Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. SKENARIO/ LATAR BELAKANG MASALAH (LBM)
Perawat Penjagal
Stephan Letter, seorang perawat, Selasa (7/2) di sebuah pengadilan, mengakui
telah menewaskan sejumlah pasien di sebuah rumah sakit di Jerman.
Namun, perawat itu tidak mengingat berapa banyak korban tewas.
Ia mungkin akan menghadapi hukuman penjara seumur hidup jika pengadilan
negeri di kota Kempten berhasil membuktikan pembunuhan atas 16 orang dan
membantai 12 orang lainnya.
Jika itu terbukti, perbuatan Letter tersebut merupakan pembunuhan terbesar di
Jerman sejak Perang Dunia II. Saya ingin mengakui perbuatan saya dan
mengakui bahwa perbuatan saya tidak dibenarkan, demikian Letter, yang tetap
berpenampilan tenang.
Saya membunuh pasien yang sangat menderita dan tidak punya harapan lagi
untuk sembuh, kata Letter, pria berbadan besar itu. Korbannya berusia dari 40-an
hingga 90-an. Saya tahu saya telah melanggar hukum, tetapi saya hanya merasa
bahwa perbuatan saya itu benar, kata Letter.
B. ANALISA KASUS
1. Klarifikasi Kata (clarify term)
1) Penjagal
Orang yang mengeksekusi orang hingga mati.
2) Pengadilan
Lembaga untuk menangani segala kasus hukum baik pidana maupun
perdata.
3) Membantai
Pembunuhan yang dilakukan secara sadis.
4) Pasien
Orang yang menderita penyakit atau orang yang mengalami gangguan
kesehatan.
5) Perawat
Tenaga kesehatan yang memiliki pengetahuan di bidang profesi kesehatan
khususnya di bidang keperawatan
6) Korban
1

.seseorang yang menjadi objek dalam suatu perkara kejahatan atau yang
menyebabkan kerugian pada orang tersebut.
7) Tewas
Meninggal dunia, kehilangan nyawa.
8) Pembunuhan
Suatu tindakan yang menghilangkan nyawa yang dilakukan dengan atau
tanpa sengaja.
9) Penderita
Orang yang mengalami suatu keadaan sakit, kerugian dalam suatu
masalah.
10) Hukum
Himpunan peraturan-peraturan yang dibuat oleh yang berwenang, dengan
tujuan untuk mengatur tata kehidupan bermasyarakat yang mempunyai ciri
memerintah dan melarang serta mempunyai sifat memaksa dengan
menjatuhkan sanksi bagi yang melanggar.
2. Daftar masalah (define the problem)
a. Ditinjau dari segi hukum, kasus perawat penjagal melanggar undangundang pasal berapa dan apa isinya?
b. Prinsif etik apa saja yang terdapat dalam kasus tersebut dan prinsif apa
saja yang bertentangan dalam kasus?
c. Apa yang dimaksud dengan euthanasia?
d. Apa motif perawat penjagal melakukan pembunuhan terhadap pasienpasiennya?
e. Sebutkan teori etik apa saja yang terdapat dalam kasus!
f. Apa perbedaan antara euthanasia dan pembunuhan?
3. Analisis masalah (analyze the problem)
a. Kasus perawat penjagal melanggar UU yaitu:
Pasal 344 KUHP
UU No. 29 Tahun 2004 pasal 4 dan 5 tentang persetujuan tindakan
kedokteran (informed consent).
b. Prinsip etik yang terdapat dalam kasus, antara lain:
Autonomy
Kebebasan pasien untuk menenetukan pengobatan atau menolak
pengobatan.

Keadilan (justice)
Suatu perlakuan yang sama terhadap hak dan kewajiban.

Benneficient

Berbuat baik pada semua pasien.

