Anda di halaman 1dari 48

EKSPLORASI AIRTANAH MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK

Oleh : Agus santoso GF FTM UPN


BAB.I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.


Eksplorasi air bawah tanah (ABT) untuk memenuhi kebutuhan yang selalu meningkat
dari tahun ketahun sering membuat manusia lupa akan daya dukung alam yang ada
batasnya dalam memenuhi kebutuhan air tersebut, baik untuk kehidupan sehari-hari
maupun untuk kebutuhan lain seperti industri, irigasi maupun penyediaan air
perkotaan. Kondisi seperti ini sangat dipengaruhi oleh laju pertumbuhan penduduk
yang diiringi dengan pesatnya pembangunan fisik.

Apabila kondisi seperti ini tidak segera diatasi, dikhawatirkan akan menimbulkan
dampak-dampak yang sangat merugikan, misalnya penurunan muka air tanah, intrusi
air laut (Sea water encroacment), penurunan kualitas air tanah, serta penurunan
permukaan air tanah.

Kebutuhan air bersih di DI Indonesia dari waktu ke waktu selalu meningkat, yang
sebagian besar dipenuhi oleh hasil eksploitasi air bawah tanah di daerah daerah
tertentu selama ini dirasakan sangat kurang memadai, karena kondisi air tanahnya
memang hanya sedikit, ini disebabkan oleh kondisi geologis yang bervariasi.

Dalam rangka mengantisipasi kondisi tersebut diatas, maka perlu dilakukan penelitian
dalam rangka penataan penyebaran wilayah cekungan akifer. Dari hasil penelitian
tersebut diharapkan dapat diilustrasikan zonasi kondisi hidrogeologis daerah telitian
dikaitkan dengan usaha eksploitasi air bawah tanah untuk berbagai keperluan, yang
mencakup antara lain : wilayah dengan air tanah tidak dapat dikembangkan, wilayah
dengan air tanah masih dapat dikembangkan untuk pemukiman, industri, pertanian,
perkebunan dll, wilayah resapan air bawah tanah (recharge area) maupun wilayahwilayah yang perlu penelitian lebih lanjut.

1.2. Maksud dan Tujuan


Pekerjaan eksplorasi penyebaran wilayah cekungan air tanah (Akifer) dimaksudkan
untuk memberikan gambaran tentang kondisi air bawah tanah di daerah penelitian,
yaitu tentang penyebaran akifer, kuantitas, kualitas dan debit air bawah tanah secara
umum, serta kesesuaian pemanfaatannya dimasa yang akan datang dengan
mempertimbangkan daya dukung lingkungannya.

Tujuan adalah bahwa dengan adanya informasi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
Pemerintah Daerah serta untuk seluruh masyarakatnya sebagai :
1.

Bahan

masukan

bagi

Pemerintah

Daerah

dalam

Penyusunan

rencana

Pembangunan Daerah.
2. Pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam mengelola air bawah tanah di Daerah
Kabupaten , antara lain :

-Pemberian rekomendasi terhadap permohonan surat ijin

Pemgambilan Air

Bawah Tanah (SIPA).


- Pengawasan kegiatan pengambilan air bawah tanah.
3.

Informasi tentang potensi air bawah tanah bagi masyarakat, terutama untuk
kegiatan ilmiah dan pengembangan daerah

1.3. Ruang Lingkup Pekerjaan.


Lingkup kegiatan pada pekerjaan penataan penyebaran wilayah penetrasi akifer,
meliputi :
1. Inventarisasi data sekonder.
2. Pekerjaan survey/investigasi, yang meliputi :
- Pengukuran sounding geolistrik metode Schlumberger :
a. Makin banyak pengukuran geolistrik makin akurat hasilnya.
b. Alat resistivity meter : Ares, Syscal, Oyo Mc Ohm model 2115 digital.
c. Panjang rentangan elektrode arus 250 - 300 meter. (Total : 600 m)
- Pemetaan sebaran sumur gali dan sumur bor.
- Ploting lokasi sumber mata air diseluruh daerah
- Ploting Daerah Aliran Sungai (DAS)
- Pengambilan contoh air tanah (apabila diperlukan untuk di analisa)
3. Analisa kimia dan fisika air tanah (Apabila diperlukan)
4. Evaluasi data
5. Analisa data
6. Analisa Hidrogeologi

7. Penyusunan laporan dilengkapi dengan gambar-gambar, peta-peta dan tabel-tabel


serta lampiran yang lain.

1.4. Peralatan yang digunakan


- Peralatan Geolistrik : Resistivity meter
Untuk keperluan survei diperlukan peralatan :
a. Alat utama pengirim arus listrik DC tegangan tinggi
b. Sumber arus listrik, aki 12 Volt kapasitas sekitar 50 AH
c. 2 buah multimeter, high impedance, high precision
d. Kabel 2 gulung a 500 m untuk jarak elektroda AB
e. Kabel 2 gulung a 50 m untuk jarak elektroda MN
f. 2 buah elektroda stainless steel untuk elektroda AB
g. 2 buah porous pot dengan larutan CuSO4 untuk elektroda MN
h. 3 buah Handy Talky
i. Sejumlah kertas data
j. Sejumlah kertas grafik logaritma ganda
k. Kalkulator untuk menghitung 'apparent resistivity'
l. GPS (Global Positioning System) untuk penentuan koordinat lokasi
m. Peta lokasi untuk plotting lokasi titik pengukuran pada peta.
- Pengukur daya hartar listrik (DHL)
- Pengukur Keasaman air (PH meter)
- Pengukur debit ( flow meter)
- Kompas dan palu geologi serta peta topografi skala 1 : 50.000
- Dan alat lain yang diperlukan sesuai kebutuhan.

1.5. Waktu dan Personil Peneliti.


2.1. Waktu Penelitian

Sebaiknya waktu penelitian dilakukan di musim kemarau, antara bulan Juli


sampai November. Karena pada saat tersebut batuannya cukup kering,
sehingga kontras resistivitas antara batuan pembawa airtanah dengan
batuan yang kering sangat jelas bedanya, ini akan mempermudah dalam
prosesing data, sehingga akurasinya sangat tinggi.

2.2. Personil.
Guna memperoleh sasaran yang diharapkan, maka pelaksanaan pekerjaan ditangani
oleh beberapa tenaga ahli, yang terdiri dari : Untuk satu lokasi diperlukan :

No
1
2
3
4

Jabatan
Ketua Tim
Koord Survey
Pelaksana Ahli
Anggota

Profesi
Geophysics/Geologist
Geophysics
Geologist/Hidrologis
Surveyor

Jumlah (Orang)
1
1
1
4

BAB II. METODE PENELITIAN

Secara keseluruhan, metode penelitian dilaksanakan atas dasar tahapan-tahapan


sebagai berikut :
1. Persiapan.
2. Rekonais (Reconnaisance)

3. Survey lapangan
4. Pengolahan data
5. Uji Laboratorium
6. Evaluasi dan Interpretasi.

2.1. Persiapan
Dalam tahap persiapan, dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut :
a. Pengumpulan dan review data sekonder yang meliputi :
- Geologi dan Geomorfologi.
- Log litologi dari sumur - sumur bor yang ada, rekaman-rekaman muka air tanah dan
fluktuasinya.
- Penurunan muka air tanah saat pemompaan
- Posisi saringan
- Kualitas air tanah
- Curah hujan
- Air permukaan
- Penguapan
-

Dan lain-lain data yang diperlukan.

b. Menyiapkan alat-alat bantu survey, termasuk peta topografi.


c. Menyiapkan perijinan survey dan urusan administratif lain.

