Nefro 5 NHKGKJVGFDSRGFDCFGXC
Nefro 5 NHKGKJVGFDSRGFDCFGXC
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Konsep Dasar Asam Urat
II.1.1
berhubungan
dengan
defek
genetik
pada
metabolisme
purin
menjadi 2, yaitu :
a.
II.1.3
dewasa kurang dari 7 mg/dL dan pada wanita kurang dari 6 mg/dL. Dan
10
apabila konsentrasi asam urat dalam serum lebih besar dari 7,0 mg/dl
dapat menyebabkan penumpukan kristal monosodium urat. Serangan
gout tampaknya berhubungan dengan peningkatan atau penurunan
secara mendadak kadar asam urat dalam serum. Jika kristal asam urat
mengendap dalam sendi, akan terjadi respon inflamasi dan diteruskan
dengan terjadinya serangan gout. Dengan adanya serangan yang
berulang-ulang, penumpukan kristal monosodium urat yang dinamakan
thopi akan mengendap dibagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki,
tangan dan telinga. Akibat penumpukan Nefrolitiasis urat (batu ginjal)
dengan disertai penyakit ginjal kronis.
Gambaran kristal urat dalam cairan sinovial sendi yang
asimtomatik menunjukkan bahwa faktor-faktor non-kristal mungkin
berhubungan dengan reaksi inflamasi. Kristal monosodium urat yang
ditemukan tersalut dengan immunoglobulin yang terutama berupa IgG.
Dimana IgG akan meningkatkan fagositosis kristal dan dengan
demikian dapat memperlihatkan aktifitas imunologik.
11
Diet
Purin
Hipoxantin
Jalur
Normal
Xantin Oksidase
Xantin
-
Ginjal
Xantin Oksidase
Asam Urat
Kemih
....................................................................................................................
Perubahan Perubahan pada
Jaringan
Akibat gout
Kristalisasi dalam
jaringan
Lokasi mekanisme obatobatan :
(-) Alopurinol
(*) Probenezid
Sulfinpirazon
() Kolkisin
12
c.
13
II.1.4
karena
kebiasaan
atau
pola
makan
ikan
dan
mengkonsumsi alkohol.
d. Peminum alkohol. Alkohol dapat menyebabkan pembuangan asam
urat lewat urine ikut berkurang, sehingga asam urat tetap bertahan
di dalam darah.
14
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang ditimbulkan pada penyakit asam urat
b.
c.
d.
e.
15
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
l)
16
II.1.6
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan asam urat secara umum, dapat diatasi dengan
b.
17
Ekstraknya
siklooksigenase-2
dapat
(COX-2)
yang
menghambat
akan
enzim
menyingkirkan
Pengobatan Modalitas
Terapi non farmakologis yang dapat digunakan sebagai alternative
pilihan dalam pengobatan diminore primer adalah:
1) Kompres hangat
Kompres hangat adalah pengompresan yang dilakukan dengan
mempergunakan buli-buli panas yang di bungkus kain yaitu
secara konduksi dimana terjadi pemindahan panas dari buli-buli
ke dalam tubuh sehingga akan menyebabkan pelebaran
pembuluh darah dan akan terjadi penurunan ketegangan otot
18
dapat
turut
menurunkan
nyeri
dengan
mempercepat penyembuhan.
Menurut Bobak (2005), kompres hangat berfungsi untuk
mengatasi atau mengurangi nyeri, dimana panas dapat
meredakan iskemia dengan menurunkan ketegangan otot dan
melancarkan pembuluh darah sehingga dapat meredakan nyeri
dengan mengurangi ketegangan dan meningkatkan perasaan
sejahtera, meningkatkan aliran darah, dan meredakan nyeri.
Menurut Price & Wilson (2005), kompres hangat sebagai
metode yang sangat efektif untuk mengurangi nyeri atau kejang
otot. Panas dapat disalurkan melalui konduksi (botol air panas).
Panas
dapat
melebarkan
pembuluh
darah
dan
dapat
tubuh
manusia,
pada
perokok
berat
dapat
19
adalah
pengalihan
perhatian
dari
hal
yang
20
5) Relaksasi
Relaksasi merupakan teknik pengendoran atau pelepasan
ketegangan, contoh: bernafas dalam-dalam dan pelan.
6) Imajinasi
Imajinasi merupakan khayalan atau membayangkan hal yang
lebih baik khususnya dari rasa nyeri yang dirasakan.
