Anda di halaman 1dari 17

MODUL 1

PEMERIKSAAN DASAR MATA


PENUNTUN BELAJAR
NO
JENIS PEMERIKSAAN
1. ANAMNESIS
1.
Pasien duduk dengan nyaman,
ajukan pertanyaan
dengan jelas, tidak terlalu keras dan intonasi yang
tepat
2.
Tanyakan keluhan utama
(dicatat dalam bahasa pasien)
3.
Tanyakan keluhan penyakit
sekarang, yaitu :
a. Waktu dan sifat awitan
b. Berat ringan keluhan
c. Hal yang menambah atau mengurangi
keluhan
d. Apakah terus menerus atau berfluktuasi
e. Satu atau dua mata
f. Klarifikasi
g. Dokumentasi
4.
Tanyakan riwayat penyakit
sebelumnya : mengapa, kapan, bagaimana
penanganannya, dimana dan oleh siapa, termasuk :
a. Penggunaan kacamata atau lensa kontak
b. Pemakaian obat obatan yang lalu
c. Riwayat operasi termasuk laser
d. Riwayat trauma
e. Riwayat ambliop, terapi oklusi pada
masa kanak kanak
5.
Tanyakan obat mata yang
digunakan saat ini
6.
Tanyakan riwayat penyakit
dan operasi sistemik
7.
Tanyakan obat obat sistemik
yang digunakan
8.
Riwayat alergi, penyebab,
kapan terjadinya dan hal lain yang berhubungan
dengan alerginya
9.
Kumpulkan informasi
mengenai keadaan sosial ekonomi pasien
10.
Riwayat penyakit pada
keluarga baik penyakit sistemik maupun penyakit
mata
2.

Pemeriksaan Tajam Penglihatan Jauh


1. Pasien duduk 6 meter (20 kaki) dari kartu Snellen.
Jika penderita memiliki kacamata yang biasa
digunakan untuk melihat jauh, minta pasien untuk
mengenakannya

2. Mata kanan diperksi terlebih dahulu. Tutup mata


kiri dengan okluder atau telapat tangan tanpa
menekan bola mata
3. Minta pasien membaca / mengidentifikasi optotip
atau optotip yang ditunjuk pemeriksa. Dimulai
dari yang terbesar hingga yang terkecil, dari kiri
ke kanan, yang masih dapat teridentifikasi sampai
hanya separuh optotip pada satu baris yang
teridentifikasi dengan benar. Jika menggunakan
kartu E, minta pasien menunjukkan arah huruf E
yang ada pada kartu
4. Catat tajam penglihatan pasien dalam notasi
(contoh 20/20. dimana notasi bagian atas
menunjukkan jarak tes penglihatan yang dilakukan
dan notasi di bagian bawah menunjukkan angka
yang terdapat pada baris huruf yang dibaca.
5. Ulangi prosedur diatas untuk mata kiri
6. Jika tajam penglihatan 20/40 atau kurang pada
satu atau kedua mata, ulangi tes diatas dengan
menggunakan pinhole, dan catat hasilnya.Pinhole
ini dapat digunakan didepan lensa kacamata yang
digunakan penderita
Jika penderita tidak dapat melihat huruf terbesar pada
kartu snellen, lakukan langkah langkah sebagai
berikut :
1. Angkat 1 tangan pemeriksa, dengan
mengacungkan dua jari atau lebih dan minta
penderita untuk menghitung jumlah jari tersebut.
Catat jarak terjauh dimana pasien biasa
menghitung jumlah jari jari tersebut dengan
benar
2. Jika penderita tidak dapat menghitung jari,
tentukan apakah penderita dapat mendeteksi arah
dan gerakan tangan pemeriksa dengan
melambaikannya di depan penderita ke samping
kanan kiri atau keatas dan kebawah. Catat
respon positif penderita sebagai hand motion
(contoh HM 2 kaki)
3. Jika penderita tidak bisa mendeteksi gerakan
tangan, gunakan senter untuk mengetahui apakah
penderita dapat mendeteksi arah dan persepsi
cahaya. Catat sebagai LP dengan proyeksi (light
perception with direction), LP without direction
(light perception), atau NLP (no light perception)
PEMERIKSAAN PINHOLE
1. Penderita duduk dengan menutup satu mata yang
tidak diperiksa, seperti yang dilakukan pada
pemeriksaan tajam penglihatan jauh
2. Minta penderita untuk memegang pinhole okluder
di depan mata yang diperiksa. Koreksi kacamata
penderita yang biasa digunakan harus dipakai

4.