2.2. Rekonais daerah telitian

Dengan terkumpulnya data sekunder, kemudian dipelajari kondisi umum daerah


penelitian, disertai observasi atau pengamatan lapangan. Hasil dari
data sekunder dan observasi lapangan, kemudian dapat dilokalisir daerah-daerah
yang perlu diteliti secara detail.

2.3. Akusisi data lapangan.


Merupakan pekerjaan lapangan sbb :
a. Pencatatan data sumur bor dan sumur gali, ataupun sumur pantau, dimaksudkan
untuk memperoleh data tentang :
- Kedudukan muka air tanah
- Suhu air tanah
- Daya hantar listrik (DHL) air tanah.
- Derajat keasaman (PH) air.
- Debit
- Data penunjang lain yang diperlukan.

b. Pengambilan contoh air tanah (Apabila diperlukan).


Untuk keperluan analisa terhadap sifat fisik dan kimia air tanah yang bersangkutan
(Fisik : suhu, daya hantar listrik. Sedang untuk sifat kimia : Derajat keasaman).

c. Akusisi data Geolistrik.

Dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang kondisi hidrogeologi sub surface,


yaitu tentang kedalaman, ketebalan dan penyebaran akifer
(Konfigurasi akifer). Dari penyelidikan ini akan didapatkan kedalaman air tanah serta
pola sebaran yang detail untuk seluruh daerah penelitian. Banyak pengukuran
geolistrik untuk seluruh daerah Kabupaten

diperkirakan

sebanyak 100 titik

pengukuran, dengan penentuan lokasi titik dilakukan secara random dan dapat
mewakili seluruh daerah , dan lokasi titik amat menggunakan alat Global Posisitioning
System (GPS).

2.4. Pengolahan data Geolistrik


Pengolahan

data

geolistrik

dilakukan

dengan

software

/program

komputer,

menggunakan 2-3 program, kemudian digabungkan dengan data geologi setempat


sehingga dihasilkan satu kesimpulan.
ad.4). Uji Laboratorium (apabila diperlukan)
Uji laboratorium digunakan untuk memperoleh gambaran secara lengkap tentang sifat
fisika dan kimia air tanah, baik air tanah dangkal maupun air tanah dalam.
Hasi Uji laboratorium ini untuk memberikan analisa final dan data evaluasi akhir, yang
akan dituangkan dalam bentuk peta- peta atau diagram lengkap.

ad.5). Analisa, Evaluasi dan Interpretasi data.


Data yang telah terkumpul dari hasil pengumpulan data sekunder, observasi
lapangan, maupun survey lapangan, serta uji laboratorium , selanjutnya dievaluasi
dan analisa untuk memperoleh informasi tentang :
- Kedudukan (kedalaman) muka air tanah,

- Daya hantar listrik (DHL) air tanah,


- Derajat keasaman (PH) air dan perkiraan debit.

BAB. II. KONSEP DASAR TEORI GEOLISTRIK

2.1. Maksud dan Tujuan.


Geolistrik bertujuan untuk mengetahui formasi yang bersifat kondusif di dalain bumi,
kondisi keairan yang diperkirakan/prospek. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui gambaran (konfigurasi) geologi di bawah permukaan yang bersifat
resistivitas rendah pada daerah yang diperkirakan potential mengandung air tanah.

2.2. Dasar Teori


Geolistrik adalah metoda geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik dalam bumi
dan bagaimana mendeteksinya dipermukaan bumi.

Dalam hal ini meliputi

pengukuran potensial, arus dan medan elektromagnetik yang terjadi, baik secara
alamiah maupun akibat injeksi arus ke dalam bumi. Oleh karena itu metode geolistrik
mempunyai banyak macam, termasuk di dalamnya metode potensial diri, arus teluric,
magneto teluric, elektro magnetik, induksi polarisasi dan resistivity (tahanan jenis).
Pada metode resistivity arus listrik di injeksikan ke dalam bumi melalui elektroda arus,
kemudian beda potensial yang timbul di ukur melalui dua buah elektrode potensial.
Dari pengukuran tersebut untuk jarak elektroda yang berbeda kemudian dapat
diturunkan variasi harga hambatan jenis masing-masing lapisan di bawah titik ukur.

I
AB = elektroda arus
MN=elektroda potensial
V
A

Metode ini lebih efektif bila digunakan untuk eksplorasi dangkal, karena jarang
memberikan informasi lapisan pada kedalarnan lebih dari 300 meter.
Umumnya metode ini digunakan dalam bidang engineering geology, seperti :
penentuan kedalaman batuan dasar, pencarian reservoir air dan eksplorasi
panasbumi (geothermal).
Geolistrik (metode tahanan jenis) adalah metode geofisika dengan berdasarkan sifatsifat kelistrikan batuan.

Sifat kelistrikan batuan dipengaruhi oleh :


1 . Kandungan mineral logam
2. Kandungan mineral non logam
3. Kandungan elektrolit padat
4. Kandungan air garam
5. Perbedaaan tekstur batuan
6. Perbedaan porositas batuan
7. Perbedaan permeabilitas batuan
8. Perbedaan temperatur.

10

Keuntungan dari metode ini adalah :


1. Dapat membedakan macam-macam batuan di dalam bumi tanpa harus melakukan
pengeboran lebih dahulu.
2. Biaya murah dan relatif cepat.
3. Pemakaiannya luas/mudah.

Batuan yang

mempunyai

resistivitas

(tahanan

jenis) tinggi,

konduktifitasnya

(kemampuan mengalirkan listrik) akan semakin kecil, demikian pula sebaliknya bila
batuan dengan resistifitas rendah, (Konduktivitas > < Tahanan Jenis).

Resistifitas (tahanan jenis) batuan akan sangat dipengaruhi oleh :


- Kandungan logam besar, maka batuan adalah penghantar arus listrik, nilai tahanan
jenis kecil, konduktivitasnya besar.
-

Tekstur kompak - tahanan jenis kecil

Porositas dan terisi air - tahanan jenis kecil

Porositas tidak terisi air - tahanan jenis besar

Elektrolit padat - sangat penghantar listrik

Batuan dengan temperatur tinggi - tahanan jenis kecil

Batuan permeabel - tahanan jenis kecil

Salt Water - konduktivitas besar, tahanan jenis kecil.

2.3. Konsep Resistivitas Semu

11

1. Diasumsikan medium homogen

Re sistivitas ( ) K

V
I

resistivitas semu

faktor geometri

potensial

aliran arus

Karena dalam medan homogen, maka resistivitas semu adalah resistivitas yang
sebenarnya dan tidak tergantung spasi elektrodanya.
2. Medium tak homogen

Re sistivitas ( ) K

V
I

Disini resistivitas yang terukur (apparent resistivity) adalah bukan resistivitas


sebenarnya dan tergantung spasi elektrodanya,

Karena tidak homogen, maka kenyataan di lapangan bahwa bumi berlapis-lapis,


lapisan batuan dan masing-masing periapisan mempunyai harga resistivitas yang
tertentu.

12

Tiap-tiap medium (lapisan batuan) mempunyai sifat kelistrikan berbeda-beda,


tergantung dari - komposisi mineral
- kandungan air
- permeabilitas / tekstur
- suhu dan umur geologi
Beberapa sifat kelistrikan adalah potensial listrik yang memanfaatkan sifat
konduktivitas batuan untuk mendeteksi keadaan bawah permukaan dengan
mengadakan pengukuran di permukaan bumi.
Penyelidikan geolistrik dibagi
1. Horisontal Profilling (Mapping)
2. Vertical Sounding (Depth Sounding)

ad 1) Horisontal Profilling
Ini dilakukan untuk mengetahui kecenderungan harga resistivitas di suatu areal
tertentu. Tujuannya adalah untuk mempelajari gambaran tentang variasi permukaan
dari harga resistivitas secara lateral yang dapat diasosiasikan dengan struktur
patahan, intrusi, dike.
Jarak antara elektroda dipertahankan tetap dan susunan secara keseluruhan
dipindahkan sepanjang garis lurus.

