Anda di halaman 1dari 11

MOLUSKUM KONTAGIOSUM

Oleh:
Preetibah Ratenavelu, S.Ked
Bagian/Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
FK Unsri/RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
2015

PENDAHULUAN
Moluskum Kontagiosum merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh Molluscum
Contagiosum Virus (MCV), kelompok Pox Virus dari genus Molluscipox Virus. Angka kejadian
Moluskum Kontagiosum di seluruh dunia diperkirakan sebesar 2% - 8%, dengan prevalensi 5% 18% pada pasien HIV/AIDS. Moluskum Kontagiosum bersifat endemis pada komunitas padat
penduduk, hygiene buruk, dan daerah miskin. Penyakit ini terutama menyerang anak, usia
dewasa dengan aktivitas seksual aktif, dan status imunodefisiensi.1,2
Penularan dapat melalui kontak langsung dengan lesi aktif atau autoinokulasi, penularan
secara tidak langsung melalui pemakaian bersama alat-alat pribadi seperti handuk, pisau cukur,
alat pemotong rambut serta penularan melalui kontak seksual.1,2,3 Diagnosis Moluskum
Kontagiosum pada sebagian besar kasus dapat ditegakkan melalui pemeriksaan gejala kinis yang
tampak. Pemeriksaan histopatologi melalui biopsi dapat membantu menegakkan diagnosis pada
beberapa kasus dengan gejala klinis tidak khas.1,3,6
Moluskum Kontagiosum adalah penyakit infeksi virus yang dapat sembuh spontan. Pada
kelompok pasien imunokompeten jarang ditemui lesi Moluskum Kontagiosum bertahan lebih
dari 2 bulan. Terapi untuk memperbaiki gejala yang timbul diperlukan pada beberapa pasien
dengan penurunan status imun, dimana didapatkan lesi ekstensif dan persisten.1,2,4 Prognosis
penyakit ini baik dan biasanya sembuh spontan. Dengan menghilangkan semua lesi yang ada,
penyakit ini jarang atau tidak residif.1,4,7
1

DEFINISI
Moluskum Kontagiosum adalah penyakit yang disebabkan oleh virus pox, manifestasi
penyakitnya asimptomatis, diskret, dan klinis berupa papul-papul, pada permukaannya terdapat
lekukan, berisi massa yang mengandung badan moluskum.
Biasanya penyakit ini berkembang dari lesi bertangkai berdiameter sampai 5mm. Masa
inkubasi Moluskum Kontagiosum didapatkan satu sampai beberapa minggu hingga 6 bulan.1,4
EPIDEMIOLOGI
Informasi yang pasti tentang berapa prevalensi dari penyakit ini belum diketahui. Ini
disebabkan penelitian tentang penyakit ini hanya pada kasus-kasus yang lebih serius. Faktor
utama dalam penyebarannya adalah kontak kulit langsung. Faktor lain yang mempengaruhi
penyebaran tidak diketahui, tapi dicurigai lingkungan tropis turut memfasilitasi penyebarannya. 1,2
Insiden Moluskum Kontagiosum diperkirakan 1% dari semua diagnosis dermatologi. Informasi
yang pasti tentang berapa prevalensi dari penyakit ini belum diketahui.2,3
Penyakit ini terutama menyerang anak dan kadang-kadang juga orang dewasa.
Transmisinya melalui kontak kulit langsung dan autoinokulasi. Jika pada orang dewasa
digolongkan dalam Sexually Transmitted Disease (Infeksi Menular Seksual) yang ditularkan
melalui kontak membran mukosa. Kejadian Moluskum Kontagiosum sebagai penyakit yang
ditularkan secara seksual pada orang dewasa muda meningkat. Hal ini juga terlihat pada
penderita AIDS. Pada pasien anak, lesi biasanya ditemukan di wajah, badan, dan ekstremitas.2,4,9
Mortalitas/Morbiditas
Moluskum Kontagiosum adalah penyakit yang dapat sembuh sendiri pada orang yang
imunokompeten, tanpa ada komplikasi jangka panjang atau sekuele. Sebaliknya, pada pasien
yang terinfeksi HIV, infeksi Moluskum Kontagiosum dapat mengakibatkan deformitas kosmetik
yang mencolok dan memiliki efek merugikan yang signifikan pada psikologis.
Meskipun superinfeksi dan selulitis telah dilaporkan terjadi pada penderita HIV yang
terinfeksi Moluskum Kontagiosum, tetap tidak ada kematian yang dapat dikaitkan langsung
dengan virus Moluskum Kontagiosum.
2