5.

6.

7.

3. Minta penderita untuk melihat jauh kearah kartu


pemeriksaan melalui lubang pada pinhole
4. Minta penderita untuk mulai menyebutkan huruf
huruf pada baris dengan huruf terkecil yang
sebelumnya sudah dapat dibaca penderita tanpa
menggunakan pinhole
5. Catat penglihatan terkecil pada kartu snellen yang
dapat dibaca penderita dengan menggunakan
pinhole menggunakan symbol PH
6. Ulangi prosedur diatas untuk mata sebelahnya
Pemeriksaan Gerakan Mata Monokular (Duksi)
1. Pasien duduk, pemeriksa duduk di depan pasien
2. Pasien dalam posisi primer (melihat lurus ke depan)
tutup mata yang tidak diperiksa
3. Gunakan jari atau target fiksasi sejajar bola mata
berjarak kira kira 33 cm dari pasien
4. Minta pasien mengikuti target, saat pemeriksaan
menggerakkan target ke arah 6 gerakan kardinal
5. Untuk melihat gerakan bola mata ke bawah, angkat
kelopak mata atas pasien
6. Ulangi langkah 1 5 untuk mata sebelahnya
Pemeriksaan gerakan Dua Mata (Versi)
1. Pasien duduk, pemeriksa duduk didepan pasien
2. Pasien dalam posisi primer (melihat lurus ke depan)
3. Gunakan jari atau target fiksasi sejajar bola mata
berjarak kira kira satu kaki dari pasien
4. Minta pasien mengikuti target, saat pemeriksa
mengerakkan target ke arah 6 gerakan kardinal,
ditambah gerakan melirik keatas, kebawah dan
posisi bola mata mata posisi primer
5. Untuk melihat gerakan bola mata ke bawah, angkat
kelopak mata atas pasien
Tes Hirschberg
1. Pasien duduk, mata dalam posisi primer
2. Sinari mata dari jarak 33 cm ke arah pangkal
Hidung
3. Minta pasien fiksasi pada cahaya
4. Perhatikan deviasi reflek cahaya kornea dari tengah
pupil. Bandingkan keadaan pada dua mata
Pemeriksaan Eksternal
Pemeriksaan Konjungtiva dan Forniks Inferior
(eversi palpebra)
1. Pasien diminta melihat ke bawah
2. Tekan kulit di bawah kelopak mata bawah dengan
ibu jari atau telunjuk terhadap tulang maklsilaris
3. Minta pasien melihat ke atas, sehingga forniks
inferior prolaps dan terlihatlah sebagian besar
konjungtiva tarsalis inferior

Pemeriksaan Konjugtiva and Forniks Superior


3

8.

(kelompok palpebra metoda 2 tangan)


