Anda di halaman 1dari 12

PORTOFOLIO

Appendisitis Akut
Disusun sebagai syarat kelengkapan program dokter
internship oleh :
dr. Linda Yuliandari

Pembimbing:
dr. Agnes Maria T.

Rumah Sakit Angkatan Laut Dr.Mintohardjo


Jakarta Pusat
2015

BERITA ACARA PRESENTASI PORTFOLIO

Pada hari ini tanggal

, telah dipresentasikan portofolio

oleh :
Nama peserta

: dr. Linda Yuliandari

Dengan judul/topik

: Appendisitis Akut

Nama pembimbing

: dr. Agnes Maria T.

Nama wahana

: Rumah Sakit Angkatan Laut Dr.Mintohardjo

Nama Peserta Presentasi

No

dr.Linda Yuliandari

dr.Aryo Winartomo

dr.Jenifer Lesmana

dr. Titi Nurhayati

dr.Jody Felizio

dr.Michaela Arshanty Limawan

Dr.Valdila A Gayatri

Tanda Tangan

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang


sesungguhnya.

Pendamping

dr. Agnes Maria T )

BORANG PORTOFOLIO
No. ID dan Nama Peserta :
No. ID dan Nama Wahana :

dr. Linda Yuliandari


Rumah Sakit Angkatan Laut

dr.Mintohardjo
Topik
: Appendisitis AKut
Tanggal (kasus) : 30-10-2015
Presentan : dr. Linda Yuliandari
Tanggal presentasi :
Pendamping
:
dr. Agnes
Maria T
Rumah Sakit Angkatan Laut dr.Mintohardjo

Tempat presentasi
:
Obyektif presentasi :
Keilmuan
Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja Dewasa
Lansia
Deskripsi :

Wanita usia 27 tahun , nyeri perut kanan bawah sejak

1 hari lalu
Tujuan : Diagnosis dan penanganan yang cepat dan tepat
Bahan
Kasus
Tinjauan Pustaka
Riset

Audit

bahasan
Cara

Pos

:
Diskusi

membahas :
Data pasien
Nama klinik

Presentasi dan
diskusi
Nama :
Telp :

:
:

Ny.F

E-mail

No. Registrasi :
Terdaftar sejak

Rumah Sakit
Angkatan
Laut
dr.Mintohardj
o
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis/Gambaran Klinis :
Diagnosis: Appendisitis Akut
Gambaran Klinis:

Pasien tampak lemas


Kesadaran: Compos Mentis
Suhu : 38.5 C (axilla )
Nadi : 80 x/menit , regular
Laju pernapasan : 18 x/ menit

2015

Status Generalis:
Kepala, thorak, cor, pulmo, genitalia dalam batas normal
Abdomen : datar, supel, BU(+) menurun, nyeri tekan (+) di titik McBurney, Obturator
sign (+), Psoas sign (+), Blumberg sign (+), Hepar dan Lien tidak teraba membesar
2. Riwayat Pengobatan :
sebelumnya pasien belum meminum obat apapun untuk mengatasi
sakit nya.
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit :
Pasien datang ke RS dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak
semalam. Nyeri muncul secara tiba-tiba. Pada mula nya nyeri perut
dirasakan pada bagian ulu hati kemudian berpindah ke kanan bawah.
Nyeri dirasakan terus menerus. Selain itu pasien juga mengeluh mual
( + ) muntah ( - ) serta demam. Tidak ada keluhan pada BAK.
Keputihan dan sekret berbau dari vagina disangkal pasien. Pasien
mengatakan haid terakhir 1minggu yang lalu. Pasien belum
meminum obat apa pun untuk mengatasi sakit nya.
4. Riwayat Keluarga/Lain-lain :
Tidak ada penyakit dengan keluhan serupa dengan pasien.
5. Riwayat Pekerjaan :
Pasien adalah ibu rumah tangga
6. Kondisi Lingkungan sosial dan fisik:
Pasien merupakan ibu dari dua anak . Kondisi perekonomian
tergolong keluarga menengah ke bawah. Suami pasien seorang pekerja
serabutan.
7. Pemeriksaan Laboratorium :
Hematologi Rutin

Leukosit

: 13300 sel/mm3

Hb

: 11.6 gr/dl

Hematokrit

: 42 %

Trombosit

: 344.000 sel/mm3

Hitung Jenis

Basofil

:0%

(0-1 %)

Eosinofil

:3%

(1-3 %)

Batang

Segmen

: 76 %

(50-70%)

