Anda di halaman 1dari 25

Laporan Kasus

Ulkus Kornea dengan Hipopion


Pembimbing :
Dr. Rinanto Prabowo, Sp.M. M.Sc
Disusun oleh:
Margareth Stevany Pereira
112013259

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA, RSM DR. YAP


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
07 DESEMBER 2015 09 JANUARI 2016
YOGYAKARTA
1

KEPANITERAAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA


STATUS ILMU PENYAKIT MATA RUMAH SAKIT MATA DR YAP

I.

Nama

: Margareth Stevany Pereira

NIM

: 112013259

Dr. Pembimbing

: Dr. Rinanto Prabowo, SpM, M.Sc

Fak. Kedokteran

: UKRIDA

IDENTITAS
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Bangsa
Pekerjaan
Status perkawinan
Alamat
Masuk RS

II.

: Tn. S
: 60 tahun
: Laki-laki
: Islam
: Indonesia
: Buruh
: Menikah
: Karanganyar, Klaten
: 26 Desember 2015

ANAMNESIS
Dilakukan Allo-anamnesis pada tanggal 28 Desember 2015, pada pukul 15.30
Keluhan Utama:
Mata kanan sakit sejak 1 minggu yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang:
1 minggu SMRS pasien mengaku mata kanannya kelilipan oleh hewan kecil saat
sedang mengendarai motor. Beberapa hari setelah itu mata menjadi merah dan berair.
Setelah itu pasien merasa pandangan menjadi kabur seperti ada yang menghalangi.
Kelopak mata kanan juga susah untuk dibuka dan terasa sakit serta pegal pada mata.
Pasien juga merasakan silau yang berlebihan jika melihat cahaya dan menyangkal adanya
demam. Keluhan seperti mual, muntah dan nyeri kepala hebat disangkal. Penggunaan
lensa kontak sebelumnya juga disangkal pasien.
Pasien sudah meneteskan obat tetes mata yang dibeli di warung sejak 1 minggu
SMRS tetapi tidak ada perbaikan. Pasien menyangkal adanya penggunaan obat-obat
seperti jamu dan steroid. Tidak ada riwayat alergi makanan atau obat-obatan.
Riwayat Penyakit Dahulu:
a. Umum :
- Asma
- Diabetes Mellitus
- Hipertensi
- Hepatitis

: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
2

b.
-

Alergi obat
: Tidak ada
Mata :
Riwayat penggunaan kacamata (-)
Riwayat operasi katarak (-)

Riwayat Penyakit Keluarga:


Tidak ada
Status Gizi:
Berat badan
Tinggi badan
III.

: 50 kg
: 160 cm

PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS GENERALIS
Keadaan Umum
: Tampak sakit ringan
Kesadaran
: Compos Mentis (GCS : 15)
Tanda Vital
: Tekanan Darah
: 130/80mmHg
Nadi
: 86x/menit
Pernafasan
: 22x/menit
Suhu
: 37C
Kepala
: Normocephali, rambut hitam dengan distribusi merata
Mata
: OD konjungtiva hiperemis dan sklera tidak ikterik
THT
: Septum deviasi (-), MAE lapang, T1-T1 tidak hiperemis
Thoraks
: Suara nafas vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-), BJ I-II murni
reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
: Supel, datar, bising usus (+) normal
Ekstremitas
: Akral hangat, edema (-)
KGB
: Tidak teraba pembesaran KGB
B. STATUS OFTALMOLOGIS
KETERANGAN

OKULO DEXTRA (OD)

OKULO SINISTRA (OS)

1. VISUS
Tajam Penglihatan
Axis Visus

1/60, PSPW baik


Tidak dilakukan

5/60
Tidak dilakukan

Koreksi
Addisi
Distansia Pupil
Kacamata Lama

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

2. KEDUDUKAN BOLA MATA


Eksoftalmos
Enoftalmos
Deviasi
Gerakan Bola Mata

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Baik ke semua arah

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Baik ke semua arah
3

3. SUPERSILIA
Warna
Simetris

Hitam
Simetris

Hitam
Simetris

4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR


Edema
Nyeri tekan
Ektropion
Entropion
Blefarospasme
Trikiasis
Sikatriks
Fissura palpebra
Ptosis
Hordeolum
Kalazion

Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidakada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

5. KONJUNGTIVA TARSALIS SUPERIOR DAN INFERIOR


Hiperemis
Folikel
Papil
Sikatriks
Anemis
Kemosis

Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

6. KONJUNGTIVA BULBI
Sekret
Injeksi Konjungtiva
Injeksi Siliar
Pterigium
Pinguekula
Nevus Pigmentosus
Kista Dermoid

Ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

7. SISTEM LAKRIMALIS
Punctum Lakrimalis
Tes Anel

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

8. SKLERA
Warna
Ikterik
Nyeri Tekan

Hiperemis
Tidak ada
Tidak dilakukan

Putih
Tidak ada
Tidak dilakukan

Keruh
Tepi tidak rata
12mm
Menurun
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak dilakukan