1. minta pasien untuk menutup mata
2. Gunakan ibu jari dan telunjuk untuk memegang
beberapa helai bulu mata dan tepi kelopak mata atas
3. Letakkan tangkai aplikator horizontal di lipatan
kelopak mata atas di sepanjang tepi atas tersus
4. Pegang tangkai aplikator di bagian temporal
5. Balikkan kelopak mata atas, di atas tangkai
Aplikator
6. Ambil tangkai aplikator dan tahan tepi kelopak
mata di tempatnya untuk melihat forniks
Pemeriksaan Konjungtiva Bulbi
1. Duduk di depan pasien
2. Sinari kornea penderita secara oblik
3. Dengan menggunakan loupe binokular, perhatikan
keadaan konjungtiva bulbi, perhatikanlah :
- Warna dan penampakannya
- Apakah ada injeksi atau tidak
- Apakah terdapat tanda tanda keganasan
Pemeriksaan Reflek Cahaya Pupil
1. Pasien diminta fiksasi objek jauh. ruangan cahaya
Redup
2. Sinari cahaya ke mata kanan dari samping atau
agak ke bawah. Jangan berdiri di depan penderita
atau membiarkan penderita melihat langsung ke
arah cahaya yang dapat menyebabkan near reflex
dan menggunakan keakuratan pemeriksaan
3. Catat respon pupil terdapat cahaya, termasuk
Kecepatannya
4. ulangi langkah 1 3 untuk mata kiri
5. Ulangi langkah 1 2 perhatikan reflek pupil mata
yang tidak disinari untuk melihat reflek konsesuil.
Kecepatan respon cahaya pada perubahan ukuran
pupil normalnya hampir sama dengan reaksi derek
6. Ulangi langkah 1, 2 dan 5 untuk mata kiri
Pemeriksaan Iris dan Lensa
1. Duduk di depan pasien
2. Sinari mata dengan cahaya oblique
3. dengan lup binokular, perhatikan keadaan iris,
bentuk, warna, adanya sinekia
4. Kemudian perhatikan bentuk, letak dan
transprantasi lensa
Pemeriksaan Tekanan Intraokular palpasi
1. Duduk di depan pasien
2. Pasien melihat ke bawah
3. Tekan bola mata bergantian seperti saat menilai
fluktasi abses, menggunakan telunjuk tangan kiri
dan kanan
4. Dicatat sebagai N, N+, atau N-

MODUL II
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PENUNTUN BELAJAR
JENIS PEMERIKSAAN

NO
1 Tes Fluoresin
1. Pasiend duduk di depan slit lamp

2. Tetesi mata dengan Fluoresin 0.5 2 % atau basahi


strip fluoresin dengan saline fisiologis / air mata
buatan / anestesi topikal kemudian selipkan
diforniks inferior selama 20 detik
3. Irigasi dengan saline fisiologis sampai air mata
tidak lagi berwarna hijau
4. Atur cahaya pada slit lamp, gunakan iluminasi difus
dengan filter kobalt biru
5. Perhatikan warna defek kornea
Tes Fistel
1. pasien duduk di depan slit lamp
2. Tetesi mata dengan Fluoresin 0.5 2 % atau basahi
strip fluoresin dengan saline fisiologis / air mata
buatan / anestesi topikal kemudian selipkan di
forniks inferior selama 20 detik
3. Atur cahaya pada slit lamp, gunakan iluminasi difus
dengan filter kobalt biru
4. Lakukan sedikit penekanan pada bola mata
5. Lihat adakah warna fluoresin mengalir melalui
defek epitel kornea
Tes Sensibilitas Kornea
1. Minta pasien melihat ke sisi yang berlawanan
dengan bagian kornea yang akan diperiksa
2. Pemeriksaan menahan kelopak mata penderita
dengan ibu jari dan jari telunjuk
3. Dari sisi lain kapas linting digeser sejajar dengan
permukaan iris menuju daerah kornea yang akan
diperiksa
4. Lihat apakah terjadi refleks mengedip, lakrimasi
atau rasa tidak enak atau sakit
Tes Tutup
1. Pasien duduk melihat lurus ke objek jauh,
pemeriksa di depan pasien
2. Tutup mata kiri dari arah kiri pasien dengan
okluder atau telapak tangan, perhatikan gerakan
pada mata kanan yang tidak ditutup
3. Ulangi langkah ke 2 pada mata kanan

Tes Tutup Buka


1.
Pasien duduk melihat lurus ke
objek jauh, pemeriksa tepat di depan pasien
2.
Tutup mata kanan dengan
okluder, kemudian dengan cepat angkat okluder
dan perhatikan mata tersebut, adakah deviasi atau
gerakan
3. Ulangi langkah 2 pada mata kiri
Mengukur Jarak Pupil untuk penglihatan jauh
1. pasien melihat lurus ke objek jauh
2. Pemeriksa duduk didepan pasien, jarak sejauh
Lengan