Nonmaleficient
Berupaya seminimal mungkin untuk tidak merugikan pasien.

c. Euthanasia
Permintaan kepada seorang tenaga medis untuk mengakhiri hidupnya
karena tidak sanggup lagi menahan rasa sakit yang diderita.
d. Motif perawat tersebut melakukan perbuatan tersebut
Hal tersebut terjadi karena perawat Stephan Letter beranggapan orangorang dengan umur 40-90 tahun cenderung mengalami penyakit degeneratif yang
mana pasien-pasien dengan penyakit degeneratif seperti hipertensi, jantung
koroner dan diabetes tidak bisa disembuhkan. Pengobatan yang diberikan
biasanya hanya memperpanjang umur pasien tersebut. Sehingga perawat Stephan
Letter menganggap bahwa tindakan ini satu-satunya cara membantu pasien untuk
menghilangkan penderitaannya adalah dengan cara memnbunuhnya.
e. Teori etik yang berlaku
Teori deontology adalah teori etik yang menekankan pada proses dan teori
teological yaitu teori etik yang menekankan pada hasil akhir.
4. Pohon Masalah

Euthanasia

Hukum yang
Terkait

Definisi

MacamMacam
Euthanasia

Dilihat dari
Pelaksanaan (Pasif
dan Aktif)

Teori dan
Prinsip Etik
yang Terkait

Dilihat dari
Permintaan (Voluntir
dan Involuntir)

5. Menetapkan sasaran belajar (formulate learning objective)


1. Ditinjau dari segi hukum, kasus perawat penjagal melanggar undangundang pasal berapa dan apa isinya?
2. Sebutkan teori etik apa saja yang terdapat dalam kasus!
3. Prinsip etik apa saja yang terdapat dalam kasus tersebut dan prinsif apa
saja yang bertentangan dalam kasus?
4. Hal-hal yang menyangkut euthanasia?

BAB II
PEMBAHASAN
Masalah euthanasia bila ditarik ke belakang boleh dikatakan masalahnya
sudah ada sejak kalangan kesehatan menghadapi penyakit yang tak tersembuhkan,
sementara pasien sudah dalam keadaan merana dan sakit. Dalam situasi demikian,
tidak jarang pasien memohon agar dibebaskan dari penderitaannya dan tidak ingin
diperpanjang hidupnya lagi atau di lain keadaan pada pasien yang sudah tidak
sadar, keluarga pasien yang tidak tega melihat pasien yang penuh penderitaan
menjelang ajalnya dan meminta kepada dokter untuk tidak meneruskan

pengobatan atau bila perlu memberikan obat yang mempercepat kematian. Dari
sinilah istilah euthanasia muncul, yaitu melepas kehidupan seseorang agar
terbebas dari penderitaan, atau mati secara baik (mati enak). Seperti pada kasus
yang dibahas kali ini, perawat penjagal membunuh pasiennya karena perawat
penjagal merasa pasien sangat menderita dan tidak punya harapan lagi untuk
sembuh. Dalam hal ini, korbannya berusia dari 40-an hingga 90-an.
Masalah ini makin sering dibicarakan dan menarik banyak perhatian
karena semakin banyak kasus yang dihadapi di kalangan kedokteran dan terutama
setelah

ditemukannya

tindakan

di

dalam

dunia

pengobatan

dengan

mempergunakan teknologi canggih dalam mengatasi keadaan-keadaan gawat yang


mengancam kelangsungan hidup. Banyak kasus-kasus di pusat pelayanan
kesehatan terutama di bagian gawat darurat dan di bagian unit perawatan intensif
yang pada masa lalu sudah merupakan kasus yang tidak dapat dibantu lagi.
Namun demikian, pada kasus-kasus tetap saja muncul persoalan dasar kembali
lagi, yaitu dilema meneruskan atau tidak tindakan medis yang memperpanjang
kehidupan.
Pengertian
Euthanasia berasal dari kata Yunani Euthanathos. Eu = baik, tanpa
penderitaan; sedang tanathos = mati. Dengan demikian euthanasia dapat diartikan
mati dengan baik tanpa penderitaan. Ada yang menerjemahkan mati cepat tanpa
derita. Definisi euthanasia antara lain:

Menghilangkan rasa sakit serat kematian yang mudah pada penderita yang

sangat menderita/ penyakit yang berat.


