Bab II-membangun Rumah Tangga Yang Islami
Bab II-membangun Rumah Tangga Yang Islami
ISI
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (Ar-Rum: 21)
Saidbin Abu Maryam menceritakan kepada kami, Muhammad bin Jafar mengabarkan
kepada kami, Humaid bin Abu Humaid At-Thawil bahwasanya ia mendengar Anas bin Malik
r.a. berkata: Ada tiga orang yang mendatangi rumah-rumah istri Nabi saw. menanyakan
ibadah Nabi saw. Maka tatkala diberitahu, mereka merasa seakan-akan tidak berarti (sangat
sedikit). Mereka berkata: Di mana posisi kami dari Nabi saw., padahal beliau telah
diampuni dosa-dosanya baik yang lalu maupun yang akan datang. Salah satu mereka
berkata: Saya akan qiyamul lail selama-lamanya. Yang lain berkata: Akan akan puasa
selamanya. Dan yang lain berkata: Aku akan menghindari wanita, aku tidak akan pernah
menikah. Lalu datanglah Rasulullah saw. seraya bersabda: Kalian yang bicara ini dan
itu, demi Allah, sungguh aku yang paling takut dan yang paling takwa kepada Allah. Akan
tetapi aku berpuasa dan berbuka, aku sholat, aku tidur, dan aku juga menikah. Barang siapa
yang benci terhadap sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku. (Al-Bukhari)
Ada beberapa faktor yang mendasari urgensinya pembentukan keluarga dalam Islam
sebagaimana berikut:
1. Perintah Allah swt.
Membentuk dan membangun mahligai keluarga merupakan perintah yang telah
ditetapkan
oleh
Allah
swt.
dalam
beberapa
firman-Nya.
Agar
teralisasi
kesinambungan hidup dalam kehidupan dan agar manusia berjalan selaras dengan
fitrahnya. Kata keluarga banyak kita temukan dalam Al-Quran seperti yang terdapat
dalam beberapa ayat berikut ini;
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (At-Tahrim: 6)
)) : :
((
Dari Abu Hurairah r.a., berkata: Rasulullah saw. bersabda: Mukmin yang paling
sempurna keimanannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan yang paling baik di
antara kalian adalah yang paling baik terhadap istri-istrinya. (Imam At-Tirmidzi,
dan ia berkata: Hadits hasan shahih.
3. Langkah Penting Membangun Masyarakat Muslim
Keluarga muslim merupakan bata atau institusi terkecil dari masyarakat muslim.
Seorang muslim yang membangun dan membentuk keluarga, berarti ia telah
mengawali langkah penting untuk berpartisipasi membangun masyarakat muslim.
Berkeluarga merupakan usaha untuk menjaga kesinambungan kehidupan masyarakat
dan sekaligus memperbanyak anggota baru masyarakat.
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (At-Tahrim: 6)
} :
. :
{
.
Dari Anas r.a. berkata: Rasulullah saw. memerintahkan kami dengan ba-ah
(mencari persiapan nikah) dan melarang membunjang dengan larangan yang
sesungguhnya seraya bersabda: Nikaihi wanita yang banyak anak dan yang banyak
kasih sayang. Karena aku akan berlomba dengan jumlah kamu terhadap para nabi
pada hari kiamat. (Imam Ahmad, dishahihkan Ibnu Hibban. Memiliki syahid pada
riwayat Abu Dawud, An-Nasaai dan Ibnu Hibban dari hadits Maqil bin Yasaar)
4. Mewujudkan Keseimbangan Hidup
Orang yang membujang masih belum menyempurnakan sisi lain keimanannya. Ia
hanya memiliki setengah keimanan. Bila ia terus membujang, maka akan terjadi
ketidakseimbangan dalam hidupnya, kegersangan jiwa, dan keliaran hati. Untuk
rumah tangga yang sakinah. Adapun beberapa dasar hukum tentang pernikahan adalah
sebagai berikut:
Al-Quran
As-Sunnah
Cara yang halal dan suci untuk menyalurkan nafsu syahwat melalui ini selain lewat
perzinahan, pelacuran, dan lain sebagainya yang dibenci Allah dan amat merugikan.