Ras
Tidak ada predileksi rasial.
Jenis Kelamin
Insiden pada pria dilaporkan lebih besar dibandingkan dengan wanita, ini mungkin dikaitkan
dengan pria yang memiliki lebih dari satu pasangan.
Usia
Moluskum Kontagiosum dapat terjadi pada semua kelompok usia tapi paling umum
terjadi pada anak dan pada orang dewasa yang aktif secara seksual.
Moluskum Kontagiosum bisa terjadi pada setiap usia pada pasien yang imunokompeten.
ETIOLOGI
Etiologi dari penyakit ini adalah virus (genus Molluscipoxvirus) yang menyebabkan
Moluskum Kontagiosum menjadi anggota dari family poxviridae, yang juga terdapat anggota
smallpox. Molluscum Contagiosum Virus (MCV) merupakan virus double-stranded DNA,
berbentuk lonjong dengan ukuran 230nm x 330nm. 1,2 Terdapat 4 subtipe utama Moluskum
Kontagiosum.
Virus (MCV), yaitu MCV I, MCV II, MCV III, dan MCV IV. Keempat subtipe tersebut
menimbulkan gejala klinis serupa berupa lesi papul milier yang terbatas pada kulit dan membrane
mukosa. MCV I diketahui memiliki prevalensi lebih besar dibandingkan ketiga subtipe lain.
Sekitar 96.6% infeksi Moluskum Kontagiosum disebabkan oleh MCV I, akan tetapi pada pasien
dengan penurunan status imun didapatkan prevalensi MCV II sebesar 60%.
Molluscum Contagiosum Virus (MCV) merupakan imunogen yang lemah. Sekitar
sepertiga pasien tidak memproduksi antibody terhadap MCV, sehingga seringkali didapatkan
serangan berulang. Tiga subtipe MCV telah diidentifikasi, semuanya memiliki presentasi klinis
yang mirip dan tidak terlokaslisir pada bagian tubuh tertentu (misalnya genitalia). Molluscum
Contagiosum Virus tipe-1 (MCV-1) adalah subtipe yang paling ditemukan pada pasien,
sedangkan MCV-3 jarang ditemukan. Sebagai contoh, analisis dari 106 MCV terisolasi secara
3

klinis mengindikasikan kemunculan MCV-1, MCV-2, dan MCV-3 dengan perbandingan 80 : 25 :


1.13,14
Penyebab dari Moluskum Kontagiosum merupakan anggota dari kelompok Pox Virus
yang tidak digolongkan yaitu Virus Moluskum Kontagiosum. Virus ini belum dapat ditularkan
kepada hewan dan belum dapat ditumbuhkan pada biakan jaringan. Virus ini telah dipelajari pada
manusia dengan mikroskop electron. Virus murni berbentuk lonjong atau berbentuk bentuk-bata
dan berukuran 230nm x 330nm, virus ini menyerupai vaksinia. Antibodi terhadap virus ini tidak
bereaksi silang dengan Pox Virus lainnya.
Meskipun virus Moluskum Kontagiosum belum dapat dibiakkan secara berturut-turut
dalam biakan sel, virus ini dapat menginfeksi sel manusia yang akan mengakibatkan suatu infeksi
yang abortif.
Terjadi pelepasan selubung dan dihasilkan inti, yang diikuti efek sitopatik sementara yang
khas. Perubahan seluler yang terjadi dapat disangka ditimbulkan oleh Herpes Simplex Virus
(HSV), karena itu bahan isolate yang dicurigai mengandung HSV harus diidentifikasi secara
khusus dengan metode imunologi. Pada tahun 1985, pada penelitian terhadap 137 bahan yang
dibiakkan untuk HSV dengan menggunakan sel fibroblas manusia; 49 mengandung HSV, 6
lainnya menunjukkan efek sitopatik tetapi negative untuk antigen HSV. Mikroskop elektron
memastikan adanya virus Moluskum Kontagiosum pada bahan yang bersifat HSV-negatif tetapi
berefek sitopatik positif tersebut.13,14

