I.
Nama
NIM
: 112013259
Dr. Pembimbing
Fak. Kedokteran
: UKRIDA
IDENTITAS
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Bangsa
Pekerjaan
Status perkawinan
Alamat
Masuk RS
II.
: Tn. S
: 60 tahun
: Laki-laki
: Islam
: Indonesia
: Buruh
: Menikah
: Karanganyar, Klaten
: 26 Desember 2015
ANAMNESIS
Dilakukan Allo-anamnesis pada tanggal 28 Desember 2015, pada pukul 15.30
Keluhan Utama:
Mata kanan sakit sejak 1 minggu yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang:
1 minggu SMRS pasien mengaku mata kanannya kelilipan oleh hewan kecil saat
sedang mengendarai motor. Beberapa hari setelah itu mata menjadi merah dan berair.
Setelah itu pasien merasa pandangan menjadi kabur seperti ada yang menghalangi.
Kelopak mata kanan juga susah untuk dibuka dan terasa sakit serta pegal pada mata.
Pasien juga merasakan silau yang berlebihan jika melihat cahaya dan menyangkal adanya
demam. Keluhan seperti mual, muntah dan nyeri kepala hebat disangkal. Penggunaan
lensa kontak sebelumnya juga disangkal pasien.
Pasien sudah meneteskan obat tetes mata yang dibeli di warung sejak 1 minggu
SMRS tetapi tidak ada perbaikan. Pasien menyangkal adanya penggunaan obat-obat
seperti jamu dan steroid. Tidak ada riwayat alergi makanan atau obat-obatan.
Riwayat Penyakit Dahulu:
a. Umum :
- Asma
- Diabetes Mellitus
- Hipertensi
- Hepatitis
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
2
b.
-
Alergi obat
: Tidak ada
Mata :
Riwayat penggunaan kacamata (-)
Riwayat operasi katarak (-)
: 50 kg
: 160 cm
PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS GENERALIS
Keadaan Umum
: Tampak sakit ringan
Kesadaran
: Compos Mentis (GCS : 15)
Tanda Vital
: Tekanan Darah
: 130/80mmHg
Nadi
: 86x/menit
Pernafasan
: 22x/menit
Suhu
: 37C
Kepala
: Normocephali, rambut hitam dengan distribusi merata
Mata
: OD konjungtiva hiperemis dan sklera tidak ikterik
THT
: Septum deviasi (-), MAE lapang, T1-T1 tidak hiperemis
Thoraks
: Suara nafas vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-), BJ I-II murni
reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
: Supel, datar, bising usus (+) normal
Ekstremitas
: Akral hangat, edema (-)
KGB
: Tidak teraba pembesaran KGB
B. STATUS OFTALMOLOGIS
KETERANGAN
1. VISUS
Tajam Penglihatan
Axis Visus
5/60
Tidak dilakukan
Koreksi
Addisi
Distansia Pupil
Kacamata Lama
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Baik ke semua arah
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Baik ke semua arah
3
3. SUPERSILIA
Warna
Simetris
Hitam
Simetris
Hitam
Simetris
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidakada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
6. KONJUNGTIVA BULBI
Sekret
Injeksi Konjungtiva
Injeksi Siliar
Pterigium
Pinguekula
Nevus Pigmentosus
Kista Dermoid
Ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
7. SISTEM LAKRIMALIS
Punctum Lakrimalis
Tes Anel
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
8. SKLERA
Warna
Ikterik
Nyeri Tekan
Hiperemis
Tidak ada
Tidak dilakukan
Putih
Tidak ada
Tidak dilakukan
Keruh
Tepi tidak rata
12mm
Menurun
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak dilakukan
Jernih
Licin
12mm
Baik
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak dilakukan
Sulit dinilai
Keruh
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Dalam
Jernih
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Coklat kehitaman
Jelas
Tidak ada
Tidak ada
9. KORNEA
Kejernihan
Permukaan
Ukuran
Sensibilitas
Infiltrat
Keratik Presipitat
Sikatriks
Ulkus
Perforasi
Arkus Senilis
Edema
Tes Placido
12. PUPIL
Letak
Bentuk
Ukuran
Refleks
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Cahaya Sulit dinilai
Di tengah
Bulat
3mm
Positif
Langsung
5
Sulit dinilai
Positif
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Jernih
Di tengah
Negatif
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Batas
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Warna
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Ekskavasio
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Rasio Arteri:Vena
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
C/D Ratio
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Makula Lutea
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Retina
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Eksudat
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Perdarahan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Sikatriks
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Ablasio
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Ada
Tidak ada
Normal perpalpasi
Tidak dilakukan
Tidak ada
Tidak ada
Normal perpalpasi
Tidak dilakukan
Sulit dinilai
Baik
13. LENSA
Kejernihan
Letak
Shadow Test
14. BADAN KACA
Kejernihan
16. PALPASI
Nyeri Tekan
Massa Tumor
Tensi Okuli
Tonometri Schiotz
17. KAMPUS VISI
Tes Konfrontasi
1.
