Anda di halaman 1dari 147

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN

RINGAN DI PT AQUA GOLDEN MISSISSIPPI BEKASI TAHUN 2014

SKRIPSI

Oleh
DEWI INDAH SARI SIREGAR
1110101000023

PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014

ii

iii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
Skripsi, Juli 2014
Dewi Indah Sari Siregar, NIM: 110101000023
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kecelakaan Ringan Di PT Aqua Golden
Missisippi Bekasi Tahun 2014
xvi + 99 Halaman + 11 Tabel + 5 Bagan + 7 Lampiran
ABSTRAK
PT Aqua Golden Mississippi Bekasi adalah produsen air minum dalam kemasan
bermerk Aqua. Dalam setiap proses produksinya terdapat kemungkinan terjadinya
kecelakaan kerja. Kecelakaan ringan merupakan kasus yang paling sering terjadi.
Menurut data kecelakaan kerja bulan Maret 2014 terjadi 34 kecelakaan ringan dan
berdasarkan hasil wawancara dengan safety officer masih banyak kasus yang tidak
dilaporkan. Penelitian ini dilakukan karena melihat tingginya kasus kecelakaan kerja
ringan, pada tahun 2013 yaitu sebanyak 10 kasus P3K dan 11 kasus kerusakan material.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional.
Faktor-faktor yang akan diteliti adalah faktor pekerja (usia, jenis kelamin, lama kerja,
pengetahuan, sikap, dan kepatuhan terhadap SOP), faktor manajemen (reward and
punishment, sosialisasi k3 , dan pengawasan), dan faktor lingkungan kerja (unit kerja
dan housekeeping). Penelitian ini menggunakan data primer berupa kuesioner dan
observasi. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pekerja produksi shift pagi di PT
Aqua Golden Mississippi Bekasi Tahun 2014 yang berjumlah 106 pekerja, dimana
sampelnya menggunakan sampel jenuh. Penelitian ini dilaksanakan bulan Mei 2014.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang mengalami kecelakaan ringan
sebanyak 58,5%. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada lima variabel yang
berhubungan dengan kecelakaan ringan yaitu variabel pengetahuan (p value 0,000),
sikap (p value 0,002), kepatuhan terhadap prosedur (p value 0,000), pengawasan (p
value 0,02), dan housekeeping (p value 0,035). Sedangkan variabel yang tidak
berhubungan adalah variabel usia, jenis kelamin, lama kerja, reward and punishment,
sosialisasi K3, dan unit kerja dengan (p value > 0,05).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka disarankan sebaiknya perusahaan
meningkatkan pengawasan, mengadakan safety talk, meningkatkan pelatihan, dan
meningkatkan inspeksi housekeeping dengan sistem 5S.
Kata kunci : kecelakaan ringan, manajemen, pekerja, lingkungan kerja.
Daftar bacaan: 1995-2014

iv

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES


DEPARTMENT OF PUBLIC HEALTH
MAJOR OF OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH
Undergraduated Thesis, July 2014
Dewi Indah Sari Siregar, NIM: 1110101000023
Relating Factors of Minor Accident in PT Aqua Golden Missisippi Bekasi Year
2014
xvi + 99 Pages+ 11 Tables + 5 Images+ 7 Appendices
ABSTRACT
PT Aqua Golden Mississippi Bekasi is a company that produce mineral water
branded Aqua. There is the possibility of accidents in any production process. Minor
accident is the most common case. According to the occupational accidents report on
March 2014 there are 34 cases of near miss, and based on interviews with safety officer,
many cases are not reported. This study was conducted because of the high of minor
accidents in the 2013 as many as 10 first aid cases and 11 cases material damage.
This study is the quantitative research using cross-sectional study design.
Researched factors are worker factors (age, sex, work periode, knowledge, attitudes, and
adherence to SOP), management factors (reward and punishment, socialisation of
safety, and supervision), and workplace factors (work unit and housekeeping). The
research used questionnaire and observation as primary data. The population of this
research was entire morning shift worker of PT Aqua Golden Mississippi Bekasi in
2014 numbered 106 workers, and the sample methode used total sampling. The research
was conducted in May 2014.
The result showed that minor accident experienced worker is 58,5%. Bivariate
analysis showed that there were five variables significantly associated with minor
accident were knowledge (p value 0.000), attitude (p value 0.002), adherence to SOP (p
value 0.000), supervision (p value 0.020), and housekeeping (p value 0.035). However
the unrelated variables are age, sex, work periode, reward and punishment, socialization
of safety, and work unit (p value> 0.05).
Based on these results, the recommendation are the company should improve
supervision, conduct safety talk, improve safety training, and conduct a thorough
inspection of housekeeping with 5S system.
Keyword: minor accident, management, worker, workplace
Reading list: 1995-2014

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


DATA PRIBADI
Nama

: Dewi Indah Sari Siregar

Tempat/Tanggal Lahir : Padangsidimpuan, 18 Desember 1991


Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Alamat Asal

: Jl. Sisingamangaraja No. 195 Padangsidimpuan,


Sumatera Utara

Alamat domisili

: Jl. Nubala No 62 Ciputat Timur, Tangerang Selatan

Telp/HP

: 081290108351

Email

: dewiindahsiregar@gmail.com

PENDIDIKAN
1997-1998

: TK Fatayat NU Padangsidimpuan, Sumatera Utara

1998-2004

: SD Negeri 200202 Padangsidimpuan, Sumatera Utara

2004-2007

: SMP Negeri 1 Padangsidimpuan, Sumatera Utara

2007-2010

: SMA Negeri 4 Padangsidimpuan, Sumatera Utara

2010-Sekarang

: S1 Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan dan


Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan UIN Jakarta

vi

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecelakaan
Ringan di PT. Aqua Golden Mississippi Bekasi Tahun 2014. Skripsi ini
diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat (SKM).
Ucapan terima kasih, penulis sampaikan kepada :
1. Orang Tua, mama tercinta atas kasih sayang yang berlimpah dan dukungan
yang luar biasa dan teruntuk almarhum papa tercinta yang selalu menjadi
motivator bagi penulis dalam menyelesaikan studi S1 ini.
2. Bpk. Prof. DR. (HC) dr. MK. Tajudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Ibu Febrianti, MSi sebagai Kepala Prodi Kesehatan masyarakat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Ibu Fase Badriah, Ph.D dan Ibu Ratri Ciptaningtyas, MHS selaku
pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan,
dorongan, kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK., selaku penanggungjawab peminatan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sekaligus penguji skripsi yang telah
memberikan saran dan masukan untuk perbaikan skripsi ini.
6. Ibu Raihana Nadra Alkaff, MMA dan Ibu Izzatu Millah, M.KKK selaku
penguji skripsi yang telah memberikan saran dan masukan untuk perbaikan
skripsi ini.
7. Seluruh staff SHE, Bapak Jaka Sunarna dan Ibu Ni Made Sulin yang telah
memberikan bimbingan, nasihat, pengarahan, dan membantu penelitian ini.
8. Pihak PT Aqua Golden Mississippi Bekasi yang telah menerima penulis
dengan hangat saat pelaksanaan penelitian ini.

vii

9. Abang, kakak dan adik-adikku tercinta Bang Hengki, Kak Yanti, Kak Epi,
Bang Raja, Andika, Lisa dan Adam yang selalu memberikan semangat dan
kasih sayang kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Kebabers Eliza, Siva, Tika, Dillah, Mawar, Anin, Furi yang senantiasa
memberikan senyuman dan menjadi tempat bersandar penulis dalam
meyelesaikan skripsi ini.
11. Teman-teman kontrakan Annis, Yuni, Tuti, Fitri, Yuli yang menjadi
tempat berbagi dalam menyelesaikan skrispsi ini.
12. Ferdian Abdi, Ade Handayani dan Mardiyah Hardiyanti yang memberikan
dorongan, saran dan masukan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi
ini.
13. Teman-teman K3 2010 Kiki, Sinta, Asri, Dini, Evi, Iqbal dan teman-teman
K3 lainnya yang menjadi tempat berbagi ilmu dan pengalaman.
14. Teman-teman Kesmas 2010 yang menjadi teman seperjuangan dan teman
berbagi ilmu dan pengalaman.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Saran dan kritik
senantiasa penulis harapkan agar dapat dijadikan masukan di waktu mendatang. Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan
perkembangan ilmu kesehatan dan keselamatan kerja pada umumnya.
Jakarta, Juli 201

Penulis

viii

DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ..............................................................................................

ABSTRAK ........................................................................................................................

ii

LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................................

iv

LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................................

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .........................................................................................

vi

KATA PENGANTAR .......................................................................................................

vii

DAFTAR ISI ......................................................................................................................

ix

DAFTAR TABEL ..............................................................................................................

xiii

DAFTAR BAGAN .............................................................................................................

xiv

DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................................

xv

DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................................

xvi

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................

1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................................

1.3 Pertanyaan Penelitian ....................................................................................................

1.4 Tujuan ..........................................................................................................................

1.4.1 Tujuan Umum ..................................................................................................

1.4.2 Tujuan Khusus ..................................................................................................

1.5 Manfaat Penelitian .......................................................................................................

1.5.1 Bagi Institusi Pendidikan .................................................................................

1.5.2 Bagi Perusahaan ...............................................................................................

1.5.3 Bagi Peneliti .....................................................................................................

1.6 Ruang Lingkup ..............................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................

2.1 Kecelakaan Kerja .........................................................................................................

2.1.1 Pengertian Kecelakaan Kerja ...........................................................................

10

2.1.2 Kecelakaan Dalam Konteks K3 .......................................................................

10

2.1.2.1 Near miss ...............................................................................................

10

2.1.2.2 Accident .................................................................................................

11

ix

2.1.2.3 Incident ..................................................................................................

11

2.1.3 Rasio Kecelakaan .............................................................................................

11

2.1.4 Klasifikasi Kecelakaan .....................................................................................

14

2.1.5 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecelakaan Ringan.......................

17

2.1.5.1 Teori Loss Causation Models.................................................................

18

2.1.5.2 International Labour Organization (ILO) ............................................

19

2.2 Faktor Karakteristik Pekerja ........................................................................................

20

2.2.1 Usia ...................................................................................................................

20

2.2.2 Jenis kelamin ....................................................................................................

21

2.2.3 Lama kerja ........................................................................................................

21

2.2.4 Pengetahuan .....................................................................................................

22

2.2.5 Sikap .................................................................................................................

22

2.2.6 Kepatuhan Terhadap SOP ................................................................................

23

2.3 Faktor Manajemen .......................................................................................................

23

2.3.1 Reward And Punishment ..................................................................................

24

2.3.2 Sosialisasi K3 ...................................................................................................

24

2.3.3 Pengawasan ......................................................................................................

25

2.4 Faktor Lingkungan Kerja .............................................................................................

26

2.4.1 Unit Kerja .........................................................................................................

26

2.4.2 Housekeeping ...................................................................................................

26

2.5 Kerangka Teori .............................................................................................................

28

BAB III KERANGKA KONSEP .....................................................................................

29

3.1 Kerangka Konsep ..........................................................................................................

29

3.2 Definisi Operasional ......................................................................................................

31

3.3 Hipotesis Penelitian .......................................................................................................

36

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................

37

4.1 Desain Penelitian ...........................................................................................................

37

4.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian ........................................................................................

37

4.3 Populasi Dan Sampel ....................................................................................................

38

4.3.1 Populasi ................................................................................................................

38

4.4.2 Sampel ................................................................................................................

38

4.4 Cara Pengumpulan Data ................................................................................................

38

4.5 Pengolahan Data ............................................................................................................

39

4.6 Instrumen Penelitian ......................................................................................................

39

4.6.1 Coding Instrumen ...............................................................................................

39

4.6.2 Validasi dan Uji Reliabilitas ...............................................................................

43

4.7 Analisis Data .................................................................................................................

45

4.7.1 Analisis Univariat .................................................................................................

45

4.7.2 Analisis Bivariat ...................................................................................................

45

BAB V HASIL ...................................................................................................................

47

5.1 Gambaran Umum Perusahaan .......................................................................................

47

5.2 Hasil Penelitian .............................................................................................................

54

5.2.1 Analisis Univariat .................................................................................................

54

A. Gambaran Kecelakaan Ringan.......................................................................

54

B. Gambaran Faktor Pekerja ................................................................................

54

C. Gambaran Faktor Manajemen .........................................................................

56

D. Gambaran Faktor Lingkungan Kerja ...............................................................

57

5.2.2 Analisis Bivariat ...................................... ............................................................

59

A. Hubungan Faktor Pekerja dengan Kecelakaan Ringan.................................

59

B. Hubungan Faktor Manajemen dengan Kecelakaan Ringan ..........................

61

C. Hubungan Faktor Lingkungan Kerja dengan Kecelakaan Ringan...............

63

BAB VI PEMBAHASAN ..................................................................................................

66

6.1 Keterbatasan Penelitian .................................................................................................

66

6.2 Kecelakaan Ringan.......................................................................................................

66

6.3 Hubungan Faktor Pekerja Dengan Kecelakaan Ringan ...............................................

68

6.3.1 Hubungan Usia Dengan Kecelakaan Ringan ......................................................

68

6.3.2 Hubungan Jenis Kelamin Dengan Kecelakaan Ringan .......................................

71

6.3.3 Hubungan Lama Kerja Dengan Kecelakaan Ringan ...........................................

72

6.3.4 Hubungan Pengetahuan Dengan Kecelakaan Ringan .........................................

75

6.3.5 Hubungan Sikap Dengan Kecelakaan Ringan .....................................................

78

6.3.6 Hubungan Kepatuhan Terhadap Prosedur Dengan Kecelakaan Ringan ..............

80

6.4 Hubungan Kecelakaan Ringan Dengan Faktor Manajemen ........................................

xi

82

6.4.1 Hubungan Kecelakaan Ringan Dengan Reward and Punishment ......................

82

6.4.2 Hubungan Kecelakaan Ringan Dengan Sosialisasi K3 .......................................

85

6.4.3 Hubungan Kecelakaan Ringan Dengan Pengawasan ..........................................

89

6.5 Hubungan Kecelakaan Ringan Dengan Faktor Lingkungan Kerja ..............................

91

6.5.1 Hubungan Kecelakaan Ringan Dengan Unit Kerja .............................................

91

6.5.2 Hubungan Kecelakaan Ringan Dengan Housekeeping .......................................

93

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ...............................................................................

97

7.1 Simpulan .......................................................................................................................

97

7.2 Saran ..............................................................................................................................

98

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................

100

LAMPIRAN .......................................................................................................................

105

xii

DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional ...........................................................................................

34

Tabel 4.1 Uji Validitas Instrumen .......................................................................................

46

Tabel 4.2 Uji Reliabilitas Instrumen ...................................................................................

48

Tabel 5.1 Distribusi Kecelakaan Ringan ............................................................................

50

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Pekerja .............................................

50

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Manajemen ......................................

52

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Lingkungan Kerja ............................

53

Tabel 5.5 Hubungan Faktor Pekerja dengan Kecelakaan Ringan .......................................

55

Tabel 5.5 Hubungan Faktor Manajemen dengan Kecelakaan Ringan ................................

58

Tabel 5.7 Hubungan Unit Kerja dengan Kecelakaan Ringan .............................................

60

Tabel 5.8 Hubungan Housekeeping dengan Kecelakaan Ringan .......................................

61

xiii

DAFTAR GAMBAR
Bagan 2.1 Piramida Perbandingan Kecelakaan Kerja Heinrich ..........................................

13

Bagan 2.2 Piramida Perbandingan Kecelakaan Kerja Bird .................................................

14

Bagan 2.3 Piramida Perbandingan Kecelakaan Hse Malaysia ............................................

15

Bagan 2.4 Kerangka Teori ..................................................................................................

31

Bagan 3.1 Kerangka Konsep ...............................................................................................

33

xiv

DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Izin Penelitian ................................................................................................

100

2. Kuesioner Penelitian ...............................................................................................

101

3. Pedoman Observasi Sosialisasi K3 dan Housekeepig ............................................ 108


4. Output Uji Validitas dan Reliabilitas ......................................................................

110

5. Output Univariat .....................................................................................................

111

6. Output Bivariat ........................................................................................................ 114


7. Gambar Hasil Observasi .........................................................................................

xv

122

DAFTAR SINGKATAN
AS/NZS

: Australian/New Zealand Standart

DK3N

: Dewan Keselamatan dan Kesehatan Nasional

HSE

: Health and Safety Environment

ILO

: International Labour Organization

JSA

: Job Safety Analysis

K3

: Kesehatan dan Keselamatan Kerja

MSDS

: Material Safety Data Sheet

NSC

: National Safety Council

OHSAS

: Occupational Health Safety Assesment Series

xvi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No 3 Tahun 1998
kecelakaan didefinisikan sebagai suatu kejadian yang tidak dikehendaki
dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan
atau harta benda. Menurut Soebroto (2009) tingkat kecelakaan fatal di
negara berkembang empat kali lebih tinggi dibanding negara industri. Di
negara berkembang kebanyakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja
terjadi dibidang pertanian, perkayuan, pertambangan dan industri.
Menurut data ILO (2013) tercatat lebih dari 2,34 juta orang di dunia
meninggal dunia akibat kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Sekitar
321.000 akibat kecelakaan kerja dan sekitar 2,02 juta akibat penyakit
akibat

kerja.

Menurut

Jamsostek

(2012)

terjadi

kecenderungan

peningkatan kecelakaan kerja. Pada tahun 2007 terdapat 83.714 kasus


kecelakaan kerja, tahun 2008 terdapat 94.736 kasus, tahun 2009 terdapat
96.314 kasus, tahun 2010 terdapat 98.711 kasus, tahun 2011 terdapat
99.491 kasus dan tahun 2012 terdapat 103.000 kasus. Kecelakaan kerja
tertinggi terjadi di lingkungan industri.
Masih tingginya angka kecelakaan kerja akibat K3 di lingkungan
perusahaan masih sering diabaikan dan dianggap tidak penting. Di
Indonesia hanya 2,1% dari 15.000 perusahaan berskala besar yang
menerapkan Sistem Manajemen K3. Menurut survei yang dilakukan oleh
ILO dalam DK3N (2007) Indonesia merupakan negara kedua terbawah
1

dari 100 lebih negara yang disurvei dalam hal tingkat daya saing dan
pencapaian K3.
Menurut Silalahi (1985) dalam Wardhani (2008) kecelakaan kerja
mempunyai tingkat kategori keparahan yang berbeda-beda yaitu ringan,
sedang, dan parah. Namun kecelakaan dari kategori apapun harus
dianggap penting oleh manajemen termasuk dalam kategori ringan.
Menurut Dupont International Company (2011) kecelakaan kerja adalah
kejadian yang menghasilkan kerusakan atau cedera. Berdasarkan
penelitian HSE Malaysia dalam Borg (2002) terlihat rasio terjadinya
kecelakaan dengan perbandingan 1:12:60, dimana setiap 60 near miss
dapat berakibat 12 kecelakaan cedera ringan atau 1 cedera serius.
Beberapa

penelitian

menyebutkan

tentang

faktor-faktor

yang

berhubungan dengan kecelakaan kerja. Arifin (2005) dalam penelitiannya


terhadap pekerja di PT Bukaka Teknik Utama Cilengsi menyatakan ada
hubungan antara pelatihan, sosialisasi K3, dan kepatuhan menjalankan
prosedur terhadap tingginya kejadian kecelakaan kerja. Yuniarti (2006)
dalam penelitiannya terhadap pekerja di PT Indo-Bharat Rayon
menyatakan ada hubungan pengetahuan dan kebijakan K3 terhadap
kecelakaan kerja. Selanjutnya Hernawati (2008) dalam penelitiannya
terhadap pekerja pertambangan

PT Antam Tbk UBPE Pongkor

menyatakan ada hubungan umur dan unit kerja dengan kecelakaan kerja.
Berdasarkan laporan kecelakaan PT Aqua Danone pada bulan Januari
2014 terjadi dua kali kecelakaan fatal di salah satu PT Aqua Group yaitu
Aqua Mekarsari yang berlokasi di Sukabumi, Jawa Barat. Dari hasil

investigasi penyebab dari kecelakaan adalah kelalaian pekerja yang tidak


mematuhi SOP. PT Aqua Mekarsari memiliki karakterikstik yang berbeda
dengan PT Aqua Golden Mississippi Bekasi terutama pada luas lokasi
serta peralatan kerja yang digunakan. PT Aqua Mekarsari merupakan
pabrik terbesar dan telah menggunakan mesin canggih yang dimana setiap
penggunaaannya memiliki risiko kecelakaan yang lebih berat.
Selanjutnya berdasarkan laporan kecelakaan PT Aqua Golden
Mississippi Bekasi bulan Januari-Februari 2014 terjadi sekitar 34
kecelakaan ringan dengan berbagai kejadian seperti terjatuh, terpeleset,
kesandung, hingga kesetrum. Dari hasil pelaporan insiden penyebabnya
yaitu terburu-buru, lantai licin, tidak fokus, becanda, tidak memakai alat
pelindung diri, dan mengantuk. Selanjutnya berdasarkan hasil analisa audit
behaviour pada bulan Januari 2014 terdapat sekitar 217 risiko kecelakaan
kerja dengan kategori temuan terbanyak adalah kelalaian dalam prosedur
dan housekeeping sebanyak 93 temuan.
Selain itu berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan penulis di PT
Aqua Golden Missisisipi Bekasi pada bulan Februari 2014 diperoleh hasil
bahwa kecelakaan ringan merupakan kejadian yang sering terjadi. Menurut
hasil wawancara peneliti dengan safety officer masih terdapat beberapa
kasus yang tidak dilaporkan oleh korban maupun saksi yang melihat
kejadian. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran pekerja dengan
menganggap kecelakaan ringan adalah hal biasa. Berdasarkan hal ini,
dapat dilihat bahwa penerapan pencegahan kecelakaan kerja belum
maksimal dilaksanakan.