II.1.7
Diagnosa
Setelah kita mengetahui faktor penyebab dan gejala asam urat,
Pemeriksaan Laboratorium
Seseorang dikatakan menderita asam urat ialah apabila
pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar asam urat dalam
darah diatas 7 mg/dL untuk pria dan lebih dari 6 mg/dL untuk
wanita. Selain itu, kadar asam urat dalam urin lebih dari 760-1000
mg/24 jam dengan diet biasa. Disamping hal tersebut, sering juga
dilakukan pemeriksaan gula darah, ureum, dan kreatinin, disertai
pemeriksaan profil lemak darah untuk menguatkan diagnosis.
Pemeriksaan gula darah dilakukan untuk mendeteksi ada dan
tidaknya penyakit diabetes mellitus. Ureum dan kreatinin diperiksa
untuk mengetahui normal dan tidaknya fungsi ginjal. Sementara itu
pemeriksaan profil lemak darah dijadikan penanda ada dan
tidaknya gejala aterosklerosis.
21
b. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis digunakan untuk melihat proses yang
terjadi dalam sendi dan tulang serta untuk melihat proses
pengapuran di dalam tofus.
c. Pemeriksaan Cairan Sendi
Pemeriksaan cairan sendi dilakukan di bawah mikroskop.
Tujuannya ialah untuk melihat kristal urat atau monosodium urate
(kristal MSU) dalam cairan sendi. Untuk melihat perbedaan jenis
arthritis yang terjadi perlu dilakukan kultur cairan sendi.
Merespon diagnosa ini, dr Nyoman Ketria (2009) mengatakan
bahwa jika ada peradangan sendi, maka cairan sendi yang
dikeluarkan bisa dipakai sebagai bahan pemeriksaan penyakit sendi
tersebut. Dengan mengeluarkan cairan sendi yang meradang maka
pasien akan merasakan nyeri sendi yang berkurang. Dengan
memasukkan obat ke dalam sendi, selain menyedot cairan sendi
tentunya, maka pasien akan lebih cepat sembuh.
Mengenai metode penyedotan cairan sendi ini, ketria
mengatakan bahwa titik dimana jarum akan ditusukkan harus
dipastikan terlebih dahulu oleh seorang dokter. Tempat penyedotan
harus disterilkan terlebih dahulu, lalu jarum tersebut disuntikkan
dan cairan disedot dengan spuite. Pada umunya, sehabis penyedota
dilakukan, dimasukkan obat anti-radang ke dalam sendi. Jika
penyedotan ini dilakukan dengan cara yang tepat maka pasien tidak
akan merasa sakit. Jarum yang dipilih juga harus sesuai kebutuhan
injeksi saat itu dan lebih baik dilakukan pembiusan pada pasien
terlebih dahulu.
Jika lokasi penyuntikan tidak steril maka akan mengakibatkan
infeksi sendi. Perdarahan bisa juga terjadi jika tempat suntikan
tidak tepat dan nyeri hebat pun bisa terjadi jika teknik penyuntikan
tidak tepat.
Selain memeriksa keadaan sendi yang mengalami peradangan,
dokter biasanya akan memeriksa kadar asam urat dalam darah.
22
Kadar asam urat yang tinggi adalah sangat sugestif untuk diagnosis
gout arthritis. Namun, tidak jarang kadar asam urat ditemukan
dalam kondisi normal. Keadaan ini biasanya ditemukan pada
pasien dengan pengobatan asam urat tinggi sebelumnya. Karena,
kadar asam urat sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh pengobatan
maka kadar standar atau kadar normal di dalam darah adalah
berkisar dari 3,5 7 mg/dL.
Pemeriksaan cairan sendi ini merupakan pemeriksaan yang
terbaik. Cairan hasil aspirasi jarum yang dilakukan pada sendi yang
mengalami peradangan akan tampak keruh karena mengandung
kristal dan sel-sel radang. Seringkali cairan memiliki konsistensi
seperti pasta dan berkapur. Agar mendapatkan gambaran yang jelas
jenis kristal yang terkandung maka harus diperiksa di bawah
mikroskop khusus yang berpolarisasi. Kristal-kristal asam urat
berbentuk jarum atau batangan ini bisa ditemukan di dalam atau di
luar sel. Kadang bisa juga ditemukan bakteri bila terjadi septic
arthritis.
d. Pemeriksaan dengan Roentgen
Selain ketiga diagnosa tersebut, kita juga bisa melakukannya
dengan cara Roentgen. Pemeriksaan ini baiknya dilakukan pada
awal setiap kali pemeriksaan sendi. Dan, jauh lebih efektif jika
pemeriksaan roentgen ini dilakukan pada penyakit sendi yang
sudah berlangsung kronis. Pemeriksaan roentgen perlu dilakukan
untuk melihat kelainan baik pada sendi maupun pada tulang dan
jaringan di sekitar sendi (Ketria, 2009).