13

C1

P1

C1

P2

P1

C2

P2

C2

ad 2) Vertical Sounding
Tujuannya untuk mendapatkan informasi tentang kedalaman/ketebalan lapisan batuan
dari harga resistivitasnya secara vertikal, guna mendapatkan gambaran geologi yang
lengkap di bawah permukaan. Adanya perbedaan resistivitas akan tampak dengan
jelas pada penentuan kedalaman lapisan batuan yang mempunyai tahanan jenis
berbeda-beda.
Stasiun-stasiun pengamat dibuat tetap, sedang elektrode-elektrode arus dan
tegangan digerakkan sesuai dengan penambahan jarak electrode. Spasi electrode
tersebut akan menentukan besarnya faktor geometrik (K) = 2 a
C1

C1

P1

P1

P2

C2

P2

C2

Daftar tahanan jenis batuan (ohm-m) berdasarkan umur geologi (Dobrin, 1979)
UMUR

BATUPASIR,

PASIR

VOLKANIK,

GRANIT,

GAMPING,

GEOLOGI

SERPIH

LEPAS,

BASALT, TUFF

GABRO

ANHYDRIT

LEMPUNG,

RHYOLITH,

ARKOSE

14

Quarter
Mesosoik
Paleosoik
Precambrium

1 - 10
5 - 20
10 - 4
100 -2000

15 - 50
25 - 100
50 - 300
300 -5000

10 - 200
20 - 500
50 - 1000
200 -5000

500 -2000
500 -2000
1000 -5000
5000 -20000

50 - 5000
100 - 10000
100 - 10000
200 -100000

Harga resistivity Mineral (ohm cm) :


Kalsite

= 5,5 . 1015.

Galena

= 0,001 - 0,525

Magnetik

= 0,008 - 0,5

Pyrite

= 0,02 - 9

Kuarsa

= 4.1012.

Air distilasi

= 2 . 107.

Air laut

= 21

Tembaga Murni

= 1,7 . 10-6.

Besi Murni

= 10-5.

Batuan sebagai penghantar listrik baik dengan tahanan jenis : 10 -5-10-2 ohm-m.
Batuan sebagai penghantar listrik sedang, tahanan jenis : 10 -2-107 ohm-m.
Batuan sebagai penghantar listrik buruk, tahanan jenis

: 107 - 1015 ohm-m

2.3. Operasional Lapangan.

Hambatan dalam pelaksanaan pengukuran dilapangan adalah, kondisi medan/daerah


yang sangat sulit untuk dilakukan pengukuran, sebab relief yang cukup terjal dibagian
tengah, serta batuannya sangat resisten/kompak merupakan batuan Gamping dan
daerah bagian tengah yang sulit air, umumnya batuan lempung Formasi Tawun,

15

sehingga arus yang dialirkan sering terganggu. Keuntungan pengukuran pada musim
kering adalah saat yang paling tepat, karena musim kemarau, sehingga diharapkan
adanya kontras resistivitas yang sangat baik antara batuan yang mengandung air
dengan batuan tanpa kandungan air dapat terdeteksi dengan jelas, maka diharapkan
akan didapatkan hasil yang akurasinya secara ilmiah dapat dipertanggung jawabkan.
Langkah-langkah operasional lapangan geolistrik adalah sebagai berikut :
1. Pre Survey
- Yang diselidiki : catat ketinggian lokasi
- Pemetaan geologi : Jenis batuan dan penyebarannya, urutan stratigrafi
- Diskripsi batuan (tekstur, struktur komposisi mineral)
2. Survey Lapangan
- Ukur kedalarnan sumur-sumur gali/bor
Amati kalau ada mineral-mineral yang khas dan penghantar listrik
- Pengukuran resistivity sebaiknya menghindari tiang listrik aliran air
diusahakan rentangannya tegak lurus aliran air permukaan dan tiang listrik.

3. Akusisi data lapangan


Pengukuran geolistrik dilapangan menggunakan metode Schlumberger, dengan cara
Vertikal Elektikal Sounding (VES), metode ini banyak digunakan untuk pencarian air
tanah dengan kedalaman 100 - 200 m.
Prinsip Kerja : Dua elektroda potensial tetap sedangkan dua elektroda arus jaraknya
diubah-ubah. Harga K tergantung dari penentuan jarak rentangan elektrode arus dan
elektrode potensial

16

I
AB = elektroda arus
MN = elektroda Pot
V
A

MN/2
AB/2

V
a
. 2

1
1
1

( a b / 2) ( a b / 2) ( a b / 2 )

V a 2 b
.

I
4
b

Keterangan :
a

= Jarak elektrode Arus

= Jarak elektrode Potensial

= Tahanan jenis semu (ohm-m)

= Beda potensial (Volt)

= Kuat arus

Elektrode arus (A dan B) diletakkan di sebelah luar dan elektrode potensial (M dan N)
diletakkan disebelah dalam. Tiap titik pengukuran spasi (jarak) dari susunan elektroda
secara berangsur-angsur diperbesar jaraknya, jarak maksimum elektrode arus : 250m.

Harga yang terukur di lapangan adalah harga tahanan jenis semu, yang perlu
dianalisa dengan metode penyamaan lengkung, menggunakan kurva baku.
Dalam penyelidikan ini data yang dicatat dan diukur dilapangan adalah :

17

Dicatat : No Lokasi, Asimut dan Lokasi Geografi. diukur : Rentangan Elektrode arus,
Rentangan elektrode potensial, arus yang dialirkan, serta tahanan jenis semu (ohmm). Alat yang digunakan dalam pengukuran ini pembacaannya secara digital, yang
dapat mengetahui jalannya arus yang diinjeksikan, sehingga dapat diketahui bila ada
arus yang terganggu.
Bila daerah yang disurvei cukup luas, hendaknya dibuat rencana sejumlah titik
pengukuran pada peta lokasi. Jarak antar titik pengukuran bisa bervariasi, tergantung
dari luas daerah, dana yang tersedia serta ketelitian yang diinginkan. Semakin dekat
jarak antar titik pengukuran, akan memberikan hasil yang lebih teliti. Misalnya luas
daerah yang disurvei = 5 km x 5 km, dan direncanakan jarak antar titik sejauh 500 m,
maka akan didapat 11 x 11 = 121 titik pengukuran
Untuk penentuan lokasi, hendaknya dipilih :
* daerah yang relatif datar. Untuk daerah yang bergelombang (naik turun), ukuran
meter dalam gulungan kabel bisa tidak tepat pada jarak yang semestinya
* daerah yang tidak terpengaruh oleh medan listrik tegangan tinggi ataupun adanya
petir sewaktu hujan. Hindari pengukuran sewaktu hujan turun.
* daerah yang bebas dari perpipaan dalam tanah dengan bahan dari logam.
* daerah yang bebas dari bahan logam yang terhubung ke tanah, misalnya pagar
besi atau rel kereta api. Hendaknya diperiksa apakah pagar besi tersebut
terhubung ke tanah. Pergunakan multimeter pada posisi 'Ohm' dan hubungkan
satu kabel multimeter ke pagar dan kabel yang lain ke tanah.
* di daerah batuan sedimen, usahakan bentangan kabel searah dengan jurus
lapisan batuan, pergunakan kompas geologi untuk mengetahui jurus perlapisan.
Daerah Berair ?
Untuk daerah yang mempunyai genangan air, hendaknya diperiksa apakah kabel
yang digunakan mempunyai kebocoran listrik. Kabel yang bocor akan menyebabkan
arus listrik akan mengalir melalui kebocoran ke air yang tergenang dan akan

18

diteruskan ke dalam tanah. Dalam hal ini jarak elektroda AB menjadi lebih pendek,
sehingga data yang didapat akan cacat.