Kematian yang mamusiawi (Franson).
Tindakan medis yang melibatkan tenaga medis untuk melakukan atau
menghentikan bantuan medis, agar bisa menghentikan penderitaan seseorang

seizing dari pasien maupun keluarga.


Merupakan praktik pencabutan kehidupan manusia melalui cara yang dianggap
tidak atau minimum menimbulkan rasa sakit.

Pasal-Pasal Yang Berkaitan


Pasal-pasal yang berkaitan dengan kasus perawat penjagal, antara lain:

Pasal 344 KUHP


Barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu
sendiri, yang disebutkan dengan nyata dan dengan sungguh-sungguh, dihukum

selama-lamanya dua belas tahun


Pasal 340 KUHP
Barang siapa dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu menghilangkan
jiwa orang lain, dihukum, karena pembunuhan direncanakan (moord) dengan
hukuman mati atau penjara selama-lamanya seumur hidup atau penjara selama-

lamaya dua puluh tahun


Pasal 359 KUHP
Barang siapa karena salahnya menyebabkan matinya orang dihukum penjara

selama-lamanya lima tahun atau kurungan selama-lamanya satu tahun


pasal 388 yang berbunyi: Barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa
orang lain, dihukum, karena makar mati, dengan hukuman penjara selamalamanya lima belas tahun. Dokter melakukan tindakan euthanasia (aktif
khususnya), bisa diberhantikan dari jabatannya, karena melanggar etik

kedokteran.
UU no. 29 Tahun 2004 pasal 4 dan 5 tentang persetujuan tindakan kedokteran
(informed consent), dengan penjelasan sebagai berikut:
Pasal 1
Segala tindakan kedokteran dan kedokteran gigi yang dilakukan dokter atau
dokter gigi harus mendapatkan persetujuan.
Pasal 2
Persetujuan yang dimaksud pada pasal 1 diberikan setelah pasien mendapatkan
penjelasan lengkap.
Pasal 4
Persetujuan sebagaimana dimaksud pada pasal 2, dapat diberikan baik secara
lisan maupun tertulis.
Pasal 5
Segala tindakan kedokteran maupun dokter gigi yang mengandung resiko
tinggi harus diberikan dengan persetujuan tertulis, yang ditandatangani oleh

pihak yang berhak memberikan persetujuan.


Pasal 77 UUPK (Undang-Undang Pelayanan Kesehatan)
Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan identitas berupa gelar atau
bentuk lain yang menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah yang
bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda
registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter dokter gigi dan/ surat izin

praktik sebagaimana dimaksud pasal 73 ayat (1) dipidana dengan pidana


penjara paling lama 5 tahun atau denda paling banyak Rp. 150.000.000,00
(seratus lima puluh juta).
Pasal 39 Tahun 1999 tentang HAM ( untuk melindungi pasien)
Pasal 20 Kep MENKES 1239/2001
Ayat 1
Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang atau pasien, perawat

berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan, di luar kewenangan


sebagaimana dimaksud pada pasal 15
Ayat 2
Pelayanan dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat 1
ditunjukan untuk penyelamatan jiwa
*) Pasal 15
Melaksanakan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, penetapan
diagnosis keperawatan, perencanaan melaksanakan tindakan keperawatan dan
evaluasi keperawatan.

UU no 29 Tahun 2004
Pasal 43 ayat 3
Mendapatkan pelayanan sesuai dengan sesuai dengan kebutuhan medis,

1.
2.
3.
4.

menolak tindakan dan mendapatkan isi rekam medis.


Pasal 53 (2) dan pasal 50 (1) UU 23/92 Jo pasal 22 ayat 1 PP 32/1996
Melahirkan kewajiban perawat:
Mematuhi standar profesi
Menghormati hak pasien
Menjaga rahasia identitas dan data kesehatan pribadi pasien
Memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang akan

dilakukan
5. Membuat dan memelihara catatan keperawatan
6. Melaksanakan tugas dalam kewenangannya.
Teori dan Prinsip Etik
Teori etik yang terdapat dalam kasus, antara lain:
1. Deontology yaitu benar dan salah tidak dinilai dari hasil akhirnya, tetapi
dinilai dari nilai moralnya. Secara luas, teori ini dikembangkan menjadi 5
prinsip penting, yaitu:
Kemurahan hati
Keadilan
Autonomy
Kejujuran
8

