Anda di halaman 1dari 12

InfoPOM

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN POM RI

Volume 10, No.4


Juli 2009

ISSN 1829-9334

KAJIAN KHASIAT & KEAMANAN


DAERAH ABU-ABU
ANTARA OBAT DAN MAKANAN :
Bagaimana Kebenaran Disampaikan
(Abstrak pidato pada upacara pengukuhan Dr.dr.Purwantyastuti,M.Sc,Sp.FK
sebagai Guru Besar Tetap dalam Ilmu Farmakologi dan Terapetik
pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia)

Kajian Khasiat &


Keamanan
Daerah Abu-Abu
Antara Obat dan
Makanan :
Bagaimana
Kebenaran
Disampaikan

Pengujian Logam
secara AAS
di Laboratorium
Pangan PPOMN
BPOM RI

Public Warning
No.KH.00.01.43.2503
Tanggal 11 Juni 2009
Tentang Kosmetik
Mengandung Bahan
Berbahaya/Bahan
dilarang

uru sebagai role model sesungguhnya dapat berperan banyak untuk


kemajuan bangsa. Guru bertugas di universitas, tetapi fungsinya tidak
dibatasi oleh dinding-dinding universitas, karena melalui jabatan guru
kita dapat banyak berperan-serta dalam pembangunan bangsa. Prinsip
kebebasan akademis yang diterapkan di kampus, ternyata membuat guru
terbiasa untuk bebas dan ilmiah menyampaikan pendapat obyektif, tanpa
dipengaruhi pertimbangan lain dan tanpa rasa takut kepada atasan, kecuali
kepada Allah SWT. Kebiasaan untuk menyatakan bahwa yang benar itu benar
dan yang salah itu salah harus terus dipelihara. Pengalaman menunjukkan
bahwa untuk kemajuan, diperlukan kerjasama yang erat antara guru dengan
institusi pemerintahan, industri, dan lembaga masyarakat.
Pada suatu hari dalam perjalanan pulang dari rapat penilaian iklan obat dan
suplemen di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), radio mobil saya
menyiarkan sebuah iklan seperti berikut: suplemen ini murni berasal dari bahan
alam sehingga aman dari efek samping, berkhasiat melancarkan sirkulasi darah,
baik untuk menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah, baik dipakai oleh
penderita hipertensi, diabetes, lemak darah yang tinggi. Minum 3x sehari, tiap
hari, bila perlu .
Saya terhenyak, bukankah itu adalah iklan yang dibicarakan dalam rapat
penilaian iklan yang berlangsung selama 3 jam lebih tadi. Rapat tersebut telah
mendapat masukan para ahli yang sebagian besar adalah guru dari beberapa
universitas terkemuka, sehingga masukan mereka pastilah merupakan masukan
yang ilmiah dan obyektif. Dalam rapat tersebut telah diputuskan bahwa iklan
tersebut tidak boleh ditayangkan karena informasinya yang menyesatkan
konsumen.
Informasi yang disampaikan iklan tersebut hanya mengajak orang menjaga
kesehatan, bukan mengobati, tapi itu justru dapat diartikan kalau ingin sehat,
makanlah produk ini seumur hidup, karena siapa yang tidak ingin sehat seumur
hidupnya. Kalau sudah terlanjur sakit hipertensi, diabetes atau penyakit
degeneratif lainnya, tetaplah makan suplemen ini untuk menjaga agar penyakit
tidak menjadi sakit jantung dan pembuluh darah. Kata pembuluh darah oleh
orang awam sering dikaitkan dengan stroke. Itulah yang tersirat dari kata

Editorial
Pembaca yang terhormat,
Pesatnya perkembangan
suplemen makanan dalam
lingkungan masyarakat
sekarang ini menimbulkan
pertanyaan akan kebenaran
khasiat yang diklaim oleh
suplemen makanan yang
bersangkutan. Dalam edisi ini,
kami sajikan artikel terkait
dengan suplemen makanan
dengan judul Kajian Khasiat
Keamanan Daerah Abu-Abu
Antara Obat dan Makanan:
Bagaimana Kebenaran
Disampaikan, yang menyoroti
bagaimana iklan yang
disampaikan produsen diterima
oleh masyarakat serta
bagaimana peran ilmuwan dan
pemerintah di dalam
penyampaian informasi dan
edukasi pada konsumen. Artikel
ini disarikan dari pidato
p e n g u k u h a n P r o f . D r.
Purwantyastuti, M.Sc, Sp.FK
sebagai Guru Besar Tetap
dalam Ilmu Farmakologi dan
Terapeutik pada Fakultas
Kedokteran Universitas
Indonesia.
Pada edisi ini ditampilkan juga
artikel mengenai pengujian
logam secara Atomic Absorption
Spectrophotometer (AAS) di
laboratorium pangan Pusat
Pengujian Obat dan Makanan
Nasional BPOM. Alat ini
digunakan untuk mendeteksi
dan menentukan kadar mineral
logam yang terdapat di dalam
bahan pangan, dimana
seharusnya setiap jenis pangan
harus memiliki batas deteksi di
bawah syarat mutu SNI, baik
keberadaan logam tersebut ada
secara alamiah maupun sengaja
ditambahkan.
Edisi kali ini ditutup dengan
Public Warning/Peringatan yang
dikeluarkan BPOM mengenai
kosmetik yang mengandung
bahan berbahaya atau bahan
yang dilarang agar masyarakat
dapat lebih berhati-hati dalam
memilih kosmetik.
Semoga InfoPOM edisi Juli ini
dapat memberikan manfaat
kepada pembaca semua.
Selamat membaca.

sederhana bila perlu tadi. Ya, pasti


semua orang merasa perlu menjaga
kesehatan, atau dengan kata lain
maksud yang tersirat dan tertangkap
oleh orang awam adalah bila ingin
sehat, tidak stroke, makanlah produk
ini 3 kali sehari, tiap hari, seumur
hidup.
Apa yang disampaikan dalam iklan itu
didengar oleh konsumen yang awam
dalam hal khasiat dan keamanan
suplemen. Masyarakat berpikir
kebenaran lah yang disampaikan
oleh iklan itu, termasuk bahwa produk
itu aman karena berasal dari alam.
Orang awam tidak tahu bahwa zat
yang paling berbahaya, racun
botulinum, berasal dari alam. Atau
bahwa kina, digitalis, vincristine,
morfin adalah obat-obat yang sarat
efek samping dan semua berasal dari
alam.
Ilustrasi yang merupakan kisah nyata
tersebut menjadi contoh bahwa hasil
kajian khasiat dan keamanan perlu
disampaikan kepada masyarakat
konsumen secara obyektif sebagai
suatu kebenaran yang dapat
dipahami sehingga masyarakat tidak
tersesat, hal ini sesuai dengan pasalpasal dalam Undang-Undang
Perlindungan Konsumen. Begitu pula
penting bagi pihak industri bahwa
hanya informasi yang benar yang
boleh disampaikan kepada
konsumen, agar persaingan bisnis
dapat berjalan secara adil.
Cara menyampaikannya dapat
eksplisit sehingga mudah dimengerti,
tetapi kenyataan dipasar atau iklan
sering implisit sehingga dapat
menimbulkan salah pengertian atau
kebingungan. Ada hal yang memang
benar, tetapi tidak perlu diberitahukan
kepada masyarakat karena dari sudut
konteks tidaklah benar, sehingga
produsen mendapat keuntungan
dengan menyesatkan dan merugikan
konsumen dan produsen lain. Contoh
adalah minyak goreng yang dilabel
tidak mengandung kolesterol, klaim

