PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada
struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir 1.
Prevalensi PJB di seluruh dunia berkisar antara 6 - 10 per 1000 kelahiran. Saat
ini dari 220 juta penduduk Indonesia, diperhitungkan bayi yang lahir mencapai
6.600.000 dan 48.800 diantaranya adalah penyandang PJB. PJB dapat
diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu penyakit jantung bawaan asianotik
dan sianotik. Jumlah pasien PJB asianotik jauh lebih besar daripada yang
sianotik yaitu 3-4 kali, tetapi PJB sianotik menyebabkan morbiditas dan
mortalitas yang lebih tinggi daripada asianotik.4
Gangguan
pertumbuhan
yang
dilaporkan
pada
PJB
mungkin
BAB II
STATUS PEDIATRIK
A. IDENTIFIKASI
Nama
: An. RFR
Usia
: 1 tahun 1 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Nama Ayah
: SHT
Nama Ibu
: NS
Suku Bangsa : Sumatera
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Depati, Lubuk Linggau
MRS
: 27/07/2015 pukul 13.51 WIB
No. Medrec
: 879755
B. ANAMNESIS
Alloanamnesis (28 Juli 2015)
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama
: Sesak nafas
Keluhan tambahan : Demam, pucat
9 bulan SMRS, penderita demam selama 4 hari, demam
dirasakan sepanjang hari, batuk pilek tidak ada, kejang tidak ada, BAK
dan BAB tidak ada keluhan. Penderita dibawa ke SpA di Musi Rawas
dan dikatakan menderita penyakit jantung bawaan. Penderita disarankan
untuk berobat ke RS Bunda Lubuk Linggau. Di RS tersebut, penderita
didiagnosis menderita penyakit jantung bawaan dan harus dirawat,
namun karena keterbatasan sarana dan prasarana, penderita dirujuk ke
RS Siti Khodijah dan dirawat inap selama 2 minggu. Penderita
kemudian pulang dengan perbaikan dan rutin rawat jalan ke RS Siti
Khodijah.
4 hari SMRS, penderita kontrol ke poli anak RSMH karena sesak
nafas. Sesak nafas tidak dipengaruhi posisi, cuaca, dan dipengaruhi
aktivitas. Demam ada tapi tidak terlalu tinggi, batuk tidak ada. ANak
juga terlihat pucat. Penderita dianjurkan untuk rawat inap.
2. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat sering berhenti bila menyusu (-)
3
: 9 bulan 10 hari
: Normal, spontan
: Puskesmas
: Bidan
: 30 Juni 2014
: 3300 gram
: Ibu lupa
: Ibu lupa
4. Riwayat makanan
a. ASI
: lahir sekarang. Diberikan 2-3 kali sehari
b. Bubur : 6 bulan sekarang. Diberikan 3 kali sehari
c. Nasi
: 1 tahun sekarang. Diberikan 3 kali sehari
5. Riwayat imunisasi
Imunisasi Dasar
BCG
DPT 1
Hib 1
Polio 1
Hepatitis
B1
Campak
V
V
V
V
DPT 2
Hib 2
Polio 2
Hepatitis
V
V
V
B2
DPT 3
Hib 3
Polio 3
Hepatitis
B3
: 1 kali
: ibu 38 tahun; ayah 43 tahun
: SMA
: Penyakit jantung bawaan disangkal
4
V
V
V
Ibu
Ayah
Kakak
(P)
Kakak
(L)
Os (L)
7. Riwayat perkembangan
Tengkurap : 7 bulan
Duduk
: Belum bisa
Merangkak : Belum bisa
Berdiri
: Belum bisa
Berjalan : Belum bisa
Kesan
: Perkembangan tidak sesuai dengan usia
8. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penderita telah terdiagnosis VSD+PDA sejak bulan April 2015.
Penderita telah terdiagnosis hipertiroid sejak bulan April 2015 dan rutin
mengkonsumsi Prophyltiouracyl 3 x 15 mg p.o
9. Riwayat Sosio Ekonomi
Ayah bekerja sebagai PNS kota Lubuk Linggau dan ibu bekerja di
kantor kelurahan di Linggau . Menanggung 3 orang anak. Biaya
pengobatan ditanggung oleh BPJS kesehatan.