NILAI

10

3. Posisikan mata pemeriksa sejajar dengan mata


Pasien
4. Letakkan mistar di depan hidung pasien
5. Tutup mata kanan pemeriks, posisikan mata kiri
pada titik nol di limbus temporal mata kanan pasien
6. Tutup mata kiri pemeriksa, dengan mata kanan
baca angka di mistar pada limbus nasal mata kiri
pasien
7. Ulangi sekali lagi
Tes Proyeksi Cahaya
1. Tutup mata yang tidak diperiksa
2.
Mata yang diperiksa disinari dari
4 arah (atas, bawah, kiri dan kanan), sambil
tanyakan arah datangnya sinar
Tes Konfrontasi
1. Pasien diminta duduk, mata yang tidak diperiksa
ditutup
2. Periksa duduk di depan pasien dengan jarak 60 cm
1 meter
3. Tutup mata pemeriksa yang berhadapan dengan
mata pasien yang ditutup
4. Pasien diminta untuk fiksasi pada hidung atau
mata pemeriksa yang terbuka
5. Letakkan sebuah benda yang berjarak sama dari
penderita maupun pemeriksa
6. Gerakkan benda tersebut dari periferi ke sentral,
sehingga mulai terlihat oleh pemeriksa dalam
jarak sekitar 30o dari fiksasi sentral
7. Tanyakan apakah pasien sudah melihat benda
tersebut. Jika menggunakan jari, gunakan jari yang
hanya menunjukkan angka 1, 2 atau 5
8. Lakukan hal yang sama untuk semua arah (atas,
bawah, nasal dan temporal)
Tes Warna Ishihara
1. Psien duduk di ruangan yang terang
2. Pasien diminta melihat kartu Ishihara dan
menyebutkan apa yang dilihat, atau mengikuti garis
pola tertentu
3. Waktu untuk menjawab tidak boleh melebihi 10
Detik

Pemeriksaan menggunakan Oftalmoskop Direk


1. Atur lensa di oftalmoskop direk pada angka nol
2. Mata kanan pasien diperiksa oleh mata kana
pemeriksa dan dengan memegang oftalmoskop
dengan tangan kanan
3. Duduk di depan pasien dengan jarak 60 cm untuk
menilai reflek fundus
4. Pemerisa mendekati pasien dari arah tempotal
dengan sudut sekitar 15o
5. Oftalmoskop didekatkan ke mata pasien, buku jari
tangan pemeriksa bersandar di pipi pasien
6. Buka kelopak mata pasien, dan putar lensa hingga
gambaran fundus terfokus
7. Temukan papil dengan menelusuri pembuluh
darah retina
8. Periksa daerah diskus optik, pembuluh darah
6

11

12

13

retina, gambaran retina dan makula secara


berurutan
Pemeriksaan TIO Menggunakan Tonometer
Schiotz
1. Kalibrasi instrumen pada testing plate
2. Teteskan satu tetes anestesi topikal pada forniks
Inferior
3. Pasien berbaring, fiksasi ke langit langit kamar
4. Buka kelopak mata atas penderita dengan ibu jari
dan telunjuk
5. Bersihkan foot plate dengan kapas basah steril
6. Pegang gagang tonometer dengan ibu jari dan
telunjuk, gunakan tangan dominan, arahkan skala
hingga menghadap pemeriksa
7. Baca angka pada skala dan angkat tonometer dari
kornea
8. Gunakan tabel untuk melihat TIO dalam mmHg
9. Bila angka di skala kurang dari 4, tambahkan
beban 7.5 g, ulangi langkah 4 8
10. Bila dengan beban 7.5 g jarum di skala menuju
angka 0, tambahkan beban 10 g, ulangi langkah 4 8
Pemeriksaan Refraksi untuk Koreksi Miopia dan
Hipermetropia
1. minta pasien untuk duduk pada jarak yang
ditentukan (6m) dari kartu pemeriksaan tajam
penglihatan
2. Ukur jarak pupil penglihatan jauh
3. Pasang trial frame, atur jarak pupil
4. Tutup mata kiri dengan okluder
5. Periksa tajam penglihatan pasien
6. Tambahkan lensa S + 0.50 pada mata kanan