Perkiraan Jarak AB/2 Terpanjang


Bila diinginkan prediksi lapisan batuan sampai kedalaman 300 m, hendaknya survei
dilakukan dengan menambah jarak AB/2 sampai 500 m, dengan alasan ada 2 buah
titik pengukuran sesudah 300 m yaitu jarak AB/2 = 400 m dan 500 m.

19

Contoh Blanko data Geolistrik


DATA PENDUGAAN GEOLISTRIK ( METODE SCHLUMBERGER )
NO STA :
LOKASI
:
TANGGAL :
ALAT
: Oyo Mh Ohm 2115 + boster
No
AB/2
MN/2
I (m-A)
V (m V)
1
1
0,5
2
2
0,5
3
3
0,5
4
4
0,5
5
5
0,5
6
6
0,5
6
6
2
7
8
2
8
10
2
9
12
2
10
15
2
11
20
2
11
20
5
12
25
5
13
30
5
14
40
5
15
50
5
16
60
5
16
60
25
17
80
25
18
100
25
19
120
25
20
140
25

Asimut : N

Ohm-m

Cuaca : Baik
LOKASI GPS : LS
BT
K
RHO (Ohm-m)
2,355
11,78
27,48
49,46
77,72
112,26
25,12
47,10
75,36
109,90
173,49
310,86
117,75
188,40
274,75
494,55
777,15
1122,55
186,83
362,67
588,75
865,07
1191,63

20

21
21
22
23
24
25
26
27
28

160
160
180
200
220
240
260
280
300

25
50
50
50
50
50
50
50
50

1568,43
725,34
938,86
1177,50
1441,26
1730,14
2044,14
2383,26
2747,50

Perhitungan Kualitatif
Tujuan dari penghitungan data geolistrik yang dalam hal ini berupa jarak AB/2 versus
'apparent resistivity' agar menjadi sejumlah lapisan batuan dengan masing-masing
ketebalan dan 'true resistivity'-nya. Kita tidak bisa menganggap suatu harga
'apparent resistivity' sebagai harga 'true resistivity' karena di dalam harga 'apparent
resistivity' yang terukur mengandung informasi harga 'true resistivity' dari beberapa
lapisan batuan di atas dan di bawah yang mempengaruhinya. Pada contoh data di
bawah, 'apparent resistivity' sebanyak 24 buah yang diukur dari jarak AB/2 = 2 meter
sampai 400 meter hanya menghasilkan 6 lapisan batuan dan bukan 24 lapisan
batuan. Meskipun data jarak AB/2 diperbanyak asalkan masih dalam kisaran antara 2
meter sampai 400 meter, maka akan tetap menghasilkan 6 lapisan batuan.
Kita juga akan kesulitan untuk membuat kelompok (grup) dari harga 'apparent
resistivity' tsb untuk mendapatkan lapisan batuan yang kurang dari 24 buah. Atas
dasar pertimbangan faktor apakah kisaran harga kelompok 'apparent resistivity' akan
dibuat. Bila kisaran harga kelompok ini dilakukan maka faktor subyektif akan banyak
ikut berperan, karena setiap orang yang melakukan akan mempunyai pendapat yang
berbeda-beda (secara kualitatif). Dan kita tidak bisa menilai apakah kelompok harga
yang dibuat oleh seseorang adalah lebih baik dari pada yang dibuat oleh orang lain,
karena tidak ada faktor pengukur di dalamnya.
Perhitungan Kuantitatif
Untuk mendapatkan informasi secara kuantitatif, perlu dihitung kemungkinan jumlah
lapisan yang ada serta ketebalan dan 'True Resistivity'-nya. Perhitungan yang

21

menggunakan program komputer menghasilkan parameter yang terdiri dari ketebalan


lapisan batuan serta 'True Resistivity' untuk setiap lapisan batuan.
Contoh data di bawah dilakukan dengan menggunakan konfigurasi Schlumberger.
Metoda perhitungan dengan menggunakan program komputer dilakukan dengan cara
sekaligus memasukkan sejumlah parameter ketebalan lapisan batuan beserta 'true
resistivity' dengan angka sembarang. Semakin dekat dengan nilai parameter
sesungguhnya, waktu yang dibutuhkan komputer untuk menghitung menjadi semakin
singkat.
Program komputer kemudian mengoreksi kombinasi nilai ketebalan dan 'true
resistivity' tsb untuk mendapatkan angka kesalahan ('RMS Error') terkecil setelah
terjadi sekian (bisa sampai ribuan) kali iterasi. Angka kesalahan terkecil ini
tergantung pada kualitas data lapangan serta banyaknya parameter yang
dimasukkan. Bila hasil perhitungan masih menunjukkan nilai kesalahan yang relatif
besar, akan dicoba dengan menambah atau mengurangi jumlah parameter yang
dimasukkan dan proses penghitungan dimulai lagi.
Hasil akhir yang didapat adalah dengan melihat angka kesalahan tersebut atau
dengan melihat kurva hasil perhitungan apakah berimpit dengan data lapangan.
Pada perhitungan dengan program komputer yang menggunakan filter O'Neill angka
kesalahan pada data tersebut di atas adalah sebesar 1.7 %.
Perbandingan: Lain halnya bila perhitungan dilakukan secara manual yaitu dengan
menggunakan metoda 'curve matching', parameter ketebalan dan 'true resistivity'
dihitung satu persatu dari ujung awal kurva dengan memotong bagian kurva menjadi
beberapa bagian. Umumnya hasil perhitungan secara manual memberikan hasil yang
kurang optimal dan bila dilihat angka kesalahannya umumnya di atas 10 %.
Dari gambar hasil perhitungan tsb di atas, kita bisa menduga bahwa :
1 Dari permukaan sampai kedalaman sekitar 0.5 m merupakan lapisan batuan hasil
. pelapukan dari batuan induk yang terletak di bawahnya. Nilai 'true resistivity'
menunjukkan tahap pelapukan belum sepenuhnya sempurna dan dalam kondisi
kering.
2 Dari kedalaman sekitar 0.5 m sampai 5.5 m, merupakan lapisan batuan yang
. kering, sulit untuk menghantar arus listrik atau lapisan batuan yang mempunyai

22

butiran kasar, misalnya konglomerat dan breksi atau lapisan batuan yang banyak
mengandung mineral kwarsa.
3 Dari kedalaman 5.5 m sampai 16 m, merupakan lapisan batuan yang relatif
. basah. Diperkirakan lapisan batuannya sama dengan lapisan di atasnya hanya
kondisinya lebih basah. Diperkirakan muka air tanah ('unconfined aquifer') mulai
dari kedalaman 5.5 m.
4 Dari kedalaman 16 m sampai 50 m merupakan lapisan batuan yang mempunyai
. butiran halus seperti lempung dalam kondisi basah. Dari nilai 'true resistivity' ada
kemungkinan komposisinya lempung pasiran.
5 Dari kedalaman 50 m sampai 135 m dengan ketebalan sekitar 85 m merupakan
. batuan yang lebih kasar dari lempung tetapi lebih halus dari konglomerat. Dengan
kata lain lapisan batuan ini merupakan lapisan batupasir yang tidak tersemen dan
mengandung 'fresh water'. Dari harga 'true resistivity' nya ada kemungkinan
lapisan batupasir ini berselang seling dengan lapisan batulempung, tetapi total
ketebalan batupasir ini masih lebih tebal daripada total ketebalan sisipan
batulempung.
Catatan:Disini disebut batupasir dan batulempung karena lapisan batuan ini
secara stratigrafis merupakan lapisan batuan dari suatu formasi (istilah
geologi),

dalam

arti

meskipun

disebut

sebagai

batupasir

dan

batulempung tetapi kedua lapisan batuan tsb tidak tersemen.