Kesan : Sosioekonomi menengah keatas.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan fisik umum
a. Keadaan Umum
: Tampak sakit sedang
b. Kesadaran
: Compos mentis
c. Temperatur
: 37,8oC
d. Pernapasan
: 46 x/m
e. Nadi
: 165 x/m
f. SpO2 tanpa O2 94%, SpO2 dengan O2 99%
g. Berat Badan
: 5,5 kg
h. Tinggi Badan
: 65 cm
Status gizi
BB/U
: < -3 SD
TB/U
: < -3 SD
5
BB/TB
Kesan
: < -3 SD
anemis
(+/+),
sklera
ikterik
Mulut
b. Leher
c. Thorax:
Inspeksi
Palpasi
(+) serosa.
: Sianosis (-), arkus faring simet, hiperemis (-) uvula
di tengah, , makroglosia (-), gusi berdarah (-).
: JVP 5-2 H2O, pembesaran kelenjar getah bening tidak ada
: Bentuk dan gerak simetris, retraksi intercostal (-)
: ictus cordis teraba paling kuat pada ics 4 line
parasternal sinistra
Perkusi
: Tidak dilakukan
Auskultasi
:
- Cor : BJ I-II normal, murmur sistolik grade 4/6 ICS III-IV linea
-
wheezing (-)
d. Abdomen:
Inspeksi
: Datar, lemas
Palpasi
: Hepar dan lien tidak teraba
Auskultasi
: Bising usus (+) normal
Perkusi
: Tidak dilakukan
e. Ekstremitas: akral hangat, CRT<2, sianosis (-), tonus 5/5
f. Genitalia: Laki-laki, testis (+)
3. Hasil Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium (tanggal 27-07-2015)
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin (Hb)
8.4*
11.3-14.1 g/dL
Eritrosit (RBC)
3.57*
4.40-4.48 x 106/mm3
Leukosit (WBC)
10.2
6.0-17.5 x 103/mm3
Hematokrit
26*
37-41%
Trombosit (Plt)
417
217-497 103/L
MCV
72.5*
81-95 fL
MCH
24*
25-29 pg
MCHC
32*
33-35 g/dL
LED
24*
<15 mm/jam
Hitung Jenis
0/1/40/46/1
0-1/1-6/25-40/2-8
3
IMUNOSEROLOG
I
HORMON
1.27
0.96-1.77 ng/Dl
Free T4
2.07
0.70-5.97 U/Ml
CRP Kualitatif
Positif
Negatif
CRP Kuantitatif
82*
<5
TSH
PERTANDA
INFEKSI
D. DIAGNOSIS
VSD + PDA + Hipertiroid
E. PENATALAKSANAAN
Pemeriksaan Anjuran
- Foto thorax AP
- Analisa kromosom
Non Farmakologi
- Edukasi keluarga penderita mengenai penyakit yang dideritanya
mengantuk.
Memberitahu kepada keluarga untuk membatasi aktivitas fisik anak.
Farmakologi
-
Furosemid 2 x 5 mg (PO)
Captopril 2 x 3 mg (PO)
PTU 3 x 15 mg (PO)
F. PROGNOSIS
Quo ad Vitam
Quo ad Functionam
: Dubia
: Dubia
G. Follow-up
Tanggal
Subjektif,
Objektif
&
Penatalaksanaan
Assesment
28 Juli 2015
S:
demam
(-),
sesak
Edukasi
Furosemid 2 x 5
mg (PO)
Captopril 2 x 3
T: 37,0 C.
Kepala: NCH (+), CA (-),
mg (PO)
PTU 3 x 15 mg
SI(-)
Thorax: simetris, retraksi (-)
Cor: BJ I-II normal, murmur
(PO)
Monitor
lemas,
hepar/lien
teraba,
tidak
S:
demam
(-),
sesak
Vital
Edukasi
Furosemid 2 x 5
mg (PO)
Captopril 2 x 3
mg (PO)
PTU 3 x 15 mg
(PO)
SI(-)
Thorax: simetris, retraksi (-)
Cor: BJ I-II normal, murmur
sistolik gr 4/6 ICS II-II dan
lemas,
hepar/lien
teraba,
tidak
S:
demam
(-),
sesak
Edukasi
Furosemid 2 x 5
mg (PO)
Captopril 2 x 3
T: 37,0 C.
