PENDAHULUAN
Tumor otak adalah lesi desakan ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di
otak, meningen dan tengkorak.1 Craniopharyngioma adalah tumor otak yang terletak di
area hipotalamus di atas sella tursica atau bagian infundibulum. 2,3 Craniopharyngioma
adalah tumor kistik yang berkalsifikasi, ekstra-aksial, epitel-skuamosa, dan tumbuh
dengan lambat yang timbul dari sisa-sisa duktus craniopharyngeal dan/atau celah rathke
dan menempati bagian (supra) sellar.3
Jumlah penderita tumor benigna pada sistem saraf pusat adalah sama dengan
malignan namun dengan kadar mortalitas yang lebih rendah. Secara keseluruhan
kejadian craniopharyngioma adalah 0,13 per 100.000 per tahun. Tidak ada perbedaan
berdasarkan jenis kelamin atau ras. Craniopharyngioma menempati 4,2% dari semua
tumor anak (usia 0-14 tahun). 2,3
Keluhan yang paling umum adalah kompresi chiasma yang menyebabkan
gangguan visual atau terhalangnya jalur CSF, menyebabkan papil edema, sakit kepala,
mual, atau muntah. Keterlibatan hipotalamus atau pituitari dapat menyebabkan
gangguan endokrin. Peningkatan tekanan pada ventrikel III dapat menyebabkan
gangguan perkembangan, bila terjadi pada orang dewasa dapat terjadi proses demensia.
Dalam 90 persen kasus, terdapat kelainan endokrin, biasanya melibatkan hipofisis
anterior. Hampir separuh anak-anak yang terkena craniopharyngioma berperawakan
pendek, dan seperempat mengalami obesitas. 1
Prosedur diagnostik standar untuk tumor ini adalah Computerized Tomography
scan (CT scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI), gambaran yang sering
ditemukan berupa kalsifikasi, suprasellar, pelebaran sella dengan erosi dari anterior
clinoids dan dorsum sellae. Faktor penting yang mempengaruhi insidens dan
penatalaksanaan craniopharyngioma adalah diagnosis dini sehingga diperlukan
pengertian dan kemampuan untuk mengenal penyakit ini serta kesadaran para dokter
untuk cepat tanggap dan memberikan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
BAB II
STATUS PASIEN
1. Identifikasi
Nama
Jenis Kelamin
Tanggal lahir
Nama Ayah
Nama Ibu
Agama
Suku Bangsa
Alamat
: Meiza Anindinta
: Perempuan
: 3 Juni 2009
: Ari Sandy
: Lidya
: Islam
: Melayu
: Desa Sukarami, Pangkalan Balai
2. Anamnesis
(Autoanamnesis dan Alloanamnesis dengan ayah penderita 30 Desember 2015)
Keluhan utama
: Mata kiri tidak bisa melihat
Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak 7 bulan yang lalu pasien mengeluh mata kiri yang semakin lama semakin
kabur. Pandangan dirasa semakin gelap dengan lapang pandang yang menyempit. Mata
kanan baik. Sakit kepala (-). Mual (+), muntah (+) apa yang dimakan, 5 kali perhari,
menyemprot. Pasien dibawa berobat ke Graha Spesialis mata RS Pusri dan dinyatakan
mengalami atropi papil OS sinistra, pasien kemudian dirujuk ke bagian neurologi dan
dinyatakan SOL di lobus frontalis sinistra.
Sejak 5 bulan yang lalu, pasien mengeluh sakit kepala hebat yang terasa di seluruh
bagian kepala, durasi 30-60 menit. Sakit kepala tidak dipengaruhi aktivitas dan posisi,
sakit juga tidak hilang dengan istirahat dan pemberian obat. Pasien juga mengaku
pandangan mata kiri sudah hilang total, sedangkan mata kanan baik. Kejang (-),
penurunan kesadaran (-), bicara pelo (-), bibir mengot (-). Pasien berobat ke bagian
neurologi RS Pusri dan dirujuk ke RSMH. Pasien dinyatakan menderita
kraniofaringioma
o
o
o
o
o
: compos mentis
: 120 kali/ menit, isi dan tegangan cukup, reguler
: 24 kali/ menit
: 100/70 mmHg
: 37,1 oC
: 20 kg
Tinggi Badan
Status Gizi
: 128 cm
: Kurang
Keadaan Spesifik
Kulit
Turgor kulit normal
Kepala
Bentuk
Rambut
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
Thorax
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: bulat, simetris,
: hitam, tidak mudah dicabut
: mata tidak cekung, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik, refleks cahaya +/-, pupil kanan bulat, isokor, 3 mm,
pupil kiri tidak ada refleks cahaya.
: sekret tidak ada, NCH tidak ada.