Limfosit

: 16 %

(20-40 %)

Monosit

: 5 % (2-8 %)

:0%

(2-6 %)

Urine Lengkap

Warna

: Kuning muda

Blood

: Negatif

Glukosa

: Negatif

Lekosit

Bilirubin

: Negatif

Keton

: Negatif

pH

:7

: Negatif

Tes Kehamilan
Daftar Pustaka:

: Negatif

1. Jaffe BM, Berger DH. The Appendix. In: Schwartzs Principles of


Surgery Volume 2. 8th edition. Ed: Brunicardi FC, Andersen DK,
Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, Pollock RE. New York: McGraw Hill
Companies Inc. 2005:1119-34
2. Sjamsuhidajat, R. & Jong, W.D. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi
revisi. Jakarta: EGC
3. Soybel DI. Appedix In: Surgery Basic Science and Clinical Evidence
Vol 1. Ed: Norton JA, Bollinger RR, Chang AE, Lowry SF, Mulvihill SJ,
Pass HI, Thompson RW. New York: Springer Verlag Inc. 2000: 64762
Hasil Pembelajaran :
1. Pemeriksaan PenunjangAppendicitis Acuta
2. Diagnosis Banding Appendicitis Acuta
3. Penatalaksanaan Appendicitis Acuta
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
1. Subyektif :
Pasien datang ke RS dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak
semalam. Nyeri muncul secara tiba-tiba. Pada mula nya nyeri perut
dirasakan pada bagian ulu hati kemudian berpindah ke kanan bawah.

Nyeri dirasakan terus menerus. Selain itu pasien juga mengeluh mual
( + ) muntah ( - ) serta demam. Tidak ada keluhan pada BAK. Keputihan
dan sekret berbau dari vagina disangkal pasien. Pasien mengatakan
haid terakhir 1minggu yang lalu.
2. Obyektif :
Suhu: 38.5 C (axilla )
Nadi: 80 x/menit
KU: tampak lemas
Pada pemeriksaan fisik abdomen didapatkan Abdomen datar, soepel,
BU(+) menurun, nyeri tekan (+) di titik McBurney, Obturator sign (+), Psoas sign (+),
Blumberg sign (+), Hepar dan Lien tidak teraba membesar

Pada pemeriksaan Laboratorium

Leukosit

: 13300 sel/mm3

Hb

: 11.6 gr/dl

Hematokrit

: 42 %

Trombosit

: 344.000 sel/mm3

Hitung Jenis

Basofil

:0%

Eosinofil

Batang

Segmen

: 76 %

(50-70%)

Limfosit

: 16 %

(20-40 %)

Monosit

:5%

:3%

(0-1 %)
(1-3 %)

:0%

(2-6 %)

(2-8 %)

Urine Lengkap

Warna

Blood

: Negatif

Glukosa

: Negatif

Lekosit

Bilirubin

: Negatif

Keton

: Negatif

pH

:7

Tes Kehamilan

: Kuning muda

: Negatif

: Negatif

Sehingga pada kasus ini diagnosis appendicitis akut ditegakkan

berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan


penunjang berupa laboratorium yang mendukung kea rah appendicitis
akut.
3. Assessment
Appendicitis Acuta
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium darah
Pada pasien appendicitis biasanya didapatkan adanya leukositosis,
yaitu 15000/mm, 3,90% pasien memiliki jumlah leukosit diatas
10000/mm3. Pasien appendicitis akut tanpa komplikasi jarang
memiliki jumlah leukosit > 18.000/mm 3. Jumlah leukosit > 18.000
(20.000-30.000)

meningkatkan

kemungkinan

adanya

perforasi.

Sedangkan jumlah leukosit > 30.000 jarang dijumpai dan lebih


mengarah pada proses infeksi akut lain. Kombinasi 3 tes yaitu
adanya peningkatan CRP 8 mcg/mL, hitung leukosit 11000, dan
persentase

neutrofil

75%

memiliki

sensitivitas

86%,

dan

spesifisitas 90.7%. (Dunn, Jerome)


2. Pemeriksaan urine
Pemeriksaan urine biasanya menunjukkan hasil yang normal, tetapi
beberapa pasien dengan appendicitis retrocaecal atau pelvis; dapat
memperlihatkan adanya beberapa leukosit dan eritrosit pada urine,
dan kadang-kadang disertai gross hematuria akibat iritasi vesika
urinaria atau ureter oleh appendiks.
3. Pencitraan
Pada pemeriksaan foto Abdomen, 50% pasien dengan Appendicitis
acuta memperlihatkan gambaran air fluid level, ileus lokal, maupun
peningkatan densitas jaringan lunak di kuadran kanan bawah
abdomen. Secara umum, penggunaan foto polos Abdomen maupun
Barium enema sebagai alat bantu diagnosis kurang spesifik dan
jarang membantu diagnosis. Adanya gambaran fecalith di foto polos
abdomen

