Trading Terms :
Payment Terms :
Currency : IDR
Subtotal 400,000
Terbilang: Shipping & Handling
Others
Grand Total 220,000
Bank Name : PT Bank Central Asia
Bank Branch : Wisma Asia
Account No. : 084.0789.934
Account Name : Sando Sasako
Pesanan akan dikirim setelah pembayaran dilunasi dan bukti pembayaran disampaikan melalui email
ke serabdi.sakti@gmail.com
Untuk informasi lebih lanjut, silahkan hubungi kami di nomor telepon berikut +62 21 3218 7118
(Flexi) atau +62 21 4027 8375 (Fren), atau fax ke +62 21 5367 3649
Trading Terms :
Payment Terms :
Currency : IDR
Pesanan pemasangan advertorial / iklan bisa dibayar langsung dan bukti pembayaran harap
disampaikan melalui email ke serabdi.sakti@gmail.com
Untuk informasi lebih lanjut, silahkan hubungi kami di nomor telepon berikut +62 21 3218 7118
(Flexi) atau +62 21 4027 8375 (Fren), atau fax ke +62 21 5367 3649
Buku - 2. INSTITUT
1.385 program studi terakreditasi
118 INSTITUT
58 halaman isi
2 halaman daftar INSTITUT
Buku - 3. POLITEKNIK
906 program studi terakreditasi
237 POLITEKNIK
46 halaman isi
4 halaman daftar POLITEKNIK
Buku - 5. UNIVERSITAS
10.032 program studi terakreditasi
535 UNIVERSITAS
395 halaman isi
9 halaman daftar UNIVERSITAS
ISBN 978-602-73508-0-9
Ukuran dan pengukuran mutu sangat tergantung pada preferensi individu yang sifatnya sangat
subjektif. Sudut pandang yang berbeda sepersekian derajat membuat aktivitas pengkategorian,
pengelompokkan sering terjebak pada dilema pigeon-holing. Solusi terhadap perbedaan yang
wujud biasanya tercipta dalam bentuk konsensus, yang tentunya diwarnai dengan berbagai
dissenting opinion. Walau demikian, publikasi upaya dan hasil pengklasifikasian merupakan
suatu hal yang sudah seharusnya sangat diapresiasi oleh banyak pihak.
Sumber informasi utama pada buku ini berasal dari publikasi BAN-PT yang diakses pada
bulan Februari 2015. Beberapa data tambahan dan pendukung berasal dari publikasi beberapa
satker / pusat data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sifatnya yang on-going process
membuat nilai akreditasi dan daftar program studi yang kami publikasikan mungkin sudah
tidak sesuai dengan data terbaru.
Bila ada pihak yang merasa nilai akreditasinya tidak sesuai dengan
yang kami publikasikan, kami bisa memberikan bukti dalam bentuk
screenshot halaman web yang kami ekstrak dari situs BAN-PT pada
bulan Februari 2015.
Kami akan dengan senang hati menerima kritikan dan masukan bagi institusi perguruan tinggi
yang berminat untuk memutakhirkan datanya serta memuat profil institusi dalam halaman
tersendiri dan bersifat eksklusif (advertorial).
ii
Direktori Perguruan Tinggi di Indonesia, Sept. 2015
Kata Pengantar
Selain itu, tingkat kesulitan yang lain adalah database yang dikelola oleh beberapa satker
(satuan kerja) dalam satu instansi pun bisa memiliki duplikasi. Satu institusi perguruan tinggi
bisa memiliki indeks dan nomor sekolah yang berbeda seperti AMIK Taruna Probolinggo
yang memiliki 2 NPSN, yakni 20575290 dan 20541714; Akademi Perikanan Baruna yang
sama-sama beralamat di wilayah Jatibarang (NPSN = 20332316 berlokasi di kota Tegal dan
NPSN = 20340796 berlokasi di kabupaten Tegal).
Ketidaklengkapan dalam penulisan satu kata bisa berindikasi berbeda seperti kombinasi pada
beberapa kata seperti bakti, bhakti, karsa, karya, husada dan permutasinya pada beberapa
frase seperti Karsa Husada, Karya Bhakti Husada, Karya Husada, Husada Karya Jaya, atau
lainnya.