2.
3.
4.
II.
minggu yang lalu. Sebelumnya pasien pernah kelilipan bulu mata sehingga mata kanan
merah dan berair. Mata kanan juga dirasakan seperti ada yang mengganjal dan gatal
sehingga pasien sering mengucek mata. Setelah itu pasien merasa pandangan menjadi
kabur seperti ada yang menghalangi. Kelopak mata kanan juga susah untuk dibuka dan
terasa sakit serta pegal pada mata. Pasien juga merasakan silau yang berlebihan jika
melihat cahaya. Pasien sudah meneteskan obat tetes mata yang dibeli di warung sejak 1
minggu SMRS tetapi tidak ada perbaikan.
Dari pemeriksan fisik mata didapatkan visus mata kanan
presepsi warna baik. Pada mata kanan terlihat adanya sekret mukopurulen dan hiperemis
serta adanya injeksi sclera. Pada kornea mata kanan didapatkan keruh, tepi tidak rata dan
sensibilitas menurun disertai dengan adanya ulkus. Kedalaman COA mata kanan sulit
dinilai dan terlihat adanya hipopion. Pemeriksaan iris, pupil dan lensa pada mata kanan
sulit dinilai. Pada palpasi didapatkan ada nyeri tekan.
III.
DIAGNOSIS KERJA
OD ulkus kornea dengan hipopion
IV.
V.
DIAGNOSIS BANDING
1. Keratitis
2. Keratojungtivitis
3. Uveitis anterior
PENATALAKSANAAN
- Medikamentosa
- Nonmedikamentosa
1.
Bed rest
2.
Debridement epitel kornea
3.
OD ditutup kasa tidak terlalu rapat
- Pro operasi: OD injeksi subkonjungtiva diflucan + ceftazidime
Baquinor /3 jam OD
Dibekacin /2 jam OD
Sulfas Atropin ed 3x1 OD
Antalgin 500 mg 3x1
7
Valisanbe 3x1
Cefadroxil 2x1
VI.
PROGNOSIS
Ad Vitam
Ad Fungsionam
Ad Sanationam
VII.
EDUKASI
Mata jangan terlalu sering terpapar sinar matahari ataupun debu. Disarankan
menggunakan kacamata saat berada diluar ruangan.
Menjaga kebersihan diri dengan mencuci tangan sebelum memegang daerah sekitar
mata.