PT Aqua Golden Mississippi Bekasi merupakan pabrik dengan ukuran


lokasi yang paling kecil dibandingkan dengan PT Aqua lainnya. Dalam
proses produksinya tidak banyak menggunakan mesin dan peralatan berat,
sehingga risiko kecelakaan yang sering terjadi menurut data kecelakaan
kerja Januari-Februari adalah kecelakaan ringan. Perusahaan tersebut telah
menyadari bahwa pekerja adalah asset utama. Oleh karena itu, mereka
harus memperhatikan aspek K3 untuk setiap pekerja guna mengurangi
angka kecelakaan kerja. Penerapan aspek K3 yang konsisten dan secara
berkesinambungan adalah wujud komitmen nyata PT Aqua Golden
Missisipi Bekasi. Komitmen nyata tersebut yaitu melakukan investigasi
untuk semua jenis kecelakaan kerja, melakukan pengawasan, sosialisasi
K3, memberikan pelatihan K3, dan membuat prosedur kerja aman. Selain
itu terdapat kebijakan manajemen yaitu reward and punishment kepada
pekerja yang berkontribusi terhadap pencegahan kecelakaan kerja.

1.2 Rumusan Masalah


PT Aqua Golden Missisippi Bekasi memiliki jumlah pekerja dan staff
sebanyak 207. PT Aqua Golden Missisippi Bekasi merupakan pabrik yang
pertama kali berdiri dari PT Aqua Group. Pekerja memiliki keragaman
pengetahuan, keterampilan, dan tingkat kepatuhan terhadap peraturan yang
ada. Berdasarkan laporan kecelakaan PT Aqua Goden Mississippi Bekasi
terjadi kecelakaaan kerja serius pada tahun 2009, serta pada tahun 2013
tejadi 10 kasus P3K dan 11 kasus yang menyebabkan kerusakan material.
Dalam studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis angka kecelakaan

ringan cukup tinggi dan terdapat temuan-temuan kelalaian oleh pekerja


yang menjadi permasalahan yang perlu diperhatikan dan dicari solusi
perbaikan serta pencegahannya. Atas dasar pemikiran di atas maka penulis
ingin mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecelakaan
Ringan Di PT Aqua Golden Missisippi Bekasi Tahun 2014.

1.3 Pertanyaan Penelitian


a. Bagaimana gambaran kecelakaan ringan di PT Aqua Golden Missisipi
Bekasi?
b. Bagaimana gambaran faktor karakteristik pekerja (usia, jenis kelamin,
lama kerja, pengetahuan, sikap, kepatuhan terhadap SOP) di PT Aqua
Golden Missisipi Bekasi?
c. Bagaimana gambaran faktor manajemen (reward and punishment,
sosialisasi K3, pengawasan) di PT Aqua Golden Missisipi Bekasi?
d. Bagaimana gambaran faktor lingkungan kerja (unit kerja dan
housekeeping) di PT Aqua Golden Missisipi Bekasi?
e. Apakah ada hubungan antara faktor karakteristik pekerja (usia, jenis
kelamin, lama kerja, pengetahuan, sikap, kepatuhan terhadap SOP)
dengan kecelakaan ringan di PT Aqua Golden Missisippi Bekasi?
f. Apakah ada hubungan antara faktor manajemen (reward and
punishment, sosialisasi K3, pengawasan) dengan kecelakaan ringan di
PT Aqua Golden Missisippi Bekasi?

g. Apakah ada hubungan antara faktor lingkungan kerja (unit kerja dan
housekeeping) dengan kecelakaan ringan di PT Aqua Golden
Missisippi Bekasi?

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1

Tujuan Umum
Mengetahui

faktor-faktor

yang

berhubungan

dengan

kecelakaan ringan di PT Aqua Golden Missisipi Bekasi Tahun


2014.
1.4.2

Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran kecelakaan ringan di PT Aqua Golden
Missisipi Bekasi.
b. Mengetahui gambaran faktor karakteristik pekerja (usia, jenis
kelamin, lama kerja, pengetahuan, sikap, kepatuhan terhadap
SOP) di PT Aqua Golden Missisipi Bekasi.
c. Mengetahui

gambaran

faktor

manajemen

(reward

and

punishment, sosialisasi K3, pengawasan) di PT Aqua Golden


Missisipi Bekasi.
d. Mengetahui gambaran faktor lingkungan kerja (unit kerja dan
housekeeping) di PT Aqua Golden Missisipi Bekasi.
e. Mengetahui hubungan antara faktor karakteristik pekerja (usia,
jenis kelamin, lama kerja, pengetahuan, sikap, kepatuhan
terhadap SOP) dengan kecelakaan ringan di PT Aqua Golden
Missisippi Bekasi.

f. Mengetahui

hubungan

faktor

manajemen

(reward

and

punishment, sosialisasi K3, pengawasan) dengan kecelakaan


ringan di PT Aqua Golden Missisippi Bekasi.
g. Mengetahui hubungan faktor lingkungan kerja (unit kerja dan
housekeeping) dengan kecelakaan ringan di PT Aqua Golden
Missisippi Bekasi.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1

Manfaat Bagi Institusi Pendidikan


Menambah literatur di perpustakaan FKIK UIN Jakarta dan
sarana pengembangan pengetahuan tentang ilmu K3.

1.5.2

Manfaat Bagi Perusahaan


Hasil penelitian dapat dijadikan masukan dan bahan
pertimbangan bagi perusahaan dalam menentukan langkah-langkah
yang efektif untuk pencegahan kecelakaan kerja.

1.5.3

Manfaat Bagi Peneliti


Meningkatkan pengetahuan dan mengaplikasikan teori
kesehatan dan keselamatan kerja, serta sebagai bahan referensi
untuk peneliti selanjutnya.

1.6 Ruang Lingkup


Penelitian ini berjudul Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kecelakaan Ringan di PT Aqua Golden Missisipi Bekasi Tahun 2014.
Penelitian ini akan dilakukan di PT Aqua Golden Missisipi Bekasi pada
bulan April-Mei 2014. Penelitian ini dilakukan karena tingginya angka
kecelakaan ringan sehingga dapat mengetahui apakah faktor-faktor yang
berhubungan dengan kecelakaan ringan tersebut agar menjadi salah satu
cara mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang lebih berat. Penelitian ini
dilakukan dengan metode kuantitatif dan menggunakan pendekatan Cross
Sectional (potong lintang) melalui data primer dengan penyebaran
kuesioner dan observasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kecelakaan Kerja
2.1.1

Pengertian Kecelakaan Kerja


Menurut Sumamur (2006) kecelakaan adalah kejadian
yang tak terduga dan tidak diharapkan. Tak terduga karena tidak
terdapat unsur kesengajaan dan tidak diharapkan karena disertai
kerugian material ataupun penderitaan yang paling ringan sampai
yang paling berat. Menurut AS/NZS 4801 (2001) kecelakaan kerja
adalah setiap kejadian tidak terencana dan tidak terkontrol yang
disebabkan oleh manusia, faktor situasi atau lingkungan atau
merupakan kombinasi dari faktor-faktor tersebut yang menggangu
proses kerja yang mungkin berakibat atau tidak berakibat cedera,
kesakitan, kerusakan, dan kerugian lainnya.
Menurut Tarwaka (2008) kecelakaan kerja di industri dapat
dibagi menjadi dua kategori utama yaitu :
a. Kecelakaan industri (Industrial Accident) yaitu kecelakaan
yang terjadi di tempat kerja karena adanya potensi bahaya yang
tidak terkendali.
b. Kecelakaan di dalam perjalanan (Community Accident) yaitu
kecelakaan yang terjadi di luar tempat kerja dalam kaitannya
dengan adanya hubungan kerja.

2.1.2

Kecelakaan Dalam Konteks K3


Menurut Bird and Germain (1996) dalam konteks K3 ada
tiga jenis kecelakaan berdasarkan efek yang ditimbulkan, yaitu
incident (insiden), accident (kecelakaan), dan nearmiss (kejadian
hampir celaka).
2.1.2.1 Near Miss
Menurut OHSAS 18001 (2007) near miss adalah
insiden yang tidak menimbulkan cedera, penyakit akibat
kerja ataupun kefatalan (kematian). Akan tetapi pada
dasarnya near miss menunjukkan potensi kecelakaan yang
akan terjadi. Menurut Dupont International Company
(2011) near miss adalah kejadian yang tidak menghasilkan
kerusakan atau cedera tapi memiliki potensi untuk
menghasilkan kerusakan ataupun cedera. Sekitar 75% dari
kecelakaan berasal dari near miss yang dibiarkan.
Selanjutnya

menurut

Borg

(2002)

dalam

penelitiannya menggunakan metode Loss Causation


Models menyatakan jika setiap near miss dilaporkan dan
diidentifikasi maka 2 penyebab langsung, 2 penyebab
dasar

dan

satu

kesalahan

sistem

akan

diketahui.

Selanjutnya jika 60 near miss dilaporkan maka 300


penyebab akan teridentifikasi. Maka dengan demikian
terjadinya kecelakaan yang lebih parah dapat dicegah.

10

2.1.2.2 Accident
Menurut Germain (1998) accident mengacu pada
kejadian

yang

menimbulkan

kerugian.

Selanjutnya

menurut Dupont International Company (2011) accident


adalah peristiwa tidak diinginkan yang menimbulkan
kematian, sakit akibat penyakit, luka-luka/kerugian,
kerusakan alat yang menyebabkan kerugian.
2.1.2.3 Incident
Menurut Germain (1998) incident adalah kejadian
yang tidak diinginkan yang dapat menimbulkan kerugian,
disebut dapat karena bisa menimbulkan atau tidak
menimbulkan kerugian. Selanjutnya menurut Dupont
International Company incident adalah peristiwa yang
dapat atau tidak menghasilkan kerugian atau kerusakan
yang

tidak

dinginkan

(termasuk

hampir

celaka,

kecelakaan). Sehingga dapat disebutkan bahwa kejadian


near miss dan accident merupakan suatu incident.

2.1.3

Rasio Kecelakaan
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Heinrich dalam Bird
dan Germain (1990) yang dikutip oleh Sialagan (2008) tentang
perbandingan angka kecelakaan dijelaskan bahwa perbandingan
kejadian kecelakaan yaitu 300:29:1 yang berarti bahwa 300 near

11

miss dapat menimbulkan 29 kejadian cedera ringan, atau 1 kejadian


cedera serius/fatal. Heinrich menjelaskan bahwa suatu hal yang
sama yang menyebabkan near miss dapat menyebabkan cedera
serius di waktu mendatang. Perbandingan tersebut dapat dilihat
pada piramida berikut ini:
Gambar 2.1
Piramida Perbandingan Kecelakaan Kerja

1 : Cedera serius/fatal

29: Cedera ringan

300: Near miss


Sumber : The Heinrich Triangle dalam Sialagan (2008)
Selain itu Bird (1969) dalam Sialagan (2008) melakukan
analisis yang sama, tidak hanya cedera namun memasukkan
penyakit yang diderita akibat kecelakaan dan kerusakan barang.
Dari hasil penelitiannya diperoleh perbandingan 600:30:10:1 yang
berarti bahwa 600 near miss dapat menimbulkan 30 kejadian
kerusakan barang, 10 cedera atau penyakit ringan, atau 1 cedera
atau penyakit serius/fatal. Perbandingan tersebut dapat dilihat pada
piramida berikut ini:

12

Gambar 2.2
Piramida Perbandingan Kecelakaan Kerja

1 Cedera atau penyakit serius/fatal


10 Cedera atau penyakit ringan
30 Kerusakan barang

600 Near miss


Sumber : Bird (1969) dalam Sialagan (2008)
Selanjutnya studi oleh HSE Malaysia (1997) dalam Borg
(2002) diperoleh perbandingan 60:12:1 yang berarti bahwa setiap
60 near miss dapat menyebabkan 12 kerusakan barang, atau 1
cedera. Perbandingan tersebut dapat dilihat pada piramida berikut:
Gambar 2.3
Piramida Perbandingan Kecelakaan Kerja

1 Cedera
12 kerusakan barang

60 Near miss
Sumber : HSE Malaysia (1997) dalam Borg (2002)

13

Dari rasio-rasio tersebut dapat disimpulkan bahwa ada


hubungan dasar antara kejadian kecelakaan fatal, kejadian
kecelakaan ringan dan near miss. Untuk mendapatkan hasil terbaik
dalam pencegahan kecelakaan adalah memfokuskan pada semua
kejadian dengan tidak mengabaikan kejadian near miss. Investigasi
harus dilakukan pada semua level kejadian.

2.1.4

Klasifikasi Kecelakaan
Menurut ILO (1989) dalam Hiperkes (2008) klasifikasi
kecelakaan adalah sebagai berikut:
1. Klasifikasi menurut tipe kecelakaan
a. Orang terjatuh
b. Terpukul benda jatuh
c. Tersentuh/terpukul benda yang tidak bergerak
d. Terjepit di antara dua benda
e. Gerakan dipaksakan
f. Terkena suhu ekstrim
g. Tersengat arus listrik
h. Terkena bahan-bahan berbahaya atau radiasi
i. Lain-lain kecelakaan yag tidak masuk golongan ini
2. Klasifikasi kecelakaan menurut benda
a. Mesin
1) Penggerak utama kecuali motor listrik

14

2) Gigi tranmisi mesin


3) Mesin pemotong/pembentuk logam
4) Masin kayu
5) Mesin pertanian
6) Mesin pertambangan
7) Lain-lain yang tidak termsuk golongan ini
b. Alat pengangkat dan sarana angkutan
1) Mesin dan perlengkapan pengangkat
2) Pengangkut di atas rel
3) Alat pengangkut lainnya selain di atas rel
4) Pengangkut udara
5) Pengangkut perairan
6) Lain-lain sarana angkutan
c. Perlengkapan lainnya
1) Bejana tekanan
2) Dapur, oven, pembakaran
3) Pusat-pusat pendinginan
4) Instalasi listrik, termasuk motor listrik, tetapi tidak
termasuk peralatan listrik
5) Alat-alat listrik tangan
6) Alat-alat, perkakas, perlengkapan listrik
7) Tangga, jalur landai
8) Perancah

15

d. Material, bahan dan radiasi


1) Bahan peledak
2) Serbuk, gas, cairan dan bahan kimia
3) Pecahan terpelanting
4) Radiasi
5) Lain-lain
e. Lingkungan kerja
1) Di luar gedung
2) Di dalam gedung
3) Di bawah tanah
f. Lain-lain
1) Hewan
2) Lain-lain
3. Klasifikasi menurut jenis luka-luka
a. Fraktur/retak
b. Dislokasi
c. Terkilir
d. Gegar otak dan luka di dalam lainnya
e. Amputasi dan anukleasi
f. Luka-luka lainnya
g. Luka-luka ringan
h. Memar dan remuk
i. Terbakar

16

j. Keracunan
k. Pengaruh cuaca
l. Sesak napas
m. Akibat arus listrik
n. Akibat radiasi
o. Luka-luka majemuk lainnya
p. Lain-lain luka
4. Klasifikasi kecelakaan menurut lokasi luka pada bagian
a. Kepala
b. Leher
c. Badan
d. Tangan
e. Tungkai
f. Aneka lokasi
g. Luka-luka umum
h. Luka-luka lainnya

2.1.5

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecelakaan Ringan


Heinrich (1980) dalam Sumamur (2006) menjelaskan bahwa
suatu hal yang sama yang menyebabkan kecelakaan ringan dapat
menyebabkan cedera serius di waktu mendatang. Beberapa teori
menyebutkan tentang penyebab kecelakaan kerja sebagai berikut.

17

2.1.5.1 Teori Loss Causation Models


Teori Loss Causation Model berisi petunjuk yang
memudahkan untuk memahami bagaimana menemukan
faktor penting dalam rangka mengendalikan meluasnya
kecelakaan dan kerugian termasuk persoalan manajemen.
Bird dan Germain (1996) menjelaskan bahwa suatu
kerugian (loss) disebabkan oleh serangkaian faktor-faktor
yang berurutan yang terdiri dari:
a. Lack of Control (kurang kendali)
Penyebab lack of control yaitu:
i.

Inadequate programme, yaitu program yang tidak


bervariasi yang berhubungan dengan ruang lingkup.

ii. Inadequate programme standards, yaitu standar tidak


spesifik, standar tidak jelas atau tidak baik.
iii. Inadequate

compliance-with

standards,

yaitu

kurangnya pemenuhan standar.


b. Basic Causes, yaitu penyebab dasar terjadinya kecelakaan
disebabkan oleh personal factor seperti kondisi pekerja,
dan job factor seperti unit kerja.
c. Immediate Causes, yaitu penyebab langsung terjadinya
kecelakaan, meliputi faktor sub-standard dan faktor
kondisi. Faktor sub-standard diantaranya tindakan tidak
aman seperti tidak mematuhi standar operasional prosedur,

18

dan faktor kondisi seperti kebisingan, ventilasi dan


pencahayaan.
d. Accident, yaitu kecelakaan yang ditimbulkan.
e. Loss, yaitu kerugian yang ditimbulkan dari terjadinya
kecelakaan.
2.1.5.2 International Labour Organization (ILO)
Menurut

ILO

(1998)

faktor-faktor

penyebab

kecelakaan kerja yaitu:


a.

Faktor pekerja yaitu usia, jenis kelamin, lama kerja,


pendidikan, pengetahuan, keterampilan, jam kerja, shift
kerja, sikap, perilaku, kelelahan, dan kondisi fisik pekerja.

b.

Faktor

manajemen

manajemen,

yaitu

sosialisasi

kebijakan
K3,

SOP,

organisasi

atau

pelatihan,

dan

pengawasan.
c.

Faktor lingkungan kerja yaitu housekeeping, pencahayaan,


ventilasi, kebisingan, dan warna peringatan, tanda, label.
Beberapa penelitian menyebutkan tentang faktor-faktor

yang berhubungan dengan kecelakaan kerja. Arifin (2005) dalam


penelitiannya terhadap pekerja di PT Bukaka Teknik Utama,
Cilengsi menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pelatihan,
sosialisasi K3, dan kepatuhan menjalankan prosedur terhadap
tingginya kejadian kecelakaan kerja. Hernawati (2008) dalam
penelitiannya terhadap pekerja area pertambangan PT Antam Tbk

19

UBPE Pongkor menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara


umur dan unit kerja dengan kecelakaan kerja. Yuniarti (2006)
dalam penelitiannya terhadap pekerja di PT Indo-Bharat Rayon
menyatakan bahwa terdapat hubungan pengetahuan dan kebijakan
K3 terhadap kecelakaan kerja. Dari beberapa hasil penelitian
tersebut terdapat pola penyebab kecelakaan kerja yang sama yaitu
faktor manajemen, faktor pekerja dan faktor lingkungan kerja.

2.2 Faktor Karakteristik Pekerja


Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan
bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Secara garis besar
penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga
kerja dan bukan tenaga kerja.
2.2.1

Usia
Menurut Sumamur (2006) pengalaman untuk kewaspadaan
terhadap kecelakaan bertambah baik sesuai dengan usia, masa kerja
diperusahaan dan lamanya bekerja di tempat kerja yang
bersangkutan. Dengan bertambahnya usia seseorang maka akan
semakin waspada untuk menghindari kecelakaan kerja. Menurut
penelitian Hernawati (2008) pekerja berusia muda memiliki
kecenderungan terjadinya kecelakaan kerja.

20

2.2.2

Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan secara
fisik dan psikis, sehingga analisa kecelakaan kerja selalu melihat
jenis kelamin sebagai bagian yang penting. Perbedaan antara lakilaki dan perempuan bisa dilihat dari fisik seperti kemampuan otot,
daya tahan tubuh, postur dan sebagainya. Sehingga akan dapat
berhubungan dengan kejadian kecelakaan kerja tertentu. Menurut
penelitian Jawawi (2008) pekerja dengan jenis kelamin perempuan
lebih sering mengalami kecelakaan kerja.

2.2.3

Lama Kerja
Menurut Sajidi (2001) pekerja yang mempunyai masa kerja
yang lama akan mempunyai lebih banyak pengalaman dalam
bekerja dibandingkan dengan pekerja yang masa kerjanya belum
terlalu lama. Selanjutnya menurut Sumamur (2006) dalam suatu
perusahaan pekerja-pekerja baru yang kurang berpengalaman
sering mendapatkan kecelakaan, sehingga diperlukan perhatian
khusus. Hal ini memungkinkan bahwa pekerja yang masa kerjanya
lebih lama akan lebih kecil mengalami kecelakaan kerja dibanding
dengan pekerja yang masa kerjanya belum terlalu lama. Menurut
penelitian Lubis (2000) menyatakan bahwa pekerja yang memiliki
masa kerja baru lebih sering mengalami kecelakaan kerja.

21

2.2.4

Pengetahuan
Menurut Green (2005) pengetahuan merupakan salah satu
faktor penting dalam memotivasi seseorang dalam bertindak.
Perilaku seseorang yang didasari pengetahuan akan lebih bersifat
bertahan lama daripada perilaku seseorang tanpa didasari
pengetahuan. Menurut ILO (1998) pengetahuan yaitu pemahaman
pekerja mengenal tipe-tipe risiko yang terdapat di tempat kerja,
sumber pajanan dan faktor-faktor berbahaya yang berpotensi
menyebabkan terjadinya kerusakan atau cedera, sesuai dengan
tugasnya. Menurut penelitian Yuniarti (2006) pengetahuan dapat
mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Selanjutnya menurut
penelitian Yanti (2011) pengetahuan pekerja yang baik dapat
mengurangi terjadinya kecelakaan kerja.

2.2.5

Sikap
Menurut Azwar (2007 sikap adalah kecenderungan individu
untuk memahami, merasakan, bereaksi dan berperilaku terhadap
suatu objek yang merupakan hasil dari interaksi komponen
kognitif. Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan metode Skala
Likert. Metode ini yaitu dengan menempatkan pilihan terhadap
objek sikap dengan rentang satu sampai empat yaitu sangat
setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
Menurut penelitian Kurniawati (2013) pekerja yang memiliki sikap
negatif lebih sering mengalami kecelakaan kerja.

22

2.2.6

Kepatuhan Terhadap Prosedur


Menurut Geller (2001) kepatuhan adalah salah satu bentuk
perilaku yang dipengaruhi faktor internal maupun faktor eksternal
yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kepatuhan terhadap
prosedur yang berkaitan dengan keselamatan wajib dilakukan.
Prosedur itu antara lain adalah penggunaan peralatan keselamatan
kerja. Fungsi utama dari peralatan keselamatan kerja adalah
melindungi dari bahaya kecelakaan kerja dan mencegah akibat
lebih lanjut dari kecelakaan kerja. Menurut penelitian Arifin (2005)
kepatuhan menjalankan prosedur berhubungan dengan terjadinya
kecelakaan kerja.