Beberapa contoh berikut bisa disamakan atau dibedakan menurut yang tertulis, antara lain:
1. Akademi Perpajakan Panca Bhakti di Pontianak dan Akademi Perpajakan Pancasila Bhakti
di Pontianak;
2. Akademi Pariwisata Tridaya, Jakarta dan Akademi Pariwisata Tridaya Wisata, Jakarta;
3. Akademi Keperawatan Yayasan Kimia di Jakarta dan Akademi Keperawatan Yayasan
Jalan Kimia di Jakarta.
4. AMIK Mapan Tangerang dan AMIK Masa Depan Tangerang;
5. Akademi Perawatan Karya Bakti Husada Yogyakarta, Yogyakarta dan Akademi
Keperawatan Karya Husada Yogyakarta
6. Akademi Manajemen Gunung Leuser, Aceh Tenggara di bawah naungan Kopertis 13 dan
Akademi Manajemen Gunung Leuser, Sibuhuan di bawah naungan Kopertis 1;
7. Akademi Teknologi Pringsewu, Lampung dan Akademi Teknologi Pringsewu, Tangga-
mus;
8. AMIK Wira Nusantara Bitung dan AMIK Wira Nusantara Rangkas Bitung;
9. Akademi Farmasi Muhammadiyah Cirebon, Cirebon dan Akademi Farmasi Muhammadi-
yah Kabupaten Kuningan, Kuningan
Banyak pihak masih mencatatkan nama perguruan tinggi dengan singkatan yang mereka
anggap biasa. Akibatnya, proses kompilasi dan penyatuan (integrasi) data bukan merupakan
hal yang mudah. Cross-check dan verifikasi tidak langsung terhadap ribuan program studi
terhadap ratusan perguruan tinggi sangat membutuhkan ketelitian dan waktu yang tidak
sedikit.
Beberapa singkatan terkait dengan perguruan tinggi tertentu mencakup BSI, IEC, LP3I, UKI,
UPN, YAI, YARSI, atau lainnya. Beberapa singkatan yang umum terhadap akademi
mencakup ABA, Akbid, Akper, Akpar, Akmar, Akmil, Akpol, Apikes, ASM dan ASMI,
Aktek, atau lainnya. Di sisi lain, ada yang menyamakan AMIK dengan AKMI, dan yang
sejenis seperti AKAKOM, AKBA, AKI, AMIKOM, IKMI, LIKMI, STEKOM, STI&K,
STIKOM, dan lainnya.
iii
Direktori Perguruan Tinggi di Indonesia, Sept. 2015
STMIK memiliki berbagai varian nama yang membuat kompilasi dan sortasi menjadi lebih
kompleks. Beberapa kerancuan penamaan STMIK mencakup:
1. Sekolah Tinggi Elektronika dan Komputer
2. Sekolah Tinggi Ilmu Komputer
3. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen dan Komputer
4. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Informatika dan Komputer
5. Sekolah Tinggi Informatika dan Komputer Indonesia
6. Sekolah Tinggi Informatika dan Multimedia
7. Sekolah Tinggi Informatika Komputer
8. Sekolah Tinggi Manajemen dan Ilmu Komputer
9. Sekolah Tinggi Manajemen dan Informatika
10. Sekolah Tinggi Manajemen dan Komputer
11. Sekolah Tinggi Manajemen Ilmu dan Komputer
12. Sekolah Tinggi Manajemen Infomatika dan Teknik Komputer
13. Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer
14. Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Teknik Komputer
15. Sekolah Tinggi Manajemen Informatika Komputer
16. Sekolah Tinggi Teknik Ilmu Komputer
17. Sekolah Tinggi Teknik Informatik
18. Sekolah Tinggi Teknologi Ilmu Komputer
19. Sekolah Tinggi Teknologi Informasi
20. Sekolah Tinggi Teknologi Informatika
Pemakaian singkatan nama memang memudahkan. Beberapa pihak memang sudah familiar
dengan singkatan, sebutan, terhadap satu atau dua akademi. Sementara beberapa pihak lain
bahkan tidak mengetahui sama sekali bahwa sebutan tersebut adalah panggilan dari akademi
tertentu.