Keadaan ini menimbulkan nyeri, menurunkan kejernihan penglihatan dan kemungkinan erosi
kornea.2
Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat
supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari
epitel sampai stroma. Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat
untuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi berupa perforasi, endoftalmitis,
bahkan kebutaan. Ulkus kornea yang sembuh akan menimbulkan kekeruhan kornea dan
merupakan penyebab kebutaan nomor dua di Indonesia.2
Di Indonesia kekeruhan kornea masih merupakan masalah kesehatan mata sebab
kelainan ini menempati urutan kedua dalam penyebab utama kebutaan. Kekeruhan kornea ini
terutama disebabkan oleh infeksi mikroorganisme berupa bakteri, jamur, dan virus dan bila
terlambat didiagnosis atau diterapi secara tidak tepat akan mengakibatkan kerusakan stroma
dan meninggalkan jaringan parut yang luas.2
Insiden ulkus kornea tahun 1993 adalah 5,3 juta per 100.000 penduduk di Indonesia,
sedangkan predisposisi terjadinya ulkus kornea antara lain terjadi karena trauma, pemakaian
lensa kontak, dan kadang-kadang tidak diketahui penyebabnya.3
2. Definisi
Ulkus Kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat
supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari
epitel sampai stroma.Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat
kematian jaringan kornea.Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan
cepat uuntuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi seperti desmetokel,
perforasi, endoftalmitis.5
3. Epidemiologi
Di Amerika insiden ulkus kornea bergantung pada penyebabnya. Insidensi ulkus kornea
tahun 1993 adalah 5,3 per 100.000 penduduk di Indonesia, sedangkan predisposisi terjadinya
ulkus kornea antara lain terjadi karena trauma, pemakaian lensa kontak, dan kadang-kadang
tidak di ketahui penyebabnya. Walaupun infeksi jamur pada kornea sudah dilaporkan pada
tahun 1879 tetapi baru mulai periode 1950 keratomikosis diperhatikan. Banyak laporan
menyebutkan peningkatan angka kejadian ini sejalan dengan peningkatan penggunaan
kortikosteroid topikal, penggunaan obat imunosupresif dan lensa kontak. Singapura
melaporkan selama 2,5 tahun dari 112 kasus ulkus kornea 22 beretiologi jamur. Mortalitas
atau morbiditas tergantung dari komplikasi dari ulkus kornea seperti parut kornea, kelainan
refraksi, neovaskularisasi dan kebutaan. Berdasarkan kepustakaan di USA, laki-laki lebih
banyak menderita ulkus kornea, yaitu sebanyak 71%, begitu juga dengan penelitian yang
dilakukan di India Utara ditemukan 61% laki-laki. Hal ini mungkin disebabkan karena
banyaknya kegiatan kaum laki-laki sehari-hari sehingga meningkatkan resiko terjadinya
trauma termasuk trauma kornea.3
4. Etiologi
a. Infeksi
Infeksi Jamur
Disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium, dan spesies
mikosis fungoides.
Infeksi virus
Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk khas
dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah
akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk disiform bila
mengalami nekrosis di bagian sentral. Infeksi virus lainnya varicella-zoster,
variola, vacinia (jarang).
Acanthamoeba
Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam air yang
tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi kornea oleh
acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin dikenal pada pengguna lensa
10
kontak lunak, khususnya bila memakai larutan garam buatan sendiri. Infeksi juga
biasanya ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak yang terpapar air atau
tanah yang tercemar.1,4
b. Noninfeksi
1.
a.
b.
c.
d.
2.
a. Ulkus marginal
b. Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik / ulkus roden)
c. Ulkus cincin (ring ulcer)1,6
Ulkus Kornea Sentral
a.
(serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabu-abuan berbentuk cakram dengan tepi ulkus
yang menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi kornea, karena
eksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia.
Ulkus Stafilokokus: Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putih kekuningan
disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel. Apabila tidak diobati secara
adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema stroma dan infiltrasi sel leukosit.
Walaupun terdapat hipopion ulkus seringkali indolen yaitu reaksi radangnya minimal.
Ulkus Pseudomonas: Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea. ulkus
sentral ini dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea. Penyerbukan ke dalam dapat
mengakibatkan perforasi kornea dalam waktu 48 jam. gambaran berupa ulkus yang berwarna
abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan berwarna kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus
ini seperti cincin. Dalam bilik mata depan dapat terlihat hipopion yang banyak.
Ulkus Pneumokokus: Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam. Tepi
ulkus akan terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga memberikan gambaran
karakteristik yang disebut Ulkus Serpen. Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel yang penuh dan
berwarna kekuning-kuningan. Penyebaran ulkus sangat cepat dan sering terlihat ulkus yang
menggaung dan di daerah ini terdapat banyak kuman. Ulkus ini selalu di temukan hipopion
yang tidak selamanya sebanding dengan beratnya ulkus yang terlihat. Diagnosa lebih pasti
bila ditemukan dakriosistitis.
12
(a)
(b)
Gambar 4. (a) Gambaran ulkus kornea bakterialis. (b) Gambaran ulkus kornea yang
desababkan Psudomonas
b.
lesu. Gejala ini timbul satu 1-3 hari sebelum timbulnya gejala kulit. Pada mata ditemukan
vesikel kulit dan edema palpebra, konjungtiva hiperemis, kornea keruh akibat terdapatnya
infiltrat subepitel dan stroma. Infiltrat dapat berbentuk dendrit yang bentuknya berbeda
dengan dendrit herpes simplex. Dendrit herpes zoster berwarna abu-abu kotor dengan
fluoresin yang lemah. Kornea hipestesi tetapi dengan rasa sakit keadaan yang berat pada
kornea biasanya disertai dengan infeksi sekunder.