2.3 Faktor Manajemen


Menurut OHSAS 18001 (2007) sistem manajemen K3 merupakan
bagian dari sistem manajemen organisasi yang digunakan untuk
mengembangkan dan menerapkan kebijakan K3 dan mengelola risiko.
Menurut Andi (2005) anggapan

tentang kecelakaan kerja yang

bersumber kepada tindakan yang tidak aman yang dilakukan pekerja


telah bergeser dengan anggapan bahwa kecelakaan kerja bersumber
kepada faktor-faktor organisasi atau manajemen. Pihak manajemen harus
bertanggungjawab terhadap keselamatan. Para pekerja dan pegawai
mestinya dapat diarahkan dan dikontrol oleh pihak manajemen sehingga
tercipta suatu kegiatan kerja yang aman.

23

2.3.1

Reward And Punishment


Menurut Skinner dalam Santrock (2007) reward merupakan
pengembalian yang bersifat positif dari perilaku yang diharapkan,
bisa berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Sedangkan
punishment adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas
terjadinya suatu perilaku,
kenaikan gaji,
reward

and

bisa berupa teguran, penundaan

dan penurunan jabatan. Menurut ILO (1998)


punishment

merupakan

salah

satu

kebijakan

manajemen yang dapat mengurangi terjadinya kecelakaan kerja.


2.3.2

Sosialisasi K3
Menurut ILO (1998) sosialisasi K3 sebagai salah satu
bagian dari propaganda atau kampanye K3 yang merupakan salah
satu jenis kependidikan selain pendidikan dan pelatihan. Meski
cara ini terbatas nilainya dalam merangsang dan menggairahkan
orang untuk bekerja dengan aman tetapi cara ini masih dipakai
secara luas di berbagai negara. Menurut penelitian Arifin (2005)
sosialisasi

K3

mempunyai

hubungan

terhadap

terjadinya

kecelakaan kerja.
Dalam UU No 1 Tahun 1970 pasal 14 ayat b disebutkan
bahwa salah satu kewajiban pengurus adalah memasang dalam
tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja
yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada

24

tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut


petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
2.3.3

Pengawasan
J.M Black (1971) dalam Utommi (2007) menyatakan
bahwa pengawasan
mengarahkan
pelatihan

yaitu

dan

adalah suatu pekerjaan yang berarti


memberi

nasihat

tugas,

kepada

menyediakan

individu

juga

intruksi,
termasuk

mendengarkan dan memecahkan masalah yang berhubungan


dengan pekerjaan serta menanggapi keluhan bawahan. Menurut
Utommi (2007) tujuan dari pengawasan yaitu memotivasi pekerja
bekerja secara benar dan memastikan pekerja tahu bagaimana
melakukan pekerjaannya.
Bird dan Germain (1996) menyebutkan bahwa supervisor
(pengawas)

memiliki

posisi

kunci

dalam

mempengaruhi

pengetahuan, sikap keterampilan, dan kebiasaan, akan keselamatan


setiap karyawan dalam suatu area tanggung jawabnya. Para
pengawas mengetahui lebih baik daripada pihak lain mengenai
diperhatikannya individu-individu, catatan cuti, kebiasaan bekerja,
perbuatan, keterampilan dalam bekerja. Menurut penelitian
Mauliku (2002) pengawasan dapat mempengaruhi terjadinya
kecelakaan kerja.

25

2.4 Faktor Lingkungan Kerja


Lingkungan kerja atau tempat kerja menurut Undang-Undang No 1
Tahun 1970 ayat 1 pasal 2 ialah tiap ruangan atau lapangan baik terbuka
atau tertutup, bergerak maupun menetap dimana terdapat tenaga kerja
yang bekerja atau sering dimasuki orang bekerja untuk keperluan suatu
usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya.
Sedangkan tempat kerja menurut OHSAS 18001 (2007) ialah lokasi
manapun yang bekaitan dengan aktivitas kerja di bawah kendali
organisasi (perusahaan).
2.4.1

Unit Kerja
Menurut Azwar (2007) unit kerja merupakan bagian kecil
dalam sebuah institusi barang atau jasa yang menjadi lokasi
seseorang pekerja melakukan pekerjaan. Penelitian yang dilakukan
oleh Hernawati (2008) menyatakan bahwa ada hubungan antara
unit kerja dengan kejadian kecelakaan kerja. Penelitian yang
dilakukan oleh Jawawi (2008) juga menyebutkan bahwa terdapat
hubungan antara unit kerja dengan kecelakaan kerja.

2.4.2

Housekeeping
Menurut

Sumamur

ketatarumahtanggaan

(2009)

merupakan

upaya

housekeeping
perusahaan

atau
dalam

menciptakan suatu lingkungan kerja yang aman dan nyaman,


meliputi penyimpanan peralatan kerja, pembuangan sampah
industri, dan ruangan kerja yang kering dan bersih. Housekeeping

26

dianggap sebagai kegiatan pencegahan sekaligus sebagai upaya


pengendalian.
kebersihan

Prinsip

tempat

umum
kerja

housekeeping

melainkan

juga

bukan

sekedar

mengupayakan

penempatan peralatan yang tepat,sesuai dan benar, mengutamakan


proses kerja berlangsung aman dan agar kegiatan dapat
berlangsung optimal, efisien dan efektif serta pencegahan
kecelakaan kerja.

27

2.5 Kerangka Teori


Berdasarkan beberapa teori yang telah dipaparkan diatas, kerangka teori yang digunakan pada penelitian ini mengacu
pada Teori Loss Causation Models Bird dan Germain (1996) dan ILO (1998) yang digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.4
Skema Kerangka Teori
Faktor Pekerja
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Lama kerja
d. Pendidikan
e. Pengetahuan
f. Keterampilan
g. Jam kerja
h. Shift kerja
i. Sikap
j. Kepatuhan
terhadap
prosedur
k. Kelelahan
l. Kondisi fisik pekerja

Faktor Manajemen
a.
b.
c.
d.
e.

Kebijakan manajemen
Sosialisasi K3
SOP
Pelatihan kerja
Pengawasan

Kecelakaan
Ringan
Faktor Lingkungan
a. Housekeeping
b. Kebisingan, ventilasi, suhu,
pencahayaan
c. Unit kerja

28

BAB III
KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konsep
Dalam penelitian ini, kerangka konsep yang digunakan mengacu pada
Teori Loss Causation Models Bird dan Germain (1996) dan ILO (1998).
Penyebab kecelakaan ringan adalah faktor pekerja, faktor manajemen, dan
faktor lingkungan. Kerangka konsep pada penelitian ini terdiri dari variabel
bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Variabel independen ini
meliputi faktor pekerja (lama kerja, usia, jenis kelamin, pengetahuan, sikap,
dan kepatuhan terhadap SOP) dan faktor manajemen (reward and punishment,
sosialisasi K3, dan pengawasan) serta faktor lingkungan kerja (unit kerja dan
housekeeping). Variabel dependen yaitu kecelakaan ringan. Beberapa faktor
seperti pelatihan, SOP, pendidikan, jam kerja, shift kerja, kondisi fisik pekerja
tidak diteliti dalam penelitian ini karena bersifat homogen. Faktor warna
peringatan, tanda, dan label tidak diteliti karena telah disediakan diseluruh
area kerja sesuai kebutuhan masing-masing. Sedangkan kebisingan, ventilasi,
suhu, dan pencahayaan tidak diteliti karena tidak melebihi NAB. Dalam
skema kerangka konsep dapat digambarkan sebagai berikut:

29

Gambar 3.1
Skema Kerangka Konsep

Faktor pekerja

Lama kerja
Usia
Jenis kelamin
Pengetahuan
Sikap
Kepatuhan terhadap
SOP

Faktor manajemen

Kecelakaan Ringan

Kebijakan
manajemen
(Reward and
Punishment)
Sosialisasi K3
Pengawasan

Faktor lingkungan kerja

Unit kerja
Housekeeping

30

3.2 Definisi Operasional


Tabel 3.1
Definisi Operasional
No
1

Variabel

Definisi

Alat ukur

Kecelakaan

Kejadian yang dialami responden Kuesioner

ringan

seperti

kesetrum,

Cara ukur
Wawancara

terjatuh, B6-B7

Hasil ukur
0. Pernah

Skala
Ordinal

1. Tidak pernah

terpeleset, dan kejadian lainnya


yang menimbulkan luka/cedera
ringan yang terjadi selama 6 bulan
terakhir penelitian.
2

Lama kerja

Lamanya responden bekerja di PT Kuesioner


Aqua Golden Missisippi Bekasi.

Usia

Wawancara

A4

Lamanya waktu hidup pekerja Kuesioner

0. Baru, jika median

Ordinal

1. Lama, jika > median

Wawancara

yang dihitung dari lahir sampai A2

0. Muda, jika median

Ordinal

1. Tua, jika > median

tahun 2014.
4

Jenis kelamin

Perbedaan biologis responden

Kuesioner
A3

31

Wawancara

0. Perempuan
1. Laki-laki

Nominal

Pengetahuan

Pemahaman responden terhadap Kuesioner


penyebab

kecelakaan

Wawancara

kerja, C8-C16

0. Pengetahuan

rendah, Ordinal

jika skor jawaban tepat

kebijakan K3, dan SOP.

dari

pertanyaan

pengetahuan mean
1. Pengetahuan tinggi, jika
skor jawaban tepat dari
pertanyaan pengetahuan
> mean

Sikap

Respon responden terhadap risiko Kuesioner


kecelakaan

kerja,

prosedur, D17-D26

Wawancara

0. Sikap negatif, jika skor Ordinal


jawaban dari pertanyaan
sikap mean

kebijakan keselamatan kerja dan


pencegahan kecelakaan kerja.

1. Sikap positif, jika skor


jawaban dari pertanyaan
sikap > mean

32

Kepatuhan

Tindakan

pekerja

terhadap

melaksanakan

atau

prosedur

melaksanakan

peraturan

untuk Kuesioner

Wawancara

tidak E27-E33

0. Tidak

patuh,

responden

dan

jika Ordinal

menjawab

tidak pada salah satu

prosedur kerja yang ditetapkan.

pertanyaan
1. Patuh,

jika

menjawab

responden
iya

pada

semua pertanyaan

Reward
punishment

dan Imbalan, balasan atau hukuman Kuesioner


yang

diterima

pekerja

jika G40-G43

Wawancara

0. Reward and punisment Ordinal


rendah, jika skor jawaban

melakukan tindakan sesuai atau

dari pertanyaan Reward

tidak

and punisment mean

sesuai

prosedur

dan

peraturan yang ada.

1. Reward and punisment


tinggi, jika skor jawaban
dari pertanyaan Reward
and punisment > mean

33

Sosialisasi K3

Penyampaian informasi mengenai Kuesioner

Wawancara

keselamatan kerja di tempat kerja H44-H53


melalui media cetak.

&

0. Sosialisasi rendah, jika Ordinal


skor

Observasi
oleh peneliti

jawaban

dari

pertanyaan sosialisasi K3
mean

Pedoman
observasi

1. Sosialisasi tinggi, jika


skor

jawaban

dari

pertanyaan sosialisasi K3
> mean

10

Pengawasan

Tindakan

pengawasan

yang Kuesioner

Wawancara

0. Pengawasan rendah, jika Ordinal

dilakukan oleh pihak manajemen I54-I60

skor

dalam

pertanyaan pengawasan

mendukung

melakukan

pekerjaan

pekerja

jawaban

dari

mean

sesuai

prosedur dan peraturan yang ada.

1. Pengawasan tinggi, jika


skor

jawaban

dari

pertanyaan pengawasan
> mean

34

11

Unit kerja

Bagian atau divisi tempat pekerja Kuesioner


bekerja.

Wawancara

A5

1. Hod

Ordinal

2. Iss
3. Hr
4. Wt
5. Teknik
6. Sps
7. Pretreatment
8. Gudang

12

Housekeeping

Kondisi

ketatarumahtanggan Kuesioner

lingkungan

kerja

yang

dapat J61-J69

menimbulkan kecelakaan ringa di


sekitar tempat kerja.

Wawancara

&
Pedoman
Observasi

0. Housekeeping
kondusif,

jika

tidak Ordinal
skor

Observasi

jawaban dari pertanyaan

oleh peneliti

houseekeping mean
1. Housekeeping kondusif,
jika skor jawaban dari
pertanyaan housekeeping
> mean

35

3.3 Hipotesis
a. Ada hubungan antara faktor pekerja (usia, jenis kelamin, lama
kerja, pengetahuan, sikap, dan kepatuhan terhadap prosedur)
dengan kecelakaan ringan PT Aqua Golden Missisipi Bekasi.
b. Ada hubungan antara faktor manajemen (reward and
punishment,

sosialisasi

K3,

dan

pengawasan)

dengan

kecelakaan ringan PT Aqua Golden Missisipi Bekasi.


c. Ada hubungan antara faktor lingkungan kerja (unit kerja dan
housekeeping) dengan kecelakaan ringan PT Aqua Golden
Missisipi Bekasi.

36

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan metode cross sectional karena
penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran dengan
mempelajari dinamika korelasi antara variabel independen dengan
variabel dependen dalam satu waktu. Menurut Murti (2006)
metode cross sectional yaitu mempelajari variabel yang termasuk
faktor resiko dan variabel yang termasuk efek diobservasi
sekaligus pada saat yang sama. Variabel independen dalam
penelitian ini adalah faktor pekerja (usia, jenis kelamin, lama kerja,
pengetahuan, sikap, kepatuhan terhadap SOP ), faktor manajemen
(reward and punishment, sosialisasi K3, dan pengawasan), dan
faktor lingkungan kerja (unit kerja dan housekeeping). Sedangkan
variabel dependen dalam penelitian ini adalah kecelakaan ringan.

4.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di PT Aqua Golden Missisipi
Bekasi, Jawa Barat pada Bulan April-Mei 2014.

37

4.3 Populasi Dan Sampel


4.3.1 Populasi
Menurut Murti (2006) populasi adalah keseluruhan
unit analisis yang karakteristiknya akan diduga. Anggota
unit populasi disebut elemen populasi. Populasi dalam
peneitian ini adalah seluruh pekerja produksi shift pagi di
PT Aqua Golden Missisipi Bekasi yang berjumlah 106.
4.3.2 Sampel
Menurut Murti (2006) sampel adalah sebagian
populasi

yang ciri-cirinya

diselidiki

atau

di

ukur.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan


sampel jenuh dimana sampel adalah seluruh pekerja shift
pagi yang berjumlah 106 orang. Alasan pengambilan
sampel ini adalah karena berdasarkan laporan kecelakaan
PT Aqua Golden Mississippi Bekasi kecelakaan ringan
paling sering terjadi pada pekerja shift pagi serta pihak
manajemen PT Aqua Golden Mississippi Bekasi hanya
memberikan izin peneliti untuk melakukan riset pada
pekerja shift pagi.

4.4 Cara Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang
digunakan yaitu penyebaran kuesioner dan observasi oleh peneliti.

38

4.5 Pengolahan Data


Setelah data diperoleh maka dilakukan pengolahan data
dengan urutan sebagai berikut:
a. Editing
Melakukan pemeriksaan terhadap jawaban pada kuesioner
dan memastikan bahwa semua variabel terisi .
b. Coding
Memberikan kode angka pada setiap variabel dalam
kuesioner untuk mempermudah proses entry dan analisis data.
c. Entry
Memasukkan data ke dalam program software statistik
SPSS agar dapat dilakukan analisis data.
d. Cleaning
Melakukan pengecekan ulang terhadap data yang telah di
entry untuk memastikan tidak ada kesalahan data

4.6 Instrumen Penelitian


4.6.1

Coding Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu kuesioner. Pertanyaan yang disajikan alternatif dua
jawaban atau lebih. Serta terdapat pedoman observasi untuk
variabel sosialisasi K3 dan housekeeping.
Untuk variabel kecelakaan ringan, dari tiap jawaban
yang menjawab tidak diberi nilai 1 dan dikategorikan tidak

39

pernah. Selanjutnya yang menjawab iya diberi nilai 0 dan


dikategorikan pernah mengalami kecelakaan ringan. Untuk
variabel jenis kelamin yang menjawab laki-laki akan diberi
nilai 0 dan perempuan diberi nilai 1. Sedangkan untuk
variabel unit kerja, pekerja akan diminta menjawab
kuesioner dengan mengisi sesuai unit kerjanya.
Untuk variabel lama kerja, jika jawaban

dari

pertanyaan lama kerja median dikategorikan baru dan


diberi nilai 0, dan jika jawaban dari pertanyaan lama kerja
> median dikategorikan lama dan diberi nilai 1. Nilai
median digunakan karena berdasarkan analisis data tidak
terdistribusi normal. Sedangkan untuk variabel usia jika
jawaban dari pertanyaan usia median dikategorikan muda
dan diberi nilai 0, sedangkan jika jawaban dari pertanyaan
usia > median dikategorikan tua dan diberi nilai 1. Nilai
median digunakan karena berdasarkan uji normalitas data
terbukti tidak terdistribusi normal.
Untuk variabel pengetahuan, jawaban dari tiap
pertanyaan yang jawabannya tepat benar diberi skor 1 dan
yang jawabannya tidak tepat diberi skor 0.

Jika skor

jawaban

dari

pertanyaan

pengetahuan

mean

dikategorikan pengetahuan rendah dan diberi nilai 0,


sedangkan jika skor jawaban dari pertanyaan pengetahuan
> mean dikategorikan pengetahuan tinggi dan diberi nilai 1.

40

Nilai mean digunakan karena berdasarkan uji normalitas


terbukti data terdistribusi normal.
Untuk variabel kepatuhan terhadap prosedur, jika
responden menjawab tidak pada salah satu pertanyaan atau
lebih maka akan diberi nilai 0 dan dikategorikan tidak
patuh, sedangkan jika responden menjawab iya pada semua
pertanyaan akan diberi nilai 1 dan dikategorikan patuh.
Untuk variabel sikap menggunakan empat alternatif
tanggapan dari setiap pernyataan kuesioner. Empat
alternatif jawaban yang dikemukakan serta bobotnya yaitu
sangat setuju (3), setuju (2), tidak setuju (1), sangat tidak
setuju (0). Jika skor jawaban dari pertanyaan sikap mean
dikategorikan memiliki sikap negatif dan diberi nilai 0,
sedangkan jika skor jawaban dari pertanyaan sikap > mean
dikategorikan memiliki sikap positif dan diberi nilai 1.
Nilai mean digunakan karena berdasarkan uji normalitas
terbukti data terdistribusi normal.
Untuk variabel sosialisasi K3 dari tiap pertanyaan
yang menjawab tidak mendapat skor 0 dan iya mendapat
skor 1. Jika skor jawaban pertanyaan dari sosialisasi K3
mean dikategorikan sosialisasi K3 rendah dan diberi nilai 0.
Sedangkan jika skor jawaban pertanyaan sosialisasi K3 >
mean dikategorikan sosialisasi K3 tinggi dan diberi nilai 1.

41

Nilai mean digunakan karena berdasarkan uji normalitas


terbukti data terdistribusi normal.
Untuk variabel housekeeping, pengawasasn, reward
and punishment dari tiap pertanyaan yang menjawab tidak
pernah mendapat skor (0), kadang-kadang (1), selalu (2).
Jika skor jawaban

pertanyaan dari housekeeping,

pengawasan, maupun reward and punishment

mean

sebagai berikut:
a. Variabel housekeeping dikategorikan tidak kondusif
dan diberi nilai 0.
b. Variabel pengawasan dikategorikan rendah dan diberi
nilai 0.
c. Variabel reward and punishment dikategorikan rendah
dan diberi nilai 0.
Sedangkan jika skor jawaban pertanyaan dari
housekeeping, pengawasan, reward and punishment > mean
dikategorikan sebagai berikut:
a. Variabel housekeeping dikategorikan kondusif dan
diberi nilai 1.
b. Variabel pengawasan dikategorikan tinggi dan diberi
nilai 1.
c. Variabel reward and punishment dikategorikan tinggi
dan diberi nilai 1.

42

Nilai mean digunakan karena berdasarkan uji


normalitas terbukti data terdistribusi normal.
Untuk observasi housekeeping dan sosialisasi K3
terdapat beberapa item yang diobservasi yaitu untuk
housekeeping terdapat 7 item sedangkan sosialisasi K3
terdapat 9 item. Pada pedoman observasi terdapat pilihan
jawaban iya dan tidak dimana cara menjawabnya dengan
memberi tanda chekclist (). Kemudian diberi skor 1 untuk
jawaban iya dan skor 0 untuk jawaban tidak. Berdasarkan
hasil obeervasi dan kuesioner data yang didapat adalah
sama. Data hasil observasi oleh peneliti sejalan dengan data
hasil kuesioner dari responden.

4.6.2

Validasi dan Uji Reliabilitas Instrumen


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner yang berisi sejumlah pertanyaan tertulis
yang didahulukan dengan uji validitas dan uji reliabilitas.
Uji validitas dan reliabilitas ini dilakukan sebelum
penelitian dilaksanakan. Hasil uji validitas dan reliabilitas
dapat dilihat pada tabel 4.1 dan 4.2 berikut ini.