: sekret tidak ada
: tidak ada kelainan
: perbesaran KGB tidak ada, JVP tidak meningkat
: datar
: lemas, hepar dan lien tidak teraba
: timpani
: bising usus (+) normal
Pemeriksaan Neurologis
Fungsi Motorik
:
Tungkai
Lengan
Pemeriksaan
Kanan
Kiri
Kanan
kiri
Gerakan
Segala arah
Segala arah
Segala arah
Segala arah
Kekuatan
+5
+5
+4
+5
Tonus
Eutoni
Eutoni
Eutoni
Eutoni
Klonus
+N
+N
+N
+N
Refleks
fisiologis
Refleks
patologis
Fungsi sensorik
Fungsi nervi kraniales
Gejala rangsang meningeal
(-)
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan foto NCCT cerebrum ( 11 Juni 2015)
Kesan:
SOL di lobus frontalis sinistra dan intraventriculer sinistra disertai peningkatan tekanan
intrakranial.
: dubia ad bonam
: dubia ad malam
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Definisi
Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak maupun ganas
yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak.1 Craniopharyngioma adalah tumor otak
yang terletak di area hipotalamus di atas sella tursica atau bagian infundibulum. 2,3
Craniopharyngioma adalah tumor kistik yang berkalsifikasi, ekstra-aksial, epitelskuamosa, dan tumbuh
dengan lambat
3.2. Epidemiologi
Tumor malignan pada sistem saraf pusat terjadi pada 16.500 individu dan
menyebabkan 13.000 kematian di Amerika Serikat setiap tahunnya, angka mortalitas
adalah 6 orang per 100.000. Jumlah penderita tumor benigna pada sistem saraf pusat
adalah sama dengan malignan namun kadar mortalitas yang lebih rendah. Tumor glial
merupakan 50% sehingga 60% tumor otak primer, meningioma 25%, schwannomas
10% dan selebihnya adalah tumor sistem saraf pusat lainnya.4
Secara keseluruhan kejadian Craniopharyngioma adalah 0,13 per 100.000 per
tahun. Tidak ada perbedaan berdasarkan jenis kelamin atau ras ditemukan.
Craniopharyngioma terdiri 4,2% dari semua tumor anak (usia 0-14 tahun). 2,3 Di Amerika
Serikat, data yang dikumpulkan selama periode 1985-1988 dan 1990-1992, bertepatan
dengan pengenalan CT scan, untuk National Cancer Data Base (NCDB), menunjukkan
bahwa tingkat ketahanan hidup adalah 86% pada 2 tahun dan 80% pada 5 tahun setelah
diagnosis.3
3.3. Etiologi
Craniopharyngioma dipercayai berasal dari sel epithelial squamosa yang
biasanya dapat ditemui pada bagian suprasellar yang melingkupi pars tuberalis dari
pituitary.2 Dua hipotesis utama yang menjelaskan asal craniopharyngioma adalah
embriogenetik dan metaplastik, keduanya saling melengkapi dan menjelaskan spektrum
craniopharyngioma.3
Teori Embriogenetik
Teori
ini
berkaitan
dengan
pengembangan
adenohipofisis
dan
Teori Metaplastic
Teori ini berkaitan dengan residual epitel skuamosa (berasal dari bagian stomodeum
dan biasanya bagian dari adenohypophysis), yang mengalami metaplasia.3
3.4. Patogenesis
Craniopharyngioma dianggap didapat secara kongenital dan timbul dari sisa-sisa
kantong rathke di persimpangan batang infundibular dan pituitari. Craniopharyngioma
adalah tumor epitel yang jinak. Sel-sel skuamosa yang ditemukan menunjukkan
gambaran metaplastik dan dapat menetap untuk suatu jangka masa yang signifikan
sebelum transformasi terjadi. Terdapat juga pendapat yang mengatakan bahwa tumor ini
berasal dari malformasi sel embrio yang terlalu lama menetap di daerah tersebut dan
tidak diserap sewaktu janin sehingga menyebabkan pertumbuhan yang abnormal. Pada
saat tumor telah mencapai diameter 3 sampai 4cm, hampir selalu menjadi kistik dan
sebagian terkalsifikasi. Biasanya terletak di atas sella dan menekan chiasma optik
hingga ke ventrikel ketiga. Tumor yang besar dapat menghambat aliran CSF.1,2
Gambar 1. MRI dari suatu craniopharyngioma menunjukkan adanya suatu massa kista yang diperkaya
dengan kontras pada bagian suprasella menuju ke bagian atas yang menekan hypothalamus.
tengkorak. Pada orang dewasa, bentuk papiler skuamosa ditemui di mana sebuah kista
dengan epitel skuamosa berlapis gepeng dapat ditemukan secara histologis. Deposisi
keratin juga dapat terjadi. Dalam banyak kasus, mungkin sulit untuk membedakan
kedua bentuk ini sehingga ada pendapat yang mengusulkan adanya bentuk campuran
ketiga.1
Tumor ini bisa lonjong, bulat, atau berlobus dan memiliki permukaan halus.