Sebagai media pendidikan: Islam begitu teliti dalam menyediakan lingkungan yang
sehat untuk membesarkan anak-anak. Anak-anak yang dibesarkan tanpa orangtua
akan memudahkan untuk membuat sang anak terjerumus dalam kegiatan tidak
bermoral. Oleh karena itu, institusi kekeluargaan yang direkomendasikan Islam
terlihat tidak terlalu sulit serta sesuai sebagai petunjuk dan pedoman pada anak-anak
berilmu agama agar dapat membimbing calon isteri dan anak-anak ke jalan yang
benar
rajin bekerja untuk kebaikan rumahtangga seperti mencari rezeki yang halal untuk
kebahagiaan keluarga.
Islam
Akil Baligh
akan
sangat
tergantung
dari
kondisi
dan
situasi
seseorang
dan
permasalahannya. Apa dan bagaimana hal itu bisa terjadi, mari kita bedah satu persatu.
a. Pernikahan Yang Wajib Hukumnya
Menikah itu wajib hukumnya bagi seorang yang sudah mampu secara finansial dan
juga sangat beresiko jatuh ke dalam perzinaan. Hal itu disebabkan bahwa menjaga diri
dari zina adalah wajib. Maka bila jalan keluarnya hanyalah dengan cara menikah, tentu
saja menikah bagi seseorang yang hampir jatuh ke dalam jurang zina wajib hukumnya.
Imam Al-Qurtubi berkata bahwa para ulama tidak berbeda pendapat tentang wajibnya
seorang untuk menikah bila dia adalah orang yang mampu dan takut tertimpa resiko zina
pada dirinya. Dan bila dia tidak mampu, maka Allah SWT pasti akan membuatnya cukup
dalam masalah rezekinya, sebagaimana firman-Nya :
Dan Yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan dan menjadikan untukmu
kapal dan binatang ternak yang kamu tunggangi. (QS.An-Nur : 33)
b. Pernikahan Yang Sunnah Hukumnya
Sedangkan yang tidak sampai diwajibkan untuk menikah adalah mereka yang sudah
mampu namun masih tidak merasa takut jatuh kepada zina. Barangkali karena memang
usianya yang masih muda atau pun lingkungannya yang cukup baik dan kondusif.
Orang yang punya kondisi seperti ini hanyalah disunnahkan untuk menikah, namun
tidak sampai wajib. Sebab masih ada jarak tertentu yang menghalanginya untuk bisa jatuh
ke dalam zina yang diharamkan Allah SWT.
Bila dia menikah, tentu dia akan mendapatkan keutamaan yang lebih dibandingkan
dengan dia diam tidak menikahi wanita. Paling tidak, dia telah melaksanakan anjuran
Rasulullah SAW untuk memperbanyak jumlah kuantitas umat Islam. Dari Abi Umamah
bahwa Rasulullah SAW bersabda:
Menikahlah, karena aku berlomba dengan umat lain dalam jumlah umat. Dan
janganlah kalian menjadi seperti para rahib nasrani. (HR. Al-Baihaqi 7/78)
Bahkan Ibnu Abbas ra pernah berkomentar tentang orang yang tidak mau menikah
sebab orang yang tidak sempurna ibadahnya.
c. Pernikahan Yang Haram Hukumnya
Secara normal, ada dua hal utama yang membuat seseorang menjadi haram untuk
menikah. Pertama, tidak mampu memberi nafkah. Kedua, tidak mampu melakukan
hubungan seksual. Kecuali bila dia telah berterus terang sebelumnya dan calon istrinya itu
mengetahui dan menerima keadaannya.
Selain itu juga bila dalam dirinya ada cacat pisik lainnya yang secara umum tidak
akan diterima oleh pasangannya. Maka untuk bisa menjadi halal dan dibolehkan menikah,
haruslah sejak awal dia berterus terang atas kondisinya itu dan harus ada persetujuan dari
calon pasangannya.