7. Tanyakan apakah penglihatan bertambah jelas atau


tidak. Jika penglihatan makin jelas, lanjutkan step
berikut, jika penglihatan semakin kabur, lanjutkan
pada step 9
8. Bila bertambah jelas, tambahkan terus lensa sferis
positif hingga tercapai tajam penglihatan terbaik.
Pilih lensa sferis positif terbesar yang memberi
tajam penglihatan terbaik
9. Bila dengan langkah 6, penglihatan bertambah
kabur, tambahkan lensa S 0. 50. bila bertambah
jelas tambahkan terus lensa negatif hingga tercapai
tajam penglihatan terbaik. Pilih lensa sferis negatif
terkecil yang memberikan tajam penglihatan
terbaik
10. Ulangi langkah 4 9 untuk mata kiri
11. Periksa kembali tajam penglihatan dua mata
menggunakan lensa koreksi
12. Minta pasien berdiri dan berjalan, tanyakan
apakah merasa pusing
Pemeriksaan Refraksi Untuk Koreksi Presbiop
1. Minta pasien untuk duduk di ruang terang
2. Ukur jarak pupil untuk penglihatan dekat
7

3. Pasang trial frame dengan koreksi penglihatan


jauh
4. Tutup mata kiri dengan okluder
5. Periksa tajam penglihatan mata kanan
menggunakan kartu Jaeger, dari jarak yang
diinginkan pasien (umumnya 33 cm)
6. Bila bertambah jelas tambahkan lensa steris positif
hingga pasien dapat membaca sampai besar huruf
20/30
7. Ulangi langkah yang sama pada mata kiri
8. Ulangi pemeriksaan dengan dua mata

MODUL III
KETERAMPILAN DI RUANG TINDAK EMERGENSI
PENUNTUN BELAJAR
NO
JENIS KETERAMPILAN
1. Irigasi Permukaan Bola Mata (trauma kimia)
1.
Pasien tidur terlentang
2.
Teteskan 1 2 tetes anestesi topikal
pada fornik inferior
3. Buku kelompok mata perlahan, pasang spekulum
atau refraktor palpebra
4. Perhatikan adakah benda asing di forniks. Bila kecil
ambil dengan aplikator kapas, bila besar ambil
dengan pinset
5. Mulai irigasi mata dengan larutan garam fisiologis
6. Minta pasien melihat ke kiri, kanan, atas, bawah,
agar seluruh daerah forniks terbilas
7. Lakukan eversi palpebra superior untuk membilas
forniks superior
8. Lakukan irigasi sekitar 15 20 menit menggunakan
1 liter air, irigasi sampai pH netral. (gunakan kertas
lakmus)
2. Mengambil Benda Asing di Konjungtiva Bulbi
1. Pasien tidur terlentang
2. Teteskan 1 2 tetes anestesi topikal pada forniks
8

3.

4.

Inferior
3. Buka kelopak mata perlahan, pasang spekulum atau
retraktor palpebra
4. Perhatikan adakah benda asing di forniks. Bila kecil
ambil dengan aplikator kapas, bila besar ambil
dengan pinset
5. Tetesi antibiotika topikal
Mengambil Benda Asing di Konjungtiva Tarsalis
1. Pasien tidur terlentang
2. Teteskan 1 2 tetes anestesi topikal pada forniks
Inferior
3. Buka kelopak mata perlahan, pasang spekulum atau
retraktor palpebra
4. Perhatikan adakah benda asing di forniks. Bila kecil
ambil dengan aplikator kapas, bila besar ambil
dengan pinset
5. Bila benda asing ada di konjungtiva tersalis
superior, lakukan eversi kelopak mata atas. Cari
benda asing, ambil dengan aplikator kapas