Selama proses tersebut bersifat lokal hal itu tidak menjadi masalah. Sebutan menjadi masalah
ketika sebutan tersebut memiliki homonim, asosiasi, atau lainnya dan bersifat lintas-wilayah
atau lintas-sektor. Dewasa ini, satu perguruan tinggi bisa beroperasi di banyak wilayah dan di
banyak bidang usaha layaknya suatu korporasi yang berorientasi pada keuntungan.
Walau demikian, motif banyak korporasi membuka layanan pendidikan komersial tidak
semata untuk mengeduk keuntungan. Beberapa konglomerat justru berupaya mensinergikan
keberadaan perguruan tinggi milik mereka sebagai fitur dan pemanis bagi usaha properti
mereka yang beroperasi secara ekstensif dan massal.
Selain itu, lembaga pendidikan juga bisa dijadikan sebagai salah satu bentuk CSR (corporate
social responsibility) bagi banyak korporasi dan konglomerat. Beberapa tupoksi (tugas pokok
dan fungsi) lain dari keberadaan lembaga pendidikan milik korporasi adalah sebagai wadah
pembinaan, pemberdayaan, kaderisasi, pencarian bibit unggul, dan perekrutan human
capital.
iv
Direktori Perguruan Tinggi di Indonesia, Sept. 2015
Keistimewaan dari perguruan tinggi sebagai suatu unit usaha dan satu industri tersendiri
adalah mereka tidak harus menciptakan output dan outcome yang sesuai dengan spesifikasi
ukuran mutu yang diterapkan di industri manufaktur (quality in fact), melainkan mutu sesuai
persepsi (quality in perception) penyedia dan pengguna serta penilai eksternal.
Walau demikian, institusi perguruan tinggi dituntut untuk berjalan sesuai prinsip akuntabilitas
publik dalam koridor hukum yang berlaku bagi penyelenggara pendidikan tinggi. Salah satu
acuan utamanya adalah PP No.19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.Salah satu
bentuk pertanggungjawaban publik pada aktivitas penyelenggaraan pendidikan adalah dengan
melakukan evaluasi diri pada program studi yang ditawarkan (dikenal dengan istilah
EPSBED, Evaluasi Program Studi Berbasis Evaluasi Diri).
Penilaian dan verifikasi oleh pihak eksternal terhadap aktivitas EPSBED sebagai bentuk
penjaminan mutu (quality assurance, QA) internal lebih dikenal dengan istilah akreditasi. QA
internal maupun eksternal berfungsi mengawal agar butir-butir mutu dapat dirumuskan
dengan benar, dilaksanakan secara konsisten, dan ditingkatkan terus-menerus.1
Proses evaluasi pendidikan seharusnya dilakukan secara berkala, menyeluruh, transparan, dan
sistemik untuk dibandingkan dengan pencapaian standar nasional pendidikan.Khusus untuk
jenjang pendidikan tinggi, evaluasi dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguman
Tinggi (BAN-PT). BAN-PT dibentuk sebagai badan evaluasi mandiri yang menetapkan
kelayakan program dan/atau satuan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi dengan
mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.
Aktivitas akreditasi yang dilakukan oleh BAN-PT dan/atau lainnya bertujuan sebagai upaya
audit dan kendali mutu pendidikan tinggi secara eksternal dan dilakukan secara fakultatif.
Dalam kenyataannya, praktek akreditasi banyak menemui berbagai masalah dan kendala
seperti sangat banyaknya jumlah program studi, terbatasnya jumlah pakar, peninjau, dan
pendanaan.
Direktori ini dipublikasikan dalam rangka meningkatkan transparansi atas beberapa aspek,
antara lain keberadaan, status, dan penilaian terhadap suatu perguruan tinggi di Indonesia
yang dilakukan oleh BAN-PT. Pemenuhan kualifikasi serta due process merupakan inti dari
pada dasar kelulusan peserta didik, penilaian dan akreditasi terhadap institusi dan program
studi, serta sertifikasi bagi guru dan dosen.
