Kepemimpinan Perempuan PDF
Kepemimpinan Perempuan PDF
SYARIAT ISLAM
Norma Dg. Siame*
Abstract
At the Arab pre-Islamic eraoften called the era of ignorance
and barbaritywomen are treated unfairly and very painful.
The arrival of Islam provide the space and life is very beautiful
and satisfying. Elevating women equal to men, as God
Almighty says that only taqwa which distinguishes humans
from each other. So a woman is considered irregularities if
only as a supplement when a woman can give that might
exceed its share of men. Therefore, women need to get an
education equal to men and equal opportunities in activities
including engage in the political world and become a leader,
according to their talents and abilities.
Kata kunci : Pemimpin, wanita dan Syariah Islam
Pendahuluan
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menggerakkan
orang lain dengan kemampuan dan keahliannya masing-masing untuk
mencapai tujuan dan cita-cita bersama. Maka kepemimpinan lahir dari
proses internal (leadership from the inside out), artinya berhasil tidaknya
seorang pemimpin tidak terlepasdari kepribadian maupun ilmu pengetahuan
yang dimilikinya dan didorong oleh keinginan untuk melakukan suatu
perubahan dan perbaikan dalam masyarakatnya.
Maka peran dan fungsi wanita pada dasarnya sama dengan laki-laki
bahkan dalam pandangan Islam didudukan secara sama dalam hukum.
Uraian ini sangat jelas dalam Alquran surah An-Nisa ayat 1:
Dan (terhadap) Para wanita yang mengerjakan perbuatan keji,
hendaklah ada empat orang saksi diantara kamu (yang
menyaksikannya). kemudian apabila mereka telah memberi
persaksian, Maka kurunglah mereka (wanita-wanita itu) dalam rumah
1
Departermen Agama RI. Al-Quran dan Terjemahnya, (Surabaya: AlHidayah, 1998), 114.
2
Yusuf Qardhawy, Fiqh Daulah dalam Perspektif al-Qur'an dan Sunnah,
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1997), 231
73
sangat berarti, bahkan para shabahat nabi belajar padanya. Dalam sejarah
juga ditemukan sufi Rabi'ah Al-Adawiyah yang dalam maqam sufi dikenal
sebagai wanita yang sangat berpengaruh di zamannya dengan segala
kontroversi yang menyelimutinya.6
Disamping berperan dalam agen intelektual dan kemuliaan, wanita
memegang peranan dalam proses da'wah Islam. Wanita seperti Asma bin
Abu Bakar merupakan contoh bagaimana seorang wanita dapat
memberikan andil yang sangat berarti untuk menyusun strategi hijrah
Nabi.7
Karya-karya besar wanita ini menarik para ulama Islam untuk
menulis biografi tentang peranan wanita dalam jamannya. Tidak kurang
dari 35 ulama besar menulis tentang wanita dan segala perjuangannya.
Ulama seperti Ibnu Hajar al-Asqalani (852/1449) menulis kamus biografis
pertama tentang semua orang muslim terkemuka yang meninggal pada satu
abad tertentu. Islam abad ke delapan Hijrah/Keempat belas Masehi.8
Jumlah dan proporsi wanita yang terekam ke dalam tulisan ulama
meliputi para sahabat Shahabat merujuk kepada gender laki-laki dan
shahabiah merujuk kepada gender perempuan. Artian secara umum
generasi shahabat adalah orang-orang yang hidup semasa nabi yang
mengakui, menerima Islam dan menerima segala konsekuensinya, baik
usia ketika itu sudah dewasa dan kecil. Shahabat dalam pandangan kaum
Sunni menempati kedudukan mulia, sedangkan dalam pandangan kaum
Syi'ah para sahabat menyimpang setelah Nabi wafat.9
Dari perspektif ini terlihat bahwa sejarah memberikan peranan yang
besar. Peranan besar wanita terlihat pertama kali ketika Siti Khadijah
(istri nabi pertama) sebagai pengikut pertama Muhammad, bukan dari
laki-laki-laki. Kajian ini telah ditelaah oleh Ibnu Sa'ad secara panjang
lebar, sepanjang dengan kajian tentang kajian sahabat.10
Al-Qur'an sebagai sumber yang paling otoritatif dalam Islam,
memberikan uraian yang panjang lebar, bahkan salah satu suratnya
6
Lihat lebih jauh dalam Ruth Roded, Kembang Peradaban: Citra Wanita di
Mata Penulis Biografi Muslim, (Bandung, Mizan, 1995).
7
75
11
77
15
Harun Nasution dan Bakhtiar Effendi, Hak Azazi Manusia dalam Islam,
(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1987), 230-233
Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran)
anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan Dia
sangat marah. Ia Menyembunyikan dirinya dari orang banyak,
disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah
Dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan
menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup) ?. ketahuilah,
Alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu (Q.S. 16: 58-59)
Dengan mempertimbangkan kejadian ini, maka Alquran memberikan
jaminan persamaan akan hak hidup perempuan:
"Dan apabila bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup itu ditanya,
karena dosa apakah dia dibunuh ... maka tiap-tiap jiwa akan
mengetahui apa yang telah dikerjakannya" (Q.S. 31:8-9).
Dalam pandangan Islam, kedudukan wanita di keluarga memberikan
makna penjagaan syariat. Dialah pendidik dan penanam utama syariat
sedari dini kepada anggota keluarga yang lain. Lebih dari itu, seorang
wanita akan menjadi peletak kepemimpinan dan syura dalam keluarga. Dari
sinilah arti penting wanita dalam proses pendidikan dan sosialisasi dalam
keluarga.
79
17
81