(10-20%)

menjadi

penanda

penting

kemungkinan

appendicitis. Pemeriksaan CT scan dapat membantu menegakkan


diagnosis. 90% pasien dengan Appendicitis acuta memperlihatkan

adanya lemak periappendiceal, dilatasi lumen appendiks, penebalan


dinding

appendiks,

penebalan

mesoappendiks,

dan

adanya

phlegmon.
Pemeriksaan ultrasonografi lebih bermanfaat pada appendicitis yang
disertai terabanya massa di daerah kuadran kanan bawah, karena
dapat membedakan adanya abscess atau periappendiceal phlegmon.
Sensitivitasnya

55-96%,

spesifisitas

85-98%.

Appendicitis

akut

ditandai dengan pembesaran diameter anteroposterior Appendiks,


menjadi

6mm.

Adanya

appendicolith,

penebalan

dinding

appendiks, dan adanya cairan periappendiceal juga menunjang


diagnosis.

Pada

ruptur

appendiks,

terdapat

cairan

bebas

intraperitoneal dan penebalan saluran pencernaan.

Gambar Ultrasonografi pada potongan longitudinal Appendicitis

Gambar 10. Gambaran CT Scan abdomen: Appendicitis perforata


dengan abscess dan kumpulan cairan di pelvis

Gambar 11. Gambaran CT Scan abdomen: Penebalan Appendix


(panah) dengan appendicolith
Diagnosis Banding
1. Adenitis Mesenterica Acuta
Penyakit ini seringkali dikelirukan dengan Appendicitis acuta pada
anak-anak. Hampir selalu ditemukan infeksi saluran pernafasan atas,
tetapi sekarang ini telah menurun. Nyeri biasanya kurang atau bisa
lebih difus dan rasa sakit tidak dapat ditentukan lokasinya secara
tepat seperti pada Appendicitis. Observasi selama beberapa jam bila
ada kemungkinan diagnosis Adenitis mesenteric, karena Adenitis
mesenteric adalah penyakit yang self limited, tapi jika meragukan,
satu-satunya jalan adalah operasi segera.
2. Gastroenteritis akut
Penyakit ini sangat umum pada anak-anak tapi biasanya mudah
dibedakan

dengan

Appendicitis.

Gastroentritis

karena

virus

merupakan salah satu infeksi akut self limited dari berbagai macam
sebab, yang ditandai dengan adanya diare, mual, dan muntah. Nyeri
hiperperistaltik

abdomen

mendahului

terjadinya

diare.

Hasil

pemeriksaan laboratorium biasanya normal.


3. Penyakit urogenital pada laki-laki.
Penyakit urogenital pada laki-laki harus dipertimbangkan sebagai
diagnosis banding Appendicitis, termasuk diantaranya torsio testis,
epididimitis akut, karena nyeri epigastrik dapat muncul sebagai
gejala lokal pada awal penyakit ini, Vesikulitis seminalis dapat juga
menyerupai Appendicitis tapi dapat didiagnosis dengan meraba
pembesaran, nyeri Vesikula seminalis pada waktu pemeriksaan
Rectal toucher.
4. Diverticulitis Meckel
Penyakit ini menimbulkan gambaran klinis yang sangat mirip

Appendicitis acuta, perbedaan preoperatif adalah secara teoritis, dan


tidak penting, karena Diverticulitis Meckel dihubungkan dengan
komplikasi yang sama seperti Appendicitis dan memerlukan terapi
yang sama yaitu operasi segera.
5. Intususseption
Sangat berlawanan dengan Diverticulitis Meckel, sangat penting
untuk membedakan Intususseption dari Appendicitis acuta karena
terapinya sangat berbeda. Umur pasien sangat penting, Appendicitis
sangat jarang dibawah umur 2 tahun, sedangkan Intususseption
idiopatik hampir semuanya terjadi di bawah umur 2 tahun. Pasien
biasanya mengeluarkan tinja yang berdarah dan berlendir. Massa
berbentuk sosis dapat teraba di RLQ. Kemudian RLQ teraba kosong
abnormal. Terapi yang dipilih pada intususseption bila tanda-tanda
peritonitis tidak ada adalah barium enema tetapi terapi Appendicitis
acuta dengan barium enema sangat berbahaya.
6. Chrons enteritis
7. Perforasi ulkus peptikum
8. Epiploic appendagitis
9. Infeksi saluran kencing
10. Batu Uretra
11. Peritonitis Primer
12. Purpura HenochSchonlein
13. Yersiniosis
14. Kelainankelainan ginekologi
Ratarata kesalahan diagnosis Appendicitis acuta tertinggi pada
wanita dewasa muda. Angka rata-rata Appendectomy yang dilakukan
Appendix normal dari 32%45% telah dilaporkan pada wanita usia
1545 tahun. Penyakitpenyakit organ reproduksi pada wanita sering
dikelirukan sebagai Appendicitis, dari urutan yang paling sering
adalah