Seberapa sering penderita asam urat untuk melakukan
pemeriksaan roentgen tergantung perkembangan penyakitnya. Jika
sering kumat, sebaiknya dilakukan pemeriksaan roentgen ulang.
Bahkan kalau memang tidak kunjung membaik, kita pun
dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan magnetic resonance
imaging (MRI).
23
atau
kelainan
janin
dalam
kandungan
pada
perempuan. Oleh karena itu, kita harus ekstra hati-hati dan harus
bisa meminimalisasi dalam melakukan pemeriksaan roentgen ini
untuk menghindari kemungkinan terjadinya berbagai risiko
tersebut.
Sebuah sumber lain mengatakan bahwa berdasarkan diagnosis dari
American Rheumatism Association (ARA), seseorang dikatakan
menderita asam urat jika memenuhi beberapa kriteria berikut (Sustrani.
dkk, 2007) :
1)
2)
3)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
Adanya tofus.
i)
j)
k)
l)
24
Jadi, dalam diagnosa asam urat ini, kita bisa melakukan dengan
empat cara sebagaimana telah dijelaskan di atas. Kita bisa melakukan
salah satu dari keempat diagnosa dan juga bisa melakukannya dengan
cara berurutan kalau memang sangat dibutuhkan. Di samping itu, kita
pun bisa melakukan diagnosa lain dengan cara penyelidikan kriteria
diagnosa
sebagaimana
ditetapkan
oleh
American
Rheumatism
klinis
tak
dari
bergejala,
Gout
bermacam-macam
serangan
akut
gout,
yaitu,
gejala
25
26
batas yang
proporsional.
Pastikan sepatu tidak terlalu ketat atau teralu longgar. Upayakan
ibu jari kaki dapat digerakkan dengan mudah.Trauma ringan pada ibu
jari kaki dapat memicu serangan gout.
Beberapa penderita (terutama yang mengalami serangan berulang
yang hebat) mulai menjalani pengobatan jangka panjang pada saat
gejala telah menghilang dan pengobatan dilanjutkan sampai diantara
serangan.
Kolkisin dosis rendah diminum setiap hari dan bisa mencegah
serangan
atau
paling
tidak
mengurangi
frekuensi
serangan.
27
meningkatkan
aliran
darah
ke
suatu
area
dan
28
hangat
adalah
metode
yang
digunakan
untuk
Efek Fisik
Panas dapat menyebabkan zat cair, padat, gas mengalami
pemuaian ke segala arah.
b.
Efek Kimia
Sesuai dengan pernyataan Van Hoff bahwa rata-rata
kecepatan reaksi kimia di dalam tubuh tergantung pada temperatur.
Menurunnya reaksi kimia tubuh sering dengan menurunnya
temperatur tubuh, permeabilitas membran sel akan meningkat
sesuai dengan peningkatan suhu, pada jaringan akan terjadi
peningkatan metabolisme seiring dengan peningkatan pertukaran
antara zat kimia tubuh dengan cairan tubuh.
c.
Efek Biologis
Pemberian kompres hangat pada daerah tubuh akan
memberikan sinyal ke hipothalamus melalui sumsum tulang
belakang. Ketika reseptor yang peka terhadap panas dihipotalamus
dirangsang, sistem effektor mengeluarkan sinyal yang memulai
29
terjadi
vasodilatasi.
Terjadinya
vasodilatasi
ini
otot,
meningkatkan
metabolisme
jaringan
dan
berbahaya terhadap
sel epitel,
menyebabkan
evaporasi.
Prinsip
kerja
kompres
hangat
dengan
30
e.
31
Reseptor Nyeri
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima
32
adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespons hanya terhadap
stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut
juga nosiseptor. Secara anatomis, reseptor nyeri (nosiseptor) ada yang
bermielin dan ada juga yang tidak bermielin dari saraf aferen.
Berdasarkan letaknya, nosiseptor dapat dikelompokkan dalam
beberapa bagian tubuh yaitu pada kulit (kutaneus), somatik dalam (depp
somatic), dan pada daerah viseral. Karena letaknya yang berbeda-beda
inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda.
Nosiseptor kutaneus berasal dari kulit dan subkutan, nyeri yang
berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dilokalisasi dan
didefinisikan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua
komponen, yaitu :
a.
Serabut A delta
Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan transmisi 6 30
m/det) yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam, yang akan
cepat hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan.
b.
Serabut C
Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan transmisi 0,5 2
m/det) yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya
bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi.