Ketaatan
2. Teleological yaitu menilai benar dan salah berdasarkan konsekuensi tindakan
yang diambil. Disebut juga dengan teori utilitarianisme
Rule utilitarianisme: public agreement
Act utilitarianisme: happiness to an individual

Prinsip etik yang terdapat dalam kasus, antara lain:

Autonomy
Hak seseorang untuk menentukan sendiri segala sesuatu, tidak tergantung dan

mempunyai kebebasan. Tenaga kesehatan harus menghormati hak pasien untuk


membuat keputusan tentang dan untuk pasien sendiri walaupun tenaga kesehatan
tidak setuju dengan keputusan pasien tersebut. Sebagai hak, otonomy bukan hak
absolut, dalam beberapa kondisi tenaga kesehatan dapat memberikan dorongan
atau penekanan pada klien. Contoh: Penyakit yang berpengaruh terhadap
lingkungan/sosial.

Keadilan (justice)
Kewajiban untuk memberikan keadilan pada semua orang. Justice berasal

dari bahasa Romawi kuno : justiti est constans et perpetua voluntas jus suum
cuque tribuendi (keadilan adalah kemauan yang tetap dan kekal untuk
memberikan kepada setiap orang apa yang semestinya).

Fidelity/ Kesetiaan
Kewajiban individu untuk mempertahankan komitmen yang dibuat untuk

dirinya dan orang lain. Fidelity berarti juga mau memperjuangkan profesi atau
loyal dan mempunyai tanggung jawab dalam praktek profesinya.

Beneficence/Kebajikan
Tenaga kesehatan memandang tujuan utama perawatan kesehatan adalah

memberikan perawatan yang baik untuk pasien. Perawatan dikatakan baik jika
tenaga kesehatan melakukan pendekatan holistik pada pasien meliputi
kepercayaan pasien, perasaan dan harapan pasien dan keluarga.

Nonmaleficence

Tenaga kesehatan tidak melakukan tindakan kejahatan baik disengaja atau


tidak disengaja. Tenaga kesehatan memberi perlindungan pada pasien yang tidak
mampu melindungi diri sendiri; anak-anak dengan ganngguan mental, tidak sadar
dan orang yang sangat lemah.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan BBM pada kasus Perawat Penjagal dapat
disimpulkan bahwa kasus tersebut termasuk perbuatan euthanasia. Euthanasia
tersebut merupakan hal yang dilarang di Indonesia karena melanggar prinsipprinsip etik keperawatan seperti yang sudah dipaparkan pada pembahasan di
atas. Dan perbuatan perawat Penjagal tersebut melanggar hukum yang
berlaku dan dapat dijerat dengan hukuman berat, salah satunya sebagaimana
terdapat dalam pasal 344 KUHP Barang siapa menghilangkan jiwa orang lain
atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutkan dengan nyata dan dengan
sungguh-sungguh, dihukum selama-lamanya dua belas tahun.
B. Saran
Perawat selaku tenaga medis dalam melakukan asuhan keperawatan harus
dapat melakukan analisa serta diagnosa yang lebih terperinci dan mempunyai
kesadaran hokum yang tinggi sehingga dapat diketahui akibat-akibat dari
tindakannya yang akan dialami oleh pasien dan diharapkan perawat berhati-hati
terhadap pasien yang ingin dimintakan euthanasia. Dan terhadap kebijakan
10

euthanasia kedepannya perlu dapat diperjelas lagi yaitu dengan adanya undangundang khusus tentang euthanasia.

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. Diunduh dari http://www./nuresebegin.com
Hanifiah MJ, Amir A. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta: EGC, 1999
Potter, Perry. Buku Ajar Fundamental Keperawatan edisi 4. Jakarta: EGC, 2005
Siregar D. Analisis Perspektif Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak
Pidana Euthanasia. USU Digital Library, 2004

11

Anda mungkin juga menyukai