Item
pertanyaan
Pengetahuan 1
Pengetahuan 2
Pengetahuan 3
Pengetahuan 4

Tabel 4.1
Uji Validitas Instrumen
R Hitung R Tabel
0,856
0,310
0,272
0,665

43

0,6319
0,6319
0,6319
0,6319

Tindakan

Valid
Ganti struktur pertanyaan
Ganti struktur pertanyaan
Valid

Pengetahuan 5
Pengetahuan 6
Pengetahuan 7
Sikap 1
Sikap 2
Sikap 3
Sikap 4
Sikap 5
Sikap 6
Sikap 7
Sikap 8
Sikap 9
Sikap 10
Kepatuhan
Reward 1
Reward 2
Reward 3
Reward 4
Sosialisasi 1
Sosialisasi 2
Sosialisasi 3
Sosialisasi 4
Sosialisasi 5
Sosialisasi 6
Sosialisasi 7
Sosialisasi 8
Sosialisasi 9
Pengawasan 1
Pengawasan 2
Pengawasan 3
Pengawasan 4
Pengawasan 5
Pengawasan 6
Pengawasan 7
Housekeeping 1
Housekeeping 2
Housekeeping 3
Housekeeping 4
Housekeeping 5
Housekeeping 6
Housekeeping 7
Housekeeping 8
Housekeeping 9

0,665
0,856
0,856
0,793
0,793
0,793
0,853
0,840
0,793
0,853
0,399
0,819
0.658
0,828
0,973
0,850
0,373
0,901
0,884
0,718
0,856
0,400
0,222
0,780
0,310
0,385
0,884
0,935
0,411
0,325
0,684
0,695
0,695
0,717
0,712
0,084
0,487
0,711
0,853
0,798
0,275
0,853
0,711

0,6319
0,6319
0,6319
0,6319
0,6319
0,6319
0,6319
0,6319
0,6319
0,6319
0,6319
0,6319
0,6319
0,6319
0,6319
0,6319
0,6319
0,6319
0,6319
0,6319
0,6319
0,6319
0,6319
0,6319
0,6319
0,6319
0,6319
0,6319
0,6319
0,6319
0,6319
0,6319
0,6319
0,6319
0,6319
0,6319
0,6319
0,6319
0,6319
0,6319
0,6319
0,6319
0,6319

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Ganti struktur pertanyaan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Ganti struktur pertanyaan
Valid
Valid
Valid
Valid
Ganti struktur pertanyaan
Ganti struktur pertanyaan
Valid
Ganti struktur pertanyaan
Ganti struktur pertanyaan
Valid
Valid
Ganti struktur pertanyaan
Ganti struktur pertanyaan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Ganti struktur pertanyaan
Ganti struktur pertanyaan
Valid
Valid
Valid
Ganti struktur pertanyaan
Valid
Valid

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa beberapa


item pertanyaan tidak valid sehingga perlu dilakukan
44

perubahan struktur pertanyaan pada masing-masing item


yang tidak valid tersebut.
Tabel 4.2
Uji Reliabilitas Instrumen
Cronbachs alpha R Tabel
Keterangan
0,974
0,6319
Reliabel
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai
Cronbachs alpha lebih besar dari nilai r tabel, sehingga
dapat disimpulkan bahwa item-item instrumen reliabel.

4.7 Analisis Data


4.7.1

Analisis univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan
karakteristik data setiap variable yang diteliti. Penyajian
data univariat berupa distribusi dan frekuensi variable
tersebut. Untuk observasi housekeeping dan sosialisasi K3
akan menjadi data cross check untuk data dari kuesioner.

4.7.2

Analisis bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan
antara variabel independen dan dependen. Analisis bivariat
dalam penelitian ini dengan uji Chi Square dengan melihat
hubungan antara variabel kategorik independen dan
variabel kategorik dependen. Tingkat kepercayaan pada
penelitian ini sebesar 95% dengan nilai 0,05. Jika P value
> 0.05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak
ada hubungan antara kedua variabel. Sebaliknya jika P

45

value 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima berarti


terdapat hubungan antara kedua variabel.

46

BAB V
HASIL
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
5.1.1

Profil Perusahaan
PT Aqua Golden Mississippi adalah perusahaan yang
bergerak di bidang produksi air minum dalam kemasan (AMDK)
yang didirikan oleh Tirto Utomo pada tahun 1973. PT Aqua
Golden Mississippi beralamat di Jalan Raya Bekasi Km 27 Pondok
Ungu Kec. Medan Satria Bekasi, Jawa Barat. PT Aqua Golden
Mississippi Bekasi merupakan salah satu cabang perusahaan Aqua
Group di bawah Perusahaan Danone yang mengaplikasikan Sistem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja berdasarkan
Standar Dupont International Company bernama Wise yang
memiliki 13 elemen yang wajib dilaksanakan, salah satunya adalah
elemen Investigasi Kecelakaan. PT Aqua Golden Mississippi
Bekasi terdiri dari 31 staff dan 176 pekerja produksi dengan 8 unit
kerja yaitu HOD, ISS, SPS, HR, Water Treatment, Teknik,
Gudang.

5.1.2

Gambaran Umum Proses Produksi


Dalam proses produksi terdapat beberapa langkah untuk
menghasilkan produk dengan kualitas tinggi dan terjamin dengan
sangat mengutamakan GMP (Good Manufacturing Proces). Hal ini
dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan dari konsumen akan
kualitas produk. PT Aqua Golden Mississippi Bekasi memproduksi
47

air minum dalam kemasan 750 ml dan kemasan galon. Berikut


gambaran beberapa proses produksi di PT Aqua Golden
Mississippi Bekasi.
A. Proses Pretreatment dan Water Treatment
Air

dari

sumber

dicek

(pretreatment)

keberadaan

kandungan chlorinnya. Jika terdapat chlorine maka air akan


ditolak dan dikembalikan ke sumber. Jika tidak mengandung
chlorine maka air akan disalurkan ke storage tank. Setelah itu
air akan melewati Cadrige Filter 40 mikron, selanjutnya
melewati penyaringan Cadrige Filter 5 mikron serta Cadridge
Filter 1 mikron. Hal ini dimaksudkan untuk menyaring
mikroorganisme dengan ukuran 40 mikron, 5 mikron, hingga 1
mikron. Setelah melalui proses penyaringan mikroorganisme
maka air kemudian berlanjut ke proses ultra violet dan injeksi
ozone lalu ke proses mixing yang disebut sebagai proses water
treatment. Selanjutnya produk masuk ke Finish Tank dan
dialirkan ke masing-masing Filler yaitu Filler Galon dan Filler
750.
Storage tank

Air dari sumber


Chlorine

Cadridge
filter 40
mikron

Cadridge
filter 5
mikron

Tolak dan kembali ke sumber


Ozone
Filler

Finish
tank

Mixing

Gambar 4.2
Bagan Proses Produksi Air

48

Ultra
Violet

Cadridge
filter 1
mikron

Keterangan Tambahan
Dikotakin
: alat/mesin
Tidak dikotakin
: manusia

B. Proses Produksi Air Galon 19L (HOD)


1. Visual Control
Galon kosong dari konsumen dicek terlebih dahulu
sebelum masuk ke ruang produksi. Galon masuk ke proses
visual control kosong diperiksa secara fisik, dikelompokkan
menjadi:
a.

Bau

b.

Kotor bagian dalam

c.

Kotor bagian luar

d.

Lumut

e.

Cat dan Label

2. Treatment Galon
Galon dari konsumen yang telah melalui proses
visual control selanjutnya masuk ke proses treatment galon.
Pada proses ini galon dicuci dan dibersihkan. Proses
pencucian dan pembersihan galon dikerjakan manual oleh
pekerja. Pada proses pencucian galon untuk kategori lumut
dan bau diberi bahan tambahan yaitu HCl dengan kadar
5%-10%. Galon yang kotor bagian dalam dan kotor bagian
luar dibersihkan dan disikat dengan sabun detergen biasa.
Sedangkan galon yang ada cat dan label rusak akan

49

dibersihkan dan diilangkan catnya dengan pisau lalu label


diganti dengan label yang baru.
3. Visual Control Galon
Galon dari konsumen yang sudah masuk ke tahap
treatment kemudian diperiksa lagi di visual control galon
seperti retak dasar, retak badan dan cat. Setelah itu galon
yang sudah lolos dalam visual control galon akan masuk ke
dalam mesin washer.
4. Washer
Galon yang telah melalui proses visual control
galon baik galon bekas dari konsumen maupun galon baru
yang diorder dari Citeurep akan dicuci dan dibersihkan lagi
di dalam mesin washer dengan tambahan detergen Mipcip
dengan suhu 55-75 C. Jika suhu yang digunakan semakin
tinggi maka detergen yang digunakan akan semakin sedikit.
Setelah itu galon menuju Filler untuk diisi dengan air
produk.
5. Filler
Setelah galon dicuci dengan washer maka galon
menuju Filler. Di dalam ruangan Filler hanya ada satu
pekerja yang bertugas. Sebelum memasuki area Filler
pekerja harus mandi di tempat yang sudah disediakan dan
memakai jas khusus. Hal ini dimaksudkan agar pekerja

50

steril dan bebas dari bakteri dan virus sehingga produk


terhindar dari kontaminasi.
6. Cupper
Galon

yang

telah

diisi

dengan

air

produk

selanjutnya menuju mesin Cupper dimana galon diberi


tutup. Untuk saat ini cupper atau penutup botol galon
diproduksi oleh perusahaan lain dari Cikarang atau
Tangerang.
7. Coding
Galon yang telah diberi tutup kemudian dikoding
sebagai salah satu syarat produk dapat dipasarkan.
8. Visual Control
Kemasan galon dicek kembali pada proses visual
control untuk memastikan apakah masih ada kekurangan
atau cacat pada kemasan. Kemasan yang cacat akan direjek
dan kemasan yang lolos visual control akan masuk ke
proses Packing.
9. Packing
Kemasan galon yang sudah melalui proses visual
control kemudian di Packing dan disusun ke dalam truk
pengangkut untuk kemudian disalurkan ke konsumen.

51

Gallon masuk

Visual gallon

Filler

Washer

Visual control

Cupper

Treatment gallon

Visual control galon

Coding

Packing

Gambar 4.3
Bagan Proses Isi Ulang Galon
Keterangan Tambahan
Dikotakin
: alat/mesin
Tidak dikotakin
: manusia

C. Proses Produksi Kemasan 750


1. Infeed Botol
Botol kemasan 750 untuk saat ini botol berasal dari
Bandung, untuk pengecekan kualitas dan hygine botol
dilakukan langsung oleh pihak Aqua Bekasi baik sebelum
dan sesudah masuk ke pabrik. Botol 750 yang tidak
memenuhi syarat akan direjek dan dikembalikan ke
supliyer dan botol yang memenuhi syarat akan disimpan di
gudang.
2. Washer
Pada saat produksi botol 750 akan masuk ruang
steril. Selanjutnya botol menuju mesin washer.Air untuk
mencuci botol adalah air produk dengan lama pencucian
sekitar 10 detik.

52

3. Filler dan Cupper


Botol yang sudah dicuci akan langsung menuju
Filler untuk diisi dengan air produk, sekaligus menuju
cupper untuk penutupan botol. Pada proses ini hanya 2
pekerja yang bertugas. Pekerja sebelumnya harus masuk
ruang steril dan diuap untuk memastikan pekerja bebas dari
bakteri dan virus untuk menghindari kontaminasi produk.
4. Label
Setelah proses Filler dan Cupper selanjutnya
kemasan produk 750 kemudian diberi label perusahaan
yang dikerjakan secara manual.
5. Visual isi botol
Selanjutnya kemasan 750 akan menuju proses visual
isi botol untuk memastikan apakah ada kemasan yang cacat
atau rusak. Jika kemasan cacat atau rusak maka produk
akan direjek sedangkan produk yang memenuhi syarat akan
menuju proses selanjutnya.
6. Packing
Kemasan 750 yang lolos melalui proses visual isi
botol kemudian dipacking dan disusun ke dalam kardus.
Untuk saat ini kardus diorder dari Cikarang.
7. Palleting
Kardus yang telah terisi kemasan produk 750
kemudian masuk ke proses palleting kardus kemasan.

53

Setelah itu kardus yang berisi kemasan 750 siap dikirim


dan disalurkan ke konsumen.
Washer

Infeed botol

Labelling

Filler

Palleting

Packing

Visual Isi Botol

Gambar 4.4
Bagan Proses Produksi Kemasan 750
Keterangan Tambahan
Dikotakin
: alat/mesin
Tidak dikotakin
: manusia

5.2 Hasil Penelitian


5.2.1

Analisis Univariat
A. Gambaran Umum Kecelakaan Ringan di PT Aqua Golden
Mississippi Bekasi
Distribusi kecelakaan ringan di PT Aqua Golden
Missisippi Bekasi dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut.

No
1
2

Tabel 5.1
Distribusi Kecelakaan Ringan di PT Aqua Golden
Mississippi Bekasi Tahun 2014
Kecelakaan Ringan
Jumlah
Presentase
Iya
62
58,5
Tidak
44
41,5
Total
106
100
Berdasarkan tabel 5.1 dapat disimpulkan bahwa

responden yang mengalami kecelakaan ringan lebih banyak


yaitu berjumlah 62 orang (58,5%).
B. Gambaran Umum Faktor Pekerja di PT Aqua Golden
Mississippi Bekasi
Distribusi responden pada faktor pekerja di PT Aqua
Golden Missisippi Bekasi dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut.
54

Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Pekerja di PT
Aqua Golden Mississippi Bekasi Tahun 2014
No
Faktor Pekerja
Jumlah
Presentase
1
Usia
Muda
60
56,5
Tua
46
43,3
2
Jenis Kelamin
Perempuan
44
41,5
Laki-laki
62
58,5
3
Lama kerja
Baru
57
53,8
Lama
49
46,2
4
Pengetahuan
Rendah
65
61,3
Tinggi
41
38,7
5

Sikap

Negatif
Positif
Kepatuhan terhadap SOP
Tidak patuh
Patuh

56
50

52,8
47,2

73
33

68,9
31,1

1. Usia
Berdasarkan tabel 5.2 dapat disimpulkan bahwa
responden yang memiliki usia kategori muda lebih banyak
yaitu berjumlah 60 orang (56,5%).
2. Jenis Kelamin
Berdasarkan tabel 5.2 dapat disimpulkan bahwa
responden yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak
yaitu berjumlah 62 orang (58,5%).
3. Lama kerja
Berdasarkan tabel 5.2 dapat disimpulkan bahwa
responden yang memiliki kategori baru bekerja lebih
banyak yaitu berjumlah 57 orang (53,8%).

55

4. Pengetahuan
Berdasarkan tabel 5.2 dapat disimpulkan bahwa
responden yang memiliki pengetahuan rendah lebih banyak
yaitu berjumlah 65 orang (61,3%).
5. Sikap
Berdasarkan tabel 5.2 dapat disimpulkan bahwa
responden yang memiliki sikap negatif lebih banyak yaitu
berjumlah 56 orang (52,8%).
6. Kepatuhan Terhadap SOP
Berdasarkan tabel 5.2 dapat disimpulkan bahwa
responden yang tidak patuh terhadap SOP lebih banyak
yaitu berjumlah 73 orang (68,9%).
C. Gambaran Umum Faktor Manajemen di PT Aqua Golden
Mississippi Bekasi
Distribusi responden pada faktor manajemen di PT
Aqua Golden Missisippi Bekasi dapat dilihat pada tabel 5.3
berikut.
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Manajemen di
PT Aqua Golden Mississippi Bekasi Tahun 2014
No
Faktor Manajemen
Jumlah
Presentase
1
Reward and punishment
Rendah
66
62,3
Tinggi
40
37,7
2
Sosialisasi K3
Rendah
62
58,5
Tinggi
44
41,5
3
Pengawasan
Rendah
61
57,5
Tinggi
45
42,5

56

1. Reward and Punishment


Berdasarkan tabel 5.3 dapat disimpulkan bahwa
responden yang menjawab reward and punishment rendah
lebih banyak yaitu berjumlah 66 orang (62,3%).
2. Sosialisasi K3
Berdasarkan tabel 5.3 dapat disimpulkan bahwa
responden yang menjawab sosialisasi K3 rendah lebih
banyak yaitu berjumlah 58 orang (58,5%). Selain itu
berdasarkan hasil observasi ditemukan beberapa hal seperti
tanda peringatan yang tidak jelas dan susah dibaca, job
safety analysis yang sulit dibaca karena tulisan pada kertas
sudah mulai pudar dan basah, serta poster kurang menarik
dan kurang sesuai dengan jenis pekerjaan yang ada.
3. Pengawasan
Berdasarkan tabel 5.3 dapat disimpulkan bahwa
responden yang menjawab pengawasan rendah lebih
banyak yaitu berjumlah 61 orang (57,5%).
D. Gambaran Umum Faktor Lingkungan Kerja di PT Aqua
Golden Mississippi Bekasi
Distribusi responden pada faktor lingkungan kerjadi PT
Aqua Golden Missisippi Bekasi dapat dilihat pada tabel 5.4
berikut.

57

Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Lingkugan
Kerja di PT Aqua Golden Mississippi Bekasi Tahun 2014
No Faktor Lingkungan Kerja Jumlah
Presentase
1
Unit kerja
HOD
41
38,7
ISS
10
9,4
HR
7
6,6
WT
5
4,7
Teknik
10
9,4
SPS
17
16
Pretreatment
8
7,5
Gudang
8
7,5
2
Housekeeping
Tidak kondusif
55
51,9
Kondusif
51
48,1
1. Unit Kerja
Berdasarkan tabel 5.4 dapat disimpulkan bahwa
responden pada unit kerja HOD lebih banyak yaitu
berjumlah 41 orang (38,7%).
2. Housekeeping
Berdasarkan tabel 5.4 dapat disimpulkan bahwa
responden yang menjawab housekeeping tidak kondusif
lebih banyak yaitu berjumlah 55 orang (51,9%). Selain itu
berdasarkan hasil observasi ditemukan beberapa hal seperti
terhalangnya beberapa akses jalan oleh material yang
mengganggu, jalanan licin dan ada genangan air, tidak
dibedakannya tempat sampah untuk material cair dan padat,
penempatan barang seperti galon yang melebihi kapasitas,
serta beberapa material yang tidak digunakan tetap
diletakkan di tempat kerja.

58

5.2.2

Analisis Bivariat
A. Hubungan Faktor Pekerja dengan Kecelakaan Ringan di
PT Aqua Golden Mississippi Bekasi
Hubungan faktor pekerja dengan kejadian near miss di
PT Aqua Golden Missisippi Bekasi dapat dilihat pada tabel 5.5
berikut.
Tabel 5.5
Hubungan Faktor Pekerja dengan Kecelakaan Ringan di
PT Aqua Golden Mississippi Bekasi Tahun 2014
Faktor Pekerja
Kecelakaan Ringan
Total
P value
Iya
Tidak
N
%
N
%
N
%
Usia
Muda
35
58,3
25
41,7
60
100
1,000
Tua
27
58,7
19
41,3
46
100
Jenis Kelamin
Laki-laki
32
51,6
30
48,4
62
100
0,132
Perempuan
30
68,2
14
31,8
44
100
Lama Kerja
Baru
33
57,9
24
42,1
57
100
1,000
Lama
29
59,2
20
40,8 49
100
Pengetahuan
Rendah
48 73,8
17
26,2
65
100
0,000
Tinggi
14 34,1
27
65,9
41
100
Sikap
Negatif
41
73,2
15
26,8
56
100
0,002
Positif
21
42,0
29
58
50
100
Kepatuhan
Terhadap
Prosedur
Tidak patuh
52
71,2
21
28,8
73
100
0,000
Patuh
10
30,3
23
69,7 33
100

1. Hubungan Usia Dengan Kecelakaan Ringan di PT Aqua


Golden Mississippi Bekasi
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa
responden yang berusia tua lebih banyak mengalami
kecelakaan ringan (58,7%) daripada responden yang

59

berusia muda (58,3%). Hasil uji Chi Square menunjukan


tidak ada hubungan yang bermakna antara usia dengan
kecelakaan ringan (P value 1,000).
2. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Kecelakaan Ringan
di PT Aqua Golden Mississippi Bekasi
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa
responden berjenis kelamin perempuan lebih banyak
mengalami kecelakaan ringan (68,2%) daripada responden
berjenis kelamin laki-laki (51,6%). Hasil uji Chi Square
menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara
jenis kelamin dengan kecelakaan ringan(P value 0,132).
3. Hubungan Lama Kerja Dengan Kecelakaan Ringan di
PT Aqua Golden Mississippi Bekasi
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa
responden yang lama bekerja lebih banyak mengalami
kejadian near miss (59,2%) daripada responden yang
memiliki baru bekerja (57,9%). Hasil uji Chi Square
menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara
lama kerja dengan kejadian near miss (P value 1,000).
4. Hubungan Pengetahuan Dengan Kecelakaan Ringan di
PT Aqua Golden Mississippi Bekasi
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa
responden yang memiliki pengetahuan rendah lebih banyak
mengalami kecelakaan ringan (73,8%) daripada responden
yang memiliki pengetahuan tinggi (26,2%). Hasil uji Chi

60

Square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara


pengetahuan dengan kecelakaan ringan (P value 0,000).
5. Hubungan Sikap Dengan Kecelakaan Ringan di PT
Aqua Golden Mississippi Bekasi
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa
responden yang memiliki sikap negatif lebih banyak
mengalami kecelakaan ringan (73,2%) daripada responden
yang memiliki sikap positif (42,0%). Hasil uji Chi Square
menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara sikap
dengan kecelakaan ringan (P value 0,002).
6. Hubungan Kepatuhan Terhadap Prosedur Dengan
Kecelakaan Ringan di PT Aqua Golden Mississippi
Bekasi
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa
responden yang tidak patuh terhadap SOP lebih banyak
mengalami kecelakaan ringan (71,2%) daripada responden
yang patuh terhadap SOP (30,3%). Hasil uji Chi Square
menunjukkan ada hubungan

yang bermakna antara

kepatuhan terhadap SOP dengan kecelakaan ringan (P


value 0,000).
B. Hubungan Faktor Manajemen dengan Kecelakaan Ringan
di PT Aqua Golden Mississippi Bekasi
Hubungan Faktor Manajemen dengan kecelakaan
ringan di PT Aqua Golden Missisippi Bekasi dapat dilihat pada
tabel 5.6 berikut.

61

Tabel 5.6
Hubungan Faktor Manajemen dengan Kecelakaan Ringan
di PT Aqua Golden Mississippi Bekasi Tahun 2014
Faktor
Kecelakaan Ringan
Total
P value
Manajemen
Iya
Tidak
N
%
N
%
N
%
Reward and
punishment
Rendah
39
59,1
27
40,9
66
100
1,000
Tinggi
23
57,5
17
42,5
40
100
Sosialisasi K3
Rendah
38
61,3
24
38,7
58
100
0,621
Tinggi
24
54,5
20
45,5
48
100
Pengawasan
Rendah
42
68,9
19
31,1
61
100
0,020
Tinggi
20
44,4
25
55,6
45
100
1. Hubungan Reward And Punishment Dengan Kecelakaan
Ringan di PT Aqua Golden Mississippi Bekasi
Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa
responden yang menjawab reward and punishment rendah
lebih banyak mengalami kecelakaan ringan (59,1%)
daripada
punishment

responden

yang

tinggi

(57,5%).

menjawab
Hasil

uji

reward
Chi

and

Square

menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara


reward and punishment dengan kecelakaan ringan (P value
1,000)
2. Hubungan Sosialisasi K3 dengan Kecelakaan Ringan di
PT Aqua Golden Mississippi Bekasi
Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa
responden yang menjawab sosialisasi K3 rendah lebih
banyak mengalami kecelakaan ringan (61,3%) daripada
responden yang menjawab sosialisasi K3 tinggi (54,5%).