Jernih
Licin
12mm
Baik
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak dilakukan

Sulit dinilai
Keruh
Tidak ada
Ada
Tidak ada

Dalam
Jernih
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai

Coklat kehitaman
Jelas
Tidak ada
Tidak ada

9. KORNEA
Kejernihan
Permukaan
Ukuran
Sensibilitas
Infiltrat
Keratik Presipitat
Sikatriks
Ulkus
Perforasi
Arkus Senilis
Edema
Tes Placido

10. BILIK MATA DEPAN


Kedalaman
Kejernihan
Hifema
Hipopion
Efek Tyndall
11. IRIS
Warna
Kripte
Sinekia
Koloboma

12. PUPIL
Letak
Bentuk
Ukuran
Refleks

Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Cahaya Sulit dinilai

Di tengah
Bulat
3mm
Positif

Langsung
5

Refleks Cahaya Tak


Langsung

Sulit dinilai

Positif

Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai

Jernih
Di tengah
Negatif

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Batas

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Warna

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Ekskavasio

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Rasio Arteri:Vena

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

C/D Ratio

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Makula Lutea

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Retina

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Eksudat

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Perdarahan

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Sikatriks

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Ablasio

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Ada
Tidak ada
Normal perpalpasi
Tidak dilakukan

Tidak ada
Tidak ada
Normal perpalpasi
Tidak dilakukan

Sulit dinilai

Baik

13. LENSA
Kejernihan
Letak
Shadow Test
14. BADAN KACA
Kejernihan

15. FUNDUS OKULI

16. PALPASI
Nyeri Tekan
Massa Tumor
Tensi Okuli
Tonometri Schiotz
17. KAMPUS VISI

Tes Konfrontasi

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


6

1.
2.
3.
4.
II.

Laboratorium: Pemeriksaan darah lengkap


Kultur sekret
Tes fluoresein
Uji sensitifitas
RESUME
Pasien laki-laki 91 tahun datang dengan keluhan sakit pada mata kanan sejak 1

minggu yang lalu. Sebelumnya pasien pernah kelilipan bulu mata sehingga mata kanan
merah dan berair. Mata kanan juga dirasakan seperti ada yang mengganjal dan gatal
sehingga pasien sering mengucek mata. Setelah itu pasien merasa pandangan menjadi
kabur seperti ada yang menghalangi. Kelopak mata kanan juga susah untuk dibuka dan
terasa sakit serta pegal pada mata. Pasien juga merasakan silau yang berlebihan jika
melihat cahaya. Pasien sudah meneteskan obat tetes mata yang dibeli di warung sejak 1
minggu SMRS tetapi tidak ada perbaikan.
Dari pemeriksan fisik mata didapatkan visus mata kanan

dengan tes proyeksi sinar

presepsi warna baik. Pada mata kanan terlihat adanya sekret mukopurulen dan hiperemis
serta adanya injeksi sclera. Pada kornea mata kanan didapatkan keruh, tepi tidak rata dan
sensibilitas menurun disertai dengan adanya ulkus. Kedalaman COA mata kanan sulit
dinilai dan terlihat adanya hipopion. Pemeriksaan iris, pupil dan lensa pada mata kanan
sulit dinilai. Pada palpasi didapatkan ada nyeri tekan.
III.

DIAGNOSIS KERJA
OD ulkus kornea dengan hipopion

IV.

V.

DIAGNOSIS BANDING
1. Keratitis
2. Keratojungtivitis
3. Uveitis anterior
PENATALAKSANAAN
- Medikamentosa
- Nonmedikamentosa
1.
Bed rest
2.
Debridement epitel kornea
3.
OD ditutup kasa tidak terlalu rapat
- Pro operasi: OD injeksi subkonjungtiva diflucan + ceftazidime
Baquinor /3 jam OD
Dibekacin /2 jam OD
Sulfas Atropin ed 3x1 OD
Antalgin 500 mg 3x1
7

Valisanbe 3x1
Cefadroxil 2x1
VI.

PROGNOSIS
Ad Vitam
Ad Fungsionam
Ad Sanationam

VII.

OKULO DEXTRA (OD)


:
dubia ad bonam
:
dubia ad malam
:
dubia ad malam

EDUKASI

Mata jangan terlalu sering terpapar sinar matahari ataupun debu. Disarankan
menggunakan kacamata saat berada diluar ruangan.

Jangan sering mengucek mata jika mata gatal.