itu benar tetapi menjadi tidak benar


karena memang tidak ada produk
tumbuhan mengandung kolesterol,
sama seperti melabel air mineral
tidak mengandung kolesterol.
Informasi yang tidak perlu ini
menyesatkan, karena konsumen
mengira terlindung dari kolesterol,
padahal minyak goreng mengandung
asam lemak yang merupakan salah
satu bahan yang dalam tubuh dapat
menjadi kolesterol. Sebenarnya
kolesterol darah sebagian besar
dibuat sendiri oleh tubuh. Kebenaran
yang terkait dengan khasiat dan
keamanan produk harus sampai
kepada konsumen dengan jelas dan
tepat.
DAERAH ABU-ABU ANTARA OBAT
DAN MAKANAN
Obat dan makanan, sama-sama
masuk dalam tubuh kita dan zat aktif
yang ada didalamnya bekerja,
sehingga dosis/jumlah tertentu
mungkin berkhasiat bagi kesehatan
tetapi dalam dosis/jumlah yang lain
mungkin tidak lagi aman. Obat dan
makanan sama-sama mempengaruhi
kondisi tubuh kita dan saat ini hadir
daerah abu-abu bagi masyarakat
dimana terdapat produk berbentuk
seperti obat (tablet, kapsul, sirup)
yang sebetulnya merupakan bagian
dari pangan yaitu food supplement
(suplemen makanan) misalnya kapsul
vit E, tablet kalsium, produk berbentuk
pangan (aroma dan rasa enak) yang
mengklaim khasiat lebih dari fungsi
gizinya yaitu mempengaruhi fungsi
tubuh sehingga kadang sulit
dibedakan dengan obat misalnya
susu yang ditambah kalsium untuk
mencegah osteoporosis, protein
kedelai dalam susu kedelai dan serat
larut Psyllium dalam minuman untuk
menurunkan risiko Penyakit Jantung
Koroner (bedanya dengan obat
adalah untuk mencegah penyakit dan
efeknya tidak dapat langsung terlihat
karena perlu penggunaan terus
menerus jangka panjang). Ada juga

Juli 2009

pangan khusus yang sebetulnya


hanya diperlukan oleh konsumen
tertentu saja misal pasien diabetes,
atlet binaraga, atlet endurance
(marathon), bayi intoleran laktosa
atau obat dari bahan yang biasa
dimakan, misal daun seledri diteliti
sebagai antihipertensi atau bawang
putih sebagai obat kolesterol darah
dan obat herbal yang biasa dipakai
secara tradisional misalnya
temulawak (Curcuma) yang dapat
berupa obat tradisional (jamu),
ekstrak herbal terstandar dan
fitofarmaka (Peraturan Kepala
B a d a n P O M N o m o r :
HK.00.05.41.1384 Tahun 2005
mengenai Kriteria dan Tata Laksana
Pendaftaran Obat Tradisional, Obat
Herbal Terstandar dan Fitofarmaka).
Obat telah jelas dikenal, adalah
bagian dari layanan sosial, seperti
juga layanan dokter; bukan komoditas
dagang, sehingga seharusnya tidak
dihubungkan dengan keuntungan
ekonomi. Seharusnya sulit mencari
keuntungan dari obat karena
pasarnya adalah orang sakit.
Sedangkan pangan adalah makanan
dan minuman yang merupakan
komoditas ekonomi, dapat diperjual
belikan untuk mencari keuntungan.
Pangan saat ini terdiri dari beberapa
kategori, yang paling populer adalah
suplemen yang booming saat ini
karena sebagai bagian dari pangan ia
adalah komoditas ekonomi, tetapi
dikaitkan dengan fungsi menjaga
kesehatan sehingga pasarnya
menjadi sangat luas yaitu orang sehat
maupun orang sakit, sehingga
berpotensi meraih keuntungan yang
sangat besar.
Tidak semua konsumen, bahkan
produsen, ataupun pihak lain yang
terlibat dengan peredaran dan
pemasaran suplemen makanan,
menyadari bahwa sebetulnya
suplemen makanan adalah bagian
dari pangan. Suplemen makanan
mengandung bahan yang berasal dari

Juli 2009

makanan sehari-hari, yang karena


sesuatu hal perlu ditambah (itulah
asal kata suplemen), contoh paling
mudah adalah Iodium untuk daerah
pegunungan atau mineral kalsium
bagi ibu hamil. Nama aslinya menurut
CODEX Allimentarius Commission
yang diakui WTO sebagai standar
internasional adalah Food/dietary
supplements, yang seharusnya
diterjemahkan sebagai suplemen
makanan. Timbul masalah ketika
istilah yang dipakai adalah suplemen
kesehatan karena artinya menjadi
berbeda dan ruang lingkup menjadi
sangat luas, sehingga diperlukan
batasan-batasan klaim dan bukti
ilmiah sebagai penunjangnya. Bila
klaim terkait dengan pencegahan atau
pengobatan penyakit atau tersirat
klaim khasiat (tersirat walaupun tidak
tersurat) seperti contoh iklan di radio
tadi, maka harus ada bukti ilmiah
bahwa klaim itu benar adanya. Bukti
ilmiah untuk health claim harus
berupa hasil randomized controlled
trial (RCT)
Daerah abu-abu antara obat dan
makanan membingungkan bukan
hanya konsumen, tetapi juga dokter
bahkan para pembuat peraturan dan
pengambil keputusan. Kebingungan
ini terjadi bukan hanya di Indonesia,
tetapi diseluruh dunia bahkan juga di
negara maju USA dan EU (Uni Eropa).
Dampaknya adalah kerugian dipihak
konsumen yang membayar tanpa
mengerti masalah karena
terpengaruh iklan yang sangat hebat.
Ruang abu-abu antara pangan dan
obat ini bergerak terus membesar
dengan sangat cepat, dalam era itulah
kita hidup saat ini. Penelitian bergulir
sangat cepat, satu bukti disusul bukti
yang lain, yang kadang bertentangan,
karena saat ini penelitian difasilitasi
dengan tehnologi canggih, industri
berlomba dengan memunculkan
banyak hal baru sekaligus. Waktu
yang dibutuhkan dalam penelitian
komponen yang berasal dari pangan