62

Hasil uji Chi Square menunjukkan tidak ada hubungan


yang bermakna antara sosialisasi K3 dengan kecelakaan
ringan (P value 0,621).
3. Hubungan Pengawasan dengan Kecelakaan Ringan di
PT Aqua Golden Mississippi Bekasi
Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa
responden yang menjawab pengawasan rendah lebih
banyak mengalami kecelakaan ringan (68,9%) daripada
responden yang menjawab pengawasan tinggi (44,4%).
Hasil uji Chi Square menunjukkan ada hubungan yang
bermakna antara pengawasan dengan kecelakaan ringan (P
value 0,020).
C. Hubungan Faktor Lingkungan Kerja dengan Kecelakaan
Ringan di PT Aqua Golden Mississippi Bekasi
Hubungan antara Faktor lingkugan kerja dengan
kecelakaan ringan di PT Aqua Golden Missisippi Bekasi dapat
dilihat pada tabel 5.7 dan 5.8 berikut.
1. Hubungan Unit Kerja Dengan Kecelakaan Ringan di
PT Aqua Golden Missisippi Bekasi.
Hubungan antara unit kerja dengan kecelakaan
ringan di PT Aqua Golden Missisippi Bekasi dapat dilihat
pada tabel 5.7 berikut.

63

Tabel 5.7
Hubungan Unit Kerja dengan Kecelakaan Ringan di PT
Aqua Golden Mississippi Bekasi Tahun 2014
Unit kerja
Kecelakaan Ringan
Total
Iya
Tidak
N
%
N
%
N
%
HOD
23
56,1
18
43,9
41
100
ISS
7
70,0
3
30,0
10
100
HR
1
14,3
6
85,7
7
100
WT
2
40,0
3
60,0
5
100
Teknik
8
80,0
2
20,0
10
100
SPS
11
64,7
6
35,3
17
100
Pretreatment
5
62,5
3
37,5
8
100
Gudang
5
62,5
3
37,5
8
100
Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa unit
kerja yang paling sering mengalami kecelakaan ringan
adalah unit kerja teknik (80%) sedangkan unit kerja yang
paling sedikit mengalami kecelakaan ringan adalah unit
kerja HR (14,3%). Hasil uji Chi Square menunjukan tidak
ada hubungan yang antara unit kerja dengan kecelakaan
ringan (P value 0,240).
2. Hubungan Housekeeping dengan Kecelakaan Ringan di
PT Aqua Golden Mississippi Bekasi
Hubungan antara housekeeping dengan kecelakaan
ringan di PT Aqua Golden Missisippi Bekasi dapat dilihat
pada tabel 5.8 berikut.
Tabel 5.8
Hubungan Housekeeping dengan Kecelakaan Ringan di PT
Aqua Golden Mississippi Bekasi Tahun 2014
Housekeeping
Kecelakaan Ringan
Total
Iya
Tidak
N
%
N
%
N
%
38
69,1
17
30,9
55
100
Tidak kondusif
24
47,1
27
52,9
51
100
Kondusif

64

P value

0,035

Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui bahwa responden


yang menjawab housekeeping tidak kondusif lebih banyak
mengalami kecelakaan ringan (69,1%) daripada responden
yang menjawab housekeeping kondusif (47,1%). Hasil uji
Chi Square menunjukkan ada hubungan yang bermakna
antara housekeeping dengan kecelakaan ringan (P value
0,035).

65

BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu sebagai berikut.
a. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang terdiri
dari beberapa pertanyaan yang cukup banyak sehingga ada
kemungkinan responden menjawab subjektif dan kurang teliti yang
dapat mempengaruhi kualitas data.
b. Instrumen pengetahuan belum dikembangkan secara maksimal oleh
peneliti.
c. Instrumen sosialisasi K3 dikembangkan secara general oleh peneliti
seharusnya dikembangkan per unit kerja.

6.2 Kejadian Kecelakaan Ringan


Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1 dapat dilihat bahwa
kecelakaan ringan di PT Aqua Golden Mississippi Bekasi adalah sebanyak
62 kasus, dari semua kasus yang terjadi fakta ini masih menunjukkan
jumlah yang cukup tinggi. Jenis kecelakaan ringan yang sering terjadi
seperti terpeleset, kesandung, terbentur, dan terjatuh.
Walaupun kejadian yang sering terjadi masih dalam kategori
ringan akan tetapi hal ini harus tetap menjadi perhatian perusahaan karena
di waktu mendatang kejadian ini akan dapat menghasilkan kecelakaan
kerja yang lebih berat. Kasus kecelakaan mempunyai bentuk seperti
piramida. Berdasarkan penelian Bird (1969) dalam Sialagan (2008) suatu
66

kejadian kecelakaan fatal, biasanya didahului dengan adanya 10 kali


kecelakaan ringan. Dan 10 kecelakaan ringan itupun sebelumnya juga
didahului oleh adanya 30 kecelakaan yang mengakibatkan rusaknya
peralatan. Sedangkan 30 kecelakaan yang berakibat rusaknya peralatan
muncul setelah andanya 600 kejadian near miss. Kecelakaan ringan yang
terjadi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor pekerja, faktor
manajemen, dan faktor lingkungan kerja. Hal ini sesuai dengan teori ILO
(1998) yang menyebutkan bahwa penyebab kecelakaan kerja adalah faktor
pekerja, faktor lingkungan kerja dan faktor manajemen.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa pekerja yang
berusia muda lebih banyak daripada pekerja berusia tua, pekerja berjenis
kelamin laki-laki lebih banyak daripada pekerja perempuan, pekerja yang
baru bekerja lebih banyak daripada pekerja yang sudah lama bekerja,
pekerja dengan pengetahuan rendah lebih banyak, pekerja dengan sikap
negatif lebih banyak, pekerja yang tidak patuh terhadap prosedur lebih
banyak, pekerja yang menyatakan reward and punishment rendah lebih
banyak, pekerja yang menyatakan sosialisasi K3 rendah lebih banyak,
pekerja yang menyatakan pengawasan rendah lebih banyak, pekerja yang
menyatakan housekeeping tidak kondusif lebih banyak.
PT Aqua Golden Mississippi Bekasi telah menerapkan programprogram keselamatan kerja. Hal ini terbukti dengan adanya kebijakan K3
yang dibuat oleh perusahaan. Kebijakan ini dibuat sebagai landasan bagi
perusahaan dalam menetapkan program keselamatan sesuai dengan semua
unit yang ada di perusahaan. Program keselamatan dibuat agar pekerja

67

aman dan bekerja sesuai dengan standar keselamatan yang berlaku,


sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Program tersebut
seperti pelatihan K3, pengawasan, behavior audit, dan investigasi insiden.
Selain itu PT Aqua Golden Mississippi Bekasi seharusnya meningkatkan
pengetahuan pekerja, membentuk sikap yang positif bagi pekerja,
membuat peraturan dan prosedur K3 yang lebih tegas, pengawasan dan
menciptakan housekeeping yang kondusif dengan rutin melakukan
inspeksi housekeeping.

6.3 Hubungan Faktor Karakteristik Pekerja dengan Kecelakaan Ringan


6.3.1 Hubungan Usia Dengan Kecelakaan Ringan
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.2 dapat dilihat
bahwa responden yang memiliki usia muda lebih banyak daripada
responden yang berusia tua. Selain itu berdasarkan hasil penelitian
pada tabel 5.5 responden yang berusia tua lebih banyak mengalami
kecelakaan ringan daripada resonden yang berusia muda. Hasil uji
Chi Square menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara usia
dengan kecelakaan ringan. Dengan demikian, hipotesis tidak terbukti
dengan tidak ditemukannya hubungan yang bermakna antara usia
dengan kecelakaan ringan.
Menurut Hurlock (1994) dalam Helliyanti (2009) semakin
tua usia seseorang akan mengalami penurunan fungsi fisiologis,
fungsi batin, dan fisik sehingga kemampuan untuk menyerap ilmu
juga menurun jika dibandingkan golongan usia muda sehingga

68

semakin rentan pula mengalami kecelakaan kerja. Tingkat prestasi


kerja mulai meningkat bersamaan dengan meningkatnya umur, untuk
kemudian menurun menjelang usia tua. Dalam hal ini, peningkatan
prestasi terjadi saat pekerja berumur muda dan menurun saat mereka
berumur tua. Hunter (1975) dalam Hernawati (2008) juga
berpendapat bahwa golongan umur tua mempunyai kecenderungan
yang lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan akibat kerja
dibandingkan dengan golongan umur muda karena umur muda
mempunyai reaksi dan kegesitan yang lebih tinggi.
Sebaliknya menurut Tresnaningsih (1991) dalam Hernawati
(2008) umur muda sering mengalami kasus kecelakaan kerja karena
kurang perhatian, kurang disiplin, cenderung menuruti kata hati,
ceroboh,

dan

tergesa-gesa.

Selanjutnya

Sumamur

(2006)

mengatakan bahwa pengalaman untuk kewaspadaan terhadap


kecelakaan bertambah baik sesuai dengan usia, masa kerja
diperusahaan

dan

lamanya

bekerja

di

tempat

kerja

yang

bersangkutan. Dengan demikian, pendapat Sumamur (2006) tidak


sesuai dengan penelitian ini. Penelitian ini juga tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Hernawati (2008) terhadap pekerja
area pertambangan PT Antam Tbk UBPE Pongkor dari hasil analisis
statistik menggunakan chi square menunjukkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara umur dengan kecelakaan kerja
Selanjutnya pekerja yang berumur muda masih baru dan
memiliki semangat yang tinggi untuk menunjukkan hasil kerja yang

69

maksimal dalam meningkatkan peluang karir yang lebih baik. Oleh


sebab itu, pekerja berusia muda menjaga kinerja dan produktivitas
dengan menghindari kecelakaan ringan. Namun pekerja berumur
muda pun sering mengalami kecelakaan kerja karena kecerobohan
dan sikap tergesa-gesa.
Sebaliknya pekerja yang berusia tua cenderung akan
berkurang kewaspadaannya terhadap bahaya disekitarnya serta
kondisi fisik yang melemah sehingga lebih rentan mengalami
kecelakaan kerja. Pada saat muda pekerja cenderung bertambah
tingkat kewaspadaan terhadap kecelakaan tetapi pada pekerja usia
tua justru berkurang tingkat kewaspaadaan akan kecelakaan karena
mereka merasa terbiasa dan telah mengenal dengan baik area dan
proses kerja serta cenderung meremehkan bahaya yang ada. Pekerja
berusia muda akan lebih mudah berkonsentrasi dan fokus terhadap
pekerjaan yang dilakukan karena daya ingat yang lebih baik.
Sedangkan pekerja berusia tua akan melemah daya ingatnya seiring
bertambahnya usia, sehingga fokus dan konsentrasi akan berkurang.
Tidak adanya hubungan antara usia pekerja dengan
kecelakaan ringan mungkin dapat disebabkan oleh data yang
menunjukkan bahwa pekerja berusia muda dan mengalami
kecelakaan ringan sebesar 58,3% sedangkan pekerja berusia tua dan
mengalami kecelakaan ringan sebesar 58,7%. Dapat dilihat bahwa
selisih kecelakaan ringan untuk kedua kategori umur tidak jauh
berbeda. Hal ini berarti bahwa kecelakaan ringan tidak dipengaruhi

70

oleh muda atau tuanya usia pekerja. Selanjutnya berdasarkan analisis


data diperoleh bahwa pekerja yang berusia muda lebih banyak
memiliki pengetahuan tinggi, sikap positif, dan menganggap
pengawasan tinggi.
Upaya pengendalian kecelakaan kerja yang telah dilakukan
oleh perusahaan adalah memeberikan pelatihan kepada pekerja
berusia tua maupun tua, melakukan pengawasan dan sosialisasi K3
di tempat kerja.

6.3.2 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kecelakaan Ringan


Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.2 dapat dilihat
bahwa responden yang memiliki jenis kelamin laki-laki lebih banyak
daripada responden yang memiliki jenis kelamin perempuan. Selain
itu berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.5 responden perempuan
lebih banyak mengalami kecelakaan ringan daripada responden lakilaki. Berdasarkan hasil uji Chi Square menunjukkan tidak ada
hubungan antara jenis kelamin dengan kecelakaan ringan. Dengan
demikian, hipotesis tidak terbukti dengan tidak ditemukannya
hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kecelakaan
ringan.
Pekerja perempuan dianggap cenderung memiliki fisik yang
lemah dibanding pekerja laki-laki. Selain itu pekerja perempuan
mempunyai tanggung jawab lain sebagai ibu rumah tangga sehingga
dapat menyebabkan mereka kurang fokus dalam bekerja yang

71

mungkin dapat mempengaruhi kecelakaan ringan lebih sering terjadi.


Selain itu laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan secara
fisik dan psikis, sehingga analisa kecelakaan kerja selalu melihat
jenis kelamin sebagai bagian yang penting.
Tidak adanya hubungan antara lama kerja dengan kecelakaan
ringan mungkin dapat disebabkan oleh data yang menunjukkan
bahwa pekerja laki-laki dan mengalami kecelakaan ringan sebesar
51,6% sedangkan pekerja perempuan dan mengalami kecelakaan
ringan sebesar 68,2%. Dapat dilihat bahwa selisih kecelakaan ringan
untuk kedua kategori jenis kelamin tidak jauh berbeda. Hal ini
berarti bahwa kecelakaan ringan tidak dipengaruhi oleh jenis
kelamin pekerja. Selanjutnya berdasarkan hasil analisis data
diperoleh bahwa pekerja laki-laki lebih banyak yang memiliki
pengetahuan tinggi, sikap positif, patuh terhadap prosedur dan
menganggap pengawasan tinggi.
Upaya yang telah dilakukan perusahaan untuk mencegah
kecelakaan adalah membuat rotasi kerja dan shift kerja yang baik.
Pekerja perempuan lebih banyak ditempatkan pada shift pagi.

6.3.3 Hubungan Lama Kerja dengan Kecelakaan Ringan


Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.2 dapat dilihat
bahwa responden yang baru bekerja lebih banyak daripada
responden yang lama bekerja. Selain itu berdasarkan hasil penelitian
pada tabel 5.5 responden yang lama bekerja lebih banyak mengalami

72

kecelakaan ringan daripada resonden yang baru bekerja. Hasil uji


Chi Square menujukkan tidak ada hubungan antara lama kerja
dengan kecelakaan ringan. Dengan demikian, hipotesis tidak terbukti
dengan tidak ditemukannya hubungan yang bermakna antara lama
kerja dengan kecelakaan ringan.
Menurut Geller (2001) faktor pengalaman pada tugas yang
sama dan lingkungan sudah dikenal dapat mempengaruhi orang
tersebut berperilaku tidak aman dan terus berlaku karena
menyenangkan, nyaman, dan menghemat waktu dan perilaku ini
cenderung berulang. Selanjutnya ILO (1998) menyatakan bahwa
pekerja lama dan berpengalaman bukan merupakan jaminan bahwa
mereka tidak akan melakukan tindakan tidak aman sehingga
terhindar dari kecelakaan. Sebaliknya menurut Sajidi (2001) pekerja
yang mempunyai masa kerja yang lama akan mempunyai lebih
banyak pengalaman dalam bekerja dibandingkan dengan pekerja
yang masa kerjanya belum terlalu lama sehingga lebih berhati-hati
dalam bekerja.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Hernawati (2008)
terhadap pekerja area pertambangan PT Antam Tbk UBPE Pongkor
yang menyatakan tidak ada hubungan antara masa kerja dengan
kejadian kecelakaan kerja. Akan tetapi hasil penelitian ini tidak
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukamto (2004)
terhadap pekerja PT Elnusa Geosains bahwa dari hasil analisis chi

73

square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara


masa kerja dengan kecelakaan kerja.
Selanjutnya pekerja yang baru bekerja akan merasa takut
untuk melanggar peraturan keselamatan yang ada, sehingga akan
mengikuti dan melaksanakan pekerjaan sesuai prosedur. Pekerja
yang baru juga akan berusaha bekerja secara maksimal dan sesuai
peraturan untuk meningkatkan karir bekerja dan kualitas diri. Akan
tetapi pekerja baru pun tidak luput dari kecelakaan ringan karena
minimnya pengetahuan terkait kondisi pekerjaan. Sedangkan pekerja
yang sudah lama bekerja cenderung lebih percaya diri karena merasa
telah mengenal seluk beluk perusahaan dan terbiasa berperilaku
tidak aman dan mengganggap remeh bahaya yang ada. Pekerja lama
akan merasa lebih berpengalaman sehingga mereka merasa tidak
asing dengan pekerjaan dan lingkungan tempat kerja, sangat
kenalnya mereka menjadi kurang berhati-hati dalam bertindak dan
dapat menimbulkan dan meningkatkan kecelakaan ringan.
Tidak adanya hubungan antara lama kerja dengan kecelakaan
ringan mungkin dapat disebabkan oleh data yang menunjukkan
bahwa pekerja sudah lama bekerja dan mengalami kecelakaan ringan
sebesar 57,9% sedangkan pekerja yang baru bekerja dan mengalami
kecelakaan ringan sebesar 59,2%. Dapat dilihat bahwa selisih
kecelakaan ringan untuk kedua kategori lama kerja tidak jauh
berbeda. Hal ini berarti bahwa kecelakaan ringan dipengaruhi oleh
lama atau tidaknya seseorang telah bekerja. Selanjutnya berdasarkan

74

analisis data diperoleh hasil bahwa pekerja baru lebih banyak yang
memiliki pengetahuan tinggi, sikap positif, patuh terhadap prosedur,
dan menganggap pengawasan tinggi.
Upaya yang telah dilakukan perusahaan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan adalah memberikan pelatihan kepada pekerja
baru agar mengerti area kerja, melakukan pengawasan terhadap
seluruh

pekerja

baik

pekerja

baru

maupun

pekerja

lama,

menyediakan alat pelindung diri.

6.3.4 Hubungan Pengetahuan dengan Kecelakaan Ringan


Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.2 dapat dilihat
bahwa responden yang memiliki pengetahuan rendah lebih banyak
daripada responden yang memiliki pengetahuan tinggi. Selain itu
berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.5 responden yang memiliki
pengetahuan rendah lebih banyak mengalami kecelakaan ringan
daripada responden yang memiliki pengetahuan tinggi. Hasil uji chi
square menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan
dengan kecelakaan ringan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
rendah

pengetahuan

responden

maka

akan

semakin

tinggi

kecelakaan ringan dan sebaliknya semakin tinggi pengetahuan


responden maka akan semakin rendah kecelakaan ringan.
Menurut Notoadmodjo (2010) pengetahuan merupakan hasil
dari tahu, terjadi setelah orang melakukan proses pengindraan
terhadap objek yang diamatinya. Penelitian ini sesuai dengan

75

pendapat Green (2005) yang menyatakan bahwa pengetahuan


merupakan salah satu faktor penting dalam memotivasi seseorang
dalam bertindak. Perilaku seseorang yang didasari pengetahuan akan
lebih bersifat bertahan lama daripada perilaku seseorang tanpa
didasari pengetahuan. Semakin positif perilaku yang dilakukannya
akan mampu menghindari kejadian yang tidak diinginkan. Penelitian
ini sesuai dengan penelitian Yuniarti (2006) terhadap pekerja di PT
Indo-Bharat Rayon menyatakan bahwa terdapat hubungan antara
pengetahuan terhadap kecelakaan kerja.
Selanjutnya pekerja yang memiliki pengetahuan tinggi akan
mampu membedakan dan mengetahui bahaya disekitarnya serta
dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang ada karena
mereka sadar akan risiko yang diterima, sehingga kecelakaan kerja
dapat dihindari. Pekerja yang memiliki pengetahuan tinggi akan
berusaha menghindari kecelakaan ringan karena mereka sadar bahwa
kecelakaan ringan akan menyebabkan kecelakaan kerja yang lebih
parah. Jika pekerja memiliki pengetahuan yang baik maka mereka
akan bertindak positif dan berusaha untuk menghindari kecelakaan
kerja.
Sebaliknya pekerja yang memiliki pengetahuan rendah akan
cenderung mengabaikan bahaya disekitarnya dan tidak melakukan
pekerjaan sesuai prosedur karena ketidaktahuan akan risiko yang
akan diterima. Pekerja yang memiliki pengetahuan keselamatan dan
kesehatan kerja akan cenderung bekerja terburu-buru dan hanya

76

ingin menyelesaikan pekerjaan dengan cepat guna menghemat waktu


dan waktu istirahat menjadi lebih cepat. Hal ini dikarenakan karena
ketidaktahuan dan ketidaksadaran pekerja akan pentingnya prosedur
dan peraturan dalam bekerja guna melindungi pekerja itu sendiri.
Oleh karena itu pengetahuan pekerja yang rendah akan keselamatan
dan kesehatan kerja dapat menimbulkan kecelakaan ringan dan
kecelakaan kerja yang lebih parah.
Akan

tetapi

pada

instrumen

pengetahuan

terdapat

kekurangan, yaitu peneliti tidak mengembangkan instrumen yang


digunakan sesuai dengan teori yang ada pada komponen risiko dan
bahaya ditempat kerja. Oleh karena itu disarankan untuk peneliti
selanjutnya agar menambah jumlah pertanyaan sesuai teori dan
definisi yang digunakan agar lebih menggambarkan dengan baik
pengetahuan pekerja.
Menurut

Westerman

dan

Donoghue

(1997)

cara

pengembangan sikap/pengetahuan/ keahlian yang diperlukan oleh


seseorang untuk melaksanakan tugas atau pekerjaannya secara
memadai adalah dengan melakukan pelatihan yang rutin. Perusahaan
telah memberikan pelatihan kepada seluruh pekerja. Akan tetapi
sebaiknya perusahaan memberikan test terkait materi pelatihan
sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan kepada seluruh pekerja.
Hal ini dimaksudkan agar perusahaan dapat mengukur apakah
pelatihan yang dilakukan efektif atau tidak. Selain itu untuk

77

meningkatkan pengetahuan juga disarankan untuk memberikan


safety talk pada seluruh pekerja.