6 Dari kedalaman 135 m ke bawah (sampai kedalaman 400 m atau lebih, jarak AB/2
. terpanjang = 400 m) merupakan lapisan batuan yang berbutir halus yaitu lapisan
batuan yang mempunyai komposisi lempung.
Interpretasi
Hasil dari perhitungan program komputer serta analisa yang dilakukan, hendaknya
dicocokkan dengan litologi dari stratigrafi daerah yang di-survei. Perhatikan juga
apakah daerah yang disurvei merupakan daerah sedimen atau daerah vulkanik
ataupun daerah yang telah mengalami proses metamorfosa.
Contoh : interpretasi hasil pengolahan data geolistrik

23

Langkah Kerja

24

Dalam website ini telah diterangkan apa yang perlu diketahui tentang geolistrik,
peralatan yang digunakan dan bagaimana melakukan survei geolistrik.
Step

Langkah Kerja

Bila kita mempunyai daerah survei untuk mencari target tertentu, misalnya mencari air
tanah ('fresh water') yang terletak relatif dalam di bawah permukaan tanah, maka kita
bisa melakukan sendiri survei geolistrik.

Siapkan peralatan yang diperlukan untuk survei, kertas data dan kertas grafik logaritma
ganda yang bisa dicetak dari program 'RhoPrint.

3.

Gambarkan pada peta survei, berapa titik sounding (pengamatan) dan lokasinya guna
keperluan survey tsb. Untuk daerah dengan batuan sedimen, hendaknya di-'grade' yaitu
antar titik pengamatan dengan jarak spasi yang relatif sama.

4.

Lakukan survei geolistrik, disarankan untuk menggunakan konfigurasi 'Schlumberger'


karena keunggulannya dalam mendeteksi lapisan non-homogen pada permukaan.

5.

Setelah survei selesai, ketikkan semua data serta nama lokasi titik pengamatan yang
didapat dari lapangan dengan menggunakan worksheet, seperti program Microsoft Excel
atau Corel Quattro Pro. Contoh penulisan data ada dalam program 'RhoPrint' pada menu
Help.

6.

Kirimkan file worksheet tsb dengan menggunakan fasilitas 'attachment' dari alamat email
anda kepada kami di alamat email juswoto@gmail.com Kirim SMS untuk pemberitahuan
dan konfirmasi.

7.

Dengan program penghitung khusus, kami akan menghitung kemungkinan banyaknya


lapisan batuan dan ketebalan serta 'true resistivity' nya.

8.

Setelah penghitungan selesai, kami akan mengirimkan file dengan ekstensi *.RES pada
alamat email anda.

9.

Anda dapat mencetak hasil ketebalan dan kedalaman lapisan serta 'true resistivity' dari
setiap lokasi pengamatan (titik sounding) dari file *.RES tsb dengan menggunakan
program 'RhoPrint'

10.

Lakukan analisa hasil pencetakan dari tiap lokasi pengamatan sesuai dengan keadaan
stratigrafi / litologi dari daerah dimana survei dilakukan.

11.

Dari hasil analisa, anda dapat menyimpulkan ada tidaknya air tanah ('fresh water') di
bawah permukaan tanah dari daerah survei.

12.

Bila ditemukan target yang dicari, lakukan langkah lanjutan yaitu pemboran dan pekerjaan
lanjutan lainnya.

Program Penghitungan
Kami menggunakan program khusus (Rhowin 2007) untuk menghitung ketebalan dan
'true resistivity' lapisan batuan di bawah permukaan dari data geolistrik yang
menggunakan konfigurasi Schlumberger ataupun Wenner. Program yang kami
kembangkan sejak 1987 bisa menghitung secara akurat untuk data model (data

25

ideal) dengan kesalahan (RMS Error) sampai di bawah 0.1 %.


Untuk konfigurasi Wenner, program penghitung bisa menggunakan filter Ghosh 3 dan
Ghosh 4. Filter Ghosh 4 memberikan hasil yang lebih baik.
Untuk konfigurasi Schlumberger, program komputer bisa menggunakan filter Ghosh
3, Ghosh 4 dan O'Neill 6. Perhitungan dengan menggunakan filter O'Neill 6
memberikan hasil terbaik.
Program penghitung bisa melakukan penghitungan ketebalan dan 'true resistivity'
dengan menggunakan data sampel ataupun tanpa data sampel. Data sampel
dihitung secara otomatis dengan menggunakan teknik 'Qubic Spline', sehingga
kesalahan penghitungan data sampel di bawah 0.1 %.

BAB III. GEOLOGI UMUM

26

3.1. Fisiografi daerah .

Van Bemmelen (1949),membagi seluruh daerah di indonesia menjadi zona


fisiografi, mengatakan bahwa daerah penelitian termasuk dalam zona tertentu.

Secara Geomorfologi daerah tersebut dibagi menjadi beberapa satuan


Morfologi sbb : Satuan Morfologi Dataran rendah, dataran tinggi, pegunungan,
perbukitan lipatan/patahan, daerah kars dll, terangkan juga elevasi daerah,
kemiringan lereng/sudut lereng, vegetasi, tebal soilnya.

Iklim dan keadaan singkapan Bahan Galian.

Umumnya daerah-daerah di Indonesia, beriklim tropis basah, dicirikan oleh curah


hujan dan kelembaban yang cukup tinggi. Pada umumnya proses pelapukan dan
erosi berlangsungan sangat intensif, terutama di daerah yang berrelief cukup tinggi
dan batuan yang resistensinya rendah, sehingga mengakibatkan pengerjaan oleh air
berlangsung aktif mengikis batuan, dan mengakibatkan terbentuknya tubuh tanah
(soil) yang cukup tebal.

Faktor-faktor yang menyebabkan hal tersebut diatas pada iklim tropis :


1. Faktor Alami (Natural Factor).
a. Proses pelapukan secara biologi, fisika dan kimiawi, serta kondisi topografi yang
sangat mempengaruhi keadaan singkapan batuan dan bahan galian pada daerah
tersebut.

b. Proses geologi muda yang sampai sekarang terus berlangsung, seperti gerakan
tanah (longsoran), mengakibatkan singkapan segar tertutup oleh hasil longsoran

27

gerakan tanah tersebut, sehingga praktis sebagian data geologi sulit atau jarang
didapatkan.

2. Faktor Buatan (Artificial factor).


Campur tangan manusia yang berupa pekerjaan pengolahan lahan/tanah pertanian,
seperti pada deposit endapan aluvial sepanjang aliran sungai di daerah yang relatif
rendah, sehingga tubuh tanah menutup batuan dasar. Hal lain yang cukup
menghawatirkan adalah aktifitas industri yang merusak kawasan lingkungan yang
telah ada, sehingga ekosistem terganggu, dan munculah pencemaran (fisik, kimia),
hal ini juga terjadi pada daerah-daerah bekas tambang yang ditinggalkan dalam
bentuk lobang-lobang yang cukup lebar dan dalam sehingga perlu di reklamasi lagi
atau di reboisasi menjadi daerah lindung, yang tidak boleh diambil bahan galiannya.

