Anda di halaman 1dari 6

Pengertian

Preeklampsi adalah penyakit yang diderita oleh bumil yang ditandai dengan adanya hipertensi, oedema, dan
proteinuri. Tetapi bumil tidak menunjukan tanda-tanda kelainan hipertensi sebelum hamil (Rustam Mucthar, 1998).
Dimana gejala preeklampsi biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih
Etiologi
Secara pasti penyebab timbulnya gejala tersebut belum diketahui secara pasti, teori yang digunakan
oleh ilmuwan belum dapat menjawab beberapa hal berikut :
1. Frekuensi bertambah banyak pada primigravida, kehamilan ganda, hidramion, dan mola hidatidosa.
2. Sebab bertambanya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan .
3. Sebab jarang terjadinya preeklampsi pada kehamilan-kehamilan berikutnya.
4. Sebab timbulnya hipertensi, oedema, dan proteinuri.
Dari semua gejala tersebut, gejala awal yang muncul adalah hipertensi, dimana untuk menegakkan
diagnosa tersebut adalah yaitu kenaikan tekanan sistole paling tidak naik hingga 30 mmHg atau lebih
dibandingkan dengan tekanan darah sebelumnya. Kenaikan diastolik 15 mmHg atau menjadi 90 mmHg
atau lebih. Untuk memastikan diagnose tersebut harus dilakukan pemeriksaan tekanan darah minimal dua
kali dengan jarak waktu 6 jam pada saat istirahat.
Oedema adalah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh dan biasanya
dapat diketahui dengan kenaikan BB yang berlebihan serta pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Bila
kenaikan BB lebih dari 1 Kg setiap minggunya selama beberapa kali ,maka perlu adanya kewaspadaan
akan timbulnya preeklampsi.
Proteinuri berarti konsentrasi protein dalam urin > 0,3 gr/liter urin 24 jam atau
kuantitatif menunjukkan + 1 atau + 2

pemeriksaan

atau 1 gr/liter atau lebih dalam urine midstream yang diambil

minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam . Proteinuri timbul lebih lambat dari dua gejala sebelumnya,
sehingga perlu kewaspadaan jika muncul gejala tersebut.

Kehamilan
Preeklamsi

Protein Urine
(0,3 gr/lt atau secara kwalitatif (++)

Edema pada pre tibia, dinding perut,


lumbosakral, wajah dan tangan

Kenaikan Tekanan Darah


Sistole : _ 30 mmHg.
Diastole : 15 mmHg.
Atau Sistole 140 (< 160).
Diastole 90 (< 110).
Kegagalan organ :
Jantung, paru-paru,
Hepar, ginjal, anak ginjal, dan otak.
Ibu
Kejang

Janin
IUFD
IUGR
Prematuritas
Gawat Janin

Sebab yang tidak diketahui


Faktor Predisposisi : Primigravida, Hidramnion, Gemelli, Mola Hitadidosa,Diabetik Gestase, Usia lebih 35
tahun, obesitas

Pre Eklamsia : Sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil dan masa nifas yang terdiri atas hipertensi,
oedema danproteinuria, tetapi ibu hamil tidak menunjukkan adanya kelainan vaskuler atau hipertensi sebelum
hamil.
(Rustam Muchtar, 1998)

Vasospasme

Penurunan osmotik koloid

Hipertensi

Oedema

Gangguan Perfusi

Gangguan kes. Cairan & elekt.

Otak

: Nyeri kepala, Penurunan kesadaran

Kardiovask

: Penurunan plasma, hipoosmotik, syock

Hati

: Penumpukan sisa metab.

Jaringan/otot : Asam laktat /


Ginjal

: BUN /, Proteinuria

Resiko tinggi untuk cidera

Maternal

Kerusahan Vaskuler

Janin

Klasifikasi Preeklampsi :

a. Preeklampsi ringan ditandai :


-

Tekanan darah sistol 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan intrerval 6 jam pemeriksaan.

Tekanan darah diastol 90 atau kenaikan 15 mmHg.

BB naik lebih dari 1 Kg/minggu.

