Anda di halaman 1dari 4

Perbandingan Protokol Routing Ad-Hoc On Demand

Distance Vector (AODV) dengan Optimized Link


State Routing (OLSR) dalam Wireless Mesh Network
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Jaringan Nirkabel

Aditya Wahyu Iswarahadi

Bhaskara Vito Tarigan

125150100111010
Jurusan Informatika, Fakultas Ilmu Komputer
Kota Malang, Jawa Timur
aditya.iswarahadi@gmail.com

125150102111003
Jurusan Informatika, Fakultas Ilmu Komputer
Kota Malang, Jawa Timur
vitobhaskara@yahoo.co.id

AbstractWireless Mesh Network (WMN) merupakan


jaringan komunikasi wireless yang terbentuk dari node radio
dimana minimal terdapat dua atau lebih jalur komunikasi data
pada setiap node. Dalam penerapannya, WMN beroperasi
dengan aturan yang sudah terstandarisasi dari lembaga
internasional yaitu IEEE 802.11. Awalnya WMN dibangun untuk
jaringan
yang
statis
(infrastruktur).
Namun
dalam
pengimplementasiannya, terdapat beberapa node client yang
dapat begerak dengan kecepatan lambat (seperti kecepatan
pejalan kaki) di dalam WMN yang memungkinkan jaringan ini
juga bisa bersifat dinamis. Apalagi karena WMN merupakan
jaringan yang bersifat wireless berarti akan memungkinkan ada
user dalam jaringan yang terkadang bertambah ataupun
berkurang. Dengan adanya perubahan kecepatan dan jumlah
user, WMN membutuhkan suatu protokol routing yang handal
untuk mencari jalur yang optimal.
Dalam Tugas Akhir ini penulis melakukan pengujian dalam
bentuk simulasi yang dianalisis untuk membuktikan protokol
routing mana yang paling baik untuk WMN. Protokol routing
yang digunakan adalah Ad hoc On-Demand Distance Vector
(AODV) yang merupakan protocol routing reaktif, dan
Optimized Link State Routing (OLSR) yang merupakan protocol
routing proaktif. Hasil dari pengujian yang dilakukan
membuktikan bahwa OLSR memiliki performa paling baik pada
semua scenario. Hal ini disebabkan protocol proaktif memiliki
sistem routing yang lebih baik daripada protocol reaktif.
KeywordsWMN; AODV; OLSR

I.

PENDAHULUAN

Wireless Mesh Network (WMN) adalah suatu jaringan


nirkabel-multi-hop dimana router mesh stasioner dapat
mengirimkan trafik kepada router mesh yang lain atau klien
dalam bentuk wireless backbone. Tujuannya adalah
menawarkan pengguna suatu bentuk jaringan nirkabel yang
dapat dengan mudah berkomunikasi dan mempunyia mobilitas
yang tinggi sekaligus memiliki kecepatan tinggi dan cakupan
jaringan yang luas. Wireless Mesh Network awalnya di
kembangkan untuk aplikasi militer yang memang mempunyai
arsitektur mesh. AODV muncul pertama kali pada tahun 1997

dengan DSDV sebagai predecessor protocol. AODV


merupakan distance vector protokol routing yang termasuk
dalam klasifikasi reaktif protokol routing, yang hanya merequest sebuah rute saat dibutuhkan. Optimized Link State
Routing (OLSR) adalah protokol proactive, OLSR secara
periodic mengirimkan pesan kontrol untuk memelihara jalur
tujuan sehingga jalur selalu tersedia jika diperlukan. OLSR
menggunakan sejumlah besar paket untuk pemeliharaan rute.
II. STUDI LITERATUR
A. Wireless Mesh Network
Wireless Mesh Network (WMN) merupakan jaringan
komunikasi wireless yang terbentuk dari node radio dimana
minimal terdapat dua atau lebih jalur komunikasi data pada
setiap node. WMN merupakan trend baru dalam komunikasi
wireless yang menjanjikan fleksibilitas tinggi, keandalan, dan
performa diatas WLAN konvensional. WMN memiliki
kehandalan dan kelebihan, ketika satu node tidak bisa
beroperasi lama, maka node yang lain yang sedang tidak
bekerja masih bisa tetap berkomunikasi satu dengan yang
lainnya secara langsung atau melalui satu atau lebih node yang
tehubung. Seluruh wireless mesh node yang membangun suatu
jaringan wireless mesh akan bekerja sama untuk membawa
informasi dari suatu titik ke titik yang lain. Informasi tersebut
dibawa dari sumber trafik ke tujuan dengan cara bekerja sama
antara node wireless mesh. Jika terjadi kegagalan pada rute
pertama, jaringan dapat melakukan self healing sehingga dapat
dibentuk rute baru. Salah satu teknologi yang memungkinkan
adanya bentuk jaringan mesh ini adalah wireless LAN IEEE
802.11. Berdasarkan jaringan dikatakan kecil apabila jumah
node dalam jaringan berjumlah 2 hingga 29 node, medium
berjumlah 30 hingga 100 node, besar apabila jumlah node
dalam jaringan lebih besar dari 100 node dan sangat besar pada
saat jumlah node berjumlah lebih besar dari 1000 node.
B. Ad-Hoc on Demand Distance Vector
AODV muncul pertama kali pada tahun 1997 dengan
DSDV sebagai predecessor protocol. AODV merupakan
distance vector protokol routing yang termasuk dalam
klasifikasi reaktif protokol routing, yang hanya me-request