6.3.5 Hubungan Sikap dengan Kecelakaan Ringan


Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.2 dapat dilihat
bahwa responden yang memiliki sikap negatif lebih banyak daripada
responden yang memiliki sikap positif. Selain itu berdasarkan hasil
penelitian pada tabel 5.5 responden yang memiliki sikap negatif
lebih banyak mengalami kecelakaan ringan daripada responden yang
memiliki sikap positif. Hasil uji chi square menunjukkan bahwa ada
hubungan antara sikap dengan kecelakaan ringan. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin negatif sikap responden maka akan
semakin tinggi kecelakaan ringan dan sebaliknya semakin positif
sikap responden maka akan semakin rendah kecelakaan ringan.
Menurut Notoadmodjo (2010) sikap adalah respon yang tidak
teramati secara langsung yang masih tertutup dari seseorang
terhadap stimulus atau objek. Penelitian ini sesuai dengan pendapat
ILO (1998) yang menyatakan bahwa sikap seseorang dapat berubah
melalui penekanan keselamatan selama kursus pelatihan dan
pendidikan. Sehingga apabila pengetahuan pekerja tentang faktorfaktor penyebab kecelakaan kerja baik maka dapat menimbulkan
sikap yang baik pula. Jika seseorang bersikap positif akan cenderung
berperilaku positif pula dan sebaliknya. Perilaku positif inilah yang
diharapkan akan menghasilkan sesuatu yang positif dan dapat

78

menghindarkan dari adanya hasil yang tidak diinginkan seperti


kecelakaan kerja.
Selanjutnya pekerja yang memiliki sikap positif akan merasa
bahwa pencegahan terhadap kejadian tidak diinginkan seperti
kecelakaan kerja. Mereka akan merasa dan berpendapat bahwa
prosedur dan peraturan keselamatan dan kesehatan kerja dibuat dan
dibentuk untuk melindungi dan meningkatkan produktivitas pekerja.
Sikap yang positif dapat menimbulkan perilaku yang positif
sehingga sikap positif ini dapat menghindarkan pekerja dari
kecelakaan ringan bahkan kecelakaan kerja yang lebih berat.
Sebaliknya pekerja yang memiliki sikap negatif akan cenderung
tidak peduli terhadap lingkungan dan bahaya disekitarnya. Mereka
merasa dan berpendapat bahwa prosedur dan peraturan keselamatan
dan kesehatan kerja hanya dibuat dan dibentuk untuk kepentingan
perusahaan dan hanya membebani pekerja dengan beberapa
peraturan yang menghambat kinerja. Sehingga pekerja yang
memiliki sikap negatif tidak mampu untuk melakukan pencegahan
terhadap kecelakaan ringan dan kecelakaan kerja lainnya.
Menurut Azwar (2005) pembentukan sikap dapat dipengaruhi
oleh pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap
penting, pengaruh kebudayaan, dan media informasi. Oleh karena itu
upaya

yang

dapat

dilakukan

perusahaan

guna

mengurangi

kecelakaan adalah membuat pemodelan dengan menghadirkan


beberapa pekerja yang berprestasi sebagai model yang patut ditiru

79

oleh pekerja lain. Dengan adanya pemodelan tersebut diharapkan


dapat mempengaruhi sikap positif pekerja. Selain itu melaksanakan
safety talk dan penyuluhan keselamatan sebagai salah satu media
informasi bagi pekerja.

6.3.6 Hubungan Kepatuhan terhadap Prosedur dengan Kecelakaan


Ringan
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.2 dapat dilihat
bahwa responden yang tidak patuh terhadap SOP lebih banyak
daripada responden yang patuh terhadap SOP. Selain itu berdasarkan
hasil penelitian pada tabel 5.5 responden yang tidak patuh terhadap
prosedur lebih banyak mengalami kecelakaan ringan daripada
responden yang yang patuh terhadap prosedur. Hasil uji chi square
menunjukkan bahwa ada hubungan antara kepatuhan dengan
kecelakaan ringan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tidak patuh
responden maka akan semakin tinggi kecelakaan ringan dan
sebaliknya semakin patuh responden maka akan semakin rendah
kecelakaan ringan.
Menurut Reason (1997) dalam Halimah (2010) pekerja
hendaknya memiliki kesadaran atas keadaan yang berbahaya
sehingga risiko terjadinya kecelakaan kerja dapat diminimalisir.
Kesadaran terhadap bahaya yang mengancam dapat diwujudkan
dengan mematuhi prosedur dan peraturan yang berlaku dan bekerja
sesuai tanggung jawab. Penelitian ini sesuai dengan pendapat Geller
(2001) kepatuhan adalah salah satu bentuk perilaku yang

80

dipengaruhi faktor internal maupun faktor eksternal yang sesuai


dengan ketentuan yang berlaku. Kepatuhan mengikuti prosedur
operasi memiliki peranan penting dalam menciptakan keselamatan di
tempat kerja dan mengurangi angka kejadian kecelakaan kerja.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Arifin (2005) terhadap
pekerja di PT Bukaka Teknik Utama, Cilengsi menyatakan bahwa
terdapat hubungan antara kepatuhan menjalankan prosedur terhadap
tingginya kejadian kecelakaan kerja.
Selanjutnya pekerja yang patuh terhadap prosedur memiliki
pengetahuan dan kesadaran untuk melindungi dirinya terhadap
bahaya keselamatan kerja karena mereka mengerti risiko yang
diterima jika berperilaku patuh ataupun tidak patuh terhadap
prosedur yang ada. Pekerja yang patuh akan selalu berperilaku aman
dalam melaksanakan pekerjaannya. Sehingga dapat mengurangi
jumlah kecelakaan kerja. Sebaliknya pekerja yang tidak patuh
terhadap prosedur akan cenderung melakukan kesalahan dalam
setiap proses kerja karena tidak mematuhi standar dan prosedur yang
ada. Hal ini disebabkan karena mereka tidak memiliki kesadaran
terhadap keadaan yang berbahaya dan risiko yang diterima. Mereka
merasa bahwa prosedur hanya akan membebani dan menjadikan
pekerjaan menjadi lebih lama selesai. Pekerja yang tidak patuh akan
berperilaku

tidak

aman

karena

merasa

menyenangkan

dan

memudahkan pekerjaan. Misalnya pekerja tidak memakai alat


pelindung diri karena merasa tidak nyaman dan mengganggu proses

81

kerja yang ada. Mereka merasa lebih tahu seluk beluk pekerjaan
sehingga tidak perlu adanya alat pelindung diri dan prosedurprosedur yang menurut mereka memberatkan. Hal inilah yang dapat
meningkatkan

peluang

terjadinya

kecelakaan

ringan

bahkan

kecelakaan kerja yang lebih berat.


Menurut Green (2005) bentuk perilaku seseorang dipengaruhi
oleh 3 hal yaitu predisposing factor (pengetahuan, sikap,
keterampilan), enabling factor (peraturan keselamatan, fasilitas
keselamatan), reinforcing factor (teman kerja, pengawas, keluarga,
dan pemberian reward and punishment). Upaya yang telah dilakukan
perusahaan adalah memberikan pelatihan untuk meningkatkan
pengetahuan

dan

keterampilan

pekerja,

membuat

peraturan

keselamatan kerja dan menyediakan fasilitas keselamatan seperti alat


pelindung diri, dan memberikan reward and punishment. Akan tetapi
perusahaan

sebaiknya

meningkatkan

peran

pengawas,

dan

melakukan pemeriksaan rutin terhadap fasilitas keselamatan.

6.4 Hubungan Faktor Organisasi dengan Kecelakaan Ringan


6.4.1 Hubungan Reward and Punishment dengan Kecelakaan Ringan
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.3 dapat dilihat
bahwa responden yang menjawab reward and punishment rendah
lebih banyak daripada responden yang menjawab Reward and
punishment tinggi. Selain itu berdasarkan hasil penelitian pada tabel
5.6 responden yang menjawab Reward and punishment rendah lebih

82

banyak mengalami kecelakaan ringan daripada responden yang


menjawab Reward and punishment tinggi. Hasil uji chi square
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara reward and
punishment dengan kecelakaan ringan. Dengan demikian, hipotesis
tidak terbukti dengan tidak ditemukannya hubungan yang bermakna
antara reward and punishment dengan kecelakaan ringan.
Menurut Skinner dalam Santrock (2007) reward merupakan
pengembalian yang bersifat positif dari perilaku yang diharapkan.
Sedangkan punishment (hukuman) adalah konsekuensi yang
menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku. Menurut Skinner
punishment tidak bisa diandalkan dalam pembentukan atau
manipulasi perilaku. Punishment lebih bersifat sementara dan tidak
berjangka panjang. Karena tidak menciptakan peningkatan perilaku
maka punishment jarang digunakan. Sedangkan reward bisa
diartikan sebagai hadiah untuk meningkatkan kecenderunga perilaku
yang diinginkan. Punishment harus dihindari karena adanya hasil
sampingan yang bersifat emosional dan tidak menjamin timbulnya
perilaku positif yang diinginkan. Pemberian reward and punishment
hanya bersifat sementara dan tidak permanen. Sehingga reward and
punishment itu sendiri tidak efektif dan tepat untuk meningkatkan
perilaku pekerja. Penelitian ini tidak sesuai dengan pendapat Geller
(2001) yang mengatakan bahwa reward and punishment dapat
mengurangi kecelakaan kerja melalui peningkatan perilaku.

83

Selanjutnya

pekerja

yang

mengatakan

reward

and

punishment tinggi akan lebih berhati-hati dalam bertindak karena


mereka merasa perusahaan akan memberikan penghargaan jika
mereka bertindak sesuai dengan prosedur dan peraturan yang ada
serta untuk menghindari hukuman yang mungkin akan diterima jika
melanggar prosedur dan peraturan yang ada. Pekerja akan lebih
patuh terhadap prosedur dan peraturan keselamatan dan kesehatan
kerja. Pekerja sadar akan mendapat hukuman atau punishment jika
melanggar dan tidak patuh terhadap prosedur yang ada. Selain itu
pekerja juga sadar akan mendapat imbalan positif baik berupa
penghargaan dan materi jika patuh terhadap prosedur yang ada.
Akan tetapi perilaku ini mungkin akan menghilang jika reward and
punishment yang dijanjikan oleh manajemen sudah tidak berlaku.
Sebaliknya pekerja yang mengatakan reward and punishment
rendah akan cenderung kurang berhati-hati dalam bertindak karena
merasa bahwa perusahaan tidak memberikan penghargaan ataupun
hukuman jika melakukan pekerjaan sesuai atau tidak sesuai dengan
prosedur dan peraturan yang ada. Pekerja merasa tidak ada timbal
balik yang sesuai dari manajemen sehingga mereka akan berperilaku
sesuai kemauannya tanpa berpedoman terhadap prosedur dan
peraturan

keselamatan

dan

kesehatan

kerja.

Pekerja

akan

menganggap tidak ada untungnya jika patuh terhadap prosedur dan


peraturan yang ada, dan menganggap tidak ada ruginya jika tidak
patuh terhadap prosedur dan peraturan yang ada. Ketidakpatuhan ini

84

dapat menyebabkan pekerja untuk berperilaku tidak aman sehingga


dapat menimbulkan dan meningkatkan kecelakaan ringan bahkan
kecelakaan kerja yang lebih berat.
Tidak adanya hubungan antara reward and punishment
dengan kecelakaan ringan mungkin dapat disebabkan oleh data yang
ada menunjukkan bahwa pekerja yang menyatakan reward and
punishment rendah dan mengalami kecelakaan ringan sebesar 59,1%
sedangkan pekerja yang menyatakan reward and punishment tinggi
dan mengalami kecelakaan ringan sebesar 57,5%. Dapat dilihat
bahwa selisih kecelakaan ringan untuk kedua kategori reward and
punishment tidak jauh berbeda. Hal ini berarti bahwa kecelakaan
ringan tidak dipengaruhi oleh rendah atau tingginya reward and
punishment. Selanjutnya berdasarkan analisis data diperoleh hasil
bahwa pekerja yang menjawab reward and punishment rendah lebih
banyak

memiliki

pengetahuan

rendah,

sikap

negatif,

dan

menganggap bahwa pengawasan rendah.

6.4.2 Hubungan Sosialisasi K3 dengan Kecelakaan Ringan


Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.3 dapat dilihat
bahwa responden yang menjawab sosialisasi K3 rendah lebih banyak
daripada responden yang menjawab sosialisasi K3 tinggi. Selain itu
berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.6 responden yang
menjawab sosialisasi K3 rendah lebih banyak mengalami kecelakaan
ringan daripada responden yang menjawab sosialisasi K3 tinggi.

85

Hasil uji Chi Square menunjukkan tidak ada hubungan antara


sosialisasi K3 dengan kecelakaan ringan. Dengan demikian,
hipotesis tidak terbukti dengan tidak ditemukannya hubungan yang
bermakna antara sosialisasi K3 dengan kecelakaan ringan.
Menurut ILO (1998) sosialisasi K3 sebagai salah satu bagian
dari propaganda atau kampanye K3 yang merupakan salah satu jenis
kependidikan selain pendidikan dan pelatihan. Sosialisasi K3
dilakukan untuk menjelaskan dan menyebarluaskan informasi
kesehatan dan keselamatan kerja kepada semua tenaga kerja dalam
rangka meningkatkan pengetahuan pekerja. George (1998) dalam
Helliyanti (2009) sosialisasi atau promosi K3 adalah suatu bentuk
usaha yang dilakukan untuk mendorong dan menguatkan kesadaran
dan perilaku pekerja tentang K3 sehinggga dapat melindungi pekerja
dari kecelakaan kerja, properti, dan lingkungan. Akan tetapi
sosialisasi atau promosi K3 akan menjadi menjadi efektif apabila
terdapat perubahan sikap dan perilaku pada pekerja. Jika tidak
terdapat perubahan sikap dan perilaku maka sosialisasi K3 tidak
akan dapat berpengaruh terhadap menurunnya kejadian kecelakaan
kerja. Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Arifin (2005)
terhadap pekerja di PT Bukaka Teknik Utama Cilengsi menyatakan
bahwa terdapat hubungan antara sosialisasi K3 terhadap tingginya
kejadian kecelakaan kerja.
Selanjutnya pekerja yang mengatakan sosialisasi K3 tinggi
akan merasa mendapat informasi yang cukup dari manajemen terkait

86

kesehatan dan keselamatan kerja. Dengan adanya informasi yang


cukup maka pekerja mendapatkan pengetahuan yang cukup tentang
keselamatan

dan

kesehatan

kerja.

Pekerja

yang

memiliki

pengetahuan keselamatan dan kesehatan yang baik mampu


membedakan dan mengenali bahaya serta risiko yang mungkin
diterima di tempat kerja. Sehingga hal ini juga dapat berdampak
pada patuhnya pekerja terhadap prosedur dan peraturan yang ada.
Akan tetapi pekerja yang mengatakan sosialisasi K3 tinggi juga bisa
mengalami kecelakaan ringan karena mereka tidak memperhatikan
informasi yang disosialisasikan tersebut. Pekerja hanya mengetahui
bahwa terdapat sosialisasi K3 tetapi tidak membaca isi dari
sosialisasi tersebut.
Sebaliknya pekerja yang mengatakan sosialisasi K3 rendah
akan cenderung merasa tidak mendapat informasi yang cukup dari
manajemen terkait kesehatan dan keselamatan kerja. Dengan
rendahnya

sosialisasi

K3

maka

pengetahuan

keselamatan dan kesehatan kerja menjadi rendah.

pekerja

akan

Pekerja yang

memiliki pengetahuan yang rendah tidak akan mampu mengenali


bahaya dan risiko di tempat kerja. Hal ini dapat menyebabkan
pekerja bekerja sesuai kemauannya dan tidak mengikuti prosedur
yang ada. Perilaku seperti ini dapat meningkatkan kecelakaan ringan
bahkan kecelakaan kerja yang lebih berat.
Bentuk sosialisasi K3 yang dilakukan di PT Aqua Golden
Mississippi Bekasi bermacam-macam yaitu pelatihan, safety

87

briefing, behavior audit, dan sosialisasi melalui media cetak. Akan


tetapi berdasarkan observasi peneliti dapat dilihat bahwa sosialisasi
melalui media cetak memang masih kurang. Terdapat beberapa hal
seperti tanda peringatan yang tidak jelas, job safety analysis yang
sulit dibaca karena tulisan pada kertas basah dan mulai pudar, poster
kurang menarik dan kurang sesuai dengan jenis pekerjaan yang ada.
Job safety analysis berfungsi untuk membantu pekerja mengetahui
bahaya dan risiko di tempat kerja. Poster berfungsi untuk
meningkatkan pengetahuan pekerja bagaimana bekerja aman dan
nyaman agar terhindar dari hal-hal tidak diinginkan.
Akan tetapi
kekurangan,

yaitu

pada
peneliti

instrumen

sosialisasi

mengembangkan

K3

terdapat

instrumen

yang

digunakan secara general. Oleh karena itu disarankan untuk peneliti


selanjutnya agar membuat pertanyaan terkait sosialisasi K3 sesuai
dengan unit kerja yang diteliti agar hasilnya dapat menggambarkan
sosialisasi K3 per unit kerja sehingga data lebih valid.
Tidak adanya hubungan antara sosialisasi K3 dengan
kecelakaan ringan mungkin dapat disebabkan oleh data yang
menunjukkan bahwa pekerja yang menyatakan sosialisasi K3 rendah
dan mengalami kecelakaan ringan sebesar 60,3% sedangkan pekerja
yang menyatakan sosialisasi K3 tinggi dan mengalami kecelakaan
ringan sebesar 56,2%. Dapat dilihat bahwa selisih kecelakaan ringan
untuk kedua kategori sosialisasi K3 tidak jauh berbeda. Hal ini
berarti bahwa kecelakaan ringan tidak dipengaruhi oleh rendah atau

88

tingginya sosialisasi K3. Selanjutnya berdasarkan hasil analisis data


diperoleh bahwa pekerja yang menjawab sosialisasi rendah lebih
banyak yang memiliki pengetahuan rendah, sikap negatif, tidak
patuh terhadap prosedur, dan menganggap bahwa pengawasan
rendah.

6.4.3 Hubungan Pengawasan dengan Kecelakaan Ringan


Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.3 dapat dilihat
bahwa responden yang menjawab pengawasan rendah lebih banyak
daripada responden yang menjawab pengawasan tinggi. Selain itu
berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.6 responden yang
menjawab pengawasan rendah lebih banyak mengalami kecelakaan
ringan daripada responden yang menjawab pengawasan tinggi. Hasil
uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengawasan
dengan kecelakaan ringan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
rendah pengawasan maka akan semakin tinggi kecelakaan ringan
dan sebaliknya semakin tinggi pengawasan maka akan semakin
rendah kecelakaan ringan.
J.M Black (1971) dalam Utommi (2007) menyatakan bahwa
supervise atau pengawasan

adalah suatu pekerjaan yang berarti

mengarahkan yaitu memberi tugas, menyediakan intruksi, pelatihan


dan nasihat kepada individu juga termasuk mendengarkan dan
memecahkan masalah yang berhubungan dengan pekerjaan serta
menanggapi keluhan bawahan. Menurut Bird dan Germain (1996)

89

supervisor memiliki posisi kunci dalam mempengaruhi pengetahuan,


sikap, keterampilan, dan kebiasaan akan keselamatan setiap
karyawan dalam suatu area tanggung jawabnya.Penelitian ini sesuai
dengan pendapat Bird dan Germain (1996) yang mengatakan bahwa
gagalnya upaya keselamatan kerja umumnya disebabkan oleh sistem
kerja antara manusia, beban, serta komponen lingkungan yang
menghasilkan masalah besar sebagai akibat kurang bagusnya sistem
pengawasan di industri.
Selanjutnya pekerja yang mengatakan bahwa pengawasan
tinggi akan merasa selalu diawasi oleh manajemen dalam setiap
gerak-geriknya. Pekerja akan berhati-hati dan lebih fokus dalam
bekerja karena takut akan adanya teguran dari pengawas.
Pengawasan yang tinggi dapat mendukung kepatuhan pekerja
terhadap prosedur dan peraturan yang ada. Sebaliknya pekerja yang
mengatakan bahwa pengawasan rendah merasa tidak ada yang
mengawasi dan tidak ada tekanan dari manajemen sehingga pekerja
mungkin akan lebih ceroboh dalam bekerja dan cenderung
mengabaikan bahaya yang ada. Pekerja yang merasa pengawasan
redah akan bertindak sesuka hatinya dan kurang memperhatikan
kinerja.

Pengawasan

yang

rendah

terhadap

pekerja

dapat

menimbulkan ketidakpatuhan terhadap prosedur dan peraturan yang


ada, sehingga meningkatkan kecelakaan ringan bahkan kecelakaan
yang lebih berat.

90

Menurut Bird and Germain (1996) salah satu faktor penentu


suksesnya

pengawasan

terhadap

keselamatan

keraja

adalah

pengawas itu sendiri. Pengawas memiliki posisi kunci dalam


mempengaruhi pengetahuan, sikap keterampilan, dan kebiasaan,
akan keselamatan setiap karyawan dalam suatu area tanggung
jawabnya. Oleh karena itu upaya yang dapat dilakukan oleh
perusahaan adalah meningkatkan peran pengawas. Pengawas
sebaiknya lebih tegas dan disiplin serta pengawasan dilakukan secara
mendadak tanpa sepengetahuan pekerja.

