebutuhan pelatihan untuk orang-orang yang terlibat dalam proyek


Sixsigma.

Proses-proses kunci dalam proyek Six sigma beserta pelanggannya.

Kebutuhan spesifik dari pelanggan.

Pernyataan tujuan proyek Six sigma.

2. Measure
Measure merupakan langkah operasional kedua dalam program peningkatan
kualitas Six sigma. Tahap ini merupakan salah satu pembeda Six sigma
dengan metoda pengendalian kualitas lainnya. Pengukuran dilakukan untuk
menilai kondisi proses yang ada saat ini.Terdapat tiga hal pokok yang harus
dilakukan dalam tahap ini, yaitu:

Memilih atau menentukan karakteristik kualitas kunci atau CTQ (Critical


To Quality) yang berhubungan langsung dengan kebutuhan spesifik
pelanggan.

Mengembangkan suatu rencana pengumpulan data melalui pemgukuran


yang dapat dilakukan pada tingkat proses, output, atau outcome.

Mengukur kinerja sekarang (current performance) pada tingkat proses,


output, atau outcome untuk ditetapkan sebagai baseline kinerja pada awal
proyek Six sigma.

3. Analyze
Analyze merupakan langkah operasional ketiga dalam program peningkatan
kualitas dengan metode Six sigma. Pada tahap ini perlu melakukan beberapa
halyakni :

Menentukan stabilitas (stability) dan kapabilitas/kemampuan (capability)


dari proses.

Menetapkan target-target kinerja dari karakteristik kualitas kunci (CTQ)


yang akan ditingkatkan pada proyek Six sigma.

Mengidentifikasi sumber-sumber dan akar penyebab kecacatan atau


kegagalan.

Mengkonversi banyak kegagalan ke dalam biaya kegagalan kualitas (cost


of poor quality).

4. Improve
Pada tahap ini dilakukan penetapan rencana tindakan (action plan) untuk
peningkatan kualitas Six sigma.Pengembangan rencana tindakan merupakan
salah satu aktivitas yang penting dalam program peningkatan kualitas Six
sigma. Rencana tersebut mendeskripsikan tentang alokasi sumber daya serta
prioritas atau alternatif yang harus dilakukan.
5. Control
Control merupakan tahap terakhir dalam proyek peningkatan kualitas Six
sigma. Pada tahap ini hasil-hasil peningkatan kualitas didokumentasikan dan
disebarluaskan, praktek-praktek terbaik yang sukses dalam peningkatan

proses

distandarisasikan

dan

disebarluaskan,

prosedur-prosedur

didokumentasikan dan dijadikan sebagai pedoman kerja standar, serta


kepemilikan atau tanggung jawab ditransfer dari tim Six sigma kepada pemilik
atau penanggung jawab proses.
2.97Tools dalam Statistical Process Control
Dalam pengendalian proses statistik dikenal adanya seven tools. Seven tools dari
pengendalian proses statistik ini adalah metode grafik paling sederhana untuk
menyelesaikan masalah. Seven tools tersebut adalah:

Lembar Pengamatan (Check Sheet): Lemb ar pengamatan ad alah lemb ar


yang digunakan untuk mencatat data produk termasuk juga waktu pengamatan,
permasalahan yang dicari dan ju mlah cacat pada setiap permasalahan.

Stratifikasi (Run Chart): Stratifikasi adalah suatu upaya untuk mengurai atau
mengklasif ikasi persoalan menjadi kelo mpok atau golongan sejenis yang lebih
kecil atau menjadi unsur-unsur tunggal dari persoalan.