Struktur reseptor nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri yang
33
stimulus nyeri tersebut. Nyeri pindah ini dapat terjadi karena adanya
sinaps jaringan viseral pada medulla spinalis dengan serabut yang
berasal dari jaringan subkutan tubuh.
Berdasarkan jenis rangsang yang dapat di terima oleh nosiseptor, di
dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis nosiseptor yaitu :
nosiseptor termal, nosiseptor mekanik, nosiseptor elektrik, dan
nosiseptor kimia. Adanya berbagai macam nosiptor ini memungkinkan
terjadinya nyeri karena pengaruh mekanis, kimia, listrik, atau karena
perubahan suhu.
Serabut nyeri A delta merupakan serabut nyeri yang lebih banyak
dipengaruhi oleh rangsangan mekanik dari pada rangsangan panas dan
kimia, sedang serabut nyeri jenis C lebih dipengaruhi oleh rangsangan
suhu, kimia dan mekanik kuat.
II.3.2
Transmisi Nyeri
Terdapat
berbagai
teori
yang
berusaha
menggambarkan
b.
34
35
tract).
Impuls
yang
dibawa
oleh
traktus
36
Neuroregulator Nyeri
Neuroregulator atau substansi yang berperan dalam transmisi
stimulus
saraf
dibagi dalam
neurotransmiter
dan
dua
kelompok
neuromodulator.
besar,
yaitu
Neurotransmiter
37
Konsep Nyeri
Menurut Mc. Caffery (1979), nyeri didefinisikan sebagai suatu
keadaan
yang mempengaruhi
38
Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi Berdasarkan Waktu Kejadian
Nyeri dapat dikelompokkan sebagai nyeri akut dan nyeri
kronis. Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi dalam waktu (durasi)
dari satu detik sampai dengan kurang dari enam bulan, sedangkan
nyeri kronis adalah nyeri yang terjadi dalam waktu lebih dari enam
bulan.
Nyeri akut umumnya terjadi pada cedera, penyakit akut, atau
pada pembedahan dengan awitan yang cepat dan tingkat keparahan
yang bervariasi (sedang sampai berat). Nyeri akut dapat dipandang
sebagai
nyeri
yang
terbatas
dan
bermanfaat
untuk
Nyeri Akut
Nyeri Kronis
Awitan
Mendadak
Terus-menerus atau
intermitten
Intensitas
39
Durasi
Durasi
Konsisten
respons simpatis :
-
otonom
Frekuensi
jantung
meningkat
Volume
sekuncup
meningkat
Tekanan darah
meningkat
Dilatasi pupil
Tegangan otot
meningkat
Penurunan
motilitas
gastrointestinal
Komponen
psikologis
Mulut kering.
Ansietas
Depresi
Mudah
marah
Menarik diri,
isolasi
Respons lainnya
Tidur
terganggu
Libido
menurun
Nafsu makan
menurun
40
Kualitas
Somatik
Superfisial
Viseral
Dalam
Tajam,
Tajam
atau Tajam,
Menusuk
tumpul, difus
tumpul, difus,
kejang
Lokalisasi
Terpusat
menyebar
Menyebar
Menjalar
Tidak
Tidak
Ya
41
Stimulus
penyebab
panas/dingin
iskemia,
iskemia,
pergeseran
spasme, iritasi
kimiawi
Reaksi autonom
Tidak
Ya
Ya
Refleksi
Dalam
Ya
Ya
kontraksi otot
Nyeri sebar (radiasi) adalah sensasi nyeri yang meluas dari
daerah asal ke jaringan sekitar. Nyeri jenis ini biasanya dirasakan
oleh klien seperti berjalan/bergerak dari daerah asal nyeri ke sekitar
atau ke sepanjang bagian tubuh tertentu. Nyeri dapat bersifat
intermiten atau konstan.
Nyeri fantom adalah nyeri khusus yang dirasakan oleh klien
yang mengalami amputasi. Nyeri oleh klien dipersepsikan berada
pada organ yang telah diamputasi seolah-olah organnya masih ada.
Contohnya adalah pada klien yang menjalani operasi pengangkatan
payudara atau pada amputasi ekstremitas.
Nyeri alih (referred pain) adalah nyeri yang timbul akibat
adanya nyeri viseral yang menjalar ke organ lain, sehingga
dirasakan nyeri pada beberapa tempat atau lokasi. Nyeri jenis ini
dapat timbul karena masuknya neuron sensori dari organ yang
mengalami nyeri ke dalam medula spinalis dan mengalami sinapsis
dengan serabut saraf yang berada pada bagian tubuh lainnya.