Menjaga kebersihan diri dengan mencuci tangan sebelum memegang daerah sekitar
mata.

ULKUS KORNEA DENGAN HIPOPION


1. Pendahuluan
Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama kebutaan dan
gangguan penglihatan di seluruh dunia. Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat dicegah,
namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai.1
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui berkas cahaya
menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan strukturnya yang uniform, avaskuler dan
deturgenses. Deturgenses; atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh
pompa bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel lebih
penting daripada epitel dalam mekanisme dehidrasi dan cedera kimiawi atau fisik pada
endotel jauh lebih berat daripada cedera pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan
edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, cedera pada epitel hanya
menyebabkan edema lokal sesaat stroma kornea yang akan menghilang bila sel-sel epitel
telah beregenerasi. Penguapan air dari film air mata prakornea berakibat film air mata
menjadi hipertonik; proses itu dan penguapan langsung adalah faktor-faktor yang menarik air
dari stroma kornea superfisial untuk mempertahankan keadaan dehidrasi.1
Ulkus kornea dapat terjadi akibat adanya trauma oleh benda asing, dan dengan air mata
atau penyakit yang menyebabkan masuknya bakteri atau jamur ke dalam kornea sehingga
menimbulkan infeksi atau peradangan. Ulkus kornea merupakan luka terbuka pada kornea.

Keadaan ini menimbulkan nyeri, menurunkan kejernihan penglihatan dan kemungkinan erosi
kornea.2
Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat
supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari
epitel sampai stroma. Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat
untuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi berupa perforasi, endoftalmitis,
bahkan kebutaan. Ulkus kornea yang sembuh akan menimbulkan kekeruhan kornea dan
merupakan penyebab kebutaan nomor dua di Indonesia.2
Di Indonesia kekeruhan kornea masih merupakan masalah kesehatan mata sebab
kelainan ini menempati urutan kedua dalam penyebab utama kebutaan. Kekeruhan kornea ini
terutama disebabkan oleh infeksi mikroorganisme berupa bakteri, jamur, dan virus dan bila
terlambat didiagnosis atau diterapi secara tidak tepat akan mengakibatkan kerusakan stroma
dan meninggalkan jaringan parut yang luas.2
Insiden ulkus kornea tahun 1993 adalah 5,3 juta per 100.000 penduduk di Indonesia,
sedangkan predisposisi terjadinya ulkus kornea antara lain terjadi karena trauma, pemakaian
lensa kontak, dan kadang-kadang tidak diketahui penyebabnya.3
2. Definisi
Ulkus Kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat
supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari
epitel sampai stroma.Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat
kematian jaringan kornea.Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan
cepat uuntuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi seperti desmetokel,
perforasi, endoftalmitis.5
3. Epidemiologi

Di Amerika insiden ulkus kornea bergantung pada penyebabnya. Insidensi ulkus kornea
tahun 1993 adalah 5,3 per 100.000 penduduk di Indonesia, sedangkan predisposisi terjadinya
ulkus kornea antara lain terjadi karena trauma, pemakaian lensa kontak, dan kadang-kadang
tidak di ketahui penyebabnya. Walaupun infeksi jamur pada kornea sudah dilaporkan pada
tahun 1879 tetapi baru mulai periode 1950 keratomikosis diperhatikan. Banyak laporan
menyebutkan peningkatan angka kejadian ini sejalan dengan peningkatan penggunaan
kortikosteroid topikal, penggunaan obat imunosupresif dan lensa kontak. Singapura
melaporkan selama 2,5 tahun dari 112 kasus ulkus kornea 22 beretiologi jamur. Mortalitas
atau morbiditas tergantung dari komplikasi dari ulkus kornea seperti parut kornea, kelainan
refraksi, neovaskularisasi dan kebutaan. Berdasarkan kepustakaan di USA, laki-laki lebih
banyak menderita ulkus kornea, yaitu sebanyak 71%, begitu juga dengan penelitian yang
dilakukan di India Utara ditemukan 61% laki-laki. Hal ini mungkin disebabkan karena
banyaknya kegiatan kaum laki-laki sehari-hari sehingga meningkatkan resiko terjadinya
trauma termasuk trauma kornea.3
4. Etiologi
a. Infeksi

Infeksi Bakteri : P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies


Moraxella merupakan penyebab paling sering. Hampir semua ulkus berbentuk
sentral. Gejala klinis yang khas tidak dijumpai, hanya sekret yang keluar bersifat
mukopurulen yang bersifat khas menunjukkan infeksi P aeruginosa.

Infeksi Jamur
Disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium, dan spesies
mikosis fungoides.

Infeksi virus
Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk khas
dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah
akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk disiform bila
mengalami nekrosis di bagian sentral. Infeksi virus lainnya varicella-zoster,
variola, vacinia (jarang).