ini biasanya tidak sepanjang waktu


penelitian yang dibutuhkan untuk
menemukan obat baru; ada tahaptahap awal yang mungkin tidak perlu
dilakukan karena komponen ini telah
biasa dimakan manusia. Banjir
informasi membutuhkan keahlian
untuk memilih dan memilah, sering
perkembangan ilmu lebih cepat
daripada kemampuan negara
membuat peraturan sehingga
peraturan pun harus sangat dinamis
untuk menampung penemuanpenemuan baru, baik yang positif
maupun yang negatif. Sesuatu yang
hari ini tidak di izinkan bisa menjadi
diizinkan beberapa waktu lagi karena
ada bukti baru yang positif; sebaliknya
sesuatu yang diizinkan tahun lalu bisa
kemudian terpaksa ditarik kembali
karena kemudian terbukti sebaliknya.
KAJIAN KHASIAT
Segala sesuatu yang dilakukan dalam
upaya menjaga kesehatan, yaitu
pencegahan dan pengobatan
penyakit harus berdasarkan bukti
ilmiah. Bukti ilmiah adalah suatu bukti
yang didapat dari penelitian-penelitian
yang mengikuti kaidah ilmiah
sehingga derajat kebenarannya dapat
dinilai, dalam paradigma kedokteran
saat ini terkenal dengan nama
evidence based medicine (EBM).
Sebetulnya EBM dalam dunia
farmakologi untuk penemuan obat
baru telah lama dikenal dan
digunakan untuk menilai apakah
suatu obat baru layak dipasarkan.
Hanya obat baru yang terbukti aman
dan efektif yang boleh dipasarkan
dengan klaim atau indikasi terkait. Bila
obat itu membuat klaim baru, maka
harus dibuktikan lagi efektivitasnya.
Bukti hubungan sebab-akibat yang
terkuat untuk dapat digunakan
dengan klaim tertentu pada manusia

adalah melalui suatu Randomized


Controlled Trial pada manusia (studi
Experimen Acak Berpembanding),
dimana sebanyak mungkin faktor
perancu (confounding factors)
disingkirkan. Pembuktian manfaat
suplemen maupun pangan lain yang
mengklaim suatu manfaat pada
dasarnya harus menggunakan alat
yang sama dengan pembuktian
manfaat obat.
Dahulu pengobatan atau pencegahan
penyakit sering hanya didasarkan
pada pengetahuan mengenai kondisi
patofisiologis yang terjadi. Sekarang
bukti manfaat pada manusia lah yang
paling penting,
Peran ilmuwan, dalam hal ini yang
duduk di universitas, atau lebih
spesifik di Fakultas Kedokteran
adalah melindungi orang awam, yaitu
orang yang tidak menguasai ilmu
kedokteran.
Seorang ilmuwan kedokteran dalam
bidangnya harus dapat dan mau
menjelaskan kepada mahasiswanya,
pasiennya, para pengambil kebijakan
di BPOM, Departemen Kesehatan,
Departemen lain, maupun pers dan
media informasi lainnya mengenai
pentingnya informasi objektif, yang
mudah dimengerti, sesuai
perkembangan ilmu. Label dan iklan
yang jelas, benar dan jujur sangat
penting dalam peraturan
perdagangan dan penyebaran
suplemen, untuk melindungi
konsumen sesuai UU Perlindungan
Konsumen.
Informasi objektif seorang ilmuwan
harus dapat dipercaya tidak
dipengaruhi oleh hal-hal lain (conflict
of interest) dan dapat dipercaya kekini-an nya. Untuk ke-kini-an seorang
ilmuwan harus dapat bekerja sama
dengan pihak industri yang akan
memasok sumber informasi. Ilmuwan
selayaknya mengerti dan terus
mendalami metodologi riset dan
metode analisa data yang dari hari ke

hari makin canggih. Hanya


mereka yang terus
memperbaharui ilmunya dapat
mengikuti dan tidak terkelabui;
bahkan juga dapat turut aktif
mengungkap kebenaran yang
masih tertutup awan dengan
menggunakan metode yang
tepat. evaluasi manfaat
sebenarnya, tidak cukup hanya
dari segi khasiat, tetapi juga
termasuk analisa biaya.
KAJIAN KEAMANAN
Alam ini penuh dengan anugerah,
kita harus mencari dan
menemukannya. Tetapi kita harus
mengikuti kaidah-kaidah ilmiah
yang sudah dibangun dalam
bidang keilmuan kita supaya
selamat. Apakah sesuatu yang
biasa kita makan pasti aman saat
digunakan dalam bentuk
suplemen ? Belum tentu, karena
jumlah yang kita konsumsi
melalui makanan dibatasi oleh
kesanggupan kita menelan
sejumlah makanan tersebut.
Misal, sebanyak-banyak tomat
yang dapat kita telan pasti lebih
kecil total likopennya daripada
extrak likopen yang kita telan
dalam bentuk tablet.
Ini dapat menjelaskan mengapa
sesuatu bahan makanan yang
telah biasa kita konsumsi seharihari, pada saat dia diperas dan
diambil sarinya (atau diekstraksi)
lalu dimakan dalam bentuk
ekstrak itu, harus diperiksa
keamanannya karena dosis zat
dalam ekstrak menjadi berlipat
ganda. Bawang putih tidak
mungkin bisa kita makan sehari 1
kg, tetapi ekstrak setara bawang
putih 5 kg mungkin dapat dengan
mudah kita telan. Sesuatu yang
kita konsumsi dalam bentuk
pangan alami mempunyai self