Kepala: NCH (+), CA (-),
mg (PO)
PTU 3 x 15 mg
SI(-)
Thorax: simetris, retraksi (-)
Cor: BJ I-II normal, murmur
(PO)
Monitor
lemas,
hepar/lien
teraba,
tidak
Vital
sianotik (-),
A: VSD +PDA + hipertiroid
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Penyakit jantung bawaan (PJB) atau penyakit jantung kongenital
merupakan abnormalitas dari struktur dan fungsi sirkulasi jantung pada
semasa kelahiran. Malformasi kardiovaskuler kongenital tersebut berasal
dari
kegagalan
perkembangan
struktur
jantung
pada
fase
awal
perkembangan janin.1
B. EPIDEMIOLOGI
Penyakit jantung bawaan terjadi sekitar 1% dari keseluruhan bayi
lahir hidup atau sekitar 6-8 per 1000 kelahiran. Di Amerika Serikat,
terdapat 25.000-35000 bayi lahir dengan PJB setiap tahunnya. Di negara
sedang berkembang dengan fasilitas untuk menegakkan diagnosis yang
masih kurang memadai, masih banyak neonatus dan bayi muda dengan
PJB berat yang meninggal sebelum diperiksa ke dokter.1
Di negara maju, sekitar 40-50% penderita PJB terdiagnosis pada
umur 1 minggu dan 50-60% pada usia 1 bulan. Sejak pembedahan paliatif
atau korektif sekarang tersedia untuk lebih 90% anak PJB, jumlah anak
10
11
MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang menunjukkan adanya PJB termasuk sesak napas dan
kesulitan minum. Gejala-gejala tersebut biasanya tampak pada periode
neonatus. Kelainan-kelainan non kardiak juga dapat menunjukkan gejalagejala seperti tersebut di atas. Gejala-gejala yang mengarah ke PJB seperti
adanya bising jantung, hepatomegali, sianosis, nadi femoralis yang teraba
lemah/tidak
teraba,
adalah
juga
gejala
yang
sering
ditemukan.
KLASIFIKASI
Penyakit jantung bawaan dapat diklasifikasikan secara klinis
menjadi dua kelompok besar, yaitu
13
juga
pemeriksaan
penunjuang
seperti
14
rongga
ventrikal
akibat
kegagalan
fusi
atau
Operasi
dengan
metode
transkateter
dapat
15
Pada
kasus
PDA
pada
umumnya
penderita
bagian
pembuluh
darah
diluar
jantung
yang
dapat
Stenosis pulmonal
Istilah stenosis pulmonal digunakan secara umum untuk
menunjukkan adanya obstruksi pada jalan keluar ventrikel
kanan atau a. pulmonalis dan cabang-cabangnya. Kelainan ini
dibagi menjadi 3 tipe yaitu valvar, subvalvar, dan supravalvar.
