Abstrak: Paska-operasi atrial fibrilasi (POAF) merupakan komplikasi yang paling sering dijumpai
setelah tindakan bedah jantung. Penelitian sebelumnya mengungkapkan kejadian POAF antara
20-50%. Kejadian POAF meningkat dalam beberapa dekade belakangan ini, hal ini berhubungan
dengan umur penderita yang menjalani tindakan bedah jantung. Patofisiologi POAF setelah
operasi jantung belum diketahui secara pasti, namun dikatakan bahwa mekanismenya merupakan
multifaktorial.1,2. Tujuan dari tulisan ini adalah menerangkan mengenai faktor resiko,
mekanisme, pencegahan serta pengobatannya POAF.
Kata kunci: POAF, cardiac surgery
Abstract: Post operative atrial fibrilation was most common complication after cardiac surgery.
From previous research the incidence of POAF is approximately 2050%. The incidence of POAF
increase in this past decade, this related to the patient age who performing cardiac surgery. The
pathophysiology of POAF is still unknown for sure, but it is said that the mechanism is
multifactorial.1-2
Keywords: pascaoperasi atrial fibrilasi, operasi jantung
207
Tinjauan Pustaka
Pre-disposing factors:
-Advanced age
-Hypertension
-Obesity
-Metabolic syndrome
-Left atrial enlargement
-Diastolic dysfunction
-Left vent.hypertrophy
-Genetic predisposition
Intraoperative factors:
-Surgical atrial injury
-Atrial ischemia
-Pulmonary vein vent
-Venous cannulation
-Acute volume changes
Post-operative factors:
-Volume overload
-Increased afterload
-Hypotension
-Inflammation
-Oxidative stress
Triggers:
-Atrial premature contractions
-Imbalance of autonomic nervous
system
-Electrolyte imbalance
(hypomagnesemia, hypokalemia)
POAF
208
209
Tinjauan Pustaka
Tabel 1.
Adapted from ACC/AHA/ESC 2006 guidelines for the management of AF after cardiac surgery
Indication Class I
Indication Class II
210
A
B
A
B
B
B
B
- Timbulnya simptom
- Hemodinamik tidak stabil
- Terjadi iskemik atau gagal jantung.
Penatalaksanaan konvensional meliputi:
- Mencegah terjadinya tromboembolik
- Mengkontrol respon ventrikel
- Mengembalikan dan menjaga agar irama
sinus.
Rhythm
control.
Pada
pasien
yang
simptomatik atau respon ventrikel sulit
dikontrol,
lebih
baik
menggunakan
kardioversi. Banyak preparat yang efektif
untuk konversi AF ke irama sinus, termasuk
amiodarone, procainamide, ibutilide dan
1-7
sotalol.
211
Tinjauan Pustaka
Table 2.
Dosage, adventage, and side effects of drugs used for rate control in POAF
Drugs
Digoxin
Beta-blocker drugs
Esmolol
-
Atenolol
Metoprolol
Calcium CB
Verapamil
-
Diltiazem
Adult Dosage
0.25-1.0 mg IV then 0.125-0.5
mg/day IV/PO
Advantage
Can be used in HF
Side Effects
Nausea, AVB
effect in POAF
Rapid
onset
control(IV)
of
moderate
rate
Migh worsen CHF, AVB
Table 3.
Dosage, advantage, and side effects of drugs used for rhythm control in POAF
Drugs
Amiodarone
Procainamide
Ibitulide
Electrical
Adult Dosage
2.5-5 mg/kg IV over 20 min
then 15 mg/kg or 1.2 g over
24 h
10-15 mg/kg IV up to 50
mg/min
Advantages
Can be used in patients with
severe LVdysfunction
Easy to use
cardioversion.
Therapeutic
achieved
Merupakan
penatalaksanaan segera bila dijumpai adanya
ketidakstabilan hemodinamik, gagal jantung
akut, atau iskemik jantung dan digunakan
secara elektif setelah timbulnya onset AF
yang pertama kali dan telah dilakukan terapi
dengan obat-obatan namun tidak berhasil
212
level
quickly
Side Effects
Thyroid and hepatic dysfunction,
torsades de pointes, pulmonary
fibrosis,photosensitivity,bradycardia
Hypotension,fever,accumulates
in
renal failure, worsen HF, requires drug
level monitoring
Torsades de pointes more frequent
than amiodarone and procainamide
213
Tinjauan Pustaka
KESIMPULAN
POAF setelah operasi jantung merupakan
komplikasi
yang
sering
terjadi
yang
menyebabkan meningkatnya resiko mortalitas
dan morbiditas. Pasien dengan resiko tinggi
terkena stroke dan tromboemboli sering
membutuhkan pengobatan tambahan, dengan
demikian akan meningkatkan biaya untuk
perawatan pascaoperasi. Ada beberapa usaha
untuk mencegah terjadinya hal ini. Menurut
bukti terbaru obat penyekat beta cukup
efektif dan aman digunakan untuk kebanyakan
pasien. Amiodarone juga dapat digunakan
untuk pasien-pasien
dengan resiko tinggi
terjadinya AF.
Jika POAF ini muncul, disertai dengan
hemodinamik yang tidak stabil, maka dapat
segera
dilakukan
tindakan
kardioversi
elektrikal. Jika hemodinamik stabil, gunakan
obat penghambat AV-nodal untuk mencapai
denyut jantung terkontrol. Jika AF tidak
secara spontan berubah ke irama sinus dalam
24 jam, gunakan obat antiaritmia kelas III atau
Ic untuk mengkontrol irama dan berikan
antikoagulan secara bersamaan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Echahidi N, Pibarot P, Pibarot P,OHara
G, Mathieu P. Mechanisms, Prevention,
and Treatment of Atrial Fibrillation After
Cardiac Surgery. JACC 2008; 51 (8):
793-801
214
2.
3.
4.
5.
6.
7.