Seperti orang yang terkena penyakit menular yang bila dia menikah dengan seseorang
akan beresiko menulari pasangannya itu dengan penyakit. Maka hukumnya haram
baginya untuk menikah kecuali pasangannya itu tahu kondisinya dan siap menerima
resikonya.
Selain dua hal di atas, masih ada lagi sebab-sebab tertentu yang mengharamkan untuk
menikah. Misalnya wanita muslimah yang menikah dengan laki-laki yang berlainan
agama atau atheis. Juga menikahi wanita pezina dan pelacur. Termasuk menikahi wanita
yang haram dinikahi (mahram), wanita yang punya suami, wanita yang berada dalam
masa iddah.
Ada juga pernikahan yang haram dari sisi lain lagi seperti pernikahan yang tidak
memenuhi syarat dan rukun. Seperti menikah tanpa wali atau tanpa saksi. Atau menikah
dengan niat untuk mentalak, sehingga menjadi nikah untuk sementara waktu yang kita
kenal dengan nikah kontrak.
Dalam islam ada juga pernikahan yang di haramkan hukumnya yaitu :
1. Larangan menikah untuk selamanya (muabbad)
Dibagi menjadi beberapa:
1. Larangan karena ada hubungan nasab ( qoroobah )
Ibu
Anak perempuan
Saudara perempuan
2.
Anak perempuan dari istri yang sudah digauli atau anak tiri, termasuk anakanak mereka kebawah
rela dan punya harta yang bisa mencukupi hidup mereka, maka masih dibolehkan bagi
mereka untuk menikah meski dengan karahiyah.Sebab idealnya bukan wanita yang
menanggung beban dan nafkah suami, melainkan menjadi tanggung jawab pihak suami.
Maka pernikahan itu makruh hukumnya sebab berdampak dharar bagi pihak wanita.
Apalagi bila kondisi demikian berpengaruh kepada ketaatan dan ketundukan istri kepada
suami, maka tingkat kemakruhannya menjadi jauh lebih besar.
e. Pernikahan Yang Mubah Hukumnya
Orang yang berada pada posisi tengah-tengah antara hal-hal yang mendorong
keharusannya untuk menikah dengan hal-hal yang mencegahnya untuk menikah, maka
bagi hukum menikah itu menjadi mubah atau boleh. Tidak dianjurkan untuk segera
menikah namun juga tidak ada larangan atau anjuran untuk mengakhirkannya.
Wali nikah khusus yaitu semua laki-laki kerabatnya yang berhak menjadi
wali.
Wali nikah umum yaitu wali hakim atau petugas KUA.
a. Orang yang berhak menjadi wali nikah yaitu :
Ayah kandung
Kakek, atau bapaknya kakek dan seterusnya
Saudara laki-laki kandung
Saudara laki-laki seayah, adapun saudara laki-laki seibu tidak berhak.
Anak saudara laki-laki kandung (keponakan)
Anak saudara laki-laki seayah dan seterusnya, adapun saudara laki-laki
b.
Adapun cara perwalianya harus berurutan yaitu dari 1 kalau tidak ada dan
tidak memenuhi syarat maka baru yang ke 2, kalau tidak ada yang ke 2 baru
Istri
a. Ciri-ciri yang sunnah dipilih pada calon istri diantaranya :
Wanita yang sholihah
Wanita yang cerdas
Wanita yang sudah mencapai batas baligh
Wanita yang subur
Wanita dari keturunan keluarga yang baik-baik
Wanita yang cantik dhohir dan batinya. Yaitu fisiknya sehat dhohir dan
batin.
b. Wanita yang haram dinikahi diantaranya :
Wanita yang masih berstatus istri orang
Wanita yang sedang menjalankan iddah
Wanita yang murtad (yang keluar dari agama Islam)
Wanita yang kafir kalau belum masuk Islam
Wanita yang menjadi mahromnya dari nasab.
