Anda di halaman 1dari 2

Thora, Thara dan Kebahagiaan di Dalamnya

Langit sudah menampakkan kerlipnya, sudah saatnya sang raja langit


kembali ke peristirahatan-nya. Thora si anak yang jenius itu pulang setelah main si
kulit bundar di lapangan. Senyum manis dari ibunya menyambut kepulangan anak
semata wayangnya yang sedari pulang sekolah langsung main. Namanya juga anak
TK, ya pasti masih berjiwa main layaknya anak sebayanya.
kamu tidak capek Thor? tanya ibu membuka percakapan.
ya capek lah bu. Laper juga nih hehehe. jawabnya.
yaudah sana mandi dulu, terus sholat, baru makan. Ibu sudah sudah masakin
masakan kesukaanmu. timpalnya balik.
Tiba-tiba saat Thora dan ibunya sedang makan, ada suara datang dari pintu
depan.
Ayah pulang. Assalamualaikum. suara ayah mengagetkan.
Eh, Ayah. Waalaikumsalam. jawab mereka hampir bersamaan.
Udah makan belum Yah? Kalau belum ayo makan sini. ajak ibu kepada ayah.
Setelah menaggalkan pakaian dinasnya, ia menuju ke meja makan guna mengisi
perutnya yang dari tadi.
Bau yang sedap dari makanan-makanan dari meja menambah nafsu makan
ayah. Setelah makan dengan lahapnya, ayah mencoba untuk memberitahu ibu dan
Thora kalau mereka harus pindah ke daerah terpencil untuk penelitian barunya.
Tantu saja Thora menolak pada awalnya, karena ia terbayang dipikirannya bahwa
teman-teman barunya nanti akan membulinya.
Ayah Thora adalah seorang petualang sejati, oleh karena itu ayah Thora lebih
memilih arkeolog sebagai profesinya, katanya bisa sekalian main ke tempat sejarah,
seperti ke rumah mantan dan tempat bersejarah lainnya hahaha. Sebenarnya
sempat terpikir oleh Thora ingin menjadi arkeolog seperti ayahnya namun ia masih
bingung menentukan cita-citanya, emang dasar anak-anak.
Pada keesokan harinya mereka berangkat. Kebetulan saat itu adalah waktu
pendaftaran siswa baru, jadi thora sekalian didaftarkan ke sekolah dasar di tempat
baru nanti. Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, akhirnya mereka
sampai. Tanpa menunggu waktu lama Thora langsung didaftarkan ke SD revolusi.
Sebuah Sekolah Dasar yang tidak begitu besar tapi sudah cukup untuk kegiatan
belajar-mengajar.
Hari pertama sekolah ia tidak begitu senang, karena ia tidak mendapat
banyak teman. Mungkin ini pengaruh karena pribadinya yang agak canggung kalau

harus kumpul bersama orang yang baru, apalagi orangnya banyak begini. Tapi ada
satu orang yang menarik perhatiannya, namanya thara. Mungkin karena namanya
yang agak mirip. Pada awalnya ia sempat ragu untuk mengajak berkenalan, setelah
mencari alasan yang dikira cukup masuk akal akhirnya ia berani mengajak
berkenalan. Ia mengeluarkan lem kertas dari dalam tasnya.
eh kamu punya tisu ga? tanya thora pada thara sambil menutupi wajahnya.
ada nih. Emang buat apa? tanya thara balik.
buat ini nih hahaha. Jawab thora sambil menunjukkan hidungnya yang dilumuri
lem supaya dikira ingus, ada-ada saja ide si bocah jenius itu.
Dengan cara tadi akhirnya mereka berkenalan. Perkenalan yang aneh karena
dimulai dari ingus bohongan itu.
Hari-hari berjalan sangat menyenangkan sejak perkenalan itu. Mereka sering
pergi bersama, thora juga sering datang kerumah thara begitupun sebaliknya.
Mereka punya tempat favorit tersendiri saat bermain setelah pulang sekolah yaitu di
pinggir sungai yang jernih dekat rumah thora. Mereka biasa tiduran di bawah pohon
talok rimbun yang berada di pinggir sungai. Sambil menunjuk awan yang berlalulalang mereka bermain tebak-tebakan bentuk awan. Pada suatu hari mereka juga
pernah berjanji kepada satu sama lain untuk menjadi teman seumur hidup mereka,
janji yang sama seperti kebanyakan anak-anak polos kalau bikin janji.
thara kamu harus janji sama aku, kita akan berteman selamanya. Ucap thora.
kamu juga ya. Jawab thara.
eh besok kalau udah gede kita kumpul di sini lagi ya. Ucap thora lagi.
hem kalau aku masih inget tempat ini ya hehehe. Jawab thara sambil
cengengesan.
Saat di sekolah pun tidak begitu berbeda, mereka sering kemana mana
bersama. Di sekolah yang katanya kecil itu ternyata memiliki ruang komputer yang
lumayan kalau cuma buat belajar komputer. Tentu saja ada batasan kelas kalau mau
memakai komputer, saat itu mereka sudah memenuhi standar untuk masuk ke
ruang komputer jadi mereka bisa bebas bermain komputer. Ruang komputer ini
menjadi tempat favorit bagi mereka di sekolah, hampir setiap hari sepulang sekolah
mereka jadi sering ke ruang komputer. Mereka mendalami komputer bersama-sama
hingga akhirnya mereka berhasil membobol sistem komputer untuk pertama kalinya
dalam hidup mereka.
Waktu berjalan begitu cepat, tidak terasa mereka telah lulus sma. Mereka
sangat sedih karena harus berpisah setelah sudah bertahun-tahun bersama.

Anda mungkin juga menyukai