PID,

ruptur

folikel

degraf,

kista

atau tumor

ovarium,

endometriosis dan ruptur kehamilan ektopik.


Sebagai contoh Pelvis Inflammatory Disease (PID). Biasanya
infeksi timbul secara bilateral tapi bila yang terkena tuba setelah
kanan

dapat

menyerupai

Appendicitis.

Mual

dan

muntahhampirselaluterjadi pada pasienAppendicitis, tapi pada pasien


PID hanyasekitarseparuhnya. Pada ruptur Folikel de Graaf biasanya
ditemukan nyeri dan nyeri tekan yang agak difus. Leucositosis dan

demam minimal atau tidak ada. Karena nyeri ini terjadi pada
pertengahan siklus menstruasi, sering disebut mittelschmerz. (Ein,
Dunn, Emedicine, Schwarts)
Komplikasi
1. Perforasi
2. Peritonitis
3. Appendicular infiltrat:
Infiltrat/ massa yang terbentuk akibat mikro atau makro perforasi
dari

Appendix

yang

meradang

yang

kemudian

ditutupi

oleh

omentum, usus halus atau usus besar.


4. Appendicular abscess:Abscess yang terbentuk akibat mikro atau
makro perforasi dari Appendix yang meradang yang kemudian
ditutupi oleh omentum, usus halus, atau usus besar. Letak abscess
tergantung dari letak Appendix.
5. Shock Septic
6. Mesenterial pyemia dengan Abscess hepar: Mesenterial pyema pada
V. mesenterica superior system V. porta V. hepatica Abscess
hepar, dengan gejala klinis: febris, menggigil, hepar membengkak.
Terapi: membuka V. ileocolica, lalu mengangkat thrombosis.
7. Perdarahan GIT: Asal pendarahan adalah dari Vasa epigastrica atau
A. appendicularis.
Penatalaksanaan
Penanganan pasien dengan suspek Appendicitis acuta yaitu:
1. Pemasangan infus dan pemberian kristaloid untuk pasien dengan
gejala klinis dehidrasi atau septikemia.
2. Puasakan pasien, jangan berikan apapun per oral
3. Pemberian obat-obatan analgetika harus dengan konsultasi ahli
bedah.
4. Pemberian antibiotika i.v. pada pasien yang menjalani laparotomi.
5. Pertimbangkan kemungkinan kehamilan ektopik pada wanita usia
subur dan didapatkan beta-hCG secara kualitatif.
Terapi pada pembedahan: antibiotik profilaksis harus diberikan
sebelum operasi dimulai pada kasus akut, digunakan single dose dipilih
antibiotik yang bisa melawan bakteri anaerob.
Komplikasi Post Operasi
1. Fistel berfaeces Appendicitis gangrenosa, maupun fistel tak
berfaeces: karena benda asing, tuberculosis, Aktinomikosis.

2. Hernia cicatricalis.
3. Ileus
4. Pendarahan dari traktus digestivus: kebanyakan terjadi 2427 jam
setelah

Appendectomy,

kadangkadang

setelah

1014

hari.

Sumbernya adalah echymosis dan erosi kecil pada gaster dan


jejunum, mungkin karena emboli retrograd dari sistem porta ke
dalam vena di gaster/ duodenum.

4. Plan :
Penatalaksanaan:
Non Medikamentosa:

Tirah baring
Konsul Spesialis Bedah
Puasa, Pasang Kateter Foley (Rencana Operasi)

Medikamentosa:

Infus RL 500 cc 20 gtt/menit


Ketorolac Injeksi IV 1 amp/8 jam
Ceftriaxone injeksi IV 1 gr/12 jam

Operatif:

Appendektomi

Anda mungkin juga menyukai