3. Gerakan Tanah.
Secara umum gerakan tanah di daerah telitian dapat dikelompokkan dalam : Debris
slide, Rock slide, Rock fall, soil fall serta rock slide. Debris slide banyak terjadi di
daerah berlerang agak terjal dan yang di jatuhkan kelembah adalah soil. Rock fall
adalah batu-batu yang jatuh tanpa bidang gelincir (jatuh bebas).
Rock slide adalah batu-batu yang jatuh melalui bidang gelincir (biasanya lereng
tebing) sampai ke lembah. Soil fall banyak terjadi pada tebing-tebing sungai, yang
jatuh bebas adalah soil tepi sungai tersebut, sedangkan rock slide adalah batuan
yang bergerak melalui lereng karena gaya gravitasi.

28

Contoh yang paling banyak ditemukan gerakan tanah adalah di daerah yang
berbatuan

lempung

pada

daerah

tersebut

kondisi

jalan

umumnya

mudah

bergelombang dan bergerak, karena lempung bersifat plastis serta tidak tahan
terhadap tekanan dan kemudian dapat merusak badan jalan, kerusakan jalan
dominan pada daerah yang

dasar fondasinya batuan lempung. Contoh lain lagi

adalah pohon kelapa yang batangnya tidak lurus tetapi bengkok karena gerakan
tanah (creep) perlahan-lahan tetapi terus-menerus.

faktor penyebab yang paling dominan terjadinya gerakan tanah adalah : Stratigrafi,
struktur geologi, kemiringan lereng, curah hujan dan aktifitas manusia. Cara
pencegahan terjadinya gerakan tanah adalah sebagai berikut - Mengurangi
pembebanandi puncak bukit yang berlereng terjal.
- Membuat brojong/tanggul penahan.
- membuat drainase supaya air dapat mengalir luluasa.
- Reboisasi tanaman yang dapat menahan erosi.
- Usahakan membuat lereng tidak terlalu terjal.

4. Kondisi Masyarakat.
Mata pencaharian pokok penduduk daerah tersebut misalnya pada daerah tertinggal
umumnya sebagai petani, pedagang, dan hanya sebagian kecil saja sebagai pegawai

pemerintah. Tingkat pendidikan penduduk

umumnya masih rendah, kebanyakan

hanya lulusan sekolah dasar saja, sekolah lanjutan pertama hanya terdapat pada

29

tingkat kecamatan saja, sedangkan untuk melanjutkan ke sekolah lanjutan tingkat atas
harus ke kota kabupaten.

3.2. Stratigrafi.
Stratigrafi sangat penting dalam studi genesa bahan galian, karena dengan
diketahuinya stratigrafi maka dapat di deteksi kemungkinan adanya akuifer airtanah
dan cebakan bahan galian yang terkandung dalam sekuen stratigrafi tersebut.
Dalam pembahasan stratigrafi ini digunakan acuan stratigrafi, urutan dari batuan yang
berumur tua ke yang muda sbb :
Urutan batuan dalam stratigrafi ini dikelompokkan dalam Formasi batuan yang telah
diatur dalam Sandi Stratigrafi Indonesia. Formasi dinamai dengan lokasi type dimana
batuan tersebut didapatkan paling ideal, Contoh Formasi Wonosari yang berumur
Miosen ditemukan di daerah Wonosari Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta.
Batuan Dalam Formasi ini harus di diskripsi secara betul : Tekstur, struktur, Komposisi
mineral secara betul.
Penyebaran Batuan pada suatu Formasi ditunjukkan pada Peta Geologi regional dan
lokal daerah penelitian. Peta Geologi Regional dapat didapatkan di ESDM bagian
Kartografi di Bandung, atau di Yogyakarta.

3.3. Struktur Geologi


Struktur geologi dapat membantu dalam pencarian lokasi akuifer airtanah dan deposit
bahan- bahan galian, hal ini dapat juga digunakan untuk mengetahui genesa
terjadinya bahan galian tersebut.

30

Dengan adanya struktur batuan dapat diketahui lokasi akuifer airtanah, karena
struktur geologi (kekar, sesar, lipatan) adalah potensial tempat berkumpulnya
airtanah. Misalnya kekar dan sesar sangat mudah meloloskan airtanah sehingga
dapat dengan mudah dideteksi dinamika airtanah dibawah permukaan. Lipatan
adalah tempat berkumpulnya airtanah (akuifer), dengan diketahuinya akuifer maka
dapat dihitung besar cadangan dan dapat dipetakan sebaran airtanahnya.
Untuk daerah volkanik yang didominasi oleh batuan beku, umumnya struktur kekar
berperan sebagai akuifer celah, sedangkan untuk daerah karst yang dominan adalan
celah berkembang yang membentuk sungai bawah tanah.

BAB IV. AKUIFER

31

4.1. Tinjauan Umum

Air hujan yang jatuh ke bumi sebagian akan mengalir dan atau tergenang di atas
tanah sebagai air permukaan, sebagian lagi akan meresap ke dalam tanah, dan
sebagian kecil lainnya akan diserap oleh tumbuh-tumbuhan serta menguap. Dalam
keberadaannya, air sungai, danau, laut dan lain-lain, suatu saat, karena pemanasan
sinar matahari, akan mengalami penguapan untuk berubah menjadi awan. Awan
terbawa angin, bergerak dari tempat bertekanan maksimum menuju ke tempat yang
bertekanan udara minimum. Apabila awan tersebut bersentuhan dengan temperatur
yang lebih rendah, ia akan mengembun. Titik-titik embun kemudian berkelompok
membentuk butir-butir air. Karena berat, disebabkan oleh gravitasi, kemudian butirbutir air ini jatuh kembali ke bumi sebagai hujan. Air hujan sebagian masuk ke tanah,
sebagian diserap oleh tumbuh-tumbuhan, sebagian mengisi cekungan-cekungan,
tergenang atau mengalir, untuk suatu saat menguap kembali. Demikian proses alam
tersebut berlangsung terus-menerus, dan peristiwa ini dikenal sebagai daur hidrologi
atau siklus air.

Satu titik (molekul) air dapat menjalani daur hidrologi dalam waktu singkat, dalam
waktu lama, atau dalam waktu sangat lama. Daur yang singkat memakan waktu dalam
hitungan hari. Daur yang lama memakan waktu dalam hitungan bulan hingga tahun.
Sedangkan daur yang sangat lama memakan waktu puluhan tahun hingga jutaan
tahun. Daur yang memakan waktu lama terjadi apabila air yang meresap ke bawah
permukaan menjalani perjalanan sangat panjang untuk sampai ke laut, atau air yang
jatuh ke permukaan bumi terjebak dalam proses sedimentasi, kemudian menjadi air

32

formasi.

Air

formasi

hanya

mungkin

menguap

kembali

bila

batuan

yang

mengandungnya tersingkap, atau ia dieksploitasi.

Sebagaimana telah disinggung di atas, airtanah adalah air yang berada dan bergerak
di dalam tanah, di dalam ruang antar butir batuan, atau di dalam celah-celah retakan
batuan. Air tanah bermigrasi dari tempat yang lebih tinggi menuju ke tempat yang
lebih rendah, dikendalikan oleh beda tinggi potensial dan landaian hidrolika. Dinamika
airtanah dipengaruhi oleh besarnya permeabilitas (k) dan konduktivitas hidrolika (K)
batuan yang dihuninya. Permeabilitas adalah kemampuan tanah/batuan dalam
meluluskan air, sedangkan konduktivitas hidrolika adalah besarnya air yang dapat
dialirkan melalui suatu luasan penampang batuan/media dalam suatu waktu. Semakin
besar harga k dan K suatu batuan, semakin besar kemampuannya meluluskan air,
dan semakin berpotensi sebagai lapisan pembawa air.
Lapisan atau formasi tanah/batuan yang dapat meluluskan air dan dapat memasok
sumur dalam jumlah berarti, disebut akifer. Jenis batuan yang baik untuk bertindak
sebagai akifer antara lain pasir, kerikil, kerakal, batuan yang teretakkan secara
intensif, dan batugamping yang mengalami karstifikasi (pelarutan oleh air meteorik)
kuat.