Wanita yang menjadi mahromnya dari susuan
Wanita yang menjadi mahromnya dari periparan
Wanita yang menjadi bibi istrinya atau saudari istrinya, kalau belum
diceraikan atau meninggal dunia.
c. Sifat-sifat wanita yang menjadi idaman semua pria :
Wanita yang sholehah yang taat beragama
Wanita yang selalu bergairah kepada suaminya
Wanita yang sabar dan tabah
Wanita yang tidak suka mengeluh dan mengadu kecuali hal-hal yang
penting
Wanita yang tidak berdandan kecuali untuk suaminya saja
Wanita yang selalu menyenangkan hati suaminya
Wanita yang selalu taat kepada semua perintah suaminya yang baik-baik
saja
Wanita yang benar-benar menjaga martabat dirinya dan harta suaminya
Wanita yang cerdas dan rajin
Wanita yang selalu sopan dan lembut terhadap suaminya
b.
nama calon istrinya atau melihatnya langsung atau dengan cara ditunjuk.
Calon istri bukan termasuk mahromnya suami baik nasab, susuan atau
periparan (musaharah).
Calon suami harus mengetahui bahwa calon istrinya halal baginya (bukan
wewangian
Suami yang selalu meringankan beban istrinya
Suami yang selalu rapi dalam berpenampilan
Suami yang selalu bertanggung jawab
4. Termasuk rukunnya yaitu : dua orang saksi
a. Dua orang saksi adalah termasuk rukunnya nikah adapun syaratnya diantaranya:
Keduanya harus sudah mencapai batas baligh
Keduanya adalah orang yang berakal
Keduanya dari kaum pria tulen
Keduanya beragama Islam
Keduanya termasuk orang yang adil
Keduanya bukan orang yang idiot
Keduanya bukan orang yang tuli (kalau tulinya ringan sekiranya dari dekat
tersebut
Keduanya memiliki ingatan yang kuat
Diantara kedua saksi, bukan termasuk wali dari calon istrinya
b. Disunnahkan yang menjadi saksi dalam pernikahan yaitu orang sholeh yang taat
dalam agama dan taat dalam beribadah. Dan yang paling utama lagi apabila saksi
tersebut sudah melakukan ibadah haji.
5. Termasuk rukunnya yaitu Aqad Ijab qobul
Aqad ijab qobul merupakan rukun yang paling utama dan yang menentukan.
Adapun aqad ijab diucapkan si wali nikah dan qobul di ucapkan calon suami. Adapun
syarat-syaratnya:
1. Aqad ijab qobul tersebut harus dengan kalimat Nikah atau tazwij atau
terjemahannya yaitu nikah atau kawin saja maka tidak sah dengan memakai
kalimat yang lain.
2. Antara ijab dan qobul tidak diselingi oleh kata-kata yang tidak ada
hubungannya dengan nikah
3. Antara ijab dan qobul tidak diselingi dengan diam yang sangat lama.
4. Antara ijab dan qobul sesuai dengan arti dan maksudnya
5. Aqad ijab qobul harus dilafadzkan sekiranya terdengar oleh orang-orang yang
berada disekitarnya (tidak dengan cara berbisik-bisik).
Cara ijab qobul :
Seorang istri bisa menjadi musuh bagi suami dalam mentaati Allah dan
Rasul-Nya. (At-Taghabun: 14)
Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah, yang paling baik
akhlaknya dan paling ramah terhadap istrinya/keluarganya. (Tirmudzi)
Suami tidak boleh kikir dalam menafkahkan hartanya untuk istri dan
anaknya.(Ath-Thalaq: 7)
Suami wajib menggauli istrinya dengan cara yang baik. Dengan penuh
kasih sayang, tanpa kasar dan zhalim. (An-Nisa: 19)
Istri hendaknya mendahulukan hak suami atas orang tuanya. Allah swt.