Stenosis pulmonal 80% merupakan tipe valvuler dan
ditemukan sebagai kelainan yang berdiri sendiri.14,17 Insiden
stenosis pulmonal meliputi 10% dari keseluruhan penyakit
jantung bawaan. 1
Sebagian besar stenosis pulmonal bersifat ringan dengan
prognosis baik sepanjang hidup pasien. Pada stenosis yang
16
Stenosis aorta
Pada kelainan ini dapat ditemui katup aorta hanya memilki dua
daun yang seharusnya tiga, atau memiliki bentuk abnormal
seperti corong. Dalam jangka waktu tertentu lubang atau
pembukaan katup tersebut sering menjadi kaku dan menyempit
karena terkumpulnya endapan kalsium. 1
Pada pasien stenosis aorta yang ringan atau pun moderat sering
tidak memberikan keluhan, tapi stenosis akan makin nyata
karena proses fibrosis dan kalsifikasi pada waktu menjelang
kian dewasa. Klik ejeksi sistolik akan terdengar keras dan jelas
di sela iga 2-3 pada tepi kanan atas sternum. Stenosis aorta
yang ringan dan asimptomatik biasanya tidak diperlukan
tindakan apapun kecuali profilaksis antibiotik untuk mencegah
endokarditis. Pada stenosis aorta yang cukup berat perlu
dilakukan tindakan secepatnya dengan valvuloplasti balon atau
pembedahan.1
Koarktasio aorta
Koarktasio aorta meupakan kelainan jantung non sianotik yang
paling banyak menyebabkan gagal jantung pada bayi-bayi di
minggu pertama setelah kelahirannya. Insidens koarktasio aorta
kurang lebih sebesar 8-15% dari seluruh kelainan penyakit
jantung bawaan serta ditemukan lebih banyak pada laki-laki
daripada perempuan (2:1). 1
Diagnosis dapat dengan menemukan adanya perbedaan yang
besar antara tekanan darah pada extremitas atas dengan
17
extremitas
bawah.
Foto
rontgen
dada
memperlihatkan
18
Atresia Pulmonal
Atresia pulmonal merupakan kelainan jantung kongenital
sianostik yang sangat jarang ditemukan. Atresia pulmonal
disebabkan oleh gagalnya proses pertumbuhan katup pulmonal,
sehingga tidak terdapat hubungan antara ventrikel kanan
dengan arteri pulmonal. Kelainan ini dapat terjadi dengan
septum ventrikel yang masih intak atau disertai dengan defek
pada septum ventrikel. Insiden atresia pulmonal dengan septum
yang masih intak atau utuh sekitar 0,7-3,1% dari keseluruhan
kasus PJB.1
Gejala dan tanda sianotik tampak pada hari-hari pertama
kehidupan. Bunyi jantung ke-2 terdengar tunggal, dan tidak
terdengar adanya murmur pada sela iga 2-3 parasternal kiri
karena arteri pulmonal atretik. Pada foto rontgen ditemukan
pembesaran
jantung
dengan
vaskularisasi
paru
yang
berkurang.1
Prostalglandin digunakan untuk mempertahankan duktus
arteriosus tetap membuka sambil menunggu intervensi lebih
lanjut. Septostomi atrial dengan balon harus dilakukan
secepatnya apabila pirau antarinteratrial agak retriktif. Koreksi
19
H. PENEGAKAN DIAGNOSIS
Alur diagnosis pada penyakit jantung bawaan ini adalah anamnesis,
pemeriksaan fisik, ekg, foto thorax, ekokardiografi, dan kateterisasi jantung.
1. Pemeriksaan fisik
Aktivitas ventrikel kanan meningkat membuktikan bahwa adanya
peningkatan beban kerja dari ventrikel kanan sehingga mengalami
hipertrofi.
Adanya
aktivitas
ventrikel
kanan
yang
meningkat
menyebabkan adanya thrill pada LSB 3 yaitu daerah sekitar ICS 3. Hal
ini membuktikan adanya intensitas bunyi yang mengeras sehingga
terdapat thrill. Terdengar bising ejeksi sistolik menggambarkan bahwa
20
terjadi bising pada saat fase sistolik yaitu pada saat ventrikel
berkontraksi.Bising sistolik ini menggambarkan terjadinya turbulensi
pada saat darah dari ventrikel kanan bercampur dengan darah dari
ventrikel kiri.
2. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht)
akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin
dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA
menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2),
penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.pasien
dengan Hb dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi
besi.
3. Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal,
tidak ada pembesaran jantung. Gambaran khas jantung tampak apeks
jantung terangkat sehingga seperti sepatu.
4. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula
hipertrofi ventrikel kanan.
5. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi
ventrikel kanan, penurunan ukuran arteri pulmonalis dan penurunan
aliran darah ke paru-paru.
6. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek
septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan
mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan
saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan
pulmonalis normal atau rendah.1
I. PENATALAKSANAAN
21
22
23