Anda di halaman 1dari 2

PRESENTASI KASUS

MENINGITIS TUBERKULOSA
PADA TARUNA AKADEMI ANGKATAN UDARA
Gatot C. Pratama, Thamrin Sjamsudin, Ahmad Rizal

Pendahuluan. Meningitis tuberkulosa (TB) adalah radang selaput otak, merupakan


salah satu komplikasi TB primer. Fokus primer biasanya di tempat lain dan yang
terbanyak adalah di paru. Morbiditas dan mortalitas penyakit ini tinggi dan prognosisnya
buruk. Kejadian meningitis TB bervariasi tergantung pada tingkat sosio-ekonomi,
kesehatan masyarakat, umur, status gizi dan faktor genetik yang menentukan respon
imun seseorang.
Akademi Angkatan Udara merupakan lembaga pendidikan yang
mendidik dan melatih dari seorang penduduk sipil menjadi Tentara Nasional Indonesia
angkatan udara, mereka harus melalui berbagai macam tes kesehatan secara lengkap
termasuk didalamnya pemeriksaan terhadap kemungkinan adanya infeksi tuberkulosa.
Tujuan.
Presentasi kasus ini bertujuan untuk menggambarkan kasus meningitis
tuberkulosa pada seorang taruna akademi angkatan udara sehingga gagal meneruskan
pendidikannya.
Laporan Kasus. Seorang Taruna berusia 21 tahun dengan jabatan Sersan Mayor
Taruna, datang Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin Bandung dengan keluhan utama nyeri
kepala, keluhan disertai dengan panas badan yang tidak terlalu tinggi, kelopak mata
sebelah kiri tidak bisa diangkat, disertai penglihatan ganda. Muntah dan kejang tidak
ada. Berat badan turun 5,6 kg serta sering berkeringat malam. Pasien tetap sadar,
terdapat deficit neurologis yaitu tanda rangsangan meningen, hemiplegic dextra, parese
saraf otak III, IV kiri VII dan XII.
Tidak ada riwayat menderita penyakit TBC atau
kontak dengan penderita TBC. Pasien di diagnosa dengan Suspek meningitis TBC
grade II dan metabolic ensefalopati. Pada pemeriksaan lumbal pungsi didapatkan
likuor yang Xantochrom, menetes biasa dengan jumlah sel 190, Nonne (+), Pandy (+),
Glukosa 20 mg%, Protein 210 mg%. Pada pemeriksaan kultur likuor tidak ditemukan
pertumbuhan bakteri, Cryptococcus maupun basil tahan asam, pemeriksaan lain
berupa Hbs Ag (-), Anti HCV (-), imunoserologi CD4 208 sel/uL dan HIV (-). Pemeriksaan
MRI didapatkan infarct cerebri akut daerah ganglion kiri, thalamus kiri dan lobus
temporalis kiri bagian medial dan infarct lacunar akut daerah gyrus parahippocampal
lobus temporalis kanan, sesuai dengan komplikasi arteritis meningitis TBC.
Tidak
tampak hydrocephalus. Pada thorax foto tidak tampak kelainan pada jantung dan
paru. Pada perkembangannya, pasien menjadi lebih baik, deficit motorik menjadi
hemiparese dengan kekuatan 4+, diplopia membaik. Pasien kembali ke keluarganya.

Kesimpulan. Diagnosa pada kasus adalah meningitis tuberkulosa walaupun secara


definitif tidak ditemukan basil tahan asam pada pemeriksaan likuor dan tidak ditemukan
infeksi tuberkulosa pada paru-paru. Pencegahan merupakan hal terbaik, pada setiap
taruna, tenaga pegajar dan pendukung pendidikan hendaknya dilakukan pemeriksaan
berkala terhadap kemungkinan infeksi tuberkulosa.

Introduction. Meningitis tuberculosis (TB) is an inflammation of the lining of the brain,


is one of the complications of primary TB. The primary focus is usually elsewhere and
was mostly found in the lung. This is a disease with high morbidity and mortality, and
also have poor prognosis. TB meningitis incidence varies depending on the level of
socio-economic, public health, age, nutritional status and genetic factors, all of which
determine immune response of a person. Air Force Academy is an institution that
educates and trains a civilian to be a troop of the Indonesian National Army air force. In
doing so, they must go through a variety of medical tests are complete including the
examination of the possibility of tuberculosis infection.
Purpose. This case presentation aims to describe a case of tuberculosis meningitis in
an air force academy cadet which has led to a discontinuation of his military training.
Case report. A 21-year-old Midshipman Sergeant Major with the rank of Midshipman
was brought to Hasan Sadikin Hospital Bandung with headache as the main complaint.
This complaint was accompanied by fever, paresis of left eyelid could not be lifted, and
double vision. No vomiting and seizures. There was 5.6 kg weight loss and night
sweats. The patient remained conscious, but there were signs of neurological deficits
that consisted of meningeal irritation, right hemiplegia, cranial nerve palsy (left III, IV, VII
and XII nerves). No history of TB disease or contact. Diagnosis of grade II TB meningitis
and metabolic encephalopathy was made. Lumbar puncture examination showed
xanthochromic cerebrospinal fluid with number of cells 190. Nonne and Pandy were (+),
glucose and protein level were 20 mg% and 210 mg%, respectively. No bacterial growth
in culture of the CSF, nor the presence of acid resistant bacilli and Cryptococcus.
Examination of HBsAg, Anti-HCV and HIV showed negative result. CD4 cell count was
208 cells / ul. MRI examination showed an acute brain infarction on left ganglion area,
left thalamus and left medial temporal lobe along with acute lacunar infarction in
parahippocampal gyrus right temporal lobe area, in keeping with the sites of arteritis,
one of the main complication of TB meningitis. No sign of hydrocephalus. Chest photo
showed no heart and lung abnormalities. After hospitalization, the patient got better, the
motor weakness improved to hemiparesis (strength 4+), diplopia improved. The patient
was then returned to his family.
Conclusion. The diagnosis of tuberculous meningitis was made, although no definitive
causative agent was found, and there was no evidence of lung tuberculosis infection..
Prevention is the best thing. All cadets, staff and supporters should carry out periodic
checks on the possibility of tuberculosis infection.

Anda mungkin juga menyukai