Proteinuri 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif 1 2 pada setiap urine kateter atau midstearh.

b. Preeklampsi berat ditandai :


- Tensi 160/110 mmHg atau lebih.
- Oliguri, urine , 400 cc/24 jam.
- Proteinuri > dari 3 gr/l.
- Keluhan subyektif : nyeri epigastrium, nyeri kepala, gangguan penglihatan, gangguan kesadaran,
oedema paru dan sianosis.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi untuk terjadinya trauma ibu s.d penurunan fungsi organ (vasospasme dan peningkatan TD)
2. Resiko tinggi untuk terjadi trauma janin s.d penurunan perfusi plasenta
3. Gangguan perfusi pada jaringan ginjal s.d vasokontriksi, spasme dan oedema glomerolus
4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit s.d retensi air dan garam

INTERVENSI KEPERAWATAN
Resiko tinggi terjadinya trauma ibu b.d penurunan fungsi organ (vasospasme dan peningkatan TD)
Tujuan : Tidak terjadi trauma pada ibu
Intervensi :
Kaji tanda-tanda perubahan fugsi otak
R : Oedema selebral dan vasokontriksi dapat dievaluasi dari tanda subyektif, tingkah laku dan gangguan retina
Kaji tingkat kesadaran klien
R : Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan sirkulasi otak
Kaji adanya tanda eklamsi (hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan nadi dan respirasi, nyeri epigastrium dan
oliguri)
R : Oedema keseluruhan dan vasokontriksi merupakan manivestasi dan perubahan pada SSP /otak, ginjal, jantung
dan paru-paru yang mendahului status kejang
Pertahankan perhatian terhadap timbulnya kejang
R : Mempersiapkan pertolongan jika timbul gangguan/masalah pada klien etrutama keselamatan/keamanan
Tutup kamar/ruangan, Batasi pengunjunh/perawat tingkatkan waktu istirahat

R : mengurangi rangsangan lingkungan yang dapat menstimulasi otak dan dapat menimbulkan kejang
Lakukan palpasi rahim untuk mengetahui danya ketegangan, cek perdarahan pervaginam dan catat adanya riwayat
medis
R : Mengetahui adanya solusio plasenta terlebih jika dikaitkan dengan adanya riwayat hipertensi, DM, penyakit
ginjal, jantung yang disebabkan oleh hipertensi
Monitor tanda-tanda adanya persalinan atau adanya kontraksi uterus
R : Kejang dapat meningkatkan kepekaan uterus yang akan memungkinkan terjadinya persalinan
Lakukan pemeriksaan funduskopi
R : Untuk mengetahuia danya perdarahan yang dapat dilihat dari retina
Diagnosa : Gangguan Perfusi pada jaringan ginjal s.d vasokontriksi, spasme, edema glomerulus
Tujuan :
Perfusi jaringan ginjal lancar
Intervensi :
Lakukan tes albuminuria pada setiap kunjungan atau setiap hari bila klien masuk rumah sakit, perhatikan jika kadar
albumin urine 2+ atau lebih
R : Nilai proteinuria ++ atau lebih sebagai indikasi adanya oedema glomerulus, atau spasme yang dapat
meningkatkan permeabilitas glomerulus
Anjurkan klien bedrest dengan posisi miring
R : Bedrest dapat meningkatkan cardiac output dan urine output, dan menurunkan aktivitas kelenjar adrenal
Observasi intake dan output serta BJ Urine
R : Oliguri sebagai indikasi adanya hipovolemia sedang dan ginjal terganggu
Cek kadar kreatinin, asam urat dan BUN
R : Peningkatan kadar tersebut sebagai indikasi penurunan kondisi klien
Diagnosa : Resiko tinggi terjadi trauma pada janin s.d perubahan perfusi plasenta
Tujuan : Tidak terjadi distress pada janin
Intevensi
Jelaskan tanda-tanda solusio plasenta (nyeri perut, perdarahan, rahim tegang, aktivitas janin turun)
R : Klien tahu tanda dan gejala pre eklampsia dan tahu akibat hipoksia bagi janin
Health edukasi tentang perlunya monitoring janin
R : Adanya penurunan aktiitas sebagai indikasi adanya gangguan pada janin
Kaji pertumbuhan janin setiap periksa
R : Reaksi terapi dapat menurunkan pernafasan janin dan fungsi jantung serta aktivitas janin
Monitor Denyut Jantung Janin sesuai dengan indikasi

R : Peningkatan Denyut jantung janin sebagai indikasi terjadinya hipoksia premature, solusio plsenta
Kolaborasi melakukan USG
R : Penurunan fungsi plasenta dari ukuran janin dihubungkan dengan hipertensi dan kondisi janin merupkan faktor
terjadinya premature

Anda mungkin juga menyukai