TINJAUAN PUSTAKA
II.1. STROKE
II.1.1. Definisi
Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat
gangguan fungsi otak fokal (atau global), dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih atau menyebabkan kematian,
tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (Kelompok Studi
Serebrovaskuler dan Neurogeriatri Perdossi, 1999).
II.1.2. Epidemiologi
Stroke merupakan satu dari tiga penyebab terbesar kematian di
Amerika Serikat, termasuk di banyak negara lainnya di dunia, setelah
penyakit jantung dan kanker. Hampir juta individu di Amerika Serikat
mengalami stroke tiap tahunnya dan dari jumlah tersebut sebanyak
150.000 (90.000 perempuan dan 60.000 laki-laki) mati akibat stroke. Di
China, kira-kira 1,5 juta penduduk mati setiap tahun oleh karena stroke
(Sacco dkk, 2000; Caplan, 2000).
Penyakit serebrovaskuler (CVD) atau stroke yang menyerang
kelompok usia diatas 40 tahun adalah setiap kelainan otak akibat proses
patologi pada sistem pembuluh darah otak. Proses ini dapat berupa
penyumbatan lumen pembuluh darah oleh trombosis atau emboli,
pecahnya dinding pembuluh darah dan perubahan viskositas maupun
II.2. ELEKTROKARDIOGRAFI
II.2.1. EKG NORMAL
Elektrokardiografi adalah suatu alat yang sederhana, relatif murah,
praktis dan dapat dibawa kemana-mana, tetapi harus diingat bahwa
walaupun alat ini sangat berguna, banyak pula keterbatasannya. Dalam
usaha
menginterpretasikan
gambaran
EKG
normal
belum
tentu
variasi
mengenai
EKG
normal.
Faktor-faktor
yang
Gelombang P
Positif (keatas) di sandapan I, II,aVF dan V3 V6. Di sandapan aVR
gelombang P selalu negatif (terbalik). Sedang di sandapan II, aVL,
V1 dan V2 gelombang P sangat bervariasi. Interval PR berkisar
antara 0,11 sampai dengan 0,20 detik.
2).
Gelombang Q
Gelombang Q kecil (kurang dari 0,045 detik, kurang dari
gelombang R) normal terlihat di I, V5 atau V6. Terjadinya
gelombang Q ini akibat aktifitas septal. Vektor awal QRS kearah
Gelombang R
Tergantung dari sumbu QRS. Biasanya sangat dominan di I dan II,
V5 dan V6. Di sandapan aVR, V1 dan V2 biasanya hanya kecil
atau tidak ada sama sekali.
4).
Gelombang S
Tidak terlihat atau kurang dibanding gelombang R di sandapan I
atau II . Tetapi di sandapan III, aVF dan aVL biasanya lebih
menonjol atau justru tidak terlihat. Di sandapan aVR, V1 dan V2,
gelombang S terlihat lebih menonjol. Di V4-V6 kurang dibanding R.
5).
Gelombang T
Positif di sandapan I, II, V3-V6. Terbalik di aVR. Di sandapan III,
aVF, aVL, V1 dan V2, gelombang T bervariasi.
6).
Interval QT
Interval in akan memendek bila laju jantung bertambah cepat,
sebaliknya akan memanjang bila laju jantung lambat (interval QT
0,41 detik pada laju jantung 50/menit dan berubah menjadi 0,31
detik pada laju jantung 100/menit).
7).
Segmen ST
Biasanya isoelektris. Bervariasi sampai +1 mm di sandapan
ekstremitas dan sampai 2 mm (0,2 mV) di sandapan prekordial.
Gambar 1. EKG normal. Dikutip dari : Mirvis D.M, Goldberger A.L 2005.
Electrocardiography. In : Brauwald E. Ed. Heart Disease : Textbook of
Cardiovascular Medicine . 6th. Edition. Philadelphia : W.B. Saunders Company.p.
107-118.
QT
dikoreksi
menggunakan
rumus
Bazzetts
sehingga
Gambar 2. Hubungan antara Fase Potensial Aksi Jantung dan EKG Permukaan.
Dikutip dari : Tan HL dkk. Electrophysiologic Mechanisms of The Long Interval
QT Syndromes and Torsade de Pointes. Ann Intern Med 1995; 122: 701-14.
II.2.2.4. Etiologi
Perpanjangan interval QT secara etiologis dikategorikan dalam
bentuk primer dan sekunder karena berbagai penyebab antara lain (
Akhtar M , 2003; Camm dkk, 2000; Victor dkk, 2004; Silvia dkk, 2003) :
a. Kongenital (primer) :
1. Sindrom Jervell- Lange Nielsen
2. Sindrom Romano- Ward
b. Didapat (sekunder) :
1. Induksi obat : digitalis, aritmia, antibiotik, antidepresan, anti
jamur.
2.
Abnormalitas
metabolik
/elektrolit
hipomagnesemia,
hipokalsemia, hipokalemi.
3. Hipertensi sistemik
4. Sirosis hati
5. Gangguan pada sistem saraf pusat atau otonom.
6. Lain-lain : iskemia dan infark miokard, prolaps katup mitral
(MVP), penyakit jantung koroner (PJK), kardiomiopati,dsb.
(Naver
dkk,
1996).
Dimana
susunan
saraf
pusat
(Kuntzer dan Waeber, 1996). Hubungan ini bisa dilihat pada gambar
berikut :
dan
perpanjangan
otot
jantung
sebagai
akibat
dengan
abnormalitas
EKG
dan
edema
pulmonum,
anatomis
yang
disebabkan
stroke.
Tindakan
psikoterapi,
Instrumen
Dalam uji klinik Barthel Index (BI) dan Modified Rankin Scale
(mRS) merupakan skala yang sering digunakan untuk menilai outcome
dan merupakan pengukuran yang dapat dipercaya yang memberi
penilaian yang lebih objektif terhadap pemulihan fungsional setelah stroke
(Sulter dkk, 1999).
Barthel Index telah dikembangkan sejak tahun 1965, dan kemudian
dimodifikasi oleh Granger dkk sebagai suatu tehnik yang menilai
pengukuran performasi penderita dalam 10 aktifitas hidup sehari-hari yang
dikelompokkan kedalam 2 kategori yaitu (Sulter dkk, 1999) :
-
dari
dependent
menjadi
independent.
Dan
skor
85
Peningkatan aktivitas
parasimpatis
Peningkatan aktivitas
simpatis
Peningkatan produksi
katekolamin
Kuntzer dan Waeber, 1996
Masuda dkk, 2002
Vasokonstriksi arteri
koroner
Peningkatan
tonus otot
Mieghem, 2004
Mieghem, 2004
Mieghem, 2004
Peningkatan
kebutuhan O2
Mieghem, 2004
Repolarisasi memanjang
Khechinashvili, 2002
Perpanjangan dispersi QT
Afsar, 2003
Lazar, 2008
Luas lesi
Lokasi lesi
Tipe stroke
Afsar, 2003
Taschl. 2006
Eckartd, 1999
Afsar ,2003
Huang , 2004
Jain, 2004
Randell, 1999
Lazar ,2003
Familloni, 2006
Outcome : NIHSS,
MRS, BI
Lazar, 2003
Lazar, 2008