Acanthamoeba
Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam air yang
tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi kornea oleh
acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin dikenal pada pengguna lensa
10

kontak lunak, khususnya bila memakai larutan garam buatan sendiri. Infeksi juga
biasanya ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak yang terpapar air atau
tanah yang tercemar.1,4
b. Noninfeksi

Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH.


Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organik dan
organik anhidrat. Bila bahan asam mengenai mata maka akan terjadi pengendapan
protein permukaan sehingga bila konsentrasinya tidak tinggi maka tidak bersifat
destruktif. Biasanya kerusakan hanya bersifat superfisial saja. Pada bahan alkali
antara lain amonia, cairan pembersih yang mengandung kalium/natrium
hidroksida dan kalium karbonat akan terjadi penghancuran kolagen kornea.

Radiasi atau suhu


Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari yang akan
merusak epitel kornea.
Sindrom Sjorgen
Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai keratokonjungtivitis sicca yang
merupakan suatu keadan mata kering yang dapat disebabkan defisiensi unsur film
air mata (aquous, musin atau lipid), kelainan permukan palpebra atau kelainan
epitel yang menyebabkan timbulnya bintik-bintik kering pada kornea. Pada
keadaan lebih lanjut dapat timbul ulkus pada kornea dan defek pada epitel kornea
terpulas dengan flurosein.
Defisiensi vitamin A
Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan vitamin A
dari makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan ganggun pemanfaatan
oleh tubuh.
Obat-obatan
Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun, misalnya; kortikosteroid, IDU
(Iodo 2 dioxyuridine), anestesi lokal dan golongan imunosupresif.
Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma.
5. KLASIFIKASI
Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea, yaitu:
11

1.
a.
b.
c.
d.
2.

Ulkus kornea sentral


Ulkus kornea bakterialis
Ulkus kornea fungi
Ulkus kornea virus
Ulkus kornea acanthamoeba
Ulkus kornea perifer

a. Ulkus marginal
b. Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik / ulkus roden)
c. Ulkus cincin (ring ulcer)1,6
Ulkus Kornea Sentral
a.

Ulkus Kornea Bakterialis:


Ulkus Streptokokus: Khas sebagai ulkus yang menjalar dari tepi ke arah tengah kornea

(serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabu-abuan berbentuk cakram dengan tepi ulkus
yang menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi kornea, karena
eksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia.
Ulkus Stafilokokus: Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putih kekuningan
disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel. Apabila tidak diobati secara
adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema stroma dan infiltrasi sel leukosit.
Walaupun terdapat hipopion ulkus seringkali indolen yaitu reaksi radangnya minimal.
Ulkus Pseudomonas: Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea. ulkus
sentral ini dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea. Penyerbukan ke dalam dapat
mengakibatkan perforasi kornea dalam waktu 48 jam. gambaran berupa ulkus yang berwarna
abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan berwarna kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus
ini seperti cincin. Dalam bilik mata depan dapat terlihat hipopion yang banyak.
Ulkus Pneumokokus: Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam. Tepi
ulkus akan terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga memberikan gambaran
karakteristik yang disebut Ulkus Serpen. Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel yang penuh dan
berwarna kekuning-kuningan. Penyebaran ulkus sangat cepat dan sering terlihat ulkus yang
menggaung dan di daerah ini terdapat banyak kuman. Ulkus ini selalu di temukan hipopion
yang tidak selamanya sebanding dengan beratnya ulkus yang terlihat. Diagnosa lebih pasti
bila ditemukan dakriosistitis.

12

(a)

(b)

Gambar 4. (a) Gambaran ulkus kornea bakterialis. (b) Gambaran ulkus kornea yang
desababkan Psudomonas

b.

Ulkus Kornea Fungi


Mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai beberapa minggu

sesudah trauma yang dapat menimbulkan infeksi jamur ini.


Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan yang agak kering.
Tepi lesi berbatas tegas irregular dan terlihat penyebaran seperti bulu pada bagian epitel yang
baik. Terlihat suatu daerah tempat asal penyebaran di bagian sentral sehingga terdapat satelitsatelit disekitarnya..Tukak kadang-kadang dalam, seperti tukak yang disebabkan bakteri.
Pada infeksi candida bentuk tukak lonjong dengan permukaan naik. Dapat terjadi
neovaskularisasi akibat rangsangan radang. Terdapat injeksi siliar disertai hipopion.

Gambar 5. Ulkus Kornea Fungi


c.