6.5 Hubungan Faktor Lingkungan Kerja dengan Kecelakaan Ringan


6.5.1 Hubungan Unit Kerja dengan Kecelakaan Ringan
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.4 dapat dilihat
bahwa responden yang bekerja pada unit kerja HOD lebih banyak
daripada responden yang bekerja pada unit kerja lainnya.
Berdasarkan tabel 5.7 responden yang pada unit kerja teknik lebih
banyak mengalami kecelakaan ringan daripada responden pada unit
lainnya. Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara unit kerja dengan kecelakaan ringan. Dengan
demikian, hipotesis tidak terbukti dengan tidak ditemukannya
hubungan yang bermakna antara unit kerja dengan kecelakaan
ringan.
Menurut Azwar (2007) unit kerja merupakan bagian kecil
dalam sebuah institusi barang atau jasa yang menjadi lokasi

91

seseorang pekerja melakukan pekerjaan. Menurut Sumamur (2006)


unit kerja memiliki peranan dalam menentukan jumlah dan macam
kecelakaan kerja yang berbeda-beda. Unit kerja merupakan tempat
pekerja melakukan kegiatan sehari-hari sesuai dengan tugasnya yang
diberikan oleh perusahaan yang sangat mungkin beresiko terjadi
kecelakaan kerja. Dengan demikian pendapat Sumamur (2006)
tidak sesuai dengan penelitian ini. Penelitian ini juga tidak sesuai
dengan penelitian Hernawati (2008) terhadap pekerja

area

pertambangan PT Antam Tbk UBPE Pongkor menunjukkan ada


hubungan yang bermakna antara unit kerja dengan kecelakaan kerja.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukamto
(2004) terhadap pekerja PT Elnusa Geosains bahwa dari hasil uji
statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara
unit kerja dengan kecelakaan kerja.
PT Aqua Golden Mississippi Bekasi terdiri dari unit kerja
yang memiliki jenis pekerjaan yang berbeda-beda. Terdapat
perbedaan unsur pekerjaan yang mungkin berpengaruh terhadap
konsentrasi pekerja. Akan tetapi pekerja memiliki jumlah jam kerja
normal dan memiliki waktu istirahat yang cukup sehingga tidak
terdapat beban kerja yang berlebih. Seluruh pekerja di setiap unit
kerja mendapatkan pelatihan sesuai dengan pekerjaan masingmasing agar pekerja memiliki bekal dan pengetahuan terkait kondisi
tempat kerja dan proses kerja yang ada. Upaya yang telah dilakukan
oleh perusahaan untuk mengendalikan kecelakaan ringan adalah

92

dengan memberikan pelatihan dan melakukan identifikasi bahaya


dan membuat job safety analysis untuk semua unit kerja.

6.5.2 Hubungan Housekeeping dengan Kecelakaan Ringan


Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.4 dapat dilihat
bahwa responden yang menjawab housekeeping tidak kondusif lebih
banyak daripada responden yang menjawab housekeeping kondusif.
Selain itu berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.8 responden yang
menjawab housekeeping tidak kondusif lebih banyak mengalami
kecelakaan ringan daripada resonden yang menjawab housekeeping
kondusif. Hasil uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan
antara housekeeping dengan kecelakaan ringan. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin tidak kondusif housekeeping maka akan semakin
tinggi kecelakaan ringan dan sebaliknya semakin kondusif
housekeeping maka akan semakin rendah kecelakaan ringan
Penelitian ini sesuai dengan pendapat Sumamur (2006) yang
menyatakan

bahwa

housekeeping

atau

ketatarumahtanggaan

merupakan upaya perusahaan dalam menciptakan suatu lingkungan


kerja yang aman dan nyaman, meliputi penyimpanan peralatan kerja,
pembuangan sampah industri, dan ruangan kerja yang kering dan
bersih. Lingkungan kerja yang aman dan nyaman dapat membantu
mencegah terjadinya kecelakaan kerja. ILO (1998) mengatakan
bahwa salah satu faktor lingkungan kerja yaitu housekeeping dapat
menimbulkan ketidaknyamanan dalam bekerja sehingga dapat

93

menyebabkan kecelakaan kerja. Menurut Canadian Centre for


Occupational Health and Safety (2014) housekeeping yang baik dan
efektif dapat mengeliminasi bahaya di tempat kerja dan membantu
pekerja menyelesaikan tugasnya dengan aman dan nyaman.
Housekeeping yang buruk sering berkontribusi terhadap terjadinya
kecelakaan kerja. Menurut Mangkunegara (2011) diperlukan usahausaha untuk meningkatkan kesehatan kerja salah satunya memelihara
kebersihan dan ketertiban, serta keserasian lingkungan kerja
sehingga dapat mengurangi tingkat kecelakaan yang tinggi.
Kondisi gedung yang yang dapat mempengaruhi keselamatan
dan kesehatan kerja meliputi bentuk bangunan yang kuat atau tidak,
pembagian ruangan, keadaan lantai, dinding, langit-langit/atap,
fasilitas ventilasi udara, pencahayaan, saluran air, dan tempat
sampah. Selajutnya berdasarkan teori Zabetakis dalam Afriyani
(2013) penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja dibagi menjadi 3
bagian salah satunya lemahnya kebijakan dan objektif manajemen
terhadap keselamatan yang di dalamnya terdapat beberapa hal seperti
production and safety goals, prosedur perekrutan karyawan,
dokumentasi, tugas dan tanggung jawab, pelatihan, penempatan,
direksi dan supervisi, prosedur komunikasi, prosedur inspeksi dan
assessment, peralatan, penawaran, desain fasilitas, purchase and
maintenance, standar operasi prosedur, dan housekeeping.
Housekeeping yang kondusif akan mampu mencegah
terjadinya kecelakaan ringan dan kecelakaan kerja lainnya, serta

94

dapat menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman bagi


para pekerja. Sebaliknya housekeeping yang tidak kondusif dapat
mengganggu kenyamanan dan proses kerja sehingga dapat
meningkatkan kecelakaan ringan dan kecelakaan kerja lainnya.
Selain itu berdasarkan hasil observasi peneliti terdapat beberapa
kondisi tidak aman seperti terhalangnya beberapa akses jalan oleh
material yang mengganggu, jalanan licin dan ada genangan air, tidak
dibedakannya tempat sampah untuk material cair dan padat,
penempatan barang seperti galon yang melebihi kapasitas, serta
beberapa material yang tidak digunakan tetap diletakkan di tempat
kerja.

Akses

jalan

ketidaknyamanan

yang

pekerja

mengganggu
dalam

dapat

menyebabkan

melaksanakan

pekerjaannya.

Jalanan licin dan air tergenang dapat menjadi salah satu penyebab
terjadinya kecelakaan ringan.
Menurut Hirano (1995) upaya yang dapat dilakukan untuk
menciptakan housekeeping yang baik di tempat kerja adalah dengan
melaksanakan 5S yaitu seiri (ringkas), seiton (rapi), seiso (resik),
seiketsu (rawat), dan shitsuke (rajin). Upaya yang telah dilakukan
oleh perusahaan untuk mengendalikan kecelakaan adalah melakukan
inspeksi housekeeping. Akan tetapi inspeksi housekeeping sebaiknya
rutin dilaksanan. Team leader harus tegas dalam mengingatkan
pekerja untuk selalu menjaga lingkungan kerja agar selalu bersih dan
kering. Selain itu perusahaan juga seharusnya menerapkan sistem 5S
untuk semua pekerja. Perusahaan juga sebaiknya menambah jumlah

95

tempat sampah. Tempat sampah yang disediakan sebaiknya


dibedakan antara tempat sampah untuk material cair dan padat.
Selain itu penempatan barang-barang harus sesuai kapasitas dan
barang atau material yang sudah tidak digunakan ditempatkan di
tempat khusus yang disediakan

96

BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Pekerja yang mengalami kecelakaan ringan lebih banyak dibandingkan
dengan pekerja yang tidak mengalami kecelakaan ringan.
2. Pekerja yang memiliki usia muda lebih banyak dibandingkan pekerja
usia tua. Pekerja yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak
dibandingkan pekerja berjenis kelamin perempuan. Pekerja yang baru
bekerja lebih banyak dibandingkan pekerja lama bekerja. Pekerja yang
memiliki pengetahuan rendah lebih banyak dibandingkan pekerja yang
memiliki pengetahuan tinggi. Pekerja yang memiliki sikap negatif
lebih banyak dibandingkan pekerja memiliki sikap positif. Pekerja
yang tidak patuh terhadap prosedur lebih banyak dibandingkan pekerja
yang patuh terhadap prosedur.
3. Pekerja yang menjawab reward and punishment rendah lebih banyak
dibandingkan pekerja yang menjawab reward and punishment tinggi.
Pekerja yang menjawab sosialisasi K3 rendah lebih banyak
dibandingkan pekerja yang menjawab sosialisasi K3 tinggi. Pekerja
yang menjawab pengawasan rendah lebih banyak dibandingkan
pekerja yang menjawab pengawasan tinggi.
4. Pekerja pada unit kerja HOD lebih banyak dibandingkan pekerja pada
unit kerja lain. Pekerja yang menjawab housekeeping tidak kondusif
97

lebih banyak dibandingkan pekerja yang menjawab housekeeping


kondusif.
5. Tidak ada hubungan antara variabel usia, lama kerja, jenis kelamin,
reward and punishment, sosialisasi K3, dan unit kerja dengan
kecelakaan ringan pada pekerja di PT Aqua Golden Mississippi Bekasi
Tahun 2014.
6. Ada hubungan antara variabel pengetahuan, sikap, kepatuhan terhadap
prosedur, pengawasan, dan housekeeping dengan kecelakaan ringan
pada pekerja di PT Aqua Golden Mississippi Bekasi Tahun 2014.

7.2 Saran
1. Bagi Perusahaan
a. Memberikan test terkait materi pelatihan sebelum dan sesudah
dilakukan pelatihan. Hal ini dimaksudkan agar perusahaan dapat
mengukur apakah pelatihan yang dilakukan efektif atau tidak.
b. Meningkatkan pengetahuan dengan memperbaharui job safety
analysis jika terjadi perubahan proses kerja dan membuatnya
dengan bahan yang tidak mudah basah, dan melakukan safety talk.
c. Meningkatkan pengawasan dengan cara meningkatkan peran
pengawas agar lebih tegas dan disiplin.
d. Membuat pemodelan yaitu dengan menghadirkan beberapa pekerja
yang berprestasi sebagai model yang patut ditiru oleh pekerja lain.
Dengan

adanya

pemodelan

meningkatkan sikap positif pekerja.

98

tersebut

diharapkan

dapat

e. Meningkatkan inspeksi housekeeping dan melaksanakan sistem 5S.


Misalnya dengan menempatkan barang-barang disesuaikan dengan
kapasitas tempat, menyediakan tempat khusus untuk peralatan
yang sudah tidak digunakan, menambah jumlah tempat sampah di
beberapa area kerja serta dibedakan antara tempat sampah untuk
material cair dan padat..

2. Bagi Pekerja
a. Sebaiknya pekerja lebih aktif dalam mengeluarkan pendapat terkait
keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja. Jika terdapat
beberapa hal seperti alat pelindung diri yang sudah rusak langsung
diberitahu kepada team leader agar segera diganti.
b. Pekerja sebaiknya meminta pengawas mengganti job safety
analysis ataupun poster jika dirasa kurang jelas.
c. Antar sesama pekerja sebaiknya saling mengingatkan jika terdapat
beberapa perilaku atau kondisi yang tidak aman.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya


a. Mengembangkan instrumen pengetahuan terutama pada komponen
risiko dan bahaya di tempat kerja.
b. Membuat instrumen sosialisasi K3 per unit kerja, sehingga data
yang diperoleh dapat menggambarkan keadaan sosialisasi K3 per
unit kerja.

99

DAFTAR PUSTAKA
Afriyani, Sulistina. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja. Jakarta. 2013.
Andi. Model Persamaan Struktural Pengaruh Budaya Keselamatan Kerja pada
Perilaku Pekerja di Proyek Konstruksi. Jurnal Teknik Sipil Volume 12
No.3. 2005.
Anonim. Awas Bom Waktu Menyepelekan Keselamatan Kerja. 2012. Diakses dari
http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id pada tanggal 25 Februari 2014
Anonim. Jamsostek Setiap Hari Tangani 349 Kasus Kecelakaan Kerja. 2012.
Diakses dari http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id pada tanggal 25
Februari 2014
Arifin, Zaenal. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecelakaan Kerja
Pada Karyawan Tetap Dan Karyawan Subkontraktor Di PT Bukaka
Teknik Utama Cileungsi Bogor Thn 2005. Depok : Skripsi UI. 2005.
Australian/New Zealand Standart. AS/NZS 4801 : Occupational Health And Safety
Management Systems - Specification With Guidance For Use. Sydney.
2001
Azwar, Saifuddin. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar. 2007.
Bird, E, F dan Germain, G, L. Practical Loss Control Leadership. Edisi Revisi.
USA : Division Of International Loss Control Institute. 1996.
Borg, Bernard. Predictive Safety from Near Miss and Hazard Reporting. 2002.
Canadian Centre for Occupational Health and Safety. Workplace Housekeeping Basic

Guide.

Canada.

2014

diakses

dari

http://www.ccohs.ca/oshanswers/hsprograms/house.html pada tanggal 10


Juni 2014.
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Undang-undang No. 1 Tahun 1970.
Jakarta. 2004.

100

Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N). Visi, Misi,


Kebijakan, Strategi dan Program Kerja Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) Nasional 2007 2010. Jakarta. 2007.
Dupont International Company. Buku Panduan Auditor Wise Edisi Pertama.
2011.
Geller, E Scoot. The Pshychology Of Safety Handbook. USA : Lewis Publisher.
2001.
Germain, George L. Safety, Health and Environment Manajement. International
Risk Management Institute. 1998.
Green, L.W. Health Program Planning An Educational And Educational
Approach.Edisi Ke Empat. Amerika : Mc Graw Hill. 2005.
Halimah, Siti. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Aman Karyawan Di
PT SIM Plant Tambun II Tahun 2010. Jakarta: Skripsi UIN. 2010
Helliyanti, Putri. 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Tidak
Aman di Dept. Utility and Operation PT Indofood Sukses Makmur Tbk
Divisi Bogasari Flour Mills tahun 2009. Depok : Skripsi UI
Hernawati, Eva. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecelakaan
Kerja Berdasarkan Karakteristik Pekerja Dan Unit Kerja Di Area
Pertambangan PT Antam Tbk UPBE Pongkor Bogor Jawa Barat Tahun
2006-2007. Jakarta: Skripsi UIN. 2008.
Hiperkes.

Keselamatan

Kerja.

Bandung.

2008.

diakses

dari

http://hiperkes.wordpress.com pada tanggal 20 Maret 2014


Hirano, hiroyuki. 5S For Operators: 5 Pillars Of The Visual Workplace. New
york: Produktivity Press. 1995.
ILO. Encyclopedia of Occupational Health and Safety. Volume 1 4 . 4th edition.
Stellman,

Jeanne

Mager

(ed).

Geneva.

1998.

Diakses

http://www.ilo.org/safework_bookshelf pada tanggal 10 Maret 2014

101

dari

ILO. The Prevention of Occupational Disease. Geneva. 2013.


Jawawi, Iskandar. Beberapa Faktor Resiko Yang Berhubungan Dengan Tingkat
Kecelakaan Kerja Di PT Hok Tong Pontianak (Pabrik Crum Rubber).
Pontianak. 2008.
Kurniawati, Eni, dkk. Analisis Potensi Kecelakaan Kerja Pada Departemen
Produksi Springbed Dengan Metode Hazard Identification And Risk
Assessment (HIRA) (Studi Kasus : PT. Malindo Intitama Raya, Malang,
Jawa Timur). Jawa timur. 2013.
Lubis, H.S. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Dengan Kecelakaan Kerja
Pada Pengemudi Angkotan Kota (Kopata) Di Purwokerto. Depok : Tesis
UI. 2000.
Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2011.
Mauliku, Novie E. Hubungan Penerapan Keamanan Bekerja Berdasarkan Smk
Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Di PT Vonex Indonesia Kecamatan
Rancaekek Kebupaten Bandung. Bandung. 2002.
Menteri

Tenaga

Kerja.

Peraturan

Menteri

Tenaga

Kerja

RI

No

PER.03/MEN/1998 Tahun 1998 Tentang Tata Cara Pelaporan dan


Pemeriksaan Kecalaan. 1998.
Murti, Bhisma. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: UGM Press.
2006.
National Safety Council. Supervisiors Safety Manual. Cichago. 2009 diakses dari
http://www.amazon.com/Supervisors-Safety-Manual-10thEdition/dp/0879122889#reader_0879122889 pada tanggal 25 Februari
2014
Notoadmodjo, Soekidjo. Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

102

OHSAS Project Group. OHSAS 18001 : Occupational Health And Safety


Management Systems-Requirements. OHSAS Project Group. 2007
Sajidi. Kesehatan dan Pencegahan Kecelakaan Kerja : Kumpulan Kuliah
Pascasarjana Hiperkes Medis. Jakarta. 2001.
Santrock, John W. Psikologi Pendidikan. edisi kedua. PT Kencana Media Group:
Jakarta. 2007
Shintania, Bhrian. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecelakaan Kerja Pada
Pekerja Konstruksi Di PT PP Tahun 2012. Depok : Skripsi UI. 2012.
Sialagan. Togar Robin.. Analisis Faktor-Faktor Yang Berkontribusi Pada
Perilaku Aman di PT EGS Indonesia Tahun 2008. Depok : Tesis FKM UI.
2008
Soebroto, S.W. Peran Dan Kontribusi Perguruan Tinggi Dalam Pembentukan
SDM Ergonomi-K3 Yang Siap Bersaing Di Pasar Kerja Nasional Dan
Internasional. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember. 2007.
Sukamto. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecelakaan Kerja Pada
Seismic Survey Di Unit Geodata Acqusition (GDA) PT. Elnusa Geosains
Tahun 2001-2003. Depok : Skripsi FKM UI. 2004.
Sumamur. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT Gunung
Agung. 2009.
Sumamur. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT Gunung
Agung, 2006.
Tarwaka. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manajemen dan Implementasi K3 di
Tempat Kerja. Surakarta : PT. Harapan Press. 2008.
Undang-undang No. 13 Tahun 2003. : Tentang Ketenagakerjaan diakses dari
http://www.depnakertrans.go.id pada tanggal 12 Februari 2014

103

Utommi, Sendy. Gambaran Tingkat Kepatuhan Pekerja Dalam Mengikuti


Prosedur Operasi pada Pekerja Operator Dump Truck di PT. Kaltim
Primacoal tahun 2007. Depok : Skripsi UI. 2007.
Whardani, Ambar. Studi Tentang Kesadaran Pelaporan Near Miss di PT Astra
Nissan Diesel Indonesia Tahun 2008. Depok : Skripsi UI. 2008.
Yanti, Khairi. Hubungan Perilaku Dengan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja
Peternak Ayam Ras Di Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam
Tahun 2011. Padang. 2011.
Yuniarti, Rini. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecelakaan Kerja Di
PT Indo Bharat Rayon Purwakarta Tahun 2006. Depok : Skripsi UI. 2006.

104

LAMPIRAN

105

Surat Izin Penelitian

106

Kuesioner
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kecelakaan Ringan di PT Aqua
Golden Mississippi Bekasi
Oleh

Nama : Dewi Indah Sari Siregar


NIM

: 1110101000023

Assalamualaikum Wr.Wb
Dengan hormat
Saya mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja sedang melakukam penelitian sebagai salah satu kepentingan
Skripsi.
Dalam lampiran terdapat beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan
penelitian. Dengan demikian saya memohon kesediaan Saudara/i untuk mengisi
pernyataan dengan sejujurnya dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Jawaban Saudara/i akan dijamin kerahasiaannya.
Demikian surat pengantar ini saya sampaikan. Atas kerjasama dan
bantuannya saya ucapkan terima kasih.

107

Lingkarilah jawaban yang menurut anda paling sesuai


A. Identitas Responden
1. Nama
:
2. Usia/TTL
:
3. Jenis kelamin
:
a. Laki-laki
b. Perempuan
4. Lama kerja
:
5. Unit kerja
:
a. HOD
b. ISS
c. HR
d. WT
e. Teknik
f. SPS
g. Pretreatment
h. Gudang
B. Pengalaman Kecelakaan Ringan
6. Dalam 6 bulan terakhir pada saat bekerja apakah anda pernah
mengalami kejadian yang mengganggu proses kerja?
a. Iya
b. Tidak
(Jika tidak pernah lanjut ke pertanyaan C)
7. Apabila pernah, jenis kejadian apa yang anda alami?
a. Terpeleset
b. Terjatuh
c. Terbentur
d. Kesetrum
e. Lain-lain, sebutkan
(Kurniawati, 2014)

108

Isilah pernyataan/pertanyaan C-I dibawah ini dengan memberi tanda


C. Pengetahuan
Keterangan

B = Benar

S = Salah

No

Pernyataan

Faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja hanya berasal dari


lingkungan yang tidak aman

Perilaku tidak aman tidak dapat menyebabkan kecelakaan kerja

10

Mesin dan peralatan dapat menimbulkan kecelakaan kerja

11

Kebijakan

K3

merupakan

pernyataan

tertulis

yang

ditandatangani oleh kepala perusahaan yang memuat visi, misi,


komitmen dan tekat melaksanakan K3, program kerja yang
mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh
12

Dengan mengikuti standar operasi pelaksanaan kerja maka


dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja

13

Dalam kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja terdapat


komitmen untuk mengurangi angka kejadian kecelakaan dan
penyakit akibat kerja

14

Standar operasional pelaksanaan kerja adalah metode yang


telah terstandar yang bertujuan hanya untuk mencapai produk
dengan jumlah besar

D. Sikap
Keterangan

SS = Sangat Setuju

S = Setuju

TS = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju

109

No

Pernyataan

SS

15

Program keselamatan dan kesehatan kerja yang baik

TS

STS

dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja.


16

Keselamatan dan kesehatan kerja tidak hanya


tanggung jawab pekerja tetapi juga merupakan
tanggung jawab manajemen puncak.

17

Masalah-masalah kesehatan dan keselamatan kerja


selalu ditangani serius oleh manajemen.

18

Pelatihan kerja sangat membantu meningkatkan


kemampuan, keterampilan, disiplin, serta sikap
pekerja dalam melakukan pekerjaannya.

19

Dengan adanya pengawasan, pekerja lebih merasa


diperhatikan atau dihargai oleh pemimpin.