Dinding kista dan bagian-bagian solid tumor terdiri dari sel epitel (sering dengan
jembatan antar sel dan keratohyalin) yang dipisahkan oleh jaringan longgar sel-sel
stellate. Jika terdapatjembatan antar sel-sel tumor yang memiliki epitel, tumor tersebut
digolongkan sebagai sebuah adamantinoma. Kista ini berisi cairan albumin yang
berwarna gelap, kristal kolesterol, dan deposit kalsium dimana kalsium dapat dilihat
dalam foto polos atau CT scan dari bagian suprasellar pada 70 sampai 80% kasus. Sella
di bawahtumor cenderung meleper dan membesar.2
a. Pencitraan
Tampilan klasik dari craniopharyngioma adalah separuh bagian Sellar/para Sellar yang
padat, dan separuhnya bagian cyctic calcified mass lesion. Tumor ini terjadi pada daerah
supra Sellar (75%), supra dan infra Sellar (20%) dan infra Sellar (5%). Tumor supra
Sellar ini dapat dibagikan lagi kepada subkelompok tergantung pada hubungan mereka
ke ventrikel III dan optik kiasma. Kalsifikasi ini paling baik terlihat pada computerized
tomography (CT) scan. Bagaimanapun, Magnetic resonance imaging (MRI) dengan atau
tanpa kontras dapat lebih tepat menggambarkan tingkat keparahan tumor dan
khususnya, menggambarkan keterlibatannya dengan hipotalamus. Ini adalah cara
d. Histologi
Spektrum histologis craniopharyngioma mencakup 3 jenis yang utama, yaitu;
adamantinomas, papiler, dan campuran. Adamantinomas terdiri dari massa epitel
retikuler. Hal ini terlihat terutama pada anak-anak. Salah satu ciri khas adalah lapisan
basal yang terdiri dari sel-sel kecil yang membungkus zona retikuler stellata, serta
bidang-bidang sel skuamosa yang padat. Ianya berisi nodul dari keratin ("wet" keratin),
yang merupakan ciri khas dari subtipe tumor ini.
Jenis dari skuamosa papiler terdiri dari pulau-pulau skuamosa yang metaplasia,
tertanam dalam stroma jaringan ikat, dan jarang mempunyai degenerasi kistik dan
kalsifikasi. Subtipe ini jarang terlihat pada anak-anak dan tidak mempunyai nodul
keratin.
3.8. Diagnosis banding
1. Anomali kongenital: Arachnoid cyst and Rathke's cleft cyst.
2. Tumor lainnya: Tumor Pituitari, metastasis, meningioma, tumor epidermoid dan
dermoid, hypothalamic-optic pathway glioma, hypothalamic hamartoma, dan teratoma.
3. Infeksi / Proses inflamasi: Eosinofilik granuloma, hypophysitis limfositik,
sarkoidosis, sifilis dan TBC.
4. Malformasi vaskuler: Aneurisma pada karotid internal atau anterior communicating
arteri, kelainan arterio-vena.
3.9. Manajemen dan pengobatan
Dua jalur manajemen utama berkaitan dengan pengobatan tumor. Yang pertama
melibatkan reseksi total dari tumor, dan pendekatan yang kedua adalah untuk operasi
yang lebih terbatas, debulking tumor untuk mengurangi efek massa pada jalur optik
dan/atau untuk membangun kembali jalur cairan cerebrospinal (CSF), dan diikuti oleh
radioterapi. Jalur kedua dikembangkan karena tingginya morbiditas pada jalur reseksi
total tumor yang menyerang hipotalamus. Morbiditas tersebut dipertimbangkan dalam
hal disfungsi hipotalamus dan perubahan profil neuropsikologi.
Residual tumor, yang dikonfirmasi dengan MRI pasca operasi, umumnya akan
dirawat
dengan
external-beam
radioterapi,
walaubagaimanapun,
stereotactic
Biasanya, akan ada peningkatan dari defisit penglihatan paska operasi. Namun,
tetap dianjurkan pasien untuk berjumpa dokter mata bagi pemeriksaan berkelanjutan
seumur hidup. Sebaliknya, gangguan endokrin cenderung bersifat permanen, dan
seringkali bisa diperburuk oleh operasi. Obesitas hadir dalam 50% pasien, sementara
sekitar 80% dari pasien memerlukan dua atau lebih terapi pengganti hormon pituitari
anterior dan diabetes insipidus permanen terjadi pada 75% orang dewasa dan 90% anak.
Ini jelas menunjukkan kebutuhan manajemen seumur hidup dari pakar endokrin.