Mengambil Benda Asing di Kornea


1. Pasien tidur terlentang
2. Teteskan 1 2 tetes anestesi topikal pada forniks
Inferior
3. Buka kelopak mata perlahan, pasang spekulum atau
retraktor palpebra
4. Perhatikan benda asing di kornea, bila tidak
tertanam di kornea, hapus permukaan kornea
perlahan dengan kapas linting basah hingga benda
asing terangkat
5. Irigasi permukaan bola mata

MODUL IV
ILMU PENYAKIT MATA
No

Modul Topic

Sub Topic

Tujuan Pembelajaran
- Mampu
melakukan

LOC
diagnosa
4

indentifikasi dan pemeriksaan yang


berhubungan
1

Konjungtivitis
Alergi

dengan

penyakit

konjungtivitis
-

Mampu menjalankan etiologi dari


masing-masing konjungtivitis

Konjungtivitis

Virus

- Mampu membedakan gambaran


antara

kunjungtivitas

kareana

virus, bakteri dan alergi


3

Konjungtivitis
Bakteri
Konjungtiva

- Mampu

membuat

diagnosa

banding dengan penyakit skeliritis


/

episkleritis,

pendarahan

pterygium,

sub konjungtivitas,

glukoma dan indosiklitis.


- Mampu

menjalankan

diagnosa,

pengobatan dan prognosa dari


penyakit konjungtivitis
- Mampu melaksanakan diagnosa,

3A

identifikasi dan pemeriksaan yang


10

berhubungan dengan pterygium.


- Mampu menjelaskan etiologi dari
pterygium.
- Mampu
2

Pterygium

membuat

diagnosa

banding dengan episkleritis /


skleritis.
- Mampu

membuat

pengobatan

untuk pterygium derajat 1 dan 2.


- Mampu

memnentukan

saat

dirujuk untuk dilakukan operasi.


Mampu melakukan diagnosa

3A

identifikasi dan pemeriksaan yang


berhubungan dengan katarak.
3

Lensa

Mampu

Katarak

menjelaskan

macam-

macam etiologi dari katarak.


-

Mampu menjelaskan gambaran


klinis dari katarak

Mampu

menegakan

diagnosa

pengobatan dan prognosa dari


katarak.
-

Mampu menentukan saat dirujuk


untuk dilakukan operasi
- Mampu melaksanakan diagnosa
identifikasi
yang

dan

3B

pemeriksaan

berhubungan

dengan

dislokasi lensa.
6

Dislokasi

- Mampu menegakan etiologi dari

Lensa

dislokasi lensa
- Mampu menjelaskan gambaran
klinis

penatalaksanaan

darn

prognosa dari dislokasi lensa


- Mampu

melakukan

identifikasi
7

Glaukoma

yang

Kongilnital

glukosa

Glaukoma
Simpleks

Galukoma

Glaukoma Akut

dan

diagnosa

3A

pemeriksaan

berhubungan

dengan

Mampu menentukan etiologi dari

3A

galukoma
- Mampu menjelaskan gambaran

3A

klinis
11

- Mampu melakukan pemeriksaan


tekanan

intra

okuler

3A

secara

palpasi
Glaukoma
10

Sekunder

- Mampu

menegakan

diagnosa,

pengobatan schiotz dan prognosa


dari glukosa
- Mampu menentukan saat yang
tepat untuk melakukan rujukan

11

Miyop

- Mampu

melakukan

identifikasi
12
5

Hipermetrok
Refraksi dan

13

Akomodasi

Presbiop
Amliop

16

Hordeolum

penilaian

visus

3A
melakukan

koreksi

terhadap kelainan refraksi


- Mampu

15

3A

- Mampu melakukan
Astigmal

3A

pemeriksaan

pada kelainan refraksi

- Mampu
14

dan

diagnosa

memberi

pengobatan

pada kelainan refraksi


- Mampu melakukan
identifikasi

dan

3A

diagnosa

3A
3A

pemeriksaan

pada kelainan pada palpebra


6

Palpebra

- Mampu menjelaskan etiologi dari

3A

hordeolum dan khalazion


17

Khalazion

- Mampu menegakan diagnosa dan


penatalaksanaan pada hordelium
dan khalazion

- Mampu

melakukan

identifikasi

dan

diagnosa

3A

pemeriksaan

pada penderita hifema.