mengampuni dosa-dosa seorang Istri yang mendahulukan hak
suaminya daripada hak orang tuanya. (Tirmidzi)
Yang sangat penting bagi istri adalah ridha suami. Istri yang meninggal
dunia dalam keridhaan suaminya akan masuk surga. (Ibnu Majah,
Tirmidzi)
Ada empat cobaan berat dalam pernikahan, yaitu: (1) Banyak anak (2)
Sedikit harta (3) Tetangga yang buruk (4) lstri yang berkhianat. (Hasan
Al-Bashri)
Perkataan talak dalam istilah ahli Figh mempunyai dua arti, yakni arti yang umum
dan arti yang khusus. Talak dalam arti umum berarti segala macam bentuk perceraian baik
yang dijatuhkan oleh suami, yang ditetapkan oleh hakim, maupun perceraian yang jatuh
dengan sendirinya atau perceraian karena meninggalnya salah seorang dari suami atau
isteri. Talak dalam arti khusus berarti perceraian yang dijatuhkan oleh pihak suami
Karena salah satu bentuk dari perceraian antara suami-isteri itu ada yang
disebabkan karena talak maka untuk selanjutnya istilah talak yang dimaksud di sini ialah
talak dalam arti yang khusus.
Meskipun Islam menyukai terjadinya perceraian dari suatu perkawinan. Dan
perceraian pun tidak boleh dilaksanakan setiap saat yang dikehendaki. Perceraian
walaupun diperbolehkan tetapi agama Islam tetap memandang bahwa perceraian adalah
sesuatu yang bertentangan dengan asas asas Hukum Islam.
2.3.1 Sebab-sebab Putusnya Hubungan Perkawinan
Yang menjadi sebab putusnya perkawinan ialah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Talak
Khulu
Syiqaq
Fasakh
Talik talak
Ila
Zhihar
Liaan
Kematian
2.3.1.1 Talak
1. Hak Talak
Hukum Islam menentukan bahwa hak talak adalah pada suami dengan
alasan bahwa seorang laki-laki itu pada umumnya lebih mengutamakan
pemikiran dalam mempertimbangkan sesuatu daripada wanita yang
biasanya bertindak atas dasar emosi. Dengan pertimbangan yang demikian
tadi diharapkan kejadian perceraian akan lebih kecil, kemungkinannya
daripada apabila hak talak diberikan kepada isteri. Di samping alasan ini,
ada alas an lain yang memberikan wewenang/hak talak pada suami, antara
lain:
a. Akad nikah dipegang oleh suami. Suamilah yang menerima ijab dari
pihak isteri waktu dilaksanakan akad nikah.
b. Suami wajib membayar mahar kepada isterinya waktu akad nikah dan
dianjurkan membayar uang mutah (pemberian sukarela dari suami
kepada isterinya) setelah suami mentalak isterinya.
c. Suami wajib memberi nafkah isterinya pada masa iddah apabila ia
mentalaknya.
d. Perintah-perintah mentalak dalam Al-Quran dan Hadist banyak
ditujukan pada suami.
2. Syarat-syarat menjatuhkan Talak
Seperti kita ketahui bahwa talak pada dasarnya adalah sesuatu yang
tidak diperbolehkan/dibenarkan, maka untuk sahnya harus memenuhi syaratsyarat tertentu. Syarat-syarat itu ada pada suami, isteri, dan sighat talak.
a. Syarat-syarat seorang suami yang sah menjatuhkan talak ialah:
Berakal sehat
Telah baliqh
Tidak karena paksaan
Para ahli Fiqh sepakat bahwa sahnya seorang suami menjatuhkan talak
ialah telah dewasa/baliqh dan atas kehendak sendiri bukan karena terpaksa
atau ada paksaan dari pihak ketiga. Dalam menjatuhkan talak suami tersebut
harus dalam keadaan berakal sehat, apabila akalnya sedang terganggu.
Misalnya: orang yang sedang mabuk atau orang yang sedang marah tidak
boleh menjatuhkan talak. Mengenai talak orang yang sedang mabuk
kebanyakan para ahli Fiqh berpendapat bahwa talaknya tidak sah, karena
orang yang sedang mabuk itu dalam bertindak adalah di luar kesadaran.