Ulkus Kornea Virus


Ulkus Kornea Herpes Zoster : Biasanya diawali rasa sakit pada kulit dengan perasaan

lesu. Gejala ini timbul satu 1-3 hari sebelum timbulnya gejala kulit. Pada mata ditemukan
vesikel kulit dan edema palpebra, konjungtiva hiperemis, kornea keruh akibat terdapatnya
infiltrat subepitel dan stroma. Infiltrat dapat berbentuk dendrit yang bentuknya berbeda
dengan dendrit herpes simplex. Dendrit herpes zoster berwarna abu-abu kotor dengan
fluoresin yang lemah. Kornea hipestesi tetapi dengan rasa sakit keadaan yang berat pada
kornea biasanya disertai dengan infeksi sekunder.
Ulkus Kornea Herpes simplex : Infeksi primer yang diberikan oleh virus herpes
simplex dapat terjadi tanpa gejala klinik. Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda injeksi
siliar yang kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di permukaan epitel kornea disusul
dengan bentuk dendrit atau bintang infiltrasi. terdapat hipertesi pada kornea secara lokal
13

kemudian menyeluruh. Terdapat pembesaran kelenjar preaurikel. Bentuk dendrit herpes


simplex kecil, ulceratif, jelas diwarnai dengan fluoresin dengan benjolan diujungnya.

(a)

(b)

Gambar 6. (a) Ulkus Kornea Dendritik. (b) Ulkus Kornea Herpetik


d.

Ulkus Kornea Acanthamoeba


Awal dirasakan sakit yang tidak sebanding dengan temuan kliniknya, kemerahan dan

fotofobia. Tanda klinik khas adalah ulkus kornea indolen, cincin stroma, dan infiltrat
perineural.
Gambar 7. Ulkus Kornea Acanthamoeba

Ulkus Kornea Perifer


a.

Ulkus Marginal
Bentuk ulkus marginal dapat simpel atau cincin. Bentuk simpel berbentuk ulkus

superfisial yang berwarna abu-abu dan terdapat pada infeksi stafilococcus, toksik atau alergi
dan gangguan sistemik pada influenza disentri basilar gonokok arteritis nodosa, dan lain-lain.
Yang berbentuk cincin atau multiple dan biasanya lateral. Ditemukan pada penderita
leukemia akut, sistemik lupus eritromatosis dan lain-lain.

14

Gambar 8. Ulkus Marginal


b.

Ulkus Mooren
Merupakan ulkus yang berjalan progresif dari perifer kornea kearah sentral. Ulkus

mooren terutama terdapat pada usia lanjut. Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui.
Banyak teori yang diajukan dan salah satu adalah teori hipersensitivitas tuberculosis, virus,
alergi dan autoimun. Biasanya menyerang satu mata. Perasaan sakit sekali. Sering menyerang
seluruh permukaan kornea dan kadang meninggalkan satu pulau yang sehat pada bagian yang
sentral.

Gambar 9. Mooren's Ulcer


6.
Patofisiologi
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam
perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan seratnya
tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama terjadi di permukaan anterior
dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera mengganggu
pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh karenanya kelainan sekecil apapun di
kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di
daerah pupil.5
Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera datang,
seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan kornea,
wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai
makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan
tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel
mononuclear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya
infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan
permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbulah ulkus kornea.6

15

Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik
superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit juga
diperberat dengan adanya gesekan palpebra (terutama palbebra superior) pada kornea dan
menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang meradang dapat
menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan
fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris. 1
Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut. Infiltrat sel
leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini menyebar kedua arah yaitu
melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil dan superficial maka akan lebih cepat
sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran
Bowman dan sebagian stroma maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan
menyebabkan terjadinya sikatrik.5
Epitelium yang rusak terinfeksi oleh agen patologik yang muncul pada perkembangan
ulkus kornea dapat dideskripsikan menjadi empat stadium, yaitu infiltrasi, ulkus aktif, regresi
dan sikatrik. Hasil akhir dari ulkus korena tergantung dari virulensi agen infektif, mekanisme
daya tahan tubuh dan terapi yang diberikan. Bergantung kepada tiga faktor tersebut, maka
ulkus kornea dapat menjadi; ulkus terlokalisir dan sembuh, penetrasi lebih daam sampai
dapat terjadi perforasi atau menyebar secara cepat pada seluruh kornea dalam bentuk ulkus
kornea.10
a.

