Anda di halaman 1dari 16

REFERAT: GANGGUAN

PANIK (F41.0)
NURSYIMAA BT. MD
IBRAHIM
C111 10 850

DEFINISI
Gangguan panik adalah adanya serangan panik yang
tidak diduga dan spontan yang terdiri atas periode rasa
takut intens yang hati hati dan bervariasi dari sejumlah
serangan sepanjang hari sampai hanya sedikit serangan
selama satu tahun. Menurut Kolb dan Brodie, gangguan
panik sering tidak disebabkan oleh penggunaan zat atau
obat atau gangguan jiwa lain. Gangguan panik menurut
Kaplan dan Saddock disebabkan oleh respons terhadap
bahaya yang mengancam berasal dari dalam dirinya
sendiri yang merupakan dorongan yang tidak terkontrol.
Gangguan panik sering disertai agorafobia yaitu rasa
takut sendirian di tempat umum. Serangan panik
memiliki onset yang akut atau paroxysmal, dan
ditandai dengan kecemasan yang intens atau ketakutan
yang disertai dengan berbagai gejala otonom seperti
tremor, berkeringat, dan palpitasi.

Terdapat 3 model fenomenologi gangguan


panik, yaitu:
a) Serangan panik akut yang ditandai oleh
timbulnya peningkatan aktivitas sistem saraf
otonom secara mendadak dan spontan disertai
perasaan ketakutan. Serangan ini berakhir 10
sampai 30 menit dan dapat kembali normal.
b) Antisipasi kecemasan yang ditandai dengan
perasaan takut bahwa serangan akan timbul
kembali. Keadaan ini jarang kembali normal
karena sesudah serangan biasanya penderita
sudah dalam kondisi kronis dan selalu
mengantisipasi terhadap onset serangan.
c) Menghindari fobia adalah kondisi panic yang
berkembang menjadi perilaku menghindar atau
fobia. Penderita menjadi ketakutan akan
timbulnya serangan panik sehingga penderita
menghindari situasi tersebut.

EPIDEMIOLOGI
Studi epidemiologi melaporkan angka
prevalensi seumur hidup 1,5 sampai 5 persen
untuk gangguan panik. Perempuan lebih
mudah terkena 2-3 kali lebih besar daripada
laki-laki, dewasa muda lebih sering terkena
daripada saat masih anak anak dengan
perbandingan 25% dan 15%.
Sekitar 80 persen pasien dengan gangguan
panik melaporkan sebagian besar dalam hidup
mereka mengalami stres selama kurang lebih
12 bulan. Pasien dengan riwayat kekerasan
seksual atau kekerasan fisik di masa kanakkanak memiliki risiko lebih tinggi terkena
gangguan panik pada saat dewasa daripada
mereka tanpa riwayat ini.

ETIOLOGI

Faktor biologis
Disebabkan oleh berbagai kelainan biologis di
struktur otak dan fungsi otak. Pada gangguan
panik ditemukan adanya disregulasi sistem
saraf perifer dan pusat dimana sistem saraf
otonomik pada beberapa pasien gangguan
panik telah dilaporkan menunjukkan
peningkatan tonus simpatik, beradaptasi
lambat terhadap stimuli yang berulang dan
berespon secara berlebihan terhadap stimuli.
Pandangan biologis lain menyatakan bahwa
gangguan panik disebabkan oleh masalahmasalah yang meliputi salah satu atau kedua
neurotransmiter utama yaitu norepinefrin,
serotonin dan gamma aminobutyric acid
(GABA).

Zat yang mencetuskan panik


Zat yang disebut penginduksi panik
pernapasan menyebabkan rangsangan
pernapasan dan pergeseran keseimbangan
asam basa. Zat ini mencakup karbon dioksida,
natrium laktat, dan bikarbonat. Zat
penginduksi panik neurokimia seperti
yohimbin (yocon), fenfluramin (pondimin),
kolesistokinin, dan kafein.
Faktor genetik
Faktor genetik yang terlibat mungkin adalah
sebuah predisposisi yang diwariskan dalam
keluarga dan terjadi lebih banyak pada
kembar monozigot dibanding kembar dizigot.
Saat ini, tidak ada data yang menunjukkan
hubungan antara lokasi kromosom spesifik
atau cara transmisi dan gangguan ini.

Faktor psikososial
Teori perilaku kognitif : ansietas adalah
respons yang dipelajari baik dari menirukan
perilaku orang tua maupun melalui proses
pembelajaran klasik.
Teori psikoanalitik : Teori ini
mengonseptualisasi serangan panik
sebagai serangan yang timbul dari
pertahanan yang tidak berhasil terhadap
impuls yang mencetuskan ansietas. Hal
yang sebelumnya merupakan sinyal
ansietas ringan menjadi perasaan antisipasi
cemas yang berlebihan, lengkap dengan
gejala somatik.

GAMBARAN KLINIS
DSM-IV TR , menekankan bahwa setidaknya
serangan pertama harus tidak diduga (tanpa
isyarat) untuk memenuhi kriteria diagnostik
gangguan panik. Serangan sering dimulai
dengan periode meningkatnya gejala dengan
cepat selama 10 menit. Serangan biasanya
bertahan 20-30 menit dan jarang lebih dari
satu jam. Gejala mental yang utama dalah
rasa takut yang ekstrim dan rasa kematian
serta ajal yang mengancam. Pasien biasanya
tidak mampu menyebutkan sumber rasa
takutnya, mereka menjadi bingung dan
memiliki masalah berkonsentrasi.