Ulkus Kornea Herpes simplex : Infeksi primer yang diberikan oleh virus herpes
simplex dapat terjadi tanpa gejala klinik. Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda injeksi
siliar yang kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di permukaan epitel kornea disusul
dengan bentuk dendrit atau bintang infiltrasi. terdapat hipertesi pada kornea secara lokal
13
(a)
(b)
fotofobia. Tanda klinik khas adalah ulkus kornea indolen, cincin stroma, dan infiltrat
perineural.
Gambar 7. Ulkus Kornea Acanthamoeba
Ulkus Marginal
Bentuk ulkus marginal dapat simpel atau cincin. Bentuk simpel berbentuk ulkus
superfisial yang berwarna abu-abu dan terdapat pada infeksi stafilococcus, toksik atau alergi
dan gangguan sistemik pada influenza disentri basilar gonokok arteritis nodosa, dan lain-lain.
Yang berbentuk cincin atau multiple dan biasanya lateral. Ditemukan pada penderita
leukemia akut, sistemik lupus eritromatosis dan lain-lain.
14
Ulkus Mooren
Merupakan ulkus yang berjalan progresif dari perifer kornea kearah sentral. Ulkus
mooren terutama terdapat pada usia lanjut. Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui.
Banyak teori yang diajukan dan salah satu adalah teori hipersensitivitas tuberculosis, virus,
alergi dan autoimun. Biasanya menyerang satu mata. Perasaan sakit sekali. Sering menyerang
seluruh permukaan kornea dan kadang meninggalkan satu pulau yang sehat pada bagian yang
sentral.
15
Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik
superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit juga
diperberat dengan adanya gesekan palpebra (terutama palbebra superior) pada kornea dan
menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang meradang dapat
menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan
fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris. 1
Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut. Infiltrat sel
leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini menyebar kedua arah yaitu
melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil dan superficial maka akan lebih cepat
sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran
Bowman dan sebagian stroma maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan
menyebabkan terjadinya sikatrik.5
Epitelium yang rusak terinfeksi oleh agen patologik yang muncul pada perkembangan
ulkus kornea dapat dideskripsikan menjadi empat stadium, yaitu infiltrasi, ulkus aktif, regresi
dan sikatrik. Hasil akhir dari ulkus korena tergantung dari virulensi agen infektif, mekanisme
daya tahan tubuh dan terapi yang diberikan. Bergantung kepada tiga faktor tersebut, maka
ulkus kornea dapat menjadi; ulkus terlokalisir dan sembuh, penetrasi lebih daam sampai
dapat terjadi perforasi atau menyebar secara cepat pada seluruh kornea dalam bentuk ulkus
kornea.10
a.
dari suplementasi sirkulasi perifer melalui stroma jika jaringan ini juga terkena. Nekrosis
pada jaringan juga dapat terjadi, tergantung pada virulensi agen dan ketahanan daya tahan
tubuh pasien.
b.
Stadium ulkus aktif
Ulkus aktif adalah suatu hasil dari nekrosis dan pelepasan epithelium, lapisan bowman
dan stroma. Dinding dari ulkus aktif membengkak pada lamella dengan menginhibis cairan
dan sel-sel leukosit yang ada diantara lapisan bowman dan stroma. Zona infiltrasi
memberikan jarak antara jaringan sekitar dan tepi ulkus. Pada stadium ini , sisi dan dasar
ulkus tampak infiltrasi keabu-abuan dan pengelupasan.
Pada stadium ini, akan menimbulkan hiperimia pada pembuluh darah jaringan
circumcorneal yang menimbulkan eksudat purulen pada kornea. Muncul juga kongesti
vascular pada iris dan badan siliar dan beberapa derajat iritis yang disebabkan oleh absorbs
16
toksin dari ulkus. Eksudasi menuju kamera okuli anterior melalui pembuluh darah iris dan
badan siliar dapat menimbulkan hipopion.