Gambar 1. Lesi Moluskum Kontagiosum4

DIAGNOSIS
Diagnosis biasanya dapat langsung ditegakkan. Evaluasi dengan menggunakan persiapan
Crush dan pewarnaan Giemsa dan pemeriksaan histopatologi dapat dilakukan jika diperlukan.3,5
Pada pemeriksaan histopatologi akan ditemukan epidermis hipertropi dan hiperplastik. Di atas
lapisan basal, dapat dilihat sel yang membesar berisi inklusi intrasitoplasmik besar (HendersonPaterson bodies). Hal ini dapat meningkatkan ukuran sel sehingga dapat mengenai stratum
corneum.4,7
Diagnosis Moluskum Kontagiosum lebih banyak ditegakkan melalui pemeriksaan fisik.
Lesi yang ditimbulkan oleh MCV biasanya berwarna putih atau pink, umbilikasi, papul yang
meninggi (diameter 1mm 5mm) atau nodul (diameter 6mm 10mm).7,9
Lesi Moluskum Kontagiosum dapat timbul sebagai lesi mutipel atau single (biasanya < 30
papul). Walaupun pada pasien biasanya asimtomatis, mungkin muncul ekzema di sekitar lesi dan
pasien bisa mengeluhkan gatal atau nyeri. Lesi jarang didapatkan pada daerah telapak tangan dan
telapak kaki. Pada orang dewasa, lesi dapat ditemui di daerah perigenital dan perianal. 1,2 Hal ini
berkaitan dengan penularan virus melalui hubungan seksual. Lesi Moluskum Kontagiosum harus
dapat dibedakan dengan Verucca Vulgaris, Kondiloma Akuminata, Varisela, Herpes Simpleks,
Papiloma, Syringoma, dan tumor adneksa lain.1,3,7
Penegakan diagnosis Moluskum Kontagiosum secara pasti dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan fisik lesi yang cermat. Pemeriksaan histopatologi Moluskum Kontagiosum
menunjukkan gambaran proliferasi sel-sel stratum spinosum yang membentuk lobules disertai
central cellular dan viral debris. Lobulus intraepidermal dipisahkan oleh septa jaringan ikat dan
didapatkan badan moluskum di dalam lobulus berupa sel berbentuk bulat atau lonjong yang
mengalami degenerasi keratohialin.2,11,13 Pada stratum basalis dijumpai gambaran mitosis sel
dengan pembesaran nukleus basofilik. Pada fase lanjut dapat ditemui sel yang mengalami proses
vakuolisasi sitoplasmik dan didapatkan globin eosinofilik. Beberapa kasus lesi Moluskum
Kontagiosum dengan infeksi sekunder, didapatkan gambaran inflamasi predominan limfosit dan
neutrofil pada pemeriksaan histopatologi.12,14

Anamnesis
6

Jika pasiennya anak-anak, biasanya orang tua menjelaskan adanya eksposur dengan anakanak lain yang terinfeksi moluskum kontagiosum di sekolah, asrama, atau fasilitas rekreasi publik
(misalnya, tempat olahraga, kolam renang).
Dewasa yang imunokompeten, orang dewasa yang biasanya aktif secara seksual dan tidak
mengetahui bahwa pasangan mereka terinfeksi. Pada orang dewasa juga sering terjadi pada orang
yang memiliki banyak pasangan seksual dengan frekuensi hubungan seksual yang meningkat.
Pemeriksaan Fisik
Ditemukan ruam berupa papul milier, kadang-kadang lentikuler dan berwarna putih sepeti
lilin, berbentuk kubah yang kemudian ditengahnya terdapat lekukan (delle). Jika dipijat, akan
tampak massa inklusi intrasitoplasmik besar, yaitu Henderson-Paterson bodies.
Biasanya dijumpai di daerah muka, badan, dan ekstremitas, sedangkan pada orang
dewasa, di daerah pubis dan genitalia eksterna. Kadang-kadang dapat timbul infeksi sekunder
sehingga timbul supurasi.
Pemeriksaan Penunjang
Tes Tzank
Pada pemeriksaan histopatologi di daerah epidermis dapat ditemukan badan moluskum yang
mengandung partikel virus di atas stratum basal. Selain itu, pada pemeriksaan histopatologi
dijumpai hipertrofi dan hiperplasi dari epidermis.
DIAGNOSIS BANDING
Nevus Intradermal
Merupakan bentukan dari nevus melanositik, namun memiliki derajat pigmentasi yang sama
dengan kulit sekitarnya.1,2 Nevus intradermal tidak mempengaruhi pigmentasi kulit karena
terdapat di dalam dermis.1,3 Nevus intradermal bisa menyerang segala usia, terutama usia anak
menginjak remaja, dewasa, namun jarang pada usia 60 tahun ke atas. 4,5 Karakteristiknya dapat
berupa lesi berwarna serupa dengan kulit sekitarnya, ukurannya kecil (5mm 1cm), peninggian

dari permukaan kulit (berbentuk bulat, dome-shaped, bertangkai, atau permukaan kasar
(verukosa). Terkadang ditumbuhi rambut, biasanya pada pasien usia yang lebih tua.
Granuloma Piogenik
Merupakan bagian dari hemangioma kapiler. Lesi ini terjadi akibat proliferasi kapiler yang sering
terjadi sesudah trauma, tidak disebabkan oleh proses peradangan. Sering mengenai anak dan
terutama bagian tubuh distal yang rentan terhadap trauma. Lesi berupa papul eritematosa,
berkembang cepat hingga mencapai ukuran 1cm, bertangkai, dan mudah berdarah. Mula-mula
lesi berbentuk papul eritematosa dengan pembesaran yang cepat.3,5
Veruka
a. Veruka Vulgaris
Terutama terdapat pada anak, tetapi juga terdapat pada dewasa dan orang tua. Tempat
predileksinya terutama di ekstremitas bagian ekstensor, tetapi dapat juga di bagian tubuh yang
lain termasuk mukosa mulut dan hidung. Bentuknya bulat berwarna abu-abu, besarnya lentikuler
atau kalau berkonfluensi berbentuk plakat, permukaan kasar (verukosa). Dengan goresan dapat
timbul autoinokulasi sepanjang goresan.
b. Veruka Plana Juvenil
Besarnya milier atau lentikuler, permukaan licin dan rata, berwarna sama dengan warna kulit atau
agak kecoklatan. Terutama dijumpai di daerah muka dan leher, dorsum manus dan pedis,
pergelangan tangan serta lutut, paling banyak terdapat pada anak dan usia muda, walaupun dapat
juga pada orang tua.
c. Veruka Plantaris
Terdapat di telapak kaki terutama di daerah yang mengalami tekanan. Bentuknya berupa cincin
yang keras dengan di tengah agak lunak dan berwarna kekuning-kuningan. Permukaannya licin
karena gesekan dan member rasa nyeri saat berjalan yang disebabkan oleh penekanan massa yang
terdapat di daerah tengah cincin.
Karsinoma Sel Basal
Tumor ini umumnya ditemukan di daerah berambut, bersifat invasif, ada yang berbentuk nodulus
(ulkus rodens). Bentuk ini pada tahap permulaan sangat sulit ditentukan malah dapat berwarna
seperti kutil, gambaran yang khas yaitu tidak berambut, berwarna coklat-kehitaman, tidak
berkilat atau keruh, bila sudah berdiameter 0.5 cm sering ditemukan pada bagian pinggir
8

berbentuk papul, meninggi, anular, di bagian tengah cekung yang dapat berkembang menjadi
ulkus, dan pada perabaan terasa keras dan berbatas tegas.
PENATALAKSANAAN
Sangatlah penting untuk mendiskusikan resiko dan keuntungan bagi terapi pasien dengan
keluarga pada fase jinak karena Moluskum Kontagiosum sendiri akan sembuh tanpa komplikasi
pada individu tanpa komplikasi imunokompeten. Pemberian terapi dilakukan berdasarkan
beberapa pertimbangan ; meliputi kebutuhan pasien, rekurensi penyakit serta kecenderungan
pengobatan yang meninggalkan lesi pigmentasi atau jaringan parut. Sebagian besar pengobatan
Moluskum Kontagiosum bersifat traumatis pada lesi. Terapi yang sering diaplikasikan pada
pasien Moluskum Kontagiosum seperti kuretase dan kryoterapi, bagaimanapun kedua terapi ini
menyakitkan bagi pasien.1,2
Cryosurgery merupakan salah satu terapi yang umum dan efisien digunakan dalam
pengobatan Moluskum Kontagiosum, terutama pada lesi predileksi perigenital dan perianal.
Bahan yang digunakan adalah nitrogen cair. Aplikasi menggunakan lidi kapas pada masingmasing lesi selama 10 15 detik. Pemberian terapi dapat diulang dengan interval 2 3 minggu.
Efek samping meliputi rasa nyeri saat pemberian terapi, erosi, ulserasi, serta terbentuknya
jaringan parut hipopigmentasi maupun hiperpigmentasi.4,9
Terapi lainnya berupa eviserasi yang merupakan metode yang mudah untuk
menghilangkan lesi dengan cara mengeluarkan inti umbilikasi sentral melalui penggunaan
instrument seperti skalpel, ekstraktor komedo, dan jarum suntik. Penggunaan metode ini
kebanyakan tidak dapat ditoleransi oleh anak-anak.
Suspensi Podofilin 25% dalam larutan Benzoin atau alkohol dapat diaplikasikan pada lesi
dengan menggunakan lidi kapas, dibiarkan selama 1 4 jam kemudian dilakukan pembilasan
dengan menggunakan air bersih. Pemberian terapi dapat diulang seminggu sekali. Terapi ini
membutuhkan perhatian khusus karena mengandung mutagen yaitu guercetin dan kaempherol.
Efek samping lokal akibat penggunaan bahan ini meliputi erosi pada permukaan kulit normal
serta timbulnya jaringan parut. Efek samping sistemik akibat penggunaan secara luas pada
permukaan mukosa berupa neuropati saraf perifer, gangguan ginjal, ileus, leukopeni, dan
trombositopenia. Podofilotoksin merupakan alternatif yang lebih aman dibandingkan Podofilin.
9

Sebanyak 0.05ml Podofilotoksin 5% diaplikasikan pada lesi 2 kali sehari selama 3 hari.
Kontraindikasi absolute kedua bahan ini pada wanita hamil.11,12
Sedangkan cantharidin merupakan agen keratolitik berupa larutan yang mengandung
0.9% collodian dan acetone. Telah menunjukkan hasil memuaskan pada penanganan infeksi
Molluscum Contagiosum Virus (MCV). Pemberian bahan ini terbatas pada puncak lesi serta
didiamkan selama kurang lebih 4 jam sebelum lesi dicuci. Cantharidin menginduksi lepuhan pada
kulit sehingga perlu dilakukan tes terlebih dahulu pada lesi sebelum digunakan. Bila pasien
mampu menoleransi bahan ini, terapi dapat diulang seminggu sekali sampai lesi hilang. Efek
samping pemberian terapi meliputi eritema pruritus serta rasa nyeri dan terbakar pada daerah lesi.
Kontraindikasi penggunaan Cantharidin pada lesi Moluskum Kontagiosum di daerah wajah.
Medikamentosa lainnya adalah Simetidin yang merupakan antagonis reseptor histamine
H2 yang menstimulasi reaksi hipersensitifitas tipe lambat. Mekanisme kerja Simetidin pada terapi
Moluskum Kontagiosum masih belum diketahui secara jelas. Sebuah studi menunjukkan
keberhasilan penggunaan Simetidin dosis 40mg/kgBB/oral/hari dosis terbagi dua pada
pengobatan Moluskum Kontagiosum dengan lesi ekstensif. Simetidin berinteraksi dengan
berbagai pengobatan sistemik lain, sehingga perlu dilakukan anamnesis pengobatan pada pasien
yang akan mendapat terapi obat ini.
Obat-obatan topikal yang dapat diberikan adalah anti virus, tretinoin krim 0.1% untuk
menghambat pembentukan mikrokomedo dan menghilangkan lesi, asam trikloroasetat untuk
kauterisasi kulit, keratin, dan jaringan lainnya.9,12
Pada orang dewasa harus juga dilakukan terapi terhadap pasangan seksualnya. Pada
individu yang memiliki sistem imun tubuh yang normal, Moluskum Kontagiosum akan sembuh
sendiri tanpa pengobatan dalam waktu beberapa bulan tahun.
Edukasi Pasien
Menerangkan kepada pasien tentang sifat infeksi dan penularan penyakit untuk mengurangi
transmisi Moluskum Kontagiosum kepada orang lain, serta untuk menghindari infeksi berulang
dan meminimalkan autoinokulasi. Menyuruh pasien untuk menghindari menyentuh atau

10

meggaruk lesi karena bisa menimbulkan infeksi sekunder dan tidak menggunakan handuk, baju,
dan sisir sendiri.
PROGNOSIS
Pasien akan sembuh spontan, tapi biasanya setelah waktu yang lama; berbulan-bulan sampai
tahunan. Dengan menghilangkan semua lesi, penyakit ini jarang atau tidak residif. 3,5
KESIMPULAN
Moluskum Kontagiosum merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh Molluscum
Contagiosum Virus (MCV), kelompok Pox Virus dari genus Molluscipox virus.1,14 Angka kejadian
Moluskum Kontagiosum di seluruh dunia diperkirakan sebesar 2% - 8%, dengan prevalensi 5% 18% pada pasien HIV/AIDS. Penyakit ini terutama menyerang anak-anak namun kadang
mengenai orang dewasa. Pada pasien anak, lesi biasanya ditemukan di wajah, badan, dan
ekstremitas. Pada pasien dewasa, biasanya disebarkan melalui transmisi seksual.2,4 Diagnosis
Moluskum Kontagiosum lebih banyak ditegakkan melalui pemeriksaan fisik. Lesi yang
ditimbulkan oleh MCV biasanya berwarna putih atau pink, umbilikasi, papul yang meninggi
(diameter 1mm 5mm) atau nodul (6mm 10mm). 7,9 Lesi Moluskum Kontagiosum dapat timbul
sebagai lesi multiple atau single (biasanya < 30 papul). Walaupun pada pasien biasanya
asimtomatis, mungkin muncul ekzema di sekitar lesi dan pasien bias mengeluhkan gatal atau
nyeri. Diagnosis biasanya dapat langsung ditegakkan. Pemberian terapi dilakukan berdasarkan
beberapa pertimbangan meliputi kebutuhan pasien, rekurensi penyakit, serta kecenderungan
pengobatan yang meninggalkan lesi pigmentasi atau jaringan parut. Sebagian besar pengobatan
Moluskum Kontagiosum bersifat traumatis pada lesi. Terapi yang sering diaplikasikan pada
pasien Moluskum Kontagiosum seperti kuretase dan krioterapi, bagaimanapun kedua terapi ini
menyakitkan bagi pasien.6,7 Pasien akan sembuh spontan, tapi biasanya setelah waktu yang lama;
berbulan-bulan sampai tahunan. Dengan menghilangkan semua lesi, penyakit ini jarang atau tidak
residif.3,5

11

Anda mungkin juga menyukai