Histogram: Histogram adalah diagram batang yang menunjukkan tabulasi dari


data yang diatur berdasarkan ukurannya. Tabulasi data ini umumnya dikenal
sebagai distribusi frekuensi. Histogram menunjukkan karakteristik-karakteristik
dari data yang dibagi-bagi menjadi kelas-kelas. Pada histogram frekuensi,
sumbu x menunjukkan nilai pengamatan dari tiap kelas. Histogram dapat
berbentuk normal atau berbentuk seperti lonceng yang menunjukkan bahwa
banyak data yang terdapat pada nilai rata-ratanya. Bentuk histogram yang
miring atau tidak simetris menunjukkan bahwa banyak data yang tidak berada

pada nilai rata-ratanya tetapi kebanyakan datanya berada pada batas atas atau
bawah. Fungsi dari histogram adalah sebagai berikut:

Menentukan apakah suatu produk dapat diterima atau tidak.

Menentukan apakah proses produk sudah sesuai atau belum.

Menentukan apakah diperlukan langkah-langkah perbaikan.

Diagram Pareto:Diagram pareto pertama kali diperkenalkan oleh Alfredo


Pareto dan digunakan pertama kali oleh Joseph Juran. Fungsi diagram pareto
adalah untuk mengidentifikasi atau menyeleksi masalah utama untuk
peningkatan kualitas. Diagram ini menunjukkan seberapa besar frekuensi
berbagai macam tipe permasalahan yang terjadi dengan daftar masalah pada
sumbu x dan jumlah/frekuensi kejadian pada sumbu y. Kategori masalah
diidentifikasikan sebagai masalah utama dan masalah yang tidak penting.
Prinsip Pareto adalah 80 % masalah (ketidaksesuaian atau cacat) disebabkan
oleh 20 % penyebab. Prinsip Pareto ini sangat penting karena prinsip ini
mengidentifikasi kontribusi terbesar dari variasi proses yang menyebabkan
performansi yang jelek seperti cacat. Pada akhirnya, diagram pareto membantu
pihak manajemen untuk secara cepat menemukan permasalah an yang kritis dan
membutuhkan perhatian secep atnya sehingga dapat segera diambil kebijakan
untuk mengatasinya.

Gambar 2.1 Pareto chart


Sumber: Google

Diagram Sebab Akibat (Cause and Effect Diagram): Diagram sebab ak ibat
juga disebut Ishikawa Diagram karena diagram ini diperkenalkan oleh Dr.
Kaoru Ishikawa pada tahun 1943. Diagram ini terdiri dari sebuah panah
horizontal yang panjang dengan deskripsi masalah.

Penyebab-penyebab

masalah digambarkan dengan garis radial dari garis panah yang menunjukan
masalah. Kegunaan dari diagram sebab akibat adalah:

Menganalisis sebab dan akibat suatu masalah.

Menentukan penyebab permasalahan.

Menyediakan tampilan yang jelas untuk mengetahui sumber-sumber variasi.

Diagram Sebar (Scatter Diagram): Scatter diagram adalah grafik yang


menampilkan hubungan antara dua variabel apakah hubungan antara dua

variabel tersebut kuat atau tidak yaitu antara faktor proses yang mempengaruhi
proses dengan kualitas produk. Pada sumbu x terdapat nilai dari variabel
independen, sedangkan pada sumbu y menunjukkan nilai dari variabel
dependen.

Grafik Kontrol (Control Chart): Grafik kontrol adalah suatu alat yang secara
grafis digunakan untuk memonitor apakah suatu aktivitas

dapat

diterima

sebagai proses yang terkontrol. Grafik pengendali terkadang disebut dengan


Shewhart control charts karena grafik ini pertama kali dibuat oleh Walter A.
Shewhart. Nilai dari karekterisik kualitas yang dimonitor, digambarkan
sepanjang sumbu y, sedangkan sumbu x menggambarkan sampel atau subgroup
dari karakteristik kualitas tersebut. Sebagai contoh karakteristik kualitas adalah
panjang rata-rata, diameter rata-rata, dan waktu pelayanan rata-rata. Semua
karakteristik tersebut dinamakan variabel dimana nilai numeriknya dapat
diketahui. Sedangkan atribut adalah karakteristik kualitas yang ditunjukkan
dengan jumlah produk cacat, jumlah ketidaksesuaian dalam satu unit, serta
jumlah cacat per unit. Terdapat tiga garis pada grafik pengendali yaitu, :
o

Center line atau garis tengah adalah garis yang menunjukkan nilai ratarata dari karakteristik kualitas yang terdapat di pada tengah grafik.