- Mampu menjelaskan etiologi dari
hifema
- Mampu mendiagnosa, mengobati
7

18

Bilik
Depan

Mata Hifema

dan menentukan prognosa dari


hifema
- Mampu menentukan waktu yang
tepat untuk merujuk penderita
hifema
- Mampu

melakukan

identifikasi

dan

diagnosa,

3A

pemeriksaan

pada penderita irido sklitis


12

- Mampu menjelaskan etiologi dari


irido sklitis
- Mampu
8

19

Iris

dan Irido Sklitis

Badan Siliar

menentukan

diagnosa

banding dari irido sklitis


- Mampu mendiagosa, mengubah
dan menentukan prognosa dari
irido sklitis
- Mampu menentukan saat yang
tepat untuik dirujuk penderita
sklitis

13

ILMU KETRAMPILAN KLINIS PENYAKIT MATA


No
Ketrampilan Klinis
Pemeriksaan visus
1
Pemeriksaan visus
2
Pemeriksaan visus pada anak
Pemeriksaan Refraksi
3
Pemeriksaan refraksi subjektif
Pemeriksaan lapang pandang
4
Tes konfrentasi
Pemeriksaan Eksternal
5
Pemeriksaan kelopak mata
6
Pemeriksaan bulu mata
7
Pemeriksaan konjuntiva
8
Pemeriksaan glukosa
9
Pemeriksaan aparatus laktival
Posisi bola mata
10 Pemeriksaan hisberg
11 Pemeriksaan tes coper
12 Pemeriksaan pengobatan bola mata
Pupil
13 Pemeriksaan pupil
14 Pemeriksaan refraksi pupil
Media Refraksi
15 Pemeriksaan mata dengan Transikuminasi
16 Pemeriksaan Korea
17 Pemeriksaan Bola mata depan
18 Pemeriksaan Iris
19 Pemeriksaan Lensa
20 Pemeriksaan dengan Slip Lop
Fonduskopi
21 Pemeriksaan dengan Fundefi derid
Tekanan Intra Okuler (TIO)
22 Pemeriksaan TIO secara palpasi
23 Pemeriksaan TIO dengan schiotz
Keterampilan Mengobati
24 Pemberian tetes mata
25 Pemberian zalf mata
26 Pengangkatan benda asing
27 Pengambilan lensa dan protesa
28 Pengambilan bulu mata
29 Pengambilan benda asing pada kornea
Pengobatan Dengan Operasi
30 Operasi Katarak
31 Operasi Trabekulektomi
32 Operasi Vitrektomi
33 OperasiTransfalasi Korea
34 Operasi Kalazion,Intofion
35 Operasi Ablatio Retina
Pemeriksaan Khusus mata
36 Tes buta warna

Target LOC
4
3
4
3
4
4
4
4
3
3
3
3
4
4
3
4
4
4
3
3
4
3
4
4
3
2
2
2
1
1
1
1
1
1

14

Ketentuan LOC (Level Of Condetence)


1. Memahami secara teoritis
2. Memahami dan melihat prosedur pada pasien dan mengerjakan
prosedur pada laboratorium ketrampilan
3. melakukan secara terbatas pada pasien dibawah supervisi dalam
suasana latihan
4. melakukan secara mandiri dan rutin

15

DAFTAR BUKUA ACUAN DI ILMU PENYAKIT MATA


(1) Basic Ophthalmology, Editor : Cynthia A, Bradford MD, American Accademy of
Ophthalmology. San Fransisco
(2) Parsons disease of he eye. Editro : Miller Sah. Churchill Living Stone. Longmon Singapore
Publisher
(3) Vaughn D.G, Asbury T, Riordan-Eva P, eds. General Ophthalmology 15 th Connecticut:
Prentice Hall int.
(4) Kanski, Clinical Ophhthalmology, Six edition, Butterworth Heinermann Elsevier

16

17

Anda mungkin juga menyukai