Stadium infiltrasi progresif


Karekteristk yang menonjol adalah infiltrasi dari PMN dan/atau limfosit ke epithelium

dari suplementasi sirkulasi perifer melalui stroma jika jaringan ini juga terkena. Nekrosis
pada jaringan juga dapat terjadi, tergantung pada virulensi agen dan ketahanan daya tahan
tubuh pasien.
b.
Stadium ulkus aktif
Ulkus aktif adalah suatu hasil dari nekrosis dan pelepasan epithelium, lapisan bowman
dan stroma. Dinding dari ulkus aktif membengkak pada lamella dengan menginhibis cairan
dan sel-sel leukosit yang ada diantara lapisan bowman dan stroma. Zona infiltrasi
memberikan jarak antara jaringan sekitar dan tepi ulkus. Pada stadium ini , sisi dan dasar
ulkus tampak infiltrasi keabu-abuan dan pengelupasan.
Pada stadium ini, akan menimbulkan hiperimia pada pembuluh darah jaringan
circumcorneal yang menimbulkan eksudat purulen pada kornea. Muncul juga kongesti
vascular pada iris dan badan siliar dan beberapa derajat iritis yang disebabkan oleh absorbs

16

toksin dari ulkus. Eksudasi menuju kamera okuli anterior melalui pembuluh darah iris dan
badan siliar dapat menimbulkan hipopion.
Ulserasi mungkin terjadi kemajuan dengan penyebaran ke lateral yang ditunjukan pada
ulkus superficial difus atau kemajuan itu lebih kea rah dalam dan dapat menyebabkan
pembentukan desmetocele dan dapat menyebabkan perforasi. Bila agen infeksius sangat
virulen dan/atau daya tahan tubuh menurun makan dapat penetrasi ke tempat yang lebih
dalam pada stadium ulkus aktif.
c.
Stadium regresi
Regresi dipicu oleh daya tahan tubuh natural (produksi antibody dan immuneselular)
dan terapi yang dapat respon yang baik. Proses ini didukung oleh vaskularisasi superficial
yang meningkatkan respon imun humural seluler. Ulkus pada stadium ini mulai membaik dan
epithelium mulai tumbuh pada sekeliling ulkus.
d.
Stadium sikatrik
Stadium ini proses penyembuhan berlanjut dengan semakin progresifnya epitelisasi
yang membentuk lapisan terluar secara permanen. Selain epithelium, jaringan fibrous juga
mengambil bagian dengan membentuk fibroblast pada kornea dan sebagian lamella stroma,
jaringan parut yang terbentuk disebut dengan nebula. Macula dan leukoma adalah hasil dari
proses penyembuhan pada ulkus yang lebih dari satu per tiga stroma kornea.
Perforasi ulkus kornea dapat terjadi bila proses ulkus lebih dalam dan mencapai
membrane descement. Membrane ini keluar sebagai descemetocele. Pada stadium ini,
tekanan yang meningkat pada pasien secara tiba-tiba seperti batuk, bersin, mengejan akan
menyebabkan perforasi. Bila perforasi kecil dapat terjadi proses penyembuhan dan
pembentukan sikatrik yang cepat. Leukoma adheren adalah tampilan yang paling sering
terdapat pada kondisi akhir.
7.

Manifestasi klinis

Gejala ulkus kornea yang didapat dari anamnesa pada umumnya adalah penurunan
ketajaman penglihatan, fotofobia, sensasi adanya benda asing pada mata, rasa sakit, mata
merah dan mata bengkak.11,12 Penurunan ketajaman penglihatan disebabkan terganggunya
fungsi pembiasan cahaya terutama jika lesi terletak ditengah. Fotofobia pada penyakit kornea
muncul sebagai akibat dari rasa nyeri pada kontraksi iris yang mengalami inflamasi. Dapat
pula ditemukan adanya dilatasi pembuluh darah iris sebagai respons terhadap iritasi pada
ujung saraf korneal. Rasa sakit disebabkan karena kornea memiliki banyak serabut nyeri.
Rasa sakit ini diperhebat oleh gesekan palpebra (terutama palpebra superior) pada kornea.
17

Pada pemeriksaan fisik mata ditemukan penurunan tajam penglihatan bergantung pada
lokasi ulkus kornea. Terdapat inflamasi pada palpebra dan konjungtiva. Reaksi konjungtiva
biasanya tidak spesifik. Secara khas didapatkan injeksi siliar. Ulkus seringkali berbentuk
bulat atau oval dengan batas yang jelas, dasar ulkus kasar dan berwarna kelabu. Dalam garis
besar gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa:
Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva
Sekret mukopurulen
Merasa ada benda asing di mata
Pandangan kabur
Mata berair
Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus
Silau
Nyeri
Injeksi siliar
Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat
Hipopion4

18

8.

DIAGNOSIS

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan


klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium. Anamnesis pasien
penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya riwayat trauma, benda asing,
abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi
virus herpes simplek yang sering kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian
obat topikal oleh pasien seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit
bakteri, fungi, virus terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi imunosupresi
akibat penyakit sistemik seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi imunosupresi
khusus.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi siliar, kornea
edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus berat dapat terjadi iritis yang
disertai dengan hipopion.1,3
Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti ketajaman
penglihatan, pemeriksaan slit-lamp, keratometri, pewarnaan kornea dengan fluresens.