Ulserasi mungkin terjadi kemajuan dengan penyebaran ke lateral yang ditunjukan pada
ulkus superficial difus atau kemajuan itu lebih kea rah dalam dan dapat menyebabkan
pembentukan desmetocele dan dapat menyebabkan perforasi. Bila agen infeksius sangat
virulen dan/atau daya tahan tubuh menurun makan dapat penetrasi ke tempat yang lebih
dalam pada stadium ulkus aktif.
c.
Stadium regresi
Regresi dipicu oleh daya tahan tubuh natural (produksi antibody dan immuneselular)
dan terapi yang dapat respon yang baik. Proses ini didukung oleh vaskularisasi superficial
yang meningkatkan respon imun humural seluler. Ulkus pada stadium ini mulai membaik dan
epithelium mulai tumbuh pada sekeliling ulkus.
d.
Stadium sikatrik
Stadium ini proses penyembuhan berlanjut dengan semakin progresifnya epitelisasi
yang membentuk lapisan terluar secara permanen. Selain epithelium, jaringan fibrous juga
mengambil bagian dengan membentuk fibroblast pada kornea dan sebagian lamella stroma,
jaringan parut yang terbentuk disebut dengan nebula. Macula dan leukoma adalah hasil dari
proses penyembuhan pada ulkus yang lebih dari satu per tiga stroma kornea.
Perforasi ulkus kornea dapat terjadi bila proses ulkus lebih dalam dan mencapai
membrane descement. Membrane ini keluar sebagai descemetocele. Pada stadium ini,
tekanan yang meningkat pada pasien secara tiba-tiba seperti batuk, bersin, mengejan akan
menyebabkan perforasi. Bila perforasi kecil dapat terjadi proses penyembuhan dan
pembentukan sikatrik yang cepat. Leukoma adheren adalah tampilan yang paling sering
terdapat pada kondisi akhir.
7.
Manifestasi klinis
Gejala ulkus kornea yang didapat dari anamnesa pada umumnya adalah penurunan
ketajaman penglihatan, fotofobia, sensasi adanya benda asing pada mata, rasa sakit, mata
merah dan mata bengkak.11,12 Penurunan ketajaman penglihatan disebabkan terganggunya
fungsi pembiasan cahaya terutama jika lesi terletak ditengah. Fotofobia pada penyakit kornea
muncul sebagai akibat dari rasa nyeri pada kontraksi iris yang mengalami inflamasi. Dapat
pula ditemukan adanya dilatasi pembuluh darah iris sebagai respons terhadap iritasi pada
ujung saraf korneal. Rasa sakit disebabkan karena kornea memiliki banyak serabut nyeri.
Rasa sakit ini diperhebat oleh gesekan palpebra (terutama palpebra superior) pada kornea.
17
Pada pemeriksaan fisik mata ditemukan penurunan tajam penglihatan bergantung pada
lokasi ulkus kornea. Terdapat inflamasi pada palpebra dan konjungtiva. Reaksi konjungtiva
biasanya tidak spesifik. Secara khas didapatkan injeksi siliar. Ulkus seringkali berbentuk
bulat atau oval dengan batas yang jelas, dasar ulkus kasar dan berwarna kelabu. Dalam garis
besar gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa:
Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva
Sekret mukopurulen
Merasa ada benda asing di mata
Pandangan kabur
Mata berair
Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus
Silau
Nyeri
Injeksi siliar
Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat
Hipopion4
18
8.
DIAGNOSIS
19
(b)
Gambar 12. (a) Pewarnaan gram ulkus kornea herpes simplex. (b) pewarnaan gram kornea
herpes zooster
(a)
(b)
Gambar 13. (a) Pewarnaan gram ulkus kornea bakteri. (b) Pewarnaan gram ulkus kornea
bakteri akantamoeba
9.
Penatalaksanaan
Ulkus kornea adalah keadan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis mata
agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan pada ulkus kornea
tergantung penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang mengandung antibiotik, anti virus,
anti jamur, sikloplegik dan mengurangi reaksi peradangan dengann steroid. Pasien dirawat
bila mengancam perforasi, pasien tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat
dan perlunya obat sistemik.
a.
1.
kontak,
secepatnya
untuk
melepaskannya
2.
3.
sesering mungkin dan mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih
4.
Berikan analgetik jika nyeri
b. Penatalaksanaan medis
1.