limitation yang akan mencegah


terjadinya efek toksik.
Selain ditentukan oleh dosis atau
kadar, keamanan juga ditentukan
oleh komposisi atau zat yang ada
dalam produk. Pada 22 Desember
2008, US FDA melarang konsumsi
28 produk yang dijual sebagai
pelangsing, dan sesudahnya 41
lagi produk sejenis karena
didapatkan zat yang
membahayakan kesehatan
masyarakat didalamnya. Langkah
yang diambil terhadap produsen
dan pengedar sedang berproses.
Produk pelangsing itu, sebagian
disebut sebagai dietary
supplements, diiklankan dan dijual
melalui internet. Sebagian
mengklaim natural atau contain
only herbal, tetapi sesungguhnya
mengandung bahan obat yang
tidak tercantum dalam label dan
iklan.
US FDA menganjurkan
masyarakat minta nasehat dokter
sebelum membeli produk
pelangsing. Produk suplemen
untuk pelangsing ini
membahayakan kesehatan
masyarakat karena mengandung
zat yang tidak disebut dalam label
(disembunyikan), beberapa
adalah obat, bahkan dengan dosis
diatas yang biasa dipakai.
Pernah suatu kali masyarakat kita
berduyun-duyun mengkonsumsi
daun Comfrey, dimana-mana
orang menanamnya dan
mengkonsumsi untuk seribu
indikasi. Dunia ilmiah saat itu agak
lambat menanggapi, sampai
terjadi kasus-kasus kerusakan
hepar yang terekam di Eropa. Di
Indonesia efek samping fatal ini
mungkin tidak terekam, tapi
penggunaannya kemudian
dilarang untuk indikasi apapun.

Juli 2009

Pengalaman ini kiranya cukup


menjelaskan mengapa untuk herbal
yang tidak biasa dikonsumsi dan
bukan obat tradisional dituntut
pembuktian keamanan melalui uji
toksisitas pada hewan untuk
mendeteksi kemungkinan potensi
efek samping.
Masalah lain dalam penggunaan
suplemen, obat herbal ataupun
pangan fungsional adalah masalah
interaksi. Interaksi juga dapat terjadi
dengan obat misal ginkgo biloba dan
aspirin menyebabkan peningkatan
risiko perdarahan; kafein/kopi,
guarana, ginseng, dapat
meningkatkan tekanan darah pada
mereka yang sensitif.
Sebagai kesimpulan kajian khasiat
dan keamanan, apapun namanya:
obat, suplemen, makanan, minuman,
bila ada klaim mencegah atau
mengobati atau menurunkan risiko
penyakit atau apapun yang terkait
dengan kesehatan dan penyakit,
selain harus terbukti aman, tetap
harus ada bukti manfaat langsung
pada manusia sesuai kaidah ilmiah
yang berlaku.
Disamping kita perlu segera
mempunyai peraturan yang baik,
pemerintah melalui kerjasama lintas
sektoral antara Badan POM,
Departemen Kesehatan, dan yang
sering terlupakan juga Departemen
Perindustrian dan Departemen
Perdagangan (karena makanan
adalah komoditas ekonomi) bahkan
pihak-pihak yang bertanggung jawab
dalam bidang informatika (karena
iklan yang terkait kesehatan tidak
dapat disamakan dengan iklan
komoditas lain) harus dapat memberi
informasi yang benar dan mudah
dimengerti konsumen sehingga
melindungi masyarakat dari
kesalahan penggunaan obat dan
makanan. Kesalahan penggunaan
dapat terjadi pada saat manfaat tidak
sesuai dengan klaim, dan pada saat
efek samping atau keamanan

Juli 2009

pemakaian tidak jelas. Pada akhirnya


terpulang kepada konsumen akan
memilih apa untuk kebaikan dirinya,
dengan mengetahui kelebihan dan
kekurangan produk di pasar.
Selain membantu konsumen memilih,
hal itu juga berarti menghargai industri
yang membuktikan klaimnya. Dengan
demikian industri akan terpacu untuk
membuktikan klaimnya agar dapat
bersaing di pasar.
Apa peran konsumen? Konsumen
adalah pihak yang paling
berkepentingan. Bila kita tidak
mendidik konsumen kemungkinan
besar mereka tidak akan menyadari
masalah yang ada. Efek samping
suplemen tidak akan langsung
muncul. Seperti juga khasiatnya, efek
samping suplemen baru muncul
setelah pemakaian jangka lama.
Pengetahuan konsumen didapat dari
pendidikan konsumen yang diberikan
oleh tenaga kesehatan, BPOM,
industri, Lembaga Konsumen dan
lain-lain, maupun dari penelusuran
melalui internet. Pasien diharapkan
akan bertanya kepada dokter nya,
atau akan terbuka menyampaikan
suplemen yang sedang di
konsumsinya. Komunikasi dua arah
dokter-pasien akan melindungi pasien
dari akibat kesalahan penggunaan
produk daerah abu-abu.
Bila diperhatikan, setiap pihak yang
terlibat dapat berperan serta mendidik
konsumen, karena pada akhirnya

hanya konsumen yang cerdas lah


yang dapat memilih produk yang
sesuai dengan kebutuhan yang
sebenarnya. Konsumen yang cerdas
tahu bahwa makanan seimbang berisi
begitu banyak zat yang diperlukan
tubuh, sehingga tidak dapat
digantikan oleh produk apapun.
Hanya konsumen yang cerdas lah
yang bisa melindungi dirinya dari
kehilangan dana yang tak perlu, dari
bahaya efek samping dan dari iklan
menyesatkan. Konsumen yang
cerdas dapat mendorong semua
peraturan ditaati, karena mereka
hanya akan memilih produsen yang
mempunyai nama baik karena
mentaati peraturan yang berlaku.
Sebagai penutup, ingin saya
sampaikan bahwa mungkin dengan
menganut pola hidup sehat yang
antara lain adalah makan bervariasi
dalam jumlah secukupnya, sesuai
kebutuhan tubuh, kita akan dapat
menjaga kesehatan. Hanya pada
kondisi tertentu kita membutuhkan
bantuan suplemen makanan ataupun
obat. Tidak ada suplemen yang dapat
menggantikan makanan sehat,
karena tidak mungkin semua
komponen yang ada dalam makanan
tergantikan oleh suplemen apapun.
Kita percaya semua yang diciptakanNya pasti mempunyai manfaat, tinggal
kita menemukan apa manfaat itu dan
menyampaikan kebenaran yang
ditemukan untuk kemaslahatan dan
kebaikan umat manusia.