Sedangkan orang yang marah kalau menjatuhkan talak hukumnya dalah tidak
sah. Yang dimaksud marah di sini ialah marah yang sedemikian rupa, sehingga
apa yang dikatakannya hamper-hampir di luar kesadarannya.
b.
talak ini ada yang diucapkan langsung, seperti saya jatuhkan talak
saya satu kepadamu. Adapula yang diucapkan secara sindiran
(kinayah), seperti kembalilah ko orangtuamu atau engkau telah
aku lepaskan daripadaku. Ini dinyatakan sah apabila:
Ucapan suami itu disertai niat menjatuhkan talak pada isterinya.
Suami mengatakan kepada Hakim bahwa maksud ucapannya itu
untuk menyatakan talak kepada isterinya. Apabila ucapannya itu
tidak bermaksud untuk menjatuhkan talak kepda isterinya maka
sighat talak yang demikian tadi tidak sah hukumnya.
Mengenai saat jatuhnya talak, ada yang jatuh pada saat suami
mengucapkan sighat talak (talak munziz) dan ada yang jatuh
setelah syarat-syarat dalam sighat talak terpenuhi (talak muallaq).
3. Macam-macam Talak
a. Talak raji adalah talak, di mana suami boileh merujuk isterinya
pada waktu iddah. Talak raji ialah talak satu atau talak dua yang
tidak disertai uang iwald dari pihak isteri.
b. Talak bain, ialah talak satu atau talak dua yang disertai uang iwald
dari pihak isteri, talak bain sperti ini disebut talak bain kecil. Pada
talak bain kecil suami tidak boleh merujuk kembali isterinya dala
masa iddah. Kalau si suami hendak mengambil bekas isterinya
kembali harus dengan perkawinan baru yaitu dengan melaksanakan
akad-nikah. Di samping talak bain kecil, ada talak bain besar,
ialah talak yang ketiga dari talak-talak yang telah dijatuhkan oleh
suami. Talak bain besar ini mengakibatkan si suami tidak boleh
merujuk atau mengawini kembali isterinya baik dalam masa iddah
maupun sesudah masa iddah habis. Seorang suami yang mentalak
bain besar isterinya boleh mengawini isterinya kembali kalau telah
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
Isteri telah kawin dengan laki-laki lain.
Isteri telah dicampuri oleh suaminya yang baru.
Isteri telah dicerai oleh suaminya yang baru.
Telah habis masa iddahnya.
c. Talak sunni, ialah talak yang dijatuhkan mengikuti ketentuan AlQuran dan Sunnah Rasul. Yang termasuk talak sunni ialah talak
yang dijatuhkan pada waktu isteri dalam keadaan suci dan belum
dicampuri dan talak yang dijatuhkan pada saat isteri sedang hamil.
Sepakat para ahli Fiqh, hukumnya talak suami dalah halal.
d. Talak bidi, ialah talak yang dijatuhkan dengan tidak mengikuti
ketentuan Al-Quran maupun Sunnah Rasul. Hukumnya talak bidi
dalah haram. Yang termasuk talak bidi ialah:
Talak yang dijatuhkan pada isteri yang sedang haid atau datang
bulan.
Talak yang dijatuhkan pada isteri yang dalam keadaan suci tetapi
telah dicampuri.
Talak yang dijatuhkan dua sekaligus, tiga sekaligus atau mentalak
isterinya untuk selama-lamanya.
2.3.1.2 Khuluk
Talak khuluk atau talak tebus ialah bentuk perceraian atas persetujuan
suami-isteri dengan jatuhnya talak satu dari suami kepada isteri dengan
tebusan harta atau uang dari pihak isteri dengan tebusan harta atau uang dari
pihak isteri yang menginginkan cerai dengan khuluk itu.
Adanya kemungkinan bercerai dengan jalan khuluk ini ialah untuk
mengimbangi hak talak yang ada pada suami. Dengan khuluk ini si isteri dapat
mengambil inisiatif untuk memutuskan hubungan perkawinan dengan cara
penebusan. Penebusan atau pengganti yang diberikan isteri pada suaminya
disebut juga dengan kata iwald. Syarat sahnya khuluk ialah:
a. Perceraian dengan khuluk itu harus dilaksanakan dengan kerelaan dan
persetujuan suami-isteri.
b. Besar kecilnya uang tebusan harus ditentukan dengan persetujuan bersama
antara suami-isteri.