Gambar 10. Kornea ulcer dengan fluoresensi


Selain itu perlu juga dilakukan analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH).
Pada jamur dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan spatula kimura dari dasar dan tepi
ulkus dengan biomikroskop dilakukan pewarnaan KOH, gram atau Giemsa. Lebih baik lagi
dengan biopsi jaringan kornea dan diwarnai dengan periodic acid Schiff. Selanjutnya
dilakukan kultur dengan agar sabouraud atau agar ekstrak maltosa.5

19

Gambar 11. Pewarnaan gram ulkus kornea fungi


(a)

(b)

Gambar 12. (a) Pewarnaan gram ulkus kornea herpes simplex. (b) pewarnaan gram kornea
herpes zooster

(a)

(b)

Gambar 13. (a) Pewarnaan gram ulkus kornea bakteri. (b) Pewarnaan gram ulkus kornea
bakteri akantamoeba
9.
Penatalaksanaan
Ulkus kornea adalah keadan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis mata
agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan pada ulkus kornea
tergantung penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang mengandung antibiotik, anti virus,
anti jamur, sikloplegik dan mengurangi reaksi peradangan dengann steroid. Pasien dirawat
bila mengancam perforasi, pasien tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat
dan perlunya obat sistemik.
a.
1.

Penatalaksanaan ulkus kornea di rumah


Jika memakai lensa

kontak,

secepatnya

untuk

melepaskannya
2.

Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang


meradang
20

3.

Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan

sesering mungkin dan mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih
4.
Berikan analgetik jika nyeri
b. Penatalaksanaan medis
1.
Pengobatan konstitusi
Oleh karena ulkus biasannya timbul pada orang dengan keadaan umum yang kurang
dari normal, maka keadaan umumnya harus diperbaiki dengan makanan yang bergizi, udara
yang baik, lingkungan yang sehat, pemberian roboransia yang mengandung vitamin A,
vitamin B kompleks dan vitamin C. Pada ulkus-ulkus yang disebabkan kuman yang virulen,
yang tidak sembuh dengan pengobatan biasa, dapat diberikan vaksin tifoid 0,1 cc atau 10 cc
susu steril yang disuntikkan intravena dan hasilnya cukup baik. Dengan penyuntikan ini suhu
badan akan naik, tetapi jangan sampai melebihi 39,5C. Akibat kenaikan suhu tubuh ini
diharapkan bertambahnya antibodi dalam badan dan menjadi lekas sembuh.
2.
Pengobatan lokal
Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera dihilangkan. Lesi kornea sekecil
apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya. Konjungtuvitis, dakriosistitis harus
diobati dengan baik. Infeksi lokal pada hidung, telinga, tenggorok, gigi atau tempat lain harus
segera dihilangkan. Infeksi pada mata harus diberikan:
Sulfas atropine sebagai salap atau larutan, kebanyakan dipakai sulfas atropine karena
bekerja lama 1-2 minggu.
Efek kerja sulfas atropine :
-

Sedatif, menghilangkan rasa sakit.

Dekongestif, menurunkan tanda-tanda radang.

Menyebabkan paralysis M. siliaris dan M. konstriktor pupil.


Dengan lumpuhnya M. siliaris mata tidak mempunyai daya akomodsi sehingga mata
dalan keadaan istirahat. Dengan lumpuhnya M. konstriktor pupil, terjadi midriasis
sehinggga sinekia posterior yang telah ada dapat dilepas dan mencegah pembentukan
sinekia posterior yang baru.

Skopolamin sebagai midriatika.


Analgetik.
Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain, atau tetrakain tetapi
jangan sering-sering.
Antibiotik

21

Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum luas diberikan
sebagai salap, tetes atau injeksi subkonjungtiva. Pada pengobatan ulkus sebaiknya tidak
diberikan salap mata karena dapat memperlambat penyembuhan dan juga dapat
menimbulkan erosi kornea kembali.

Anti jamur
Terapi medika mentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya preparat komersial yang
tersedia berdasarkan jenis keratomitosis yang dihadapi bisa dibagi:
1.

Jenis jamur yang belum diidentifikasi penyebabnya : topikal


amphotericin B 1, 2, 5 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml, Natamycin > 10 mg/ml,
golongan Imidazole

2.

Jamur berfilamen : topikal amphotericin B, thiomerosal,


Natamicin, Imidazol

3.

Ragi (yeast) : amphotericin B, Natamicin, Imidazol

4.