Upper limit control atau batas pengendali atas ad alah garis yang
menyatakan nilai penyimp angan paling tinggi dari nilai center line.

Lower limit control atau batas pengendali bawah adalah garis ynag
menyatakan nilai penyimpangan paling rendah dari nilai center line.

Grafik kontrol dapat diklarifikasikan ke dalam dua tipe umum, yaitu :

i.

Grafik Kontrol Data Variabel


Grafik kontrol dengan pemeriksaan secara variabel digunakan sebagai alat
untuk mengontrol proses dengan mengumpulkan dan menganalisa data dari
pemeriksaan kualitas suatu produk yang ditentukan satu atau lebih
parameter karakteristik kualitas yang mempunyai harga ukur tertentu.
Keadaan produksi disajikan secara kronologis (jam per jam atau hari per
hari) dengan grafik. Jika grafik yang dihasilkan melebihi batas-batas yang
ada maka suatu perubahan atau penyesuaian dalam proses produksi
dianjurkan bahkan mungkin dieprlukan penyelidikan yang lebih mendalam.
Teknik ini dilakukan untuk mengontrol suatu proses setelah cara teknik
distribusi frekuensi menunjukkan hasil bahwa proses dalam keadaan
terkontrol.
Gambar kontrol untuk ukuran karakteristik kualitas disebut gambar untuk
variabel atau gambar untuk x-bar dan R (mean dan range) dan gambar untuk
x-bar dan S (mean dan standar deviasi).

ii.

Grafik Kontrol Data Atribut


Banyak karakteristik kualitas tidak dapat dengan mudah dinyatakan secara
numerik.Dalam hal seperti ini, biasanya tiap benda yang diperiksa
diklarifikasikan sesuai dengan spesifikasi pada karakteristik kualitas
tertentu.Istilah

cacat

dan

tidak

cacat

terkadang

digunakan

untuk

mengidentifikasikan suatu produk. Grafik kontrol atribut dibagi dalam 4


bagian, yaitu :

Gambar kontrol untuk proporsi produk yang cacat dengan seluruh

produksi. Gambar kontrol ini disebut gambar P (P-chart).

Gambar kontrol NP

Gambar kontrol untuk jumlah yang cacat per unit. Gambar kontrol ini
disebut gambar C (C-chart).

Gambar kontrol U

2.10 Grafik Kontrol P


Bagian cacat didefinisikan sebagai perbandingan banyak produk yang cacat
dalam suatu populasi dengan banyak produk keseluruhan dalam populasi itu.Produkproduk itu mungkin mempunyai krakteristik kualitas yang diperiksa bersama-sama
oleh pemeriksa.Apabila produk cacat dengan standar dalam satu atau beberapa
karakteristik ini, maka produk itu diklasifikasikan sebagai cacat/ defectt.
Asas-asas statistik yang melandasi grafik kontrol untuk produk cacat didasarkan
atas distribusi binomial. Misalkan proses produksi bekerja dalam keadaan stabil,
sehingga probabilitas bahwa suatu unit akan cacat/reject dengan spesifikasi adalah p,
dan unit yang diproduksi berurutan adalah independen. Maka tiap unit yang
diproduksi merupakan realisasi suatu variabel random Bernoulli dengan parameter p.
Apabila sampel random dengan n unit produk dipilih dan D adalah banyak unit
produk yang tak sesuai maka D berdistribusi binomial dengan parameter n dan p,
yakni :
P{D=
x }=(

x
n-x
) p (1-p)

x=0,1,2,..,n
Bagian cacat pada samp el didefinisikan sebagai perbandingan banyak unit cacat

dalam samp el D dengan ukuran sampel n yakni

D
p =

Andaikan produk cacat yang sebenarnya p dalam proses produksi itu


diketahui, maka center line dan upper limit control produk cacat adalah sebagai
berikut :
UCL=p +3J