Airtanah merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat penting tetapi relatif
murah dan mudah cara pengambilannya. Lebih-kurang 94% dari seluruh air yang
dikandung bumi, berupa air asin. Air asin tersebut menempati laut dan samudra.
Sementara air tawar di bumi hanya lebih-kurang 6%. Dari jumlah tersebut, lebih-

33

kurang 14% berupa airtanah. Volume air tawar terbesar menempati bagian kutub
bumi, sebagai endapan es. Sisanya berada di sungai, telaga, danau dsb. Airtanah
menjadi sangat berharga karena sebagai sumber air tawar yang murah, dibutuhkan
oleh manusia untuk hidup. Sebagaimana diketahui, lebih kurang 80% sd 90% tubuh
manusia terdiri dari air. Oleh karena itu manusia tidak dapat hidup tanpa air.

4.2. GEOHIDROLOGI
Hidrogeologi dalam bahasa Inggris tertulis hydrogeology. Bila kita merujuk dari
struktur bahasaInggris, maka tulisan
Hydrogeology dapat diurai menjadi (Toth, 1990) : Hydro merupakan kata sifat
(adjective) yang berarti mengenai air Geology kata benda Sehingga dapat
diartikan menjadi geologi air (the geology of water).
Secara definitif dapat dikatakan merupakan suatu studi dari interaksi antara kerja
kerangka batuan dan air tanah. Dalam prosesnya, studi ini menyangkut aspek-aspek
fisika dan kimia yang terjadi di dekat atau di bawah permukaan tanah. Termasuk di
dalamnya adalah transportasi massa, material, reaksi kimia, perubahan temperatur,
perubahan topographidan lainnya. Proses ini terjadi dalam skala waktu harian (daily
time scale). Sedangkan gerakan air di dalam tanah melalui sela-sela dari
kerangka

batuan

dikenal

juga

dengan

istilah

aliran

air

tanah

(groundwater flow).
Definisi air tanah ialah sejumlah air dibawah permukaan bumi yang dapat
dikumpulkan dengan sumur-sumur, terowongan atau sistem drainase. Dapat juga
disebut aliran yang secara alami mengalir ke permukaan tanah melalui pancaran atau
rembesan (Bouwer, 1978).
Air tanah mengalir dari daerah yang lebih tinggi menuju ke daerah yang lebih rendah
dan dengan akhir perjalanannya menuju ke laut. Daerah yang lebih tinggi merupakan

34

daerah tangkapan (recharge area) dan daerah yang lebih rendah merupakan daerah
buangan (discharge area), yang merupakan daerah pantaimaupun lembah dengan
suatu sistem aliran sungai.
Secara lebih spesifik daerah tangkapan didefinisikan s e b a g a i b a g i a n d a r i s u a t u
d a e r a h a l i r a n ( watershed/catchment area) d i m a n a a l i r a n a i r t a n a h ( ya n g
saturated) menjauhi muka air tanah. S e d a n g k a n
didefinisikan

sebagai

bagian

dari

daerah

buangan

suatu

daerah

a l i r a n (watershed/catchment area) dimana aliran air tanah (yang saturated) menuju


muka air tanah (Freeze danCherry, 1979). Biasanya di daerah tangkapan, muka air
tanahnya terletak pada suatu kedalaman tertentu, sedangkan muka air tanah daerah
buangan umumnya mendekati permukaan tanah, salah satu contohnya adalah
pantai.
4.2. Akuifer.
Ada beberapa istilah dalam mempelajari Sistem Akuifer dan Geologi Air Tanah
Beberapa istilah penting yang merupakan bagian dari hidrogeologi dijelaskan
definisinya, yaitu :
1. Akuifer
Definisi akuifer ialah suatu lapisan, formasi, atau kelompok formasi satuan geologi
yang permeable baik yang terkonsolidasi (misalnya lempung) maupun yang tidak
terkonsolidasi (pasir) dengan kondisi jenuh air dan mempunyai suatu besaran
konduktivitas hidraulik (K) sehingga dapat membawa air (atauair dapat diambil) dalam
jumlah (kuantitas) yang ekonomis.
2. Aquiclude (impermeable layer)
Definisinya ialah suatu lapisan lapisan, formasi, atau kelompok
f o r m a s i s u a t u g e o l o g i y a n g impermeable dengan nilai konduktivitas hidraulik
yang sangat kecil sehingga tidak memungkinkan air melewatinya. Dapat dikatakan
juga merupakan lapisan pambatas atas dan bawah suatu confined aquifer

35

.
3. Aquitard (semi impervious layer )
Definisinya ialah suatu lapisan lapisan, formasi, atau kelompok formasi suatu geologi
yang permable dengan nilai konduktivitas hidraulik yang kecil namun masih
memungkinkan air melewati lapisan iniwalaupun dengan gerakan yang lambat. Dapat
dikatakan juga merupakan lapisan pambatas atas dan bawah suatu semi confined
aquifer
.
4. Confined Aquifer
Merupakan akuifer yang jenuh air yang dibatasi oleh lapisan atas dan bawahnya
merupakan aquiclude dan tekanan airnya lebih besar dari tekanan atmosfir.
Pada lapisan pembatasnya tidak ada air yang mengalir (no flux).
5. Semi Confined (leaky) Aquifer
M e r u p a k a n a k u i f e r y a n g j e n u h a i r ya n g d i b a t a s i o l e h l a p i s a n a t a s
berupa

aquitard dan lapisan bawahnya merupakan aquiclude.Pada

lapisan

pembatas di bagian atasnya karena bersifat aquitardmasih ada air yang


mengalir ke akuifer tersebut ( influx) walaupun hidraulik konduktivitasnya jauh
lebih kecil dibandingkan hidraulik konduktivitas akuifer. Tekanan airnya pada akuifer
lebih besar daritekanan atmosfir.
6. Unconfined Aquifer
Merupakan akuifer jenuh air ( satured ). Lapisan pembatasnya, yang merupakan
aquitard, hanya pada bagian bawahnya dan tidak ada pembatas
aquitard dilapisan atasnya, batas di lapisan atas berupa mukaair tanah. Dengan kata
lain merupakan akuifer yang mempunyai muka air tanah.
7. Semi Unconfined Aquifer
Merupakan akuifer yang jenuh air (satured ) yang dibatasi hanya lapisan bawahnya
yang merupakan aquitard.

36

Pada

bagian

atasnya

ada

pembatas

yang

mempunyai

hidraulik

konduktivitas lebih kecil daripada hidraulik konduktivitas dari akuifer. Akuifer ini
juga mempunyai muka air tanah yang terletak pada lapisan pembatas tersebut.
8. Artesian Aquifer
Merupakan confined aquifer dimana ketinggian hidrauliknya (potentio metric
surface) lebih tinggi daripada muka tanah. Oleh karena itu apabila pada akuifer ini
dilakukan pengeboran maka akan timbul pancaran air (
spring ), karena air yang keluar dari pengeboran ini berusaha mencapai
ketinggianhidraulik tersebut. Lithologi, Stratigrafi dan Struktur
Kondisi alami dan distribusi akuifer,b aquiclude dan aquitard
dalam sistem geologi dikendalikan oleh lithologi, stratigrafi dan struktur dari
material

simpanan

geologi

dan

formasi

(Freeze

dan

Cherry,1979).