3.10. Prognosis
Kelangsungan hidup lima tahun secara keseluruhan adalah 80% tetapi adalah
lebih baik pada anak-anak (85% untuk kelangsungan hidup 5-tahun) dibandingkan pada
orang dewasa yang lebih tua (40% untuk kelangsungan hidup 5-tahun). Ketahanan
hidup, bagaimanapun, dapat berhubungan dengan keadaan adanya cacat.
Pengangkatan total tumor yang menyerang hipotalamus sangat menuntut secara
teknis tetapi bisa tercapai. Ada, bagaimanapun, kematian pasti (hingga 10%) dengan
prosedur ini dan walaupun dilakukan reseksi total tetap ada kekambuhan (hingga 15%).
Namun hasil klinis bisa kurang dari ideal dengan adanya disfungsi hipotalamus
(hyperphagia, obesitas, gangguan perilaku dan memori, hilangnya homeostasis
neurovegetative) dan perubahan neuropsikologi (gangguan konsentrasi, kesulitan dalam
organisasi perseptual, kekurangan memori verbal), yang bahkan dengan pengobatan
terapi pengganti hormon, memiliki dampak signifikan pada kegiatan sehari-hari di
kedua pasien dewasa dan anak-anak.
BAB IV
ANALISIS KASUS
Anak perempuan, 5 tahun, datang dengan keluhan mata kiri yang semakin lama
semakin kabur. Pandangan dirasa semakin gelap dengan lapangan pandang yang
menyempit sejak 7 bulan yang lalu. Mata kanan tidak ada keluhan. Selain itu, juga
terdapat gejala mual dan muntah yang menyemprot. Pasien dibawa berobat ke Graha
Spesialis mata RS Pusri dan dinyatakan mengalami atropi papil OS sinistra, pasien
kemudian dirujuk ke bagian neurologi dan dinyatakan SOL di lobus frontalis sinistra.
Sejak 5 bulan yang lalu, anak mulai mengeluh sakit kepala hebat di seluruh
bagian kepala. Sakit kepala tidak dipengaruhi aktivitas dan posisi, sakit juga tidak
hilang dengan istirahat dan pemberian obat. Pasien juga mengaku pandangan mata kiri
sudah hilang total, sedangkan mata kanan baik.Kejang (-), penurunan kesadaran (-),
bicara pelo (-), bibir mengot (-). Pasien berobat ke bagian neurologi RS Pusri dan
dirujuk ke RSMH. Pasien dinyatakan menderita kraniofaringioma.
Pasien adalah seorang perempuan yang berusia 5 tahun. Secara keseluruhan,,
kejadian kraniofaringioma adalah 0,13 per 100.000 per tahun. Tidak ada perbedaan
angka kejadian berdasarkan jenis kelamin. Namun, sebagian besar kasus terjadi sebelum
usia 20 tahun. Kraniofaringioma sendiri merupakan tumor yang terjadi pada 5-10%
tumor otak pada anak. Telah dilakukan 2 kali operasi pada pasien, yaitu pemasangan
Ventriculoperitoneal shunt (Vp shunt) pada juli 2015 dan biopsy pada oktober 2015.
Diagnosis pasien dengan craniopharyngioma adalah berdasarkan anamneses, temuan
klinis (gejala neurologis) dan radiologi (massa solid yang calcified / kistik), dan
kemudian dikonfirmasi dengan temuan histologis yang khas.
Pada anak ini, gejala awal yang dirasakan adalah pandangan dirasa semakin
gelap dengan lapangan pandang yang menyempit pada mata kiri sejak 7 bulan yang lalu
diperberat dengan nyeri kepala yang menyemprot sejak 5 bulan yang lalu. Keluahan
yang paling umum pada anak dengan kraniofaringioma adalah adanya gangguan tajam
penglihatan dan lapangan pandang. Hal ini terjadi karena adanya kompresi optic
chiasma. Penekanan optic chiasma juga dapat menyebabkan mual dan muntah yang
menyemprot (proyektil). Pasien telah dilakukan pemasangan VP shunt atas indikasi
hidrochepalus. Hidrosefalus juga merupakan manifestasi klinis dari kraniofaringioma
DAFTAR PUSTAKA
Saanin, S., Tumor Intrakranial. Ka. SMF Bedah Saraf RSUP. Dr. M. Djamil/FK-
[Diakses
tanggal
31
Diagnosis and Treatment. 6th edition. 2004. USA: Mosby Inc, 243.
Bobustuc, G.C., Craniopharyngioma. MD Anderson Cancer Center Orlando. 2010.
Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/1157758-overview
[Diakses
tanggal
31
Desember 2015]
4
Sagar, S.M., And Israel, M.A. Primary And Metastatic Tumors Of The Nervous
System.In Kasper, D.L., et al, Harrisons Principles of Internal Medicine 16th edition.
2005. USA: The McGraw-Hill Companies, 2457.