sebuah rute saat dibutuhkan. AODV dikembangkan oleh C. E.


Perkins, E. M. Belding-Royer dan S. Das pada RFC 3561.
AODV memiliki kemampuan routing unicast dan multicast.
AODV mengunakan destination sequence number yang dibuat
oleh node tujuan untuk melakukan jalur terbaru untuk node
tujuan dan untuk menghindari pengiriman ganda pada paket
yang sama, AODV menggunakan nomor identitas pengiriman
yang menjamin bebas looping karena node intermediate-nya
hanya meneruskan salinan pertama dari paket yang sama dan
membuang duplikasi salinan. AODV memiliki dua komponen
pencarian rute, yaitu route discovery: Route Request (RREQ),
Route Reply (RREP); dan route maintenance: Route Error
(RERR).
C. Optimized Link State Routing
Optimized Link State Routing (OLSR) adalah protokol
proactive, OLSR secara periodic mengirimkan pesan kontrol
untuk memelihara jalur tujuan sehingga jalur selalu tersedia
jika diperlukan. OLSR menggunakan sejumlah besar paket
untuk pemeliharaan rute. Untuk menghitung jalur rute, pesan
topologi secara berkala digunakan, hal ini mengakibatkan
network load. Untuk mengurangi kemungkinan kelebihan
paket dan biaya bandwidth, maka menggunakan Multi Point
Relays (MPRs). Node ini yang digunakan untuk merelai paket.
Setiap node memilih sekumpulan node dari tetangga satu hopnya yang digunakan untuk mentransmisikan paket broadcast.
Konsep MPR adalah mengurangi kelebihan paket broadcast
dengan mengurangi paket broadcast yang ada pada satu
jaringan (tetangga dalam satu hopnya). Selain untuk
mengurangi kelebihan paket broadcast, OLSR juga
menyediakan jarak terpendek.

Membandingkan hasil dari scenario pengujian


kepadatan node pada protocol routing Wireless Mesh
Network

Melakukan analisa dari hasil scenario pengujian


kepadatan node pada protocol routing Wireless Mesh
Network

Menyimpulkan hasil dari scenario pengujian kepadatan


node pada protocol routing Wireless Mesh Network
IV. HASIL PENGUJAIN DAN ANALISA

A. Hasil Pengujian
Setelah melakukan pengujian dengan skenario yang telah
ditetapkan/ dijelaskan pada bab sebelumnya, didapatkan hasil
sebagai berikut:

III. RANCANGAN PENGUJIAN SISTEM


Dalam melakukan Pengujian, scenario uji yang dilakukan
berdasarkan parameter: Jitter, Throughput, Mac Delay, dan
Packet Loss dengan langkah langkah sebagai berikut:

Melakukan simulasi protocol AODV

Host yang kami gunakan yaitu 10 host, 20 host, dan 30


host

Menyimpan data hasil simulasi dengan parameter


pengujian yaitu Jitter, Troughput, Macdelay dan
Packetloss

Menghitung rata-rata
parameter pengujian

Melakukan simulasi protocol OSLR

Host yang kami gunakan yaitu 10 host, 20 host, dan 30


host

Menyimpan data hasil simulasi dengan parameter


pengujian yaitu Jitter, Troughput, Macdelay dan
Packetloss

Menghitung rata-rata dari nilai tiap kelompok


parameter pengujian kepadatan node pada protocol
routing Wireless Mesh Network

dari

nilai

tiap

Hasil Pengujian Jitter AODV dan OLSR dengan


menggunakan host 10 , host 20 , dan host 30

kelompok

Hasil Perngujian Mac Delay AODV dan OLSR dengan


menggunakan host 10 , host 20 , dan host 30

Packet Loss: 0

Throughput: 18452ms

AODV dengan host 20:

Jitter: 227200 ms

Mac Delay: 0

Packet Loss: 0

Throughput: 64486 ms

OLSR dengan host 20:

Hasil Pengujian Packet Loss AODV dan OLSR dengan


menggunakan host 10 , host 20 , dan host 30

Jitter: 32111 ms

Mac Delay: 0

Packet Loss: 0

Throughput: 108878 ms

AODV dengan host 30:

Jitter: 183944 ms

Mac Delay: 0

Packet Loss: 0

Throughput: 126374 ms

OLSR dengan host 30:

Hasil Pengujian Throughput AODV dan OLSR dengan


menggunakan host 10 , host 20 , dan host 30

B. Analisa Hasil Pengujian


Hasil dari rata-rata masing-masing variable:
AODV dengan host 10:

Jitter: 360248 ms

Mac Delay: 0

Packet Loss: 0

Throughput: 288040 ms

OLSR dengan host 10:

Jitter: 28995 ms

Mac Delay: 0

V.

Jitter: 57973 ms

Mac Delay: 0

Packet Loss: 0

Throughput: 117113 ms

KESIMPULAN

Dari hasil simulasi dan analisis yang telah dilakukan pada


WMN dengan menggunakan protokol routing AODV dan
OSLR maka dapat diambil kesimpulan bahwa OSLR
merupakan protocol routing yang paling efisien dibandingkan
dengan AODV. Hal ini dikarenakan OSLR merupakan
protokol routing yang proaktif sedangkan AODV merupakan
protocol routing yang reaktif.
OLSR dikatakan sebagai protocol routing proaktif
dikarenakan secara periodic mengirimkan pesan control untuk
memelihara jalur tujuan yang dapat dilalui pada jaringan.
Contohnya, node dalam OLSR selalu menghitung entri rute
dalam tabel routing-nya, oleh karena itu rute akan segera
tersedia apabila diperlukan. Mirip dengan protokol link state
lainnya, OLSR juga menggunakan sejumlah besar paket untuk
pemeliharaan rute.
AODV dikatakan sebagai protocol routing reaktif
dikarenakan mengambil mekanisme yang berbeda untuk

memperbaiki routing in-formasi. Setiap node dari rute


membangun dan mempertahankan table routing di AODV,
sehingga header tidak perlu membawa informasi routing yang
lengkap. Apabila ada kegagalan route yang diakibatkan
mobilitas node. Ketika kegagalan rute terjasi karena
pergerakan node sumber, maka melakukan inisialisasi proses
permintaan rute baru dari node sumber. apabila kegagalan rute
terjadi karena pergerakan node perantara atau node tujuan,
maka node yang mendeteksi kegagalan rute akan mengirimkan
paket router replay (RREP) kepada upstream node.

[1]
[2]
[3]

[4]

[5]

DAFTAR PUSTAKA

Suci Nur Fauziah, Wireless Mesh Network dengan Optimized Link State
Routing Protocol, pp. 1
Karp. Brad, Kung. H. T, GPSR: Greedy Perimeter Stateless Routing for
Wireless Networks, Mobicom 2000, pp. 1;
Pamngkas, Kun Nursyaiful Priyo, Djanali. Supeno, Perbaikan Protokol
Dynamic Manet On Demand berdasarkan Bobot Kehandalan Rute,
Jurnal Simantec Vol. 2, No. 3, Juni 2012, pp. 1.
Manullang, Fenmilin Muhardafen. Cahyani, Niken Dwi Wahyu, Suryani.
Vera, Analisis Performansi Routing Hybrid Wireless Mesh Protocol
(HWMP) pada Wireless Mesh Network (WMN) berdasarkan Standar
IEEE 802.11S, JSM STMIK Mikroskil, Vol. 13, No.1, April 2012, pp.
43.
Jain. Trapti., Shiwani. Savita, Analysis of OLSR, DSR, DYMO Routing
Protocols in Mobile Ad-Hoc Networks using Omnet++ Simulation,
Global Journal of Computer Science and Technology: E-Network, Web,
and Security, Vol. 14, No. 1, 2014.

Anda mungkin juga menyukai