Tanda fisik sering mencakup takikardi,


palpitasi, dispnea, dan berkeringat.
Pemeriksaan status mental formal selama
serangan panik dapat mengungkapkan
adanya perenungan, kesulitan berbicara
(contohnya gagap), dan gangguan
memori. Pasien dapat mengalami depresi
atau depersonalisasi selama serangan.
Gejala dapat hilang segera atau bertahap.
Kekhawatiran somatik akan kematian
akibat masalah jantung atau pernapasan
dapat menjadi fokus utama perhatian
pasien selama serangan panik. Pasien
meyakini bahwa palpitasi dan nyeri dada
menunjukkan bahwa mereka akan mati.

DIAGNOSIS
Pedoman Diagnostik Gangguan Panik (Anxietas Paroksismal
Episodik)- PPDGJ III:
Gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis
utama bila tidak ditemukan adanya gangguan anxietas
fobik (F40.-)
Untuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya beberapa
kali serangan anxietas berat (severe attacks of autonomic
anxiety) dalam masa kira-kira satu bulan:
- Pada keadaan keadaan dimana sebenarnya secara
objektif tidak ada bahaya
- Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau
yang dapat diduga sebelumnya (unpredictable situasions)
- Dengan keadaan yang relative bebas dari gejala gejala
anxietas pada periode di antara serangan-serangan panik
(meskipun demikian, umumnya dapat terjadi juga
anxietas antisipatorik yaitu anxietas yang terjadi
setelah membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan
akan terjadi)

Kriteria diagnostik DSM-IV-TR Gangguan Panik


tanpa Agorafobia:
A. Mengalami (1) dan (2) :
(1)Serangan panik berulang yang tidak diduga
(2)Sedikitnya satu serangan telah diikuti
selama bulan (atau lebih) oleh salah satu (atau
lebih) hal berikut :
-Kekhawatiran menetap akan mengalami
serangan tambahan
- Khawatir akan akibat atau konsekuensi
serangan (cth: hilang kendali, serangan
jantung,
menjadi gila)
- Perubahan perilaku bermakna terkait
serangan

(B) Tidak ada agorafobia


(C) Serangan panik tidak disebabkan efek fisiologis
langsung zat (cth: penyalahgunaan obat,
pengobatan) atau keadaan medis umum (cth:
hipertiroidisme)
(D) Serangan panik tidak dapat dimasukkan ke
dalam gangguan jiwa lain, seperti fobia sosial
(cth: pajanan terhadap situasi sosial yang
ditakuti), fobia spesifik (cth: pajanan terhadap
situasi fobik tertentu), gangguan obsesif
kompulsif (cth: pajanan terhadap kotoran pada
seseorang dengan obsesi tentang kontaminasi),
gangguan stress pascatrauma (cth: respons
terhadap rangsangan terkait stressor berat), atau
gangguan ansietas perpisahan (cth: respons
terhadap jauh dari rumah atau kerabat dekat).

Kriteria diagnostik DSM-IV-TR Gangguan Panik dengan Agoraphobia :


(A) Mengalami (1) dan (2) :
1. Serangan panik berulang yang tidak diduga
2. Sedikitnya satu serangan telah diikuti selama bulan (atau lebih)
oleh salah satu (atau lebih) hal berikut :
-Kekhawatiran menetap akan mengalami serangan tambahan
- Khawatir akan akibat atau konsekuensi serangan (cth: hilang
kendali, serangan jantung, menjadi gila)
- Perubahan perilaku bermakna terkait serangan
(B) Adanya agorafobia
(C) Serangan panik tidak disebabkan efek fisiologis langsung zat (cth:
penyalahgunaan obat, pengobatan) atau keadaan medis umum
(cth: hipertiroidisme)
(D) Serangan panik tidak dapat dimasukkan ke dalam gangguan jiwa
lain, seperti fobia sosial (cth: pajanan terhadap situasi sosial yang
ditakuti), fobia spesifik (cth: pajanan terhadap situasi fobik
tertentu), gangguan obsesif kompulsif (cth: pajanan terhadap
kotoran pada seseorang dengan obsesi tentang kontaminasi),
gangguan stress pascatrauma (cth: respons terhadap rangsangan
terkait stressor berat), atau gangguan ansietas perpisahan (cth:
respons terhadap jauh dari rumah atau kerabat dekat).

TERAPI
a) Farmakoterapi terdiri atas:
1. serotonin selective reuptake inhibitors
(SSRI) dapat dipilih sertralin, fluoksektin,
fluvoksamin yang diberikan dalam 3-6
bulan atau lebih tergantung kondisi
individu agar kadarnya stabil dalam darah
sehingga dapat mencegah kekambuhan.
2. alprazolam dikonsumsi antara 4-6
minggu setelah itu di tapering off. Untuk
keadaan kronis alprazolam dapat diberikan
selama 2 bulan sampai 2 tahun.

b) Psikoterapi
1. terapi relaksasi yang bertujuan untuk meredakan
serangan panik dengan cepat dan menenangkan
individu. (4)
2. cognitive behavior therapy (CBT)
Terapi ini menekankan pada pikiran individu karena
merupakan sumber utama perilaku abnormal dan
masalah psikologis sehingga penderita harus
mengubah perasaan dan perilaku individu dengan
mengubah kognisi (pikiran). Tujuan dilakukan terapi ini
membantu memandu individu dalam identifikasi
pikiran yang tidak rasional dan mendorong penderita
untuk mencari cara lain yang lebih positif. (4)
3.psikoterapi dinamik
Pada terapi ini, individu diajak memahami diri dan
mengenal kepribadiannya. Individu lebih banyak
berbagi rasa sehingga akan membutuhkan waktu
yang lama untuk penyembuhannya

Prognosis
Prognosis pada gangguan panik
adalah bonam, tergantung juga pada
onset berlakunya serangan dan
terapi awal.

Anda mungkin juga menyukai