Apabila tidak terdapat persetujuan antara keduanya mengenai jumlah uang
penebus, Hakim Pengadilan Agama dapat menentukan jumlah uang tebusan
itu. Khuluk dapat dijatuhkan sewaktu-waktu, tidak usah menanti isteri dalam
keadaan suci dan belum dicampuri, hal ini disebabkan karena khuluk itu
terjadi atas kehendak isteri sendiri.
2.3.1.3 Syiqaq
Syiqaq itu berarti perselisihan atau menurut istilah Fiqh berarti
perselisihan suami-isteri yang diselesaikan dua orang hakam, satu orang dari
pihak suami dan yang satu orang dari pihak isteri. Menurut Syekh Abdul Aziz
Al Khuli tugas dan syarat-syarat orang yang boleh diangkat menjadi hakam
adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
2.3.1.4 Fasakh
Arti fasakh ialah merusakkan atau membatalkan. Ini berarti bahwa
perkawinan itu diputuskan/dirusakkan atas permintaan salah satu pihak oleh
hakim Pengadilan Agama.
Biasanya yang menuntut fasakh di pengadilan adalah isteri. Adapun
alasan-alasan yang diperbolehkan seorang isteri menuntut fasakh di
pengadilan:
a. Suami sakit gila.
b. Suami menderita penyakit menular yang tidak dapat diharapkan dapat
sembuh.
c. Suami tidak mampu atau kehilangan kemampuan untuk melakukan
hubungan kelamin.
d. Suami jatuh miskin hingga tidak mampu memberi nafkah pada isterinya.
e. Isteri merasa tertipu baik dalam nasab, kekayaan atau kedudukan suami.
f. Suami pergi tanpa diketahui tempat-tinggalnya dan tanpa berita, sehingga
tidak diketahui hidup atau mati dan waktunya sudah cukup lama.
2.3.1.5 Ila
Arti daripada ila ialah bersumpah untuk tidak melakukan suatu
pekerjaan. Dalam kalangan bangsa Arab jahiliyah perkataan ila mempunyai
arti khusus dalam hukum perkawinan mereka, yakni suami bersumpah untuk
tidak mencampuri isterinya, waktunya tidak ditentukan dan selama itu isteri
tidak ditalak ataupun diceraikan. Sehingga kalau keadaan ini berlangsung
berlarut-larut, yang menderita adalah pihak isteri karena keadaannya tekatungkatung dan tidak berketentuan.
Berdasarkan Al-Quran, surat Al-Baqarah ayat 226-227, dapat diperoleh
ketentuan bahwa:
a. Suami yang mengila isterinya batasnya paling lama hanya empat bulan.
b. Kalau batas waktu itu habis maka suami harus kembali hidup sebagai
suami-isteri atau mentalaknya.
Bila sampai batas waktu empat bulan itu habis dan suami belum
mentalak isterinya atau meneruskan hubungan suami-isteri, maka menurut
Imam Abu Hanifah suami yang diam saja itu dianggap telah jatuh talaknya
satu kepada isterinya.
Apabila suami hendak kembali meneruskan hubungan dengan
isterinya, hendaklah ia menebus sumpahnya dengan denda atau kafarah.
Kafarah sumpah ila sama dengan kafarah umum yang terlanggar dalam
hukum Islam. Denda sumpah umum ini diatur dalam Al-Quran surat AlMaidah ayat 89, berupa salah satu dari empat kesempatan yang diatur secara
berurutan, yaitu:
a. Memberi makan sepuluh orang miskin menurut makan yang wajar yang
biasa kamu berikan untuk keluarga kamu, atau
b. Memberikan pakaian kepada sepuluh orang miskin, atau
c. Memerdekakan seorang budak, atau kamu tidak sanggup juga maka
d. Hendaklah kamu berpuasa tiga hari
Pembayaran kafarah ini pun juga harus dilaksanakan apabila suami
mentalak isterinya dan merujuknya kembali pada masa iddah