p (1-p)
n

p (1-p )
LCL=p -3J
n
Apabila produk cacat itu p tidak diketahui, maka p itu harus ditaksir dari data
observasi. Prosedur yang biasa adalah memilih m sampel pendahuluan, masingmasing berukuran n. Sebagai aturan umum, m haruslah 20 atau 25.maka jika ada
diunit tak sesuai dalam sampel i, kita hitung bagian tak sesuai dalam sampel ke-i itu
sebagi berikut

p =

D
n

Dalam beberapa penerapan grafik kendali produk cacat sampelnya 100%


pemeriksaan hasil proses selama periode waktu tertentu. Karena dalam tiap periode
dapat diproduksi banyak unit yang berbeda, maka grafik kontrol itu akan mempunyai
ukuran sampel yang berbeda-beda. Ada beberapa pendekatan dalam pembentukan
dan pengoperasian grafik kontrol dengan ukuran sampel berbeda-beda.
Pendekatan pertama, dan mungkin yang paling sederhana adalah menentukan
center line untuk tiap-tiap sampel yang didasarkan atas ukuran sampel tertentu.

Pendekatan kedua adalah berdasarkan grafik kendali pada ukuran sampel rata-rata,
yang menghasilkan himpunan center line.
2.11 Failure Mode and Effect Analysis(FMEA)
Kegagalan Mode dan Analisis Efek (FMEA) adalah metodologi untuk menganalisis
masalah keandalan potensial awal dalam siklus pengembangan yang lebih mudah
untuk mengambil tindakan untuk mengatasi masalah ini, sehingga meningkatkan
kehandalan melalui desain. FMEA adalah digunakan untuk mengidentifikasi mode
kegagalan potensial, mengetahui efeknya pada operasi produk, dan mengidentifikasi
tindakan untuk mengurangi kegagalan Sementara mengantisipasi setiap modus
kegagalan tidak mungkin, tim pengembangan harus merumuskan sebagai ekstensif
daftar mode potensi kegagalan mungkin.
Tabel Failure Modes and Effect Analysis (FMEA) diisi dengan nilai/skor dari
Frequency of Occurrence (seberapa seringnya modus kegagalan terjadi), Degree of
Severity (seberapa besar pengaruh modus kegagalan pada terjadinya cacat produk),
dan Probability of Detection (seberapa besar modus kegagalan dapat terdeteksi dan
dapat diantisipasi dengan proses pengawasan yang ada) dalam skala 1-10. Jika ketiga
angka tersebut dikalikan akan didapat nilai resiko (Risk of Priority/RPN). RPN
menggambarkan nilai resiko yang terjadi.Tinfakan perbaikan utama yang harus
dilakukan adalah tindakan untuk mengatasi modus kegagalan dengan nilai resiko
yang paling tinggi.Karena itu nilai resiko (RPN) diberi nilai urut (rank).
Penilaian untuk Occurance
Tabel 2.1 Penilaian Occurance

Penilaian

Arti

Tidak diketahui kejadian di produk sejenis

2/3

Rendah(kegagalan termasuk sedikit)

4/5/6

Sedang (kegagalan sesekali)

7/8

Tinggi (Kegagalan berulang-ulang)

9/10

Sangat tinggi(hampir tak terelakkan)

Penilaian untuk severity


Tabel 2.2 Penilaian Severity
Penilaian

Arti

Tidak ada efek

Sangat kecil

Kecil(sangat sedikit mempengaruhi sistem)

4/5/6

moderate (cukup mempengaruhi)

7/8

Tinggi (menyebabkan hilangnya fungsi utama)

9/10

Sangat tinggi(produk menjadi tidak berfungsi)

Penilaian untuk detection


Tabel 2.3 Penilaian Detection

Penilaian

Arti

Tertentu

Hamp ir tertentu

tinggi

4/5/6

moderate

7/8

rendah

9/10

Tidak bisa terdeteksi

Anda mungkin juga menyukai