Pusat Informasi Obat Nasional

PIO Nas
Jl. Percetakan Negara No. 23
Jakarta Pusat
Telp : 021-4259945
Hp : 08121899530 (di luar jam kerja)
Fax : 021- 42889117
Email : informasi@pom.go.id
Website : www.pom.go.id

PENGUJIAN LOGAM SECARA AAS


(Atomic Absorption Spectrophotometer)
Di Laboratorium Pangan PPOMN BPOM RI

Pendahuluan
Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun
2004, Pasal 21 (1) menyebutkan
bahwa Setiap orang yang
memproduksi pangan untuk
diperdagangkan bertanggung jawab
menyelenggarakan sistem jaminan
mutu sesuai dengan jenis pangan
yang diproduksi. Masih dalam PP
No.28 Tahun 2004 Pasal 22 (2),
disebutkan bahwa Kepala Badan
berwenang menetapkan jenis pangan
olahan yang wajib diuji secara
laboratoris sebelum diedarkan.
Pengujian secara laboratoris
sebagaimana dimaksudkan,
dilakukan di laboratorium pemerintah
atau laboratorium lain yang telah
diakreditasi oleh Komite Akreditasi
Nasional atau Lembaga Akreditasi lain
yang diakui oleh Komite Akreditasi
Nasional (PP No. 28 Tahun 2004,
Pasal 22 (3)). Berdasarkan PP
tersebut, sebuah Badan Pengawas
tentunya perlu dilengkapi dengan
laboratorium yang terakreditasi. Pusat
Pengujian Obat dan Makanan
Nasional (PPOMN) adalah
laboratorium terakreditasi yang
merupakan salah satu unit kerja
BPOM RI yang dipimpin oleh pejabat
struktural setingkat eselon II. Dalam
unit kerja ini, terdapat lima bidang,
yang masing-masing dipimpin oleh

pejabat struktural setingkat eselon III.


Bidang-bidang tersebut adalah
BidangProduk Terapetik dan Bahan
Berbahaya, Bidang Obat Tradisional,
Kosmetika dan Produk Komplemen
Bidang Produk Biologi, Bidang
Mikrobiologi dan Bidang Pangan.
Kategori mutu pangan meliputi macam
dan jumlah kandungan unsur pangan
yang bermanfaat (nutrisi) serta
kandungan unsur yang
membahayakan (cemaran). Dalam
arti luas, sebuah jenis pangan memiliki
kandungan nutrisi ataupun cemaran
yang beragam. Demikian pula dengan
logam di dalam pangan, ada yang
berfungsi sebagai mineral yang
dibutuhkan, tetapi ada pula yang
berperan sebagai cemaran
(Winarno,2002). Namun demikian,
mineral logam yang berguna bagi
tubuhpun, kandungan optimumnya
harus ditetapkan. Jika kandungannya
berlebihan akan membahayakan.
Logam yang berperan sebagai
cemaran, biasanya berupa logam
berat. Dalam batasan tertentu
keberadaannya sangat merugikan
tubuh. Untuk menjaga mutu produkproduk pangan tertentu, dalam
Standar Nasional Indonesia (SNI)
telah ditetapkan syarat mutu
kandungan logamnya. Untuk
mengetahui produk memenuhi syarat

mutu,atau tidak, perlu dilakukan


pengujian. SNI 19-2896-1998
merupakan salah satu SNI Cara Uji
Cemaran Logam yang disediakan
oleh Badan Standardisasi Nasional
untuk keperluan ini.
Baik mineral logam maupun cemaran
logam, dalam pengujiannya
memerlukan alat khusus, yang
mampu mendeteksi sampai kadar
ppm(part per million)-ppb (part per
billion), atau memiliki batas deteksi di
bawah syarat mutu SNI. Alat tersebut
antara lain adalah Atomic Absorption
Spectrophotometer (AAS).
Laboratorium Pangan, memiliki alat
ini, sehingga diharapkan mampu
meningkatkan unjuk kerja
laboratorium.
Logam dalam Pangan
Mutu pangan tidak hanya menyangkut
jenis kandungan mineral logam yang
berguna serta jenis pencemarnya,
tetapi juga kadarnya yang diijinkan
dengan satuan tertentu (biasanya
mg/kg). Nutrisi pangan ada yang
keberadaannya secara alamiah, atau
sengaja ditambahkan (fortifikasi)
untuk pengayaan unsur-unsur mineral
logam tertentu. Untuk tepung terigu
misalnya, fortifikasi Besi (Fe), dan
Seng (Zn) perlu dilakukan, karena
syarat mutu kandungan Fe dalam

Juli 2009

tepung terigu minimal 50 mg/kg dan Zn


30 mg/kg (SNI 01-37512006).Cemaran logam dalam pangan
dapat terjadi secara alamiah misal
faktor lingkungan tercemar, ataupun
karena faktor proses produksi.
1. Mineral Logam
Mineral logam merupakan logamlogam yang diperlukan tubuh,
untuk kelangsungan metabolisme,
sehingga tubuh dapat melakukan
pertumbuhan dan mengganti
kerusakan jaringan. Logam yang
tergolong mineral antara lain:
Natrium (Na), Kalium (K), Kalsium
(Ca), Magnesium (Mg),
keempatnya merupakan mineral
makro. Mineral makro merupakan

Nama Mineral
Logam

mineral yang dibutuhkan tubuh


dalam jumlah besar. Sedangkan
mineral mikro adalah sebaliknya.
Yang tergolong mineral mikro
adalah Seng (Zn), Besi (Fe), dan
Mangan (Mn). Logam ini memiliki
fungsi seperti tersebut di tabel
bawah ini.
2. Cemaran Logam
Cemaran logam beragam
jenisnya. Dalam kadar tertentu
ditoleransi tetapi dalam batasan
tertentu, bersifat toksik.
Sekilas Profil Laboratorium
Pangan
Laboratorium Pangan merupakan
salah satu unit kerja PPOMN, yang

Kegunaan

Jika
Kekurangan

Natrium (Na)

Mempertahankan tekanan osmotik,


Keseimbangan asam basa,
Meningkatkan tekanan darah,
Sumber ion tubuh

Penurunan
tekanan darah

Kalium (K)

Menjaga tekanan osmotik,


keseimbangan asam basa, metabolisme,
sumber ion tubuh, aktivator enzim
misal piruvat kinase

Gangguan
metabolisme

Kalsium (Ca)

Pembentukan jaringan tulang/gigi,


sumber ion tubuh, transmisi impuls syaraf,
kontraksi otot, penggumpalan darah,
pengaturan permeabilitas membran sel,
serta keaktivan enzim

Pelunakan
tulang
(osteomalasia),
Penurunan
massa tulang
(osteoporosis)

Magnesium (Mg)

Aktivator enzim peptidase dan enzim lain,


meningkatkan tekanan osmotik

Hypomagnesema
(denyut jantung
tidak teratur,
insomnia,
lemah otot,
kejang kaki,
telapak khakitangan gemetar

Besi (Fe)

Pembentukan hemoglobin dan


sel otot mioglobin

Anemia

Mangan (Mg)

Kofaktor enzim misal mevalonat kinase


untuk sintesis kolesterol dari asetil koA

Gangguan
metabolisme

Seng (Zn)