Actinomyces yang bukan jamur sejati : golongan sulfa,


berbagai jenis anti biotik

Anti Viral
Untuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik diberikan streroid lokal untuk
mengurangi gejala, sikloplegik, anti biotik spektrum luas untuk infeksi sekunder analgetik
bila terdapat indikasi. Untuk herpes simplex diberikan pengobatan IDU, ARA-A, PAA,
interferon inducer.
Perban tidak seharusnya dilakukan pada

lesi infeksi supuratif karena dapat

menghalangi pengaliran sekret infeksi tersebut dan memberikan media yang baik terhadap
perkembangbiakan kuman penyebabnya. Perban memang diperlukan pada ulkus yang bersih
tanpa sekret guna mengurangi rangsangan. Untuk menghindari penjalaran ulkus dapat
dilakukan :
1.

Kauterisasi
a)

Dengan zat kimia : Iodine, larutan murni asam karbolik, larutan murni
trikloralasetat.

b)

Dengan panas (heat cauterisasion) : memakai elektrokauter atau termophore.


Dengan instrumen ini dengan ujung alatnya yang mengandung panas disentuhkan pada
pinggir ulkus sampai berwarna keputih-putihan.

2.

Pengerokan epitel yang sakit


22

Parasentesa dilakukan kalau pengobatan dengan obat-obat tidak menunjukkan perbaikan


dengan maksud mengganti cairan coa yang lama dengan yang baru yang banyak
mengandung antibodi dengan harapan luka cepat sembuh. Penutupan ulkus dengan flap
konjungtiva, dengan melepaskan konjungtiva dari sekitar limbus yang kemudian ditarik
menutupi ulkus dengan tujuan memberi perlindungan dan nutrisi pada ulkus untuk
mempercepat penyembuhan. Kalau sudah sembuh flap konjungtiva ini dapat dilepaskan
kembali.
Bila seseorang dengan ulkus kornea mengalami perforasi spontan berikan sulfas atropine,
antibiotik dan balut yang kuat. Segera berbaring dan jangan melakukan gerakan-gerakan.
Bila perforasinya disertai prolaps iris dan terjadinya baru saja, maka dapat dilakukan :
Iridektomi dari iris yang prolaps
Iris reposisi
Kornea dijahit dan ditutup dengan flap konjungtiva
Beri sulfas atripin, antibiotic dan balut yang kuat
Bila terjadi perforasi dengan prolaps iris yang telah berlangsung lama, kita obati seperti
ulkus biasa tetapi prolas irisnya dibiarkan saja, sampai akhirnya sembuh menjadi leukoma
adherens. Antibiotik diberikan juga secara sistemik.4,6,7

Gambar 14. Ulkus kornea perforasi, jaringan iris keluar dan menonjol, infiltrat pada kornea
ditepi perforasi.
3.

Keratoplasti
Keratoplasti adalah jalan terakhir jika urutan penatalaksanaan diatas tidak berhasil.
Indikasi keratoplasti terjadi jaringan parut yang mengganggu penglihatan, kekeruhan
kornea yang menyebabkan kemunduran tajam penglihatan, serta memenuhi beberapa
kriteria yaitu:
- Kemunduran visus yang cukup menggangu aktivitas penderita
- Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita.

23

- Kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia.


Gambar 15. Keratoplasti

10.
PENCEGAHAN
Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi kepada ahli
mata setiap ada keluhan pada mata. Sering kali luka yang tampak kecil pada kornea dapat
mengawali timbulnya ulkus dan mempunyai efek yang sangat buruk bagi mata.
- Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk ke dalam mata.
- Jika mata sering

kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa menutup

sempurna, gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan basah.
- Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan merawat
lensa tersebut.7
11.

KOMPLIKASI

Komplikasi yang paling sering timbul berupa:

Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu sangat singkat

Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis dan panopthalmitis

Prolaps iris

Sikatrik kornea

Glaukoma sekunder7
12.
PROGNOSIS
Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya

mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada tidaknya komplikasi


yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu penyembuhan yang lama, karena
jaringan kornea bersifat avaskular. Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya
mendapat pertolongan serta timbulnya komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk.
Penyembuhan yang lama mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan obat. Dalam hal
ini, apabila tidak ada ketaatan penggunaan obat terjadi pada penggunaan antibiotika maka
dapat menimbulkan resistensi.

24

Ulkus kornea harus membaik setiap harinya dan harus disembuhkan dengan pemberian
terapi yang tepat. Ulkus kornea dapat sembuh dengan dua metode; migrasi sekeliling sel
epitel yang dilanjutkan dengan mitosis sel dan pembentukan pembuluh darah dari
konjungtiva. Ulkus superfisial yang kecil dapat sembuh dengan cepat melalui metode yang
pertama, tetapi pada ulkus yang besar, perlu adanya suplai darah agar leukosit dan fibroblas
dapat membentuk jaringan granulasi dan kemudian sikatrik.3,8

25

Anda mungkin juga menyukai