TINJAUAN PUSTAKA
dengan sukses menjalankan nifas normal dan merawat anak secara fisik, psikologi
dan sosial (Kusmiyati, 2009).
sensitif dan menjadi lebih berat maka sebaiknya gunakan penopang payudara yang
sesuai (brassiere) (Stephenson, 1986).
2. Perawatan Gigi
Perawatan gigi selama masa hamil merupakan hal yang sangat penting. Rasa
mual dapat mengakibatkan perburukan higiene mulut dan karies gigi dapat timbul.
Tidak ada perubahan fisiologis selama masa hamil yang dapat menimbulkan karies
gigi karena kalsium dan fosfor di dalam gigi menetap di email. Karena itu pepatah
kuno yang mengatakan setiap anak mendapat satu gigi adalah tidak benar (Bobak,
2004).
Pemeriksaan gigi selama kehamilan minimal dua kali yang dilakukan pada
trimester pertama karena terkait dengan hiperemesis dan ptialisme (reproduksi liur
yang berlebihan) sehingga kebersihan rongga mulut harus terjaga. Sementara itu pada
trimester ketiga terkait adanya kebutuhan kalsium untuk pertumbuhan janin sehingga
perlu diketahui apakah terdapat pengaruh merugikan pada gigi ibu hamil. Dianjurkan
untuk selalu menyikat gigi setelah makan karena ibu hamil rentan terhadap terjadinya
carries dan gingivitis (Prawirohardjo, 2009)
3. Istirahat dan Tidur
Wanita hamil dianjurkan untuk merencanakan istirahat yang teratur khusus
seiring kemajuan kehamilan. Tidur pada malam hari selama lebih kurang 8 jam dan
istirahat dalam keadaan rilaks pada siang hari selama 1 jam. Disamping latihan,
istirahat juga diperlukan oleh ibu hamil khususnya selama trimester kedua dari
kehamilannya selama dua atau tiga jam setiap sore di tempat tidur dan ruangan yang
tenang. Kaki sebaiknya dinaikkan sejajar dengan tubuh dan semua pakaian yang
terlalu ketat dilonggarkan. Memasuki akhir bulan kehamilan, periode istirahat akan
menjadi lebih banyak (Prawirohardjo, 2009).
Tidur siang menguntungkan dan baik bagi kesehatan ibu. Tempat hiburan
yang terlalu ramai, sesak dan panas lebih baik dihindari karena dapat menyebabkan
ibu jatuh pingsan (Mochtar, 1998).
4. Nutrisi
Wanita hamil harus betul-betul mendapat perhatian susunan dietnya, terutama
mengenai jumlah kalori, protein yang berguna bagi pertumbuhan janin dan kesehatan
ibu. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia, abortus, partus prematurus,
inertia uteri, perdarahan pasca persalinan, sepsis puerperalis, dan lain-lain.
Sedangkan makan berlebihan, karena dianggap untuk ibu dan janin, dapat
mengakibatkan komplikasi seperti gemuk, pre-eklamsi, janin besar, dan sebagainya.
Zat-zat yang diperlukan: protein, karbohidrat, zat lemak, mineral atau bermacammacam garam terutama kalsium, Fosfor, Asam folat dan zat besi (Fe); vitamin dan
air. semua zat tersebut kita peroleh dari makanan yang kita makan sehari-hari dan
pengobatan tambahan yang diberikan jika terjadi kekurangan (Mochtar, 1998).
Banyak wanita berpendapat bahwa selagi hamil makan dikurangi, karena
mereka takut janin menjadi besar sehingga sulit melahirkan. Pendapat ini tidak
mempunyai dasar; sebenarnya ibu hamil memerlukan tambahan zat-zat untuk
pertumbuhan janinnya agar sehat dan ini hanya bisa diperoleh dari makanan. Sebagai
pengawasan kecukupan gizi ibu hamil dan pertumbuhan kandungannya dapat diukur
menyebabkan anemia defisiensi zat besi. Selain zat besi, sel-sel darah merah juga
memerlukan asam folat bagi pematangan sel. Jumlah asam folat yang dibutuhkan
oleh ibu hamil adalah 400 mikrogram per hari. Kekurangan asam folat dapat
menyebabkan anemia megaloblastik pada ibu hamil (Stephenson, 1986).
Table 2.1. Kebutuhan makanan sehari-hari ibu tidak hamil dan ibu hamil
Kalori dan zat makanan
Tidak hamil
Hamil
Kalori
2000
2500
Protein
55 g
85 g
Kalsium (Ca)
0,5 g
1,5 g
Zat besi (Fe)
12 mg
30 mg
Vitamin A
5000 IU
6000 IU
Vitamin D
400 IU
600 IU
Tiamin
0,8 mg
1 mg
Riboflavin
1,2 mg
1,3 mg
Niasin
13 mg
15 mg
Vitamin C
60 mg
90 mg
Sumber: Mochtar, Sinopsis Obstetri, Ed ke-2, Jakarta, ECG, 1998
Lakukan gerak tubuh ringan, misalnya berjalan kaki, terutama pada pagi hari.
Jangan melakukan pekerjaan rumah tangga yang berat dan hindarkan kerja fisik yang
dapat menimbulkan kelelahan yang berlebihan (Stephenson, 1986).
Gerak badan berguna untuk sirkulasi darah menjadi baik, nafsu makan
bertambah, pencernaan lebih baik, dan tidur lebih nyenyak. Gerak badan yang
melelahkan dilarang. Dianjurkan jalan-jalan di pagi hari dalam udara yang masih
segar. Gerak badan ditempat; berdiri lalu jongkok, terlentang dengan kaki diangkat,
terlentang perut dengan diangkat dan melatih pernafasan (Prawirohardjo, 2009)
6. Aktivitas Seksual
Jika ada ancaman abortus atau persalinan premature maka koitus dihindari.
Diluar itu, umumnya diterima bahwa wanita hamil yang sehat dapat dengan aman
melakukan hubungan kelamin sebelum sekitar 4 minggu terakhir kehamilan (Leveno,
2009)
Selama kehamilan berjalan normal, koitus diperbolehkan sampai akhir
kehamilan, koitus tidak dibenarkan bila; terdapat perdarahan pervaginam, terdapat
riwayat abortus berulang, riwayat prematur, ketuban pecah, servik telah membuka.
Orgasme pada kehamilan trimester tiga dapat menyebabkan kontraksi uterus yang
meningkatkan kejadian partus prematurus, pada minggu terakhir kehamilan, koitus
harus hati-hati (Mochtar, 1998)
The National Family Planning and Reproductive Health Assosiation,
Washington, DC menyatakan untuk beberapa wanita, pemakaian kondom harus tetap
harus dihindari. Wanita yang benar-benar bekerja, dianjurkan untuk beristirahat untuk
mengurangi kemungkinan rasa lelah. Pekerjaan penuh selama kehamilan akan disertai
dengan resiko yang lebih besar terhadap kelahiran kurang bulan dan pertumbuhan
janin buruk (Stoppard, 2002).
9. Bepergian dan Perjalanan
Perjalanan yang dilakukan oleh wanita sehat tidak berefek buruk pada
kehamilan. Bepergian dengan menggunakan pesawat udara (yang tekanan udaranya
dapat dikendalikan). Juga tidak menimbulkan resiko khusus. Tanpa adanya penyulit
obstetri atau medis, wanita hamil dapat bepergian dengan pesawat terbang yang
aman hingga gestasi 36 minggu (Mochtar, 1998).
Wanita hamil harus berhati-hati dalam membuat rencana perjalanan yang
cenderung lama atau melelahkan. Duduk diam untuk waktu yang lama dapat
menimbulkan ketidaknyamanan dan mengakibatkan gangguan sirkulasi serta edema
tungkai. Bepergian juga dapat menimbulkan masalah lain. Biasanya perjalanan jauh
akan meletihkan, dan asupan makanan serta minuman cenderung berbeda dengan
yang biasa dialami. Konstipasi atau diare sering terjadi dalam perjalanan, dan juga
dengan berada di tempat lain terdapat ketidakpastian dalam memperoleh pelayanan
medis yang memuaskan. Sabuk pengaman pada kendaraan harus dikenakan tanpa
menekan bagian perut yang menonjol (Lenovo, 2009).
10. Konsumsi Alkohol dan Rokok
Alkohol yang dikomsumsi ibu hamil dapat membahayakan jantung ibu hamil
dan merusak menimbulkan kecacatan dan kelainan pada janin dan menyebabkan
Dukungan bisa berasal dari berbagai pihak baik itu dari suami, orang tua, anak, teman
dan orang-orang sekeliling (Kusmiyati 2009).
14. Tanda Bahaya
Pada umumnya, 80-90% kehamilan akan berlangsung normal dan hanya 1012% kehamilan yang disertai dengan penyulit atau berkembang menjadi kehamilan
patologis. Kehamilan patologis sendiri tidak terjadi secara mendadak karena
kehamilan dan efeknya terhadap organ tubuh berlangsung secara bertahap dan
berangsur-angsur. Deteksi dini dari gejala dan tanda bahaya selama kehamilan
merupakan upaya terbaik untuk mencegah terjadinya gangguan yang serius terhadap
kehamilan maupun keselamatan ibu hamil. Faktor predisposisi dan adanya penyakit
penyerta sebaiknya juga dikenali sejak awal sehingga dapat dilaklukan berbagai
upaya maksimal untuk mencegah gangguan yang berat terhadap kehamilan dan
keselamatan ibu maupun bayi yang dikandungnya (Lenovo,2009).
Tanda bahaya yang
adalah; perdarahan pervaginam, sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur, bengkak
diwajah dan jari-jari tangan, keluar cairan dari vagina dan gerakan janin tidak terasa
(Prawirohardjo, 2009).
Beberapa gejala dan tanda lain yang terkait dengan gangguan serius selama
kehamilan adalah: Muntah berlebihan yang berlangsung selama kehamilan, disuria,
menggigil atau demam, ketuban Pecah Dini atau Sebelum Waktunya, Uterus lebih
besar atau lebih kecil dari usia kehamilan yang sesungguhnya (Kusmaiyati, 2009).
2.4. Partisipasi
Partisipasi masyarakat merupakan suatu bentuk peran serta atau keterlibatan
masyarakat dalam program pembangunnan. Partisipasi masyarakat ini menunjukkan
bahwa masyarakat merasa terlibat dan merasa bagian dari pembangunan. Hal ini akan
sangat berdampak positif terhadap keberhasilan
3. Partisipasi adalah suatu proses aktif, yang bermakna bahwa orang ataupun
kelompok terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk
melakukan sesuatu.
4. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara komunitas lokal dan pihak
penyelenggara, pengimplementasian, pemantauan, dan pengevaluasian staf agar
dapat memperoleh informasi tentang konteks sosial ataupun dampak sosial.
5. Partsisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang
ditentukan oleh dirinya sendiri.
6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam upaya pembangunan diri,
kehidupan, dan lingkungan mereka.
Partisipasi adalah keadaan dimana individu, keluarga, maupun masyarakat
umum ikut serta bertanggungjawab terhadap kesehatan diri, keluarga ataupun
kesehatan lingkungannya. Dalam suatu masyarakat bagaimanapun sederhananya,
selalu ada suatu stimulus. Mekanisme ini disebut pemecahan masalah atau proses
pemecahan masalah (Depkes, 2006).
Partisipasi adalah peran serta aktif anggota masyarakat dalam berbagai
jenjang kegiatan. Dilihat dari konteks pembangunan kesehatan, partisipasi adalah
keterlibatan masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk menjalin kemitraan diantara
berbagai aktivitas program kesehatan, mulai dari pendidikan kesehatan, kemandirian
dalam kesehatan, sampai dengan mengontrol perilaku masyarakat dalam menanggapi
teknologi dan infrastrusktur kesehatan (Notoatmodjo, 2005).
yang memegaruhi
terhadap informasi tentang kesehatan istrinya akan berkurang sehingga suami akan
kesulitan untuk mengambil keputusan secara efektif. Padahal sebenarnya suami
mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam pengambilan keputusan
berkenaan dengan kesehatan reproduksi pasangannya.
(material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya
agar kekuatan serta hasilnya dapat diabadikan untuk keperluan masyarakat.
Menurut Koentjaranigrat (1997) kebudayaan adalah seluruh kelakuan dan
hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkan dalam
belajar dan yang semua tersusun dalam kehidupan masyarakat.
Menurut
Koentjaranigrat
(1997)
wujud
dari
suatu
budaya
dapat
dikelompokkan dalam 3 (tiga) hal yaitu: (1) wujud dari suatu kompleks dari ide-ide,
gagasan, nilai-nilai, norma-norma dan peraturan, (2) wujud kebudayaan sebagai suatu
kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat dan (3)
wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Menurut Setiadi, (2002), subtansi/isi utama kebudayaan merupakan wujud
abstrak dari segala macam ide dan gagasan manusia yang muncul di masyarakat
dalam bentuk pengetahuan, nilai pandangan hidup, kepercayaan, persepsi dan etos
kebudayaan.
Faktor-faktor sosial budaya mempunyai peranan penting dalam memahami
sikap dan prilaku menanggapi kehamilan, kelahiran serta perawatan bayi dan ibunya.
Sebagian pandangan budaya tentang hal-hal tersebut telah diwariskan turun-temurun
dalam budaya masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena itu, meskipun petugas
kesehatan mungkin menemukan suatu bentuk prilaku atau sikap yang terbukti kurang
menguntungkan bagi kesehatan, seringkali tidak mudah bagi mereka untuk
mengadakan perubahan terhadapnya, akibat telah tertanamnya keyaninan yang
melandasi sikap dan prilaku secara kebudayaan dan warga komuniti tertentu.
Terbentuknya janin dan kelahiran bayi merupakan suatu fenomena yang wajar
dalam kelangsungan hidup manusia, namun berbagai kelompok masyarakat dengan
kebudayaannya diseluruh dunia memiliki aneka persepsi, interpretasi dan respon
prilaku dalam menghadapinya, dengan berbagai implikasinya terhadap kesehatan.
Menurut pendekatan biososiokultural dalam kanjian antropologi ini, kehamilan dan
kelahiran bukan semata-mata dilihat dari aspek biologis dan fisiologisnya saja. Lebih
dari itu, fenomena ini juga harus dilihat sebagai suatu proses yang mencakup
pemahaman dan pengaturan hal-hal seperti pandangan budaya mengenai kahamilan
dan kelahiran, persiapan kelahiran, para pelaku dan pertolongan persalinan, wilayah
tempat kelahiran berlangsung, car-cara pencegahan bahaya, penggunaaan ramuramuan dan obat-obatan dalam proses kelahiran, cara-cara menolong persalinan dan
pusat kekuatan dalam pengambilan keputusan mengenai pertolongan serta bayi dan
ibunya ( Jordan, 1993 dikutip dalam Swasno, 1998).
2.5.1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang. Berdasarkan pengalaman dan penelitian terbukti
bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan ( Notoadmodjo, 2007).
Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tantang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar.
b.
Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
c.
Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi-materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
d.
Sintesis (syntesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk melakukan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Merujuk pada beberapa teori dan pendapat yang mendefinisikan tentang
1.
Pendidikan
Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap
dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi
pendidikan seseorang makin semakin baik pula pengetahuannya (Wied Hary A, 1996
dalam Hendra AW, 2008).
2.
Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan
bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat
digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang
dihadapi pada masa lalu (Notoatmodjo, 1997).
3.
Usia
Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya
bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan
mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun (Singgih, 1998 dalam
Hendra AW, 2008). Selain itu Abu Ahmadi, 2001 dalam Hendra AW, 2008 juga
mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh
umur. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang
dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada
umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat
suatu pengetahuan akan berkurang.
4.
Informasi
Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun
seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang
baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat
meningkatkan pengetahuan seseorang (Wied Hary A, 1996 dalam Hendra AW, 2008).
2.5.2. Kepercayaan
Menurut Kamus besar bahasa Indonesia (2005) kepercayaan adalah anggapan
atau keyakinan bahwa sesuatu yg dipercayai itu benar atau nyata.
Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang
menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian
terlebih dahulu (Notoatmodjo 2007).
dianggap berkualitas panas, sementara wanita hamil juga dianggap memiliki kualitas
panas maka perpaduan dua unsur panas ini dianggap bisa menimbulkan bahaya
berupa keguguran.
Demikian juga hasil penelitian Sudriana dalam Swasno (1998), pantangan
yang harus dipatuhi suami yang menyiratkan pula pandangan keselamatan anak
bukanlah semata-mata menjadi tanggung jawab istri, melainkan juga suaminya, di
Bali kesulitan seorang wanita saat melahirkan dikaitkan dengan perbuatan suaminya
semasa wanita itu hamil seperti sering memukul binatang dan mencukur rambut.
2.5.3. Adat istiadat
Tata kelakuan yang berintegrasi secara kuat dengan pola-pola prilaku
masyarakat dapat mengikat menjadi adat istiadat (custom). Anggota masyarakat yang
melanggar adat istiadat akan mendapat sanksi keras (Syafrudin, 2009)
Menurut Koenjaranigrat (1997), adat istiadat adalah pedoman yang bernilai
dan memberikan arah atau norma yang terdiri dari aturan-aturan untuk bertindak yang
apabila dilanggar menjadi tertawaan, ejekan dan celaan sesaat oleh masyarakat di
sekitarnya.
Adat istiadat adalah suatu kaidah yang timbul dari masyarakat sesuai dengan
kebutuhannya pada suatu saat lazimnya. Adat istiadat disuatu tempat berbeda dengan
adat istiadat ditempat lain, demikian pula adat istiadat disuatu tempat berbeda
menurut kurun waktunya (Soekanto, 2008).
Bentuk kepedulian dan keterlibatan suami dalam kehamilan istrinya itu
dimanifestasikan dalam tindakan-tindakan seperti memperhatikan gizi/makanan ibu
hamil, memeriksakan kehamilan sejak dini, menjaga kesehatan fisik dan mental ibu,
berdoa kepada Tuhan, mengusahakan agar persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
dan mengikuti trasidi (Beni, 2000).
Hasil penelitian Keumalahayati (2008), dukungan suami kepada ibu hamil
dapat berupa dukungan fisik, emosional dan finansial, tetapi proses pengambilan
keputusan dalam perawatan kehamilan dan persalinan disesuaikan dengan adat
budaya Aceh, dan pengaruh budaya masyarakat Aceh menjadi hambatan dalam
mengambil keputusan untuk memberi dukungan terhadap ibu hamil.
Hasil penelitian Priantina dalam Swasno (1998), pada masyarakat jawa barat,
upacara-upacara yang berkenaan dengan daur hidup, sejak kehamilan, kelahiran,
perkawinan hingga kematian. Dilakukan mulai dari upacara tujuh bulan ketika ia
masih berupa janin dalam kandungan ibunya, yang ditujukan untuk keselamatan bayi
selanjutnya upacara kelahiran yang antara lain terdiri dari upacara penanaman ari-ari
dan upacara kelahiran bayi, kemudian setelah ia 40 hari diadakan upacara pengesahan
keberadaan bayi sebagai anggota keluarga dimulai dari pembacaan doa keselamatan
bagi bayi dan diakhiri dengan pemberian berkah berupa nasi lauk pauk kepada para
tetangga.
Demikian juga hasil penelitian Napitupulu (2008), pada masyarakat Batak
Toba upacara adat yang dilakukan pada saat usia kehamilan tujuh bulan di lakukan
pada anak pertama dari seorang wanita yang bertujuan untuk keselamatan bagi janin
sampai pada proses saat kelahirannya.
Demikian juga hasil penelitian Swasno (1998), pada masyarakat Jawa yang
sering menitik beratkan perhatian pada aspek krisis kehidupan dari peristiwa
kehamilan, kelahiran sehingga dalam adat istiadat mereka terdapat berbagai upacara
adat yang cukup rinci untuk menyambut kelahiran bayi yang bertujuan
mengupayakan keselamatan bagi janin dalam proses menjadi bayi hingga saat
kelahirannya.
masyarakat itu yaitu: faktor sosial, faktor budaya dan faktor politik. Salah satu faktor
yang menjadi perhatian untuk menelaah tingkat partisipasi masyarakat adalah faktor
budaya. Faktor budaya yaitu adanya kebiasaan atau adat istiadat yang bersifat
tradisional statis dan tertutup terhadap pembaharuan.
Faktor Budaya
-
Pengetahuan
Kepercayaan
Adat istiadat