Selanjutnya dijelaskan lithologi merupakan susunan fisik dari simpanan


geologi.

Susunan

initermasuk

komposisi

mineral,

ukuran

butir

dan

kumpulan butiran (grain pcking ) y a n g t e r b e n t u k d a r i sedimentasi atau


batuan yang menampilkan sistem geologi. Stratigrafi menjelaskan hubungan
geometrisdan umur antara macam-macam lensa, dasar dan formasi dalam
geologi sistem dari asal terjadinya sedimentasi. Bentuk struktur seperti pecahan
( cleavages ), retakan ( fracture ), lipatan (folds), dan patahan(faults), merupakan
sifat-sifat geometrik dari sistem geologi yang dihasilkan oleh perubahan
bentuk ( deformation ) akibat adanya proses penyimpanan ( deposition ) dan proses
kristalisasi

(crystallization)

dari batuan.

Pada

simpanan

yang

belum

terkonsolidasi (unconsolidated deposits) lithologi dan stratigrafi merupakan


pengendali yang paling penting. beberapa Macam Unconfined Aquifer
Unconfined aquifer
merupakan akuifer dengan hanya satu lapisan pembatas yang kedap
air (dibagian bawahnya). Ketinggian hidraulik sama dengan ketinggian muka airnya.
Dari sistem terbentuknyadan lokasinya jenis akuifer ini ada beberapa macam, yaitu :a.

37

Akuifer Lembah (Valley Aquifers) Merupakan akuifer yang ada pada suatu
lembah dengan sungai sebagai batas ( inlet atau outlet nya).Jenis ini dapat
dibedakan berdasarkan lokasinya yaitu di daerah yang banyak curah hujannya
(humid zone), seperti di Indonesia. Pengisian air terjadi pada seluruh areal dari
akuifer melalui transfiltrasi.
Sungai-sungai yang ada di akuifer ini diisi airnya (recharge) melalui daerah-daerah
yang mempunyai ketinggian yang sama dengan ketinggian sungai. Pada ilmu
hidrologi pengisian yang menimbulkanaliran ini dikenal dengan sebutan aliran
dasar (base flow). Hal ini merupakan indikator bahwa walaupun dalam
keadaan tidak ada hujan (musim kemarau), pada sungai-sungai tertentu
masih adaaliran airnya. Disamping itu akibat adanya recharge juga merupakan salah
satu faktor penyebab suatusungai berkembang dari penampang yang kecil disebelah
hulunya menjadi penampang yang besar disebelah hilirnya (mendekati laut).Pada
daerah gersang (arid zone) dimana curah hujannya sedikit, kurang dari 500 mm per
tahun, danlebih kecil dari penguapan/evapotranspirasi phenomenanya merupakan
kebalikan dari daerahhumid
.Karena pengisian (infiltrasi) ke akuifer tidak ada akibat sedikitnya curah hujan, maka
pengisian adalahdari sungai ke akuifer. Pada umumnya aliran pada akuifer adalah
pada arah yang sama dengan aliransungai. Masalah yang terjadi umumnya :
- Permeabilitas besar dari sungai terutama pada bagian dasarnya, semakin besar
permeabilitasnyaaliran sungai semakin kecil karena aliran akan meresap ke dalam
tanah.- P a d a d a e r a h r e n d a h t i m b u l m a s a l a h s a l i n i t a s ya n g c u k u p
b e s a r, k a r e n a a l i r a n a i r t a n a h (Chebatarev, 1955 dan Toth, 1963) mengubah
komposisi kimia makin ke hilir mendekati unsur kimia air laut (misalnya NaCl).
9. Perched Aquifers
Merupakan akuifer yang terletak di atas suatu lapisan formasi geologi
kedap air. Biasanya terletak bebas di suatu struktur tanah dan tidak berhubungan

38

dengan sungai. Kadang-kadang bilamana lapisandi bawahnya tidak murni kedap


air namun berupa aquitard bisa memberikan distribusi air padaakuifer di
bawahnya. Kapasitasnya tergantung dari pengisian air dari sekitarnya dan
juga luasnya lapisan geologi yang kedap air tersebut.

10. Alluvial Aquifers


merupakan material yang terjadi akibat proses fisik di sepanjang daerah aliran
sungaiatau daerah genangan (flood plains). Akibat pergeseran sungai dan perubahan
kecepatan penyimpanan yang sebelumnya pernah terjadi maka simpanan
berisi material tanah yang beragam dan heterogen dalam distribusi sifat-sifat
hidaruliknya. Dalam klasifikasi tanah sering disebut welll graded. Akibatnya kapasitas
air di akuifer ini menjadi besar dan umumnya volume air tanahnya seimbang
(equillibrium) dengan air yang ada di sungai. Akuifer ini membantu pengaturan rezim
aliran sungai. Sehingga boleh dikatakan setiap daerah dengan akuifer jenis ini,
akuifer ini merupakan sumber yang penting untuk suplai air. Di daerah hulu
aliran sungai umumnya air sungai meresap ke tanah (infiltrasi) dan mengisiakuifer ini
(recharge).
Hal ini terjadi karena ketinggian dasar sungai relatif di atas ketinggian muka air tanah
pada akuifer. Namun semakin ke hilir aliran sungai terjadi sebaliknya,
akuifer memberikan p e n g i s i a n k e a l i r a n s u n g a i ( recharge) , k a r e n a m u k a
a i r t a n a h d i a k u i f e r r e l a t i f l e b i h t i n g g i d i bandingkan dengan dasar
sungai.

Pengisian

ini

menimbulkan

aliran

dasar

(base

flow )

di

s u n g a i sepanjang tahun, walaupun pada musim kemarau tidak terjadi hujan


di daerah pengaliran sungai (DPS). Ditinjau dari kuantitas kandungan air yang
dimilikinya, maka akuifer ini merupakan akuifer yang paling baik dibandingkan dengan
akuifer jenis lain kalau ada, maka fluktuasinya sangat kecil.

39

Gambar 6.1 Sistem airtanah dalam akifer

40

Gambar air tanah tidak tertekan ditepi laut

41

system

akuifer

Menginjeksikan CO2

42

Unconfined akuifer yang tertahan

Perjalanan airtanah

Akuifer artesis

Geolistrik

43

Akuifer warna biru

Daerah cathent area mengisi airtanah

Pemboran dan tinggi laisan airtanah

Airtanah mengisi daerah pantai

Morfologi permukaan airtanah

44

Hubungan air laut dan airbawah tanah

Konsep hidrologi

Intrusi air laut

45

Kondisi airtanah karena perubahan iklim

Unconvined akuifer.

Geolistrik

Test pumping

Airtanah yang terdapat dipulau kecil

46

Penempang pertemuan airtanah dan air laut

Siklus hidrologi

Akuifer

Sirkulasi air laut menuju daerah transisi dan kembali kelaut

47

4.7. Penataan Wilayah Penyebaran Airtanah Berdasarkan Peruntukannya

Berdasarkan analisis dan evaluasi data hidrogeologis maupun kualitas airtanah di


Kabupaten , maka rekomendasi pemanfaatan airtanah sesuai peruntukannya dapat
dibagi menjadi 4 (empat zonasi) yaitu:
1) Zona dengan airtanah tidak dapat dikembangkan, Debit <1 ltr/detik
2) Zona dengan airtanah dapat dikembangkan untuk industry dengan debit >10
ltr/detik
3) Zona dengan airtanah dapat dikembangkan untuk pertanian/irigasi dengan debit
>4 ltr/detik
4) Zona dengan airtanah dapat dikembangkan untuk air minum dengan debit >4
ltr/detik

48

Anda mungkin juga menyukai