Pengobatan konstitusi
Oleh karena ulkus biasannya timbul pada orang dengan keadaan umum yang kurang
dari normal, maka keadaan umumnya harus diperbaiki dengan makanan yang bergizi, udara
yang baik, lingkungan yang sehat, pemberian roboransia yang mengandung vitamin A,
vitamin B kompleks dan vitamin C. Pada ulkus-ulkus yang disebabkan kuman yang virulen,
yang tidak sembuh dengan pengobatan biasa, dapat diberikan vaksin tifoid 0,1 cc atau 10 cc
susu steril yang disuntikkan intravena dan hasilnya cukup baik. Dengan penyuntikan ini suhu
badan akan naik, tetapi jangan sampai melebihi 39,5C. Akibat kenaikan suhu tubuh ini
diharapkan bertambahnya antibodi dalam badan dan menjadi lekas sembuh.
2.
Pengobatan lokal
Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera dihilangkan. Lesi kornea sekecil
apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya. Konjungtuvitis, dakriosistitis harus
diobati dengan baik. Infeksi lokal pada hidung, telinga, tenggorok, gigi atau tempat lain harus
segera dihilangkan. Infeksi pada mata harus diberikan:
Sulfas atropine sebagai salap atau larutan, kebanyakan dipakai sulfas atropine karena
bekerja lama 1-2 minggu.
Efek kerja sulfas atropine :
-
21
Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum luas diberikan
sebagai salap, tetes atau injeksi subkonjungtiva. Pada pengobatan ulkus sebaiknya tidak
diberikan salap mata karena dapat memperlambat penyembuhan dan juga dapat
menimbulkan erosi kornea kembali.
Anti jamur
Terapi medika mentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya preparat komersial yang
tersedia berdasarkan jenis keratomitosis yang dihadapi bisa dibagi:
1.
2.
3.
4.
Anti Viral
Untuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik diberikan streroid lokal untuk
mengurangi gejala, sikloplegik, anti biotik spektrum luas untuk infeksi sekunder analgetik
bila terdapat indikasi. Untuk herpes simplex diberikan pengobatan IDU, ARA-A, PAA,
interferon inducer.
Perban tidak seharusnya dilakukan pada
menghalangi pengaliran sekret infeksi tersebut dan memberikan media yang baik terhadap
perkembangbiakan kuman penyebabnya. Perban memang diperlukan pada ulkus yang bersih
tanpa sekret guna mengurangi rangsangan. Untuk menghindari penjalaran ulkus dapat
dilakukan :
1.
Kauterisasi
a)
Dengan zat kimia : Iodine, larutan murni asam karbolik, larutan murni
trikloralasetat.
b)
2.
Gambar 14. Ulkus kornea perforasi, jaringan iris keluar dan menonjol, infiltrat pada kornea
ditepi perforasi.
3.
Keratoplasti
Keratoplasti adalah jalan terakhir jika urutan penatalaksanaan diatas tidak berhasil.
Indikasi keratoplasti terjadi jaringan parut yang mengganggu penglihatan, kekeruhan
kornea yang menyebabkan kemunduran tajam penglihatan, serta memenuhi beberapa
kriteria yaitu:
- Kemunduran visus yang cukup menggangu aktivitas penderita
- Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita.
23
10.
PENCEGAHAN
Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi kepada ahli
mata setiap ada keluhan pada mata. Sering kali luka yang tampak kecil pada kornea dapat
mengawali timbulnya ulkus dan mempunyai efek yang sangat buruk bagi mata.
- Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk ke dalam mata.
- Jika mata sering
sempurna, gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan basah.
- Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan merawat
lensa tersebut.7
11.
KOMPLIKASI
Prolaps iris
Sikatrik kornea
Glaukoma sekunder7
12.
PROGNOSIS
Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya
24
Ulkus kornea harus membaik setiap harinya dan harus disembuhkan dengan pemberian
terapi yang tepat. Ulkus kornea dapat sembuh dengan dua metode; migrasi sekeliling sel
epitel yang dilanjutkan dengan mitosis sel dan pembentukan pembuluh darah dari
konjungtiva. Ulkus superfisial yang kecil dapat sembuh dengan cepat melalui metode yang
pertama, tetapi pada ulkus yang besar, perlu adanya suplai darah agar leukosit dan fibroblas
dapat membentuk jaringan granulasi dan kemudian sikatrik.3,8
25