20

Standar operasi pelaksanaan kerja sangat berguna


dalam melaksanakan pekerjaan secara aman dan
selamat.

21

Identifikasi bahaya perlu dilakukan semua karyawan.

22

Identifikasi bahaya dapat mengurangi kecelakaan


kerja.

23

Semua jenis pekerjaan mengandung risiko dan perlu


dikendalikan

24

Memakai APD nyaman dan aman.

E. Kepatuhan terhadap prosedur


No

Pertanyaan

Iya

25

Apakah anda selalu menggunakan APD lengkap saat


bekerja?

26

Apakah anda selalu mengikuti instruksi kerja pada saat


bekerja?

27

Apakah anda pernah terburu-buru saat bekerja?

28

Apakah

anda

pernah

110

bekerja

tidak

fokus

dan

Tidak

mengantuk?
29

Apakah anda pernah bekerja sambil bercanda dengan


teman kerja?

30

Apakah anda pernah mengerjakan pekerjaan yang bukan


keahlian anda?

F. Reward and Punishment


No

31

Pertanyaan

Tidak

Kadang

pernah

-kadang

Selalu

Apakah perusahaan memberi hukuman kepada


pekerja yang melanggar prosedur kerja?

32

Apakah perusahaan menegur pekerja yang tidak


menggunakan alat pelindung yang lengkap,
bergurau dan makan di tempat kerja?

33

Apakah perusahaan memberi penghargaan atau


ucapan

terima

kasih

kepada

pekerja

yang

menunjukan kepatuhan terhadap peraturan?


34

Apakah

perusahaan

memberi

bonus

atau

penghargaan kepada pekerja yang paling aktif


dalam melaporkan kejadian kecelakaan kerja?

G. Sosialisasi K3
No

Pertanyaan

Iya

35

Apakah anda diberitahu jika ada perubahan prosedur


kerja dan pengaruhnya terhadap keselamatan?

36

Apakah ditempat kerja terdapat JSA atau MSDS?

37

Apakah JSA atau MSDS mudah dibaca dan dimengerti?

38

Apakah terdapat daftar standar APD yang harus


digunakan di area kerja?

39

Apakah di area kerja terdapat poster-poster tentang K3?

40

Apakah isi poster mudah dimengerti dan dipahami?

111

Tidak

41

Apakah isi poster sesuai dengan pekerjaan anda?

42

Apakah ada tanda peringatan K3 di area kerja anda?

43

Apakah tanda peringatan jelas dan mudah dimengerti?

H. Pengawasan
No

44

Pertanyaan

Tidak

Kadang-

pernah

kadang

Tidak

Kadang-

pernah

kadang

Selalu

Apakah pengawasan terhadap keselamatan


pekerja dilakukan setiap hari?

45

Apakah pengawas memastikan semua pekerjaan


dilakukan dengan baik?

46

Apakah

pengawas

pernah

melakukan

pemeriksaan secara mendadak?


47

Apakah pengawas secara rutin melakukan


inspeksi ke tempat kerja?

48

Apakah pengawas selalu mengingatkan untuk


menggunakan APD lengkap?

49

Apakah pengawas ramah dan menyenangkan?

50

Apakah pengawas menegur jika ada pekerja


melakukan pekerjaan dengan tidak benar?

I. Housekeeping
No

Pertanyaan

51

Apakah akses ke area kerja aman?

52

Apakah lantai aman dari kondisi licin?

53

Apakah jalan akses bersih dari sisa material?

54

Apakah semua sisa produksi dibersihkan dari


tempat kerja dan sekitarnya dan ditempatkan

112

Selalu

pada tempat yang disediakan?


55

Apakah barang yang tidak digunakan disimpan


pada tempatnya?

56

Apakah gudang material selalu bersih dari


material sisa?

57

Apakah tempat sampah ada di seluruh tempat


kerja dan dibersihkan secara berkala?

58

Apakah ada tempat untuk menampung sisa-sisa


material cair?

59

Apakah ada jadwal rutin pembersihan sampah?

Sumber : Sumamur (2009)

113

Pedoman Observasi Sosialisasi K3


NO

Yang di Observasi

Terdapat tanda peringatan di setiap area kerja.

Jumlah tanda peringatan mencukupi untuk area kerja.

Tanda peringatan jelas dan mudah dibaca.

Terdapat poster keselamatan kerja.

Poster sesuai dengan jenis pekerjaan.

Poster menarik dan mudah dimengerti.

Terdapat job safety analysis di setiap area kerja.

Job safety analysis mudah dibaca dan dimengerti.

Terdapat kotak APD, ilustrasi cara penggunaan, dan manfaat

IYA

TIDAK

IYA

TIDAK

penggunaannya.

Pedoman Observasi Housekeeping


NO

Yang di Observasi

Jalan akses tidak terhalang oleh material yang mengganggu.

Jalan bersih dan bebas licin serta genangan air.

Terdapat tempat sampah di setiap area kerja.

Tempat sampah untuk material cair dan padat dibedakan.

Tempat sampah bersih dan tidak melebihi kapasitas.

Material yang tidak digunakan dipindahkan dan disimpan


pada tempat khusus.

Penempatan barang dan material rapih dan tidak melebihi


kapasitas.

114

Output Uji Validitas Dan Reliabilitas


Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha

N of Items

.974

47

Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
penget1
penget2
penget3
penget4
penget5
penget6
penget7
sikap1
sikap2
sikap3
sikap4
sikap5
sikap6
sikap7
sikap8
sikap9
sikap10
patuhsop
reward1
reward2
reward3
reward4
sos1
sos2
sos3
sos4
sos5
sos6
sos7
sos8
sos9
peng1
peng2
peng3
peng4
peng5
peng6

25.1000
25.1000
25.1000
25.2000
25.2000
25.1000
25.1000
24.5000
24.5000
24.5000
24.7000
24.7000
24.5000
24.7000
24.6000
24.6000
24.8000
25.0000
24.7000
24.9000
24.4000
24.6000
24.9000
24.8000
25.1000
24.5000
24.4000
24.8000
24.9000
25.1000
24.9000
24.6000
24.8000
24.7000
24.5000
24.7000
24.7000

Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted Total Correlation


435.656
445.211
445.878
441.956
441.956
435.656
435.656
424.500
424.500
424.500
420.678
421.122
424.500
420.678
439.156
422.489
427.067
434.000
416.678
420.767
436.489
419.822
431.656
434.844
435.656
443.611
447.822
433.511
443.878
443.878
431.656
418.711
441.511
443.567
432.500
426.678
426.678

115

.856
.310
.272
.665
.665
.856
.856
.793
.793
.793
.853
.840
.793
.853
.399
.819
.658
.828
.973
.850
.373
.901
.884
.718
.856
.400
.222
.780
.310
.385
.884
.935
.411
.325
.684
.675
.675

Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
.973
.974
.974
.974
.974
.973
.973
.973
.973
.973
.973
.973
.973
.973
.974
.973
.973
.973
.972
.973
.975
.972
.973
.973
.973
.974
.974
.973
.974
.974
.973
.972
.974
.974
.973
.973
.973

peng7
hous1
hous2
hous3
hous4
hous5
hous6
hous7
hous8
hous9

24.8000
24.6000
24.6000
24.5000
24.7000
24.8000
24.7000
24.6000
24.8000
24.7000

425.067
430.489
448.044
434.278
429.789
425.511
427.344
440.711
425.511
429.789

.717
.712
.084
.487
.711
.853
.798
.275
.853
.711

.973
.973
.975
.974
.973
.973
.973
.975
.973
.973

Output univariat
1. Kecelakaan Ringan
kecelakaan
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

iya

62

58.5

58.5

58.5

tidak

44

41.5

41.5

100.0

Total

106

100.0

100.0

2. Jenis kelamin
jeniskelamin

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

laki-laki

62

58.5

58.5

58.5

perempuan

44

41.5

41.5

100.0

Total

106

100.0

100.0

3. Lama kerja
lamarecord
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

baru

57

53.8

53.8

53.8

lama

49

46.2

46.2

100.0

Total

106

100.0

100.0

116

4. Usia
usiarecord
Frequency
Valid

Percent

Cumulative
Percent

Valid Percent

muda

60

56.6

56.6

56.6

tua

46

43.4

43.4

100.0

106

100.0

100.0

Total

5. Unit kerja
unitkerja
Frequency
Valid hod

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

41

38.7

38.7

38.7

iss

10

9.4

9.4

48.1

hr

6.6

6.6

54.7

wt

4.7

4.7

59.4

teknik

10

9.4

9.4

68.9

sps

17

16.0

16.0

84.9

pretreatment

7.5

7.5

92.5

gudang

7.5

7.5

100.0

106

100.0

100.0

Total

6. Pengetahuan
pengetrecord
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

rendah

65

61.3

61.3

61.3

tinggi

41

38.7

38.7

100.0

Total

106

100.0

100.0

7. Sikap
sikaprecord
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

negatif

56

52.8

52.8

52.8

positif

50

47.2

47.2

100.0

Total

106

100.0

100.0

117

8. Kepatuhan
patuhsop
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

tidak patuh

73

68.9

68.9

68.9

patuh

33

31.1

31.1

100.0

Total

106

100.0

100.0

9. Reward and punishment


rewardrecord
Frequency
Valid

Percent

Cumulative
Percent

Valid Percent

rendah

66

62.3

62.3

62.3

tinggi

40

37.7

37.7

100.0

Total

106

100.0

100.0

10. Pengawasan
pengrecord
Frequency
Valid

Percent

Cumulative
Percent

Valid Percent

rendah

61

57.5

57.5

57.5

tinggi

45

42.5

42.5

100.0

Total

106

100.0

100.0

11. Sosialisasi
sosrecord
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

rendah

62

58.5

58.5

58.5

tinggi

44

41.5

41.5

100.0

Total

106

100.0

100.0

12. Housekeeping
housrecord
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

tidak kondusif

55

51.9

51.9

51.9

kondusif

51

48.1

48.1

100.0

106

100.0

100.0

Total

118

Output bivariat
1. Kecelakaan Ringan Berdasarkan Usia
usiarecord * kecelakaan Crosstabulation
kecelakaan
iya
usiarecord

muda

tua

tidak

Count

35

25

60

% within usiarecord

58.3%

41.7%

100.0%

% within kecelakaan

56.5%

56.8%

56.6%

27

19

46

% within usiarecord

58.7%

41.3%

100.0%

% within kecelakaan

43.5%

43.2%

43.4%

Count

Total

Total

Count

62

44

106

% within usiarecord

58.5%

41.5%

100.0%

% within kecelakaan

100.0%

100.0%

100.0%

Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio

Exact Sig. (2sided)

.970

.000

1.000

.001

.970

.001
b

Asymp. Sig. (2sided)

df

Fisher's Exact Test

Exact Sig. (1sided)

1.000

Linear-by-Linear Association
b

N of Valid Cases

.001

.565

.970

106

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19,09.
b. Computed only for a 2x2 table

2. Kecelakaan Ringan Berdasarkan Jenis Kelamin


jeniskelamin * kecelakaan Crosstabulation
kecelakaan
iya
jeniskelamin

laki-laki

perempuan

Total

Count

tidak

Total

32

30

62

% within jeniskelamin

51.6%

48.4%

100.0%

% within kecelakaan

51.6%

68.2%

58.5%

Count

30

14

44

% within jeniskelamin

68.2%

31.8%

100.0%

% within kecelakaan

48.4%

31.8%

41.5%

Count

62

44

106

% within jeniskelamin

58.5%

41.5%

100.0%

% within kecelakaan

100.0%

100.0%

100.0%

119

Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square

.088

2.268

.132

2.947

.086

2.910

Continuity Correction

Likelihood Ratio

Asymp. Sig. (2sided)

df

Exact Sig. (2sided)

Fisher's Exact Test

.111

Linear-by-Linear Association
b

N of Valid Cases

2.883

Exact Sig. (1sided)

.066

.090

106

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18,26.
b. Computed only for a 2x2 table

3. Kecelakaan Ringan Berdasarkan Lama Kerja


lamarecord * kecelakaan Crosstabulation
kecelakaan
iya
lamarecord

baru

Count

lama

Total

33

24

57

% within lamarecord

57.9%

42.1%

100.0%

% within kecelakaan

53.2%

54.5%

53.8%

29

20

49

% within lamarecord

59.2%

40.8%

100.0%

% within kecelakaan

46.8%

45.5%

46.2%

62

44

106

% within lamarecord

58.5%

41.5%

100.0%

% within kecelakaan

100.0%

100.0%

100.0%

Count

Total

tidak

Count

Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction

.893

.000

1.000

.018

.893

.018
b

Likelihood Ratio

Asymp. Sig. (2sided)

df

Fisher's Exact Test


Linear-by-Linear Association
b

N of Valid Cases

Exact Sig. (2sided)

1.000
.018

.894

106

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20,34.
b. Computed only for a 2x2 table

120

Exact Sig. (1sided)

.526

4. Kecelakaan Ringan Berdasarkan Pengetahuan


pengetrecord * kecelakaan Crosstabulation
kecelakaan
iya
pengetrecord

rendah

tinggi

Total

Count

tidak

Total

48

17

65

% within pengetrecord

73.8%

26.2%

100.0%

% within kecelakaan

77.4%

38.6%

61.3%

14

27

41

% within pengetrecord

34.1%

65.9%

100.0%

% within kecelakaan

22.6%

61.4%

38.7%

62

44

106

58.5%

41.5%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

Count

Count
% within pengetrecord
% within kecelakaan

Chi-Square Tests
Value
16.321a
14.726
16.526

Pearson Chi-Square
Continuity Correctionb
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Casesb

Asymp. Sig. (2sided)

df
1
1
1

Exact Sig. (2sided)

.000
.000
.000
.000

16.167

.000

106

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,02.
b. Computed only for a 2x2 table

5. Kecelakaan Ringan Berdasarkan Sikap


sikaprecord * nearmiss Crosstabulation
nearmiss
iya
sikaprecord

negatif

Count
% within sikaprecord

positif

Count
% within sikaprecord

Total

Count
% within sikaprecord

121

Exact Sig. (1sided)

tidak

Total

41

15

56

73.2%

26.8%

100.0%

21

29

50

42.0%

58.0%

100.0%

62

44

106

58.5%

41.5%

100.0%

.000

Chi-Square Tests
Value
10.600a
9.354
10.762

Pearson Chi-Square
Continuity Correctionb
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Casesb

Asymp. Sig. (2sided)

df
1
1
1

Exact Sig. (2sided)

.001
.002
.001
.002

10.500

Exact Sig. (1sided)

.001

.001

106

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20,75.
b. Computed only for a 2x2 table

6. Kecelakaan Ringan Berdasarkan Kepatuhan Terhadap Prosedur


patuhsop * kecelakaan Crosstabulation
kecelakaan
iya
patuhsop

tidak patuh

patuh

Count

Total

52

21

73

% within patuhsop

71.2%

28.8%

100.0%

% within kecelakaan

83.9%

47.7%

68.9%

10

23

33

% within patuhsop

30.3%

69.7%

100.0%

% within kecelakaan

16.1%

52.3%

31.1%

62

44

106

58.5%

41.5%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

Count

Total

tidak

Count
% within patuhsop
% within kecelakaan

Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction

.000

14.041

.000

15.783

.000

15.681
b

Likelihood Ratio

Asymp. Sig. (2sided)

df

Fisher's Exact Test


Linear-by-Linear Association
b

N of Valid Cases

Exact Sig. (2sided)

.000
15.533

.000

106

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,70.
b. Computed only for a 2x2 table

122

Exact Sig. (1sided)

.000

7. Kecelakaan Ringan Berdasarkan Reward And Punishment


rewardrecord * kecelakaan Crosstabulation
kecelakaan
iya
rewardrecord

rendah

tinggi

Total

Count

tidak

Total

39

27

66

% within rewardrecord

59.1%

40.9%

100.0%

% within kecelakaan

62.9%

61.4%

62.3%

23

17

40

% within rewardrecord

57.5%

42.5%

100.0%

% within kecelakaan

37.1%

38.6%

37.7%

62

44

106

58.5%

41.5%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

Count

Count
% within rewardrecord
% within kecelakaan

Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio

Exact Sig. (2sided)

.872

.000

1.000

.026

.872

.026
b

Asymp. Sig. (2sided)

df

Fisher's Exact Test

Exact Sig. (1sided)

1.000

Linear-by-Linear Association
b

N of Valid Cases

.026

.516

.873

106

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,60.
b. Computed only for a 2x2 table

8. Kecelakaan Ringan Berdasarkan Pengawasan


pengrecord * kecelakaan Crosstabulation
kecelakaan
iya
pengrecord

rendah

tinggi

Total

Count

tidak

Total

42

19

61

% within pengrecord

68.9%

31.1%

100.0%

% within kecelakaan

67.7%

43.2%

57.5%

20

25

45

% within pengrecord

44.4%

55.6%

100.0%

% within kecelakaan

32.3%

56.8%

42.5%

62

44

106

% within pengrecord

58.5%

41.5%

100.0%

% within kecelakaan

100.0%

100.0%

100.0%

Count

Count

123

Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction

.012

5.389

.020

6.376

.012

6.354
b

Likelihood Ratio

Asymp. Sig. (2sided)

df

Exact Sig. (2sided)

Fisher's Exact Test

Exact Sig. (1sided)

.017

Linear-by-Linear Association

6.294

N of Valid Cases

.010

.012

106

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18,68.
b. Computed only for a 2x2 table

9. Kecelakaan Ringan Berdasarkan Sosialisasi K3


sosrecord * kecelakaan Crosstabulation
kecelakaan
iya
sosrecord

rendah

tinggi

Total

Count

tidak

Total

38

24

62

% within sosrecord

61.3%

38.7%

100.0%

% within kecelakaan

61.3%

54.5%

58.5%

24

20

44

% within sosrecord

54.5%

45.5%

100.0%

% within kecelakaan

38.7%

45.5%

41.5%

62

44

106

58.5%

41.5%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

Count

Count
% within sosrecord
% within kecelakaan
Chi-Square Tests
Value

Pearson Chi-Square
Continuity Correction

.487

.244

.621

.481

.488

.482
b

Likelihood Ratio

Asymp. Sig. (2sided)

df

Fisher's Exact Test


Linear-by-Linear Association
b

N of Valid Cases

Exact Sig. (2sided)

.551
.478

.489

106

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18,26.
b. Computed only for a 2x2 table

124

Exact Sig. (1sided)

.310

10. Kecelakaan Ringan Berdasarkan Unit Kerja


unitkerja * kecelakaan Crosstabulation
kecelakaan
iya
unitkerja

hod

Count

iss

23

18

41

56.1%

43.9%

100.0%

% within kecelakaan

37.1%

40.9%

38.7%

10

% within unitkerja

70.0%

30.0%

100.0%

% within kecelakaan

11.3%

6.8%

9.4%

14.3%

85.7%

100.0%

1.6%

13.6%

6.6%

Count
% within unitkerja
% within kecelakaan

wt

Count

40.0%

60.0%

100.0%

3.2%

6.8%

4.7%

10

% within unitkerja

80.0%

20.0%

100.0%

% within kecelakaan

12.9%

4.5%

9.4%

11

17

% within unitkerja

64.7%

35.3%

100.0%

% within kecelakaan

17.7%

13.6%

16.0%

% within unitkerja
% within kecelakaan
teknik

Count

sps

Count

pretreatment

Count
% within unitkerja
% within kecelakaan

gudang

Count
% within unitkerja
% within kecelakaan

Total

Count
% within unitkerja
% within kecelakaan

62.5%

37.5%

100.0%

8.1%

6.8%

7.5%

62.5%

37.5%

100.0%

8.1%

6.8%

7.5%

62

44

106

58.5%

41.5%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases

Total

% within unitkerja

Count

hr

tidak

Asymp. Sig. (2sided)

df
a

9.262
9.707
.639

7
7
1

106

a. 10 cells (62,5%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 2,08.

125

.234
.206
.424

11. Kecelakaan Ringan Berdasarkan Housekeeping


housrecord * kecelakaan Crosstabulation
kecelakaan
iya
housrecord

tidak kondusif

kondusif

Total

Count

tidak

Total

38

17

55

% within housrecord

69.1%

30.9%

100.0%

% within kecelakaan

61.3%

38.6%

51.9%

24

27

51

% within housrecord

47.1%

52.9%

100.0%

% within kecelakaan

38.7%

61.4%

48.1%

62

44

106

% within housrecord

58.5%

41.5%

100.0%

% within kecelakaan

100.0%

100.0%

100.0%

Count

Count

Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction

.021

4.422

.035

5.330

.021

5.291
b

Likelihood Ratio

Asymp. Sig. (2sided)

df

Fisher's Exact Test


Linear-by-Linear Association
b

N of Valid Cases

Exact Sig. (2sided)

.030
5.241

.022

106

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21,17.
b. Computed only for a 2x2 table

126

Exact Sig. (1sided)

.018

Lampiran Hasil Observasi Sosialisasi K3 dan Housekeeping


No
1

Gambar

Keterangan
Keterangan pada
tanda peringatan
kurang jelas dan
ditempatkan di
tempat
yang
kurang strategis.

Poster basah dan


mulai pudar.

Poster
kurang
menarik
dan
tidak disesuaikan
dengan kondisi
pekerjaan.

127

Tanda
emergency exit
route tertutupi.

Akses jalan
terhalang oleh
tumpukan galon.

Terdapat
genangan air dan
lantai licin.

Akses jalan
terhalangi pipa.

Lantai bolong
dan bocor.

Terdapat
genangan air.

128

Safety boot tidak


ditempatkan
pada tempatnya.

Tumpukan hasil
belas botol galon
menutupi jalan.
Serbuk botol
berceceran di
lantai.

Serbuk botol
berceceran di
lantai.

Serbuk botol
ditempatkan di
karung bekas
bukan di tempat
khusus.
Kardus
diletakkan di
tengan jalan.
Tumpukan botol
galon melebihi
kapasitas tempat
yang disediakan.

129

10

Material yang
tidak digunakan
tidak
ditempatkan di
tempat khusus.

11

Penyusunan
kabel-kabel tidak
rapih dan
berdebu.

12

Material yang
tidak digunakan
tidak dirapikan
sehingga
mengganggi
akses jalan
menuju area
kerja.

130

Anda mungkin juga menyukai