Berdasarkan pada organ tempat timbulnya, nyeri dapat
dikelompokkan dalam : nyeri organik, nyeri neurogenik, dan nyeri
psikogenik.
Nyeri organik adalah nyeri yang diakibatkan adanya
kerusakan (aktual atau potensial) organ. Penyebab nyeri umumnya
mudah dikenali sebagai akibat adanya cedera, penyakit, atau
pembedahan terhadap salah satu atau beberapa organ.
42
Efek
Simpatis
Dilatasi
lumen
lebih banyak.
Vasokontriksi perifer
Meningkatkan
tekanan
darah
dengan
penyediaan
energi
43
Dilatasi pupil
lebih baik.
Menyalurkan energi untuk aktivitas tubuh
Parasimpatis
Disebabkan suplai darah yang menjauhi
Pucat
perifer.
Kelelahan otot
Karena kelemahan.
II.3.7
Respons Psikologis
Respons psikologis sangat berkaitan dengan pemahaman
klien terhadap nyeri yang terjadi atau arti nyeri bagi klien. Klien
yang mengartikan nyeri sebagai sesuatu yang negatif cenderung
memiliki suasana hati sedih, berduka, ketidakberdayaan, dan dapat
berbalik menjadi rasa marah dan frustasi. Sebaliknya pengalaman
yang positif akan menerima nyeri yang dialaminya.
Arti energi bagi setiap individu berbeda-beda antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.
Peningkatan ketidakmampuan
f.
Kehilangan mobilitas
g.
Menjadi tua
44
h.
Sembuh
i.
j.
k.
Tantangan
l.
bermacam-macam.
Meinhart
dan
Mc.
Caffery
(1983)
45
sensasi nyeri yang terjadi pada klien dan/atau tindakan ulang yang
dilakukan oleh klien untuk mengatasi nyeri menjadi kurang efektif.
Pada saat terjadi nyeri, banyak perilaku yang dapat diungkapkan
oleh seorang klien yang mengalami nyeri seperti menangis, meringis,
meringkukkan badan, menjerit, dan bahkan mungkin berlari-lari.
Perilaku klien dalam merespons nyeri ini dapat dipengaruhi oleh
kemampuan tubuh untuk menoleransi nyeri dan juga oleh beratringannya sensasi nyeri itu sendiri. Kadang kala klien tidak mau
mengungkapkan
pengalaman
nyeri
yang
dirasakannya
karena
46
Keterangan :
0 :Tidak nyeri
1-3
lokasi
nyeri,
dapat
mendeskripsikannya,
dapat
47
10 :
48
setelah terapi atau saat gejala menjadi lebih memburuk atau menilai
apakah nyeri mengalami penurunan atau peningkatan (Potter, 2005).
Pada penelitian ini digunakan skala wong yaitu dalam Skala analog
visual (Visual Analog Scale, VAS) dimana kita bisa melihat skala nyeri
dengan rawut wajah klien dan skala ini juga diikuti skala dengan
penilaian numerik agar mempermudah peneliti mengobservasi skala
nyeri yang dirasakan responden.
Gambar 2.2 Skala nyeri menurut wong
II.3.8
Tingkat Nyeri
49
kekuatan
otot
sekali-kali
bukan
membandingkan
Penelitian Terkait
II.4.1 Penelitian yang dipublikasikan di The New England Journal Of
Medicine pada tanggal 8 maret 2004 memuat artikel hasil karya dr.
Choi dan rekannya, yang berjudul Purine-Rich Foods, Dairy and
Protein Intake, and the Risk of Gout in Men. Dr Choi dan
rekannya melakukan penelitian ini selama 12 tahun terhadap
populasi tenaga kesehatan laki-laki di Amerika Serikat, yang
meliputi dokter gigi, optometris, osteopath, ahli farmasi, podiatrist,
dan dokter hewan. Populasi tersebut berusia antara 40 sampai 75
tahun pada tahun 1086, saat penelitian mulai dilakukan. Dr Choi
dan rekannya melakukan pemeriksaan secara prospektif terhadap
hubungan antara faktor risiko diet dan kasus gout baru. Mereka
menggunakan kriteria gout berdasarkan America College of
Rheumatology. Diet dari setiap responden dinilai ulang setiap
empat tahun dengan menggunakan kuesioner. Dari 47.150
responden selama 12 tahun penelitian diperoleh 730 kasus gout
50
menggunakan
rancangan
penelitian
komparasi
dan
pada
pasien yang
melakukan
pemeriksaan
atau
51
pendidikan,
dan
status
pekerjaan
dengan
praktik
Pengaruh Penggunaan
52
53