Sando Sasako
1
Hanum, Tirza, Kebijakan Nasional Sistem Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi (SPM-PT), Sub Tema:
Sinkronisasi Sistim Penjaminan Mutu Internal (SPM-PT), EPSBED dan Penjaminan Mutu Eksternal
(Akreditasi), Kopertis Menado, 22.11.2006.
v
Direktori Perguruan Tinggi di Indonesia, Sept. 2015
1. Materi sejenis pernah dipublikasikan oleh Depdiknas setiap tahunnya selama periode 2000-
2002, khusus untuk program studi yang ditawarkan oleh PTN.
2. Materi sejenis pernah dipublikasikan oleh BAN-PT setiap tahunnya selama periode 2000-
2002, khusus untuk program studi yang ditawarkan oleh PTS, PTA, PTK.
3. Untuk daftar atau direktori perguruan tinggi (baik itu PTN, PTS, Perguruan Tinggi Agama,
Perguruan Tinggi Kedinasan), publikasi biasanya bersifat regional atau menurut wilayah
kerja Kopertis.
1986, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Direktori Perguruan Tinggi Swasta di Indonesia
1985, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. 378.15-TIN-d
1992, Yayasan Podium Mas Indonesia, Buku Informasi Terpadu Perguruan Tinggi Swasta Se-
DKI Jakarta, Jakarta. 378.15-buk-b
2000, Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi, Direktori Akreditasi Program Studi 2000:
Perguruan Tinggi Agama dan Perguruan Tinggi Kedinasan, Departemen Pendidikan
Nasional, Jakarta. 378.15-TIN-d
2001, Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi, Direktori Akreditasi Program Studi 2001:
Perguruan Tinggi Agama dan Perguruan Tinggi Kedinasan, Departemen Pendidikan
Nasional, Jakarta. 378.15-TIN-d
2002, Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi, Direktori Program Studi 2002: Perguruan
Tinggi Kedinasan dan Perguruan Tinggi Agama, Departemen Pendidikan Nasional,
Jakarta. 378.15-TIN-d
2002, Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi, Direktori Akreditasi Program Studi 2001:
Perguruan Tinggi Swasta, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. 378.15-TIN-d
2006, Koordinator Perguruan Tinggi Swasta Wilayah III Jakarta, Direktori Perguruan Tinggi
Swasta Kopertis Wilayah III Jakarta, Koperasi Kesejahteraan Pegawai KOPERTIS
Wilayah III, Jakarta. 378.15-III-d
vii
Direktori Perguruan Tinggi di Indonesia, Sept. 2015
DAFTAR ISI
Daftar Isi............................................................................................................................... ix
Daftar AKADEMI, Program Studi Terakreditasi, dan Status (Masa Berlaku) Program
Studi Terakreditasi ............................................................................ xi
Daftar INSTITUT, Program Studi Terakreditasi, dan Status (Masa Berlaku) Program
Studi Terakreditasi ........................................................................ xxxi
Daftar SEKOLAH TINGGI, Program Studi Terakreditasi, dan Status (Masa Berlaku)
Program Studi Terakreditasi ...................................................... xxxvii
AKADEMI: Program Studi Terakreditasi, dan Status (Masa Berlaku) Program Studi
Terakreditasi .................................................................................... 33
INSTITUT: Program Studi Terakreditasi, dan Status (Masa Berlaku) Program Studi
Terakreditasi .................................................................................. 145
Daftar Perguruan Tinggi TERBAIK di Indonesia menurut Webometrics, Juli 2015 ............ 961
ix
Direktori Perguruan Tinggi di Indonesia, Feb. 2015 xi
Daftar AKADEMI
DAFTAR AKADEMI
PROGRAM STUDI TERAKREDITASI, DAN STATUS (M ASA BERLAKU) PROGRAM STUDI TERAKREDITASI
961
Direktori Perguruan Tinggi di Indonesia, Sept. 2015
962
Direktori Perguruan Tinggi di Indonesia, Sept. 2015
963
Direktori Perguruan Tinggi di Indonesia, Sept. 2015
964
Direktori Perguruan Tinggi di Indonesia, Sept. 2015
965
Direktori Perguruan Tinggi di Indonesia, Sept. 2015
966
Direktori Perguruan Tinggi di Indonesia, Sept. 2015
967
Direktori Perguruan Tinggi di Indonesia, Sept. 2015
968
Direktori Perguruan Tinggi di Indonesia, Sept. 2015
969
Direktori Perguruan Tinggi di Indonesia, Sept. 2015
970
Direktori Perguruan Tinggi di Indonesia, Sept. 2015
971
Direktori Perguruan Tinggi di Indonesia, Sept. 2015
972
Direktori Perguruan Tinggi di Indonesia, Sept. 2015
Milyaran halaman web dipublikasi setiap harinya. Termasuk didalamnya halaman twitter,
facebook, dan berbagai media sosial lainnya. Akibatnya, SERPs (search engine results pages)
bersifat sangat rentan dalam hal urutan dan prioritas untuk ditampilkan oleh (semua) search
engine. Oleh karena itu, Webometrics menggunakan domain mirror dari google.com di
Spanyol yang berbahasa Inggris.
Webometrics melakukan peringkat web terhadap lebih dari 24.000 institusi pendidikan tinggi
(HEI) di seluruh dunia sejak tahun 2004. Pengumpulan data dilakukan pada minggu-minggu
pertama bulan Januari dan Juli, antara tanggal 1-20, khususnya data publik pada akhir bulan.
Publikasi dilakukan sebanyak 2 kali setahun, yakni tidak sebelum tanggal 28. Walau demikian
Webometrics tidak berkenan mempublikasikan dan berdialog tentang figur atau nilai mentah
(raw values) yang mendasari (kriteria) pemeringkatan tertentu.
Pemeringkatan bertujuan memotivasi institusi dan ilmuwan untuk hadir di internet (web
presence) sebagai bentuk dan refleksi aktivitas mereka secara akurat. Internet sebagai sarana
komunikasi perlu dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi institusi dan ilmuwan yang merasa
memiliki keunggulan akademis. Kebijakan open access dan transparansi menjadi salah satu
cara promosi kenaikan volume dan mutu publikasi elektronik.
Beberapa praktek, manipulasi, dan upaya peningkatan peringkat yang dinilai buruk oleh
Webometrics, antara lain:
1. Pemanfaatan konten eksternal dan inlink secara masif. Penyediaan link terhadap materi
pihak lain dinilai memberikan akses bagi kejahatan pembajakan dan pelanggaran hak cipta,
pemberian izin, dari pengarang, editor, institusi penerbit.
2. Duplikasi dan/atau pemecahaan file dalam repository dalam format berbeda.
3. Pihak admin menampilkan prilaku buruk yang serius. Webometrics menihilkan raw value
atas indikator yang dimanipulasi dan langsung mendowngrade ke peringkat 99999.
Pengecualian pemeringkatan institusi perguruan tinggi dilakukan atas dasar beberapa kriteria
berikut:
1. Legalitas dan keberadaan institusi dinilai meragukan.
2. Institusi tidak mengoperasikan webserver selama 24/7. Webometrics melakukan ping
selama 2 bulan berturut-turut.
3. Institusi memiliki dua pusat domain web atau lebih. Webometrics menilai praktek ini
tidak baik dan memberikan penalti yang lebih berat. Walau tetap diperingkat, hanya 1
domain yang dipublikasikan, yakni yang memiliki indikator web lebih baik, walau
domain lama atau yang ditinggalkan tersebut sudah tidak dijadikan acuan utama.
Prosedur ini berlaku bagi domain yang independent satu sama lain.
4. Administrasi dan domain berada di bawah lembaga non-pendidikan seperti gereja dan
tidak bersifat independent dalam artian dicampur-aduk dengan aktivitas non-pendidikan
lainnya.
5. Indikator PRESENCE diberi bobot 10% pada jumlah halaman web yang diindeks
Google, tidak termasuk file pdf.
6. Indikator OPENNES diberi bobot 10% pada jumlah file pdf yang diindeks Google.
Webometrics tidak lagi menggunakan Google Scholar sebagai patokan.
7. Indikator VISIBILITY diberi bobot 50% pada rata-rata 2 inlink (ahrefs & Majestic).
Webometrics tidak menghitung Top-10 linking domains dan korespondensi backlinks.
8. Indikator EXCELLENCE diberi bobot 30% pada data Scimago (10 besar makalah yang
paling banyak dikutip menurut disiplin ilmu) selama periode 5 tahun (2009-2013).
973