Komponen enzim misal karbonat anhidrase


dalam sel darah merah, karboksi peptidase,
dehidrogenase dalam hati

Gangguan
metabolisme,
anak menjadi
kerdil, ginjal
hati memberngkak

Sumber : Kimia Pangan dan Gizi (Winarmo,F.G,2002)

Juli 2009

dipimpin oleh pejabat struktural


setingkat eselon III. Laboratorium
Pangan terdiri atas beberapa bagian
laboratorium yakni: Laboratorium
Nutrisi, Laboratorium Cemaran
(Cemaran Logam, Cemaran
Pestisida, Cemaran Mikotoksin &
Antibiotik) dan Laboratorium Bahan
Tambahan Pangan (BTP).
Laboratorium Pangan dilengkapi
beberapa peralatan/instrument
penting antara lain: Liquid
Chromatography Tandem Mass
Spectrophotometer (LCMSMS), Gas
Chromatography (GC), Gas
Chromatography Mass
Spectrophotometer (GCMS), High
Performance Liquid Chromatography
(HPLC), Spectrophotometer,
Inductive Couple Plasma
Spectrophotometer (ICPS), Atomic
Absorption Spectrophotometer (AAS),
Alat Pengujian Nutrisi dan Alat
Pendukung Lainnya.
Sistem Manajemen
Laboratorium Pangan

Mutu

Sistem manajemen mutu


Laboratorium Pangan mengacu pada
ISO 17025-2005. Standar
Internasional ini berisi tentang
Persyaratan Umum Kompetensi
Laboratorium Pengujian dan
Laboratorium Kalibrasi. Sistem
manajemen mutu adalah struktur
organisasi, tanggung jawab, prosedur,
proses dan sumber daya untuk
penerapan manajemen mutu
(Panduan Mutu, 2008).
Pengejawantahan sistem manajemen
mutu, dituangkan dalam empat level
hirarki dokumen mutu yaitu (Panduan
Mutu ,2008):
a.

Level 1 : Panduan Mutu (PM)


Dokumen level 1 ini menguraikan

Nama Logam
Timbal (Pb)

Risiko Bagi Tubuh


Gout, Gagal ginjal (mengganggu tubulus),
mengganggu otak dan sumsum

Timah hitam (Sn)

Iritasi saluran cerna, mual muntah

Kromium (Cr)

Senyawa heksavalen menyebabkan


alergenik dan karsinogenik

Raksa (Hg)

Efek toksik: pada ginjal terjadi kenaikan


permeabilitas tubular epithelium sehingga
terjadi poliuria dan anuria.
Tanda-tanda keracunan: rasa terbakar,
tercekik, rasa sakit pada epigastrik,
cairan feses berdarah, denyut nadi cepat
tapi lemah, pucat dan lemah

Arsen (As)

Efek toksik: gastritis dan gastroenteristis


kuat karena ada kerusakan pembuluh
darah. Tanda-tanda keracunan: terasa
manis metalik, tnja bau bawang putih,
rasa tercekik, sukar menelan, rasa terbakar,
kolik pada esophagus, muntah, diare,
dehidrasi disertai haus, sianosis denyut
nadi rendah, vertigo sakit kepala frontal

garis besar kebijakan sistem


manajemen mutu laboratorium
yang diterapkan di PPOMN.
Dokumen ini disahkan oleh
Manajer Puncak (Kepala
PPOMN).
b.

Level 2: Prosedur Tetap Jaminan


Mutu (PTJM)
PTJM merupakan uraian dari
Panduan Mutu untuk
mengendalikan kegiatan kerja
yang diterapkan pada masingm a s i n g
B i d a n g /
L a b o r a t o r i u m / B a g i a n Ta t a
Usaha.

c.

Level 3: Instruksi Kerja (IK)


IK merupakan petunjuk tahaptahap pelaksanaan kegiatan
antara lain metode analisis,
pengoperasian alat atau
kegiatan-kegiatan spesifik
lainnya yang diperlukan.
Dokumen ini disahkan oleh
Manajer Teknis (Kepala Bidang)
atau Manajer Mutu atau Manajer
Administrasi.

d.

Pengujian Logam Secara AAS

Referensi

Toksisitas dan
Persyaratan
Wadah Pangan
(Agoes,G.,2004)

1. Prinsip Kerja AAS


AAS adalah suatu metoda analisa
untuk penentuan kadar unsurunsur logam dan metaloid
berdasarkan pada penyerapan
(absorbansi) radiasi oleh atom
bebas dari unsur tersebut (Miller,
D.D and Rutzke,M.A.,2003).

Analisis bahan
racun dalam
makanan
(Siregar,C.J.P.,
Dkk, 1989)

Analisis bahan
racun dalam
makanan
(Siregar,C.J.P.,
Dkk, 1989)

Level 4: Penunjang
Penunjang terdiri atas formatformat, standar acuan, manual
alat, rekaman mutu dan
sebagainya.

Mutu Laboratorium Pangan juga telah


teruji melalui uji unjuk kerja
laboratorium yaitu uji profisiensi.
Laboratorium Pangan mengikuti
secara aktif uji profisiensi skala
nasional maupun internasional.
Sebagai contoh berikut disampaikan
hasil uji profisiensi logam yang diikuti
Laboratorium Pangan selama 1 tahun
terakhir.

Yang melakukan Uji Profisiensi

Suatu contoh/sampel dapat diukur


kandungan logamnya, apabila
logam-logam dalam sampel
tersebut telah dibebaskan dari
bahan organiknya. Pembebasan
logam dari bahan organik
dilakukan dengan destruksi. Di
dalam bagian khusus alat, contoh
yang telah dipreparasi tersebut,
selanjutnya mengalami atomisasi
(Greenberg,A.E.,et.al,1992).
Atomisasi suatu unsur dalam
sampel dapat dilakukan dengan
sistem nyala (flame) dan tanpa
nyala (flameless). Logam-logam
yang cocok diukur dengan sistem
nyala antara lain K, Na, Ca, Mg,
Pb, Cd, Cr, Cu, Zn, Fe. Atomisasi
flame menggunakan gas bakar
asetilen-udara ataupun nitrous
oksida-udara. Atomisasi
elektrotermal menggunakan
Graphite Furnace Atomization
(GFA), merupakan atomisasi
menggunakan listrik tegangan
tinggi, cocok digunakan untuk
pengukuran logam-logam dalam
jumlah kecil (ppbppt)(Greenberg,A.E.,et.al,1992).
Atomisasi tanpa nyala dapat
menggunakan Mercury Vapor
Unit (MVU) yang khusus

Produk Pangan
& Jenis Logam

Tahun
Keterangan
Pelaksanaan
Hasil

Komite Akreditasi Nasional


(KAN XI)

Kecap :
Cu, Fe,Zn, Cd, Pb

2008

Memuaskan

Jabatan Kimia Malaysia

Air :
Fe, Mg, Pb, Ni, Zn

2008

Memuaskan

Sumber : Arsip Bidang Pangan (tidak diterbitkan)

Juli 2009

Sampel pangan padat, pasta,


maupun cair harus didestruksi
terlebih dahulu untuk
membebaskan logam dari matrik
bahan organik. Destruksi dapat
dilakukan secara kering atau
basah. Destruksi kering disebut
juga pengabuan. Destruksi
secara kering dilakukan dengan
menggunakan suhu tinggi secara
bertahap. Destruksi basah
menggunakan kombinasi asam
kuat, biasanya H2SO4 dan HNO3.
Untuk contoh air tanpa bahan
organik, dapat dilakukan
pengukuran langsung setelah
contoh diasamkan terlebih dahulu
(Greenberg,E,E.,et.al.,1992; SNI
19-2896-1998).Sampel
ditepatkan sampai volume
tertentu, menggunakan air bebas
mineral ataupun asam encer, dan
selanjutnya diukur menggunakan
AAS (SNI 19-2896-1998).

digunakan untuk pengukuran


raksa, dapat pula menggunakan
Hydride Vapor Generator (HVG),
yang digunakan untuk
pengukuran Arsen ataupun
r a k s a . ( M i l l e r, D . D a n d
R u t z k e , M . A . , 2 0 0 3 ;
Greenberg,A.E.,et.al,1992).
Prinsip kerja AAS secara ringkas sbb.
Sumber radiasi spesifik yang
dihasilkan oleh lampu katoda
berongga (Hollow Cathode Lamp),
diteruskan ke pembagi. Sinar bagi
digunakan sebagai referensi, dan
sinar lurus diteruskan ke atom-atom
contoh. Sinar yang telah melewati
atom-atom contoh, masuk ke dalam
monokromator. Sinar monokromatis
yang dihasilkan ditangkap oleh
detektor, diamplifikasi, diolah dan
dicatat oleh recorder secara
komputerisasi. Hasil bacaan berupa
Absorbansi, selanjutnya ditetapkan
melalui sistem ini (Miller,D.D.,dan
Rutzke,M.A.,2003).

Hasil Pengujian

2. P r e p a r a s i d a n P e n g u j i a n
Contoh
Sebelum sampel diukur
menggunakan AAS, sampel harus
dipreparasi terlebih dahulu.

Berdasarkan kurva baku standar,


kadar logam dalam contoh dapat
ditetapkan. Kadar logam contoh
dikoreksi menggunakan blanko.
Kesimpulan hasil pengujian berupa

Sinar Standar Acuan


(Reference Beam)

Sumber
Sinar
(Beam
Source)

Pembagi Sinar
(Beam
Choopper)

Atom-atom
Contoh dalam
Nyala(Flame)

rekomendasi Memenuhi Syarat (MS),


atau Tidak Memenuhi Syarat (TMS)
jika sampel telah ditetapkan Syarat
Mutunya berdasarkan SNI. Jika
syarat mutu belum ada, maka
kesimpulannya adalah Hasil
Pengujian Seperti Tersebut di Atas
(HPST).
(Suyanto, Ssi, MSi)
Daftar Pustaka.
Agoes, Goeswin.2004.Toksisitas
dan Persyaratan Wadah Pangan
dalam Prosiding Lokakarya Wadah
Pangan. Direktorat Standardisasi
Produk Pangan. Deputi Bidang
Pengawasan Keamanan Pangan
dan Bahan Berbahaya. BPOM
RI,Jakarta.hal:25-26
Greenberg,A.E.,Lenore,S.C.,and
Andrew, D.E.1992.Metals by
Atomic Absorption Spectrometry in
Standard Methods for Examination
of Water and Waste Water.18th
Edition. American Public Health
Association, Washington.p:3-9
Greenberg,A.E.,Lenore,S.C.,and
Andrew, D.E.1992.Metals by
Flame Atomic Absorption

Pembuat Sinar
Tunggal/Monokromatis
(Monochromator)
Elektronik
(Electronics
)
Penggabung Sinar
(Beam Recombiner)

Pendeteksi
(Detector)

Sinar Telah Lewat


Contoh (Sample
beam)
Sumber Cahaya
(Light Source)

Ruang Contoh
(Sample Cell)

Hasil Bacaan
(Read Out)

Pengukuran Cahaya
(Light Measurement)

Gambar : Diagram skematis prinsip kerja AAS (Sumber: Miller,D.D dan Rutzke,M.A.,2003; halaman:406)

Juli 2009

Spectrometry in Standard Methods


for Examination of Water and Waste
Water.18th Edition. American Public
Health Association,
Washington.p:3-9
Greenberg,A.E.,Lenore,S.C.,and
Andrew, D.E.1992.Metals by
Electro Thermal Atomic Absorption
Spectrometry in Standard Methods
for Examination of Water and Waste
Water.18th Edition. American Public
Health Association,
Washington.p:3-20
Greenberg,A.E.,Lenore,S.C.,and
Andrew, D.E.1992.Metals by
Hydride Generation Atomic
Absorption Spectrometry in
Standard Methods for Examination
of Water and Waste Water.18th
Edition. American Public Health
Association, Washington.p:3-28
ISO/IEC 17025.2005.Persyaratan
Umum Kompetensi Laboratorium
Pengujian dan Laboratorium
Kalibrasi.Terjemahan.Diterjemahka
n Oleh Komite Akreditasi
Nasional,Jakarta.hal:1-27
Miller,D.D., and Rutzke,M.A.2003.
Atomic Absorption and Emission

Gambar : Perangkat Keras Atomic Absorption Spectrophotometer Tipe AA-6800 Shimadzu

Spectroscopy in Food Analysis.3rd


Edition. Purdue University West
Lafayette, Indiana. Springer, New
York.p:401-421
Panduan Mutu.2008.Sistem
Manajemen Mutu dalam Panduan
Mutu 2008.Pusat Pengujian Obat
dan Makanan Nasional,BPOM
RI.Arsip Bidang Pangan,Tidak
Diterbitkan.

P P N o . 2 8 Ta h u n 2 0 0 4 . 2 0 0 4 .
Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan.
Diperbanyak Direktorat
Standardisasi Produk
Pangan.Deputi Bidang
Pengawasan Kemanan Pangan
dan Bahan Berbahaya.BPOM
RI,Jakarta, hal:19-20
S i r e g a r ,
C . J . P . ,
Sudjaswadi.W.,Emelia.L.,Lamria.
O.S.,Moch.Ma`roef.,Sri.E.,Sukar
ni., Virginia.K., Syahrial.T.,
Ketut.K., Ibrahim.K., Wusmin.T.,
Siam.S., Marlina.G., Netty.R.,dan
Soma.P.1989.Analisis Bahan
Racun dalam Makanan.Pusat
Pemeriksaan Obat dan
Makanan.WHO Collaborating
Centre for Quality Assurance of
Essential Drugs. Dirjend
POM.Depkes RI, Jakarta.hal:3-5; 911
SNI 19-2896-1998.1998.Cara Uji
Cemaran Logam. Badan
Standardisasi Nasional. Jakarta.
hal:1-15
SNI 01-3751-2006.2006. Tepung
Terigu Sebagai Bahan Makanan.
Badan Standardisasi Nasional.

10

Juli 2009

PUBLIC WARNING / PERINGATAN


Nomor : KH.00.01.43.2503
Tanggal : 11 Juni 2009
TENTANG
KOSMETIK MENGANDUNG BAHAN BERBAHAYA / BAHAN DILARANG
1. Berdasarkan hasil pengawasan, sampling dan pengujian laboratorium sejak September 2008 hingga Mei 2009, Badan
POM telah memerintahkan untuk menarik dari peredaran produk kosmetik yang mengandung bahan berbahaya/bahan
dilarang Merkuri, Hidrokinon, Asam Retinoat, Zat Warna Merah K.3 (CI 15585), Merah K.10 (Rhodamin B) dan Jingga K.1
(CI 12075), sebanyak 70 (tujuh puluh) item sebagaimana terlampir.
2. Berbagai risiko dan efek yang tidak diinginkan dari penggunaan Bahan Berbahaya / Bahan Dilarang adalah sebagai
berikut :
-

Merkuri (Hg) / Air Raksa termasuk logam berat berbahaya, yang dalam konsentrasi kecilpun dapat bersifat racun.
Pemakaian Merkuri (Hg) dapat menimbulkan berbagai hal, mulai dari perubahan warna kulit, yang akhirnya dapat
menyebabkan bintik-bintik hitam pada kulit, alergi, iritasi kulit, kerusakan permanen pada susunan syaraf, otak,
ginjal dan gangguan perkembangan janin bahkan paparan jangka pendek dalam dosis tinggi dapat menyebabkan
muntah-muntah, diare dan kerusakan ginjal serta merupakan zat karsinogenik (menyebabkan kanker) pada
manusia.

Hidrokinon termasuk golongan obat keras yang hanya dapat digunakan berdasarkan resep dokter. Bahaya
pemakaian obat keras ini tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan iritasi kulit, kulit manjadi merah dan rasa
terbakar, bercak-bercak hitam.

Asam retinoat/Tretinoin/Retinoic Acid dapat menyebabkan kulit kering, rasa terbakar, teratogenik (cacat pada
janin).

Bahan pewarna merah K.3 (CI 15585), merah K.10 (Rhodamin B) dan Jingga K.1 (CI 12075) merupakan zat warna
sintetis yang umumnya digunakan sebagai zat warna kertas, tekstil atau tinta. Zat warna ini merupakan zat
karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). Rhodamin B dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan
hati.

3.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan diancam pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) bagi yang memproduksi dan atau
mengedarkan kosmetik yang mengandung Bahan Berbahaya atau Bahan Dilarang, sedangkan bagi yang
mengedarkan kosmetik tanpa iin edar diancam pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau pidana denda
paling banyak Rp. 140.000.000,- (seratus empat puluh juta rupiah). Disamping itu pelanggaran tersebut dapat
diancam dengan Undang-Undang nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen diancam pidana penjara 5
(lima) tahun atau denda paling banyak 2 (dua) milyar rupiah.

4.

Balai POM di seluruh Indonesia telah diperintahkan untuk melakukan penarikan dan pemusnahan produk serta proses
pro justitia.

5.

Sehubungan dengan itu kepada masyarakat luas diserukan agar tidak membeli/menggunakan kosmetik yang
mengandung Bahan Berbahaya atau Bahan Dilarang karena membahayakan kesehatan.

6.

Kepada masyarakat dihimbau untuk membantu memberikan informasi bila menemukan produk tersebut dengan
menghubungi Unit Layanan Pengaduan Konsumen BPOM RI di Jakarta, nomor telepon : 021-4263333 dan 02132199000 atau email ulpk@pom.go.id atau website BPOM RI www.pom.go.id

Demikian peringatan ini disampaikan untuk disebarluaskan.


BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
KEPALA

11

Dr. Husniah Rubiana Thamrin Akib, MS, M.Kes, SpFK

Juli 2009

InfoPOM
Penasehat : Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan;
Penanggung jawab : Sekretaris
Utama Badan Pengawas Obat dan
Makanan; Pimpinan Redaksi :
Kepala Pusat Informasi Obat dan
Makanan; Sekretaris Redaksi:
Budi Djanu Purwanto, SH, MH;
Tim Editor : Dra. Hardaningsih,
MHSM, Dra. Sri Mulyani, Apt, Dra.
Dyah Nugraheni, Apt, Suyanto, SP,
MSi, Yustina Muliani, SSi, Apt,
Yusra Egayanti, SSi, Apt, Yuli
Hijrah Saputri, SSi, Apt, Ellen
Simanjuntak, SE, Dra. Tri Asti I,
Apt, Mpharm, Dra. Muti Hadiyani,
Rohyanih, SKom, Dewi Sofiah,
SSi, Apt; Redaksi Pelaksana :
Yulinar, SKM, Indah
Widiyaningrum, Ssi, Apt, Eriana
Kartika Asri, Ssi, Apt, Denik
Prasetiawati, SFarm, Apt, Arlinda
Wibiayu, Ssi, Apt; Sekretariat :
Sandhyani ED, Ssi, Apt, Tanti
Kuspriyanto, Ssi, Msi, Anis Siti
Annisa, SKom;
Sirkulasi :
Surtiningsih, Netty Sirait.
Alamat Redaksi : Pusat Informasi
Obat dan Makanan Badan
Pengawas Obat dan Makanan, Jl.
Percetakan Negara No. 23, Jakarta
Pusat, Telp. 021-4259945, Fax. 0214 2 8 8 9 1 1 7 ,

e - m a i l :

informasi@pom.go.id
Redaksi menerima naskah yang
berisi informasi yang terkait
dengan obat, kosmetika, obat
tradisional, produk komplemen,
zat adiktif dan bahan berbahaya.
Kirimkan melalui alamat redaksi
dengan format minimal MS. Word
97,

spasi ganda maksimal 4

halaman A4.

BALAI BESAR POM DI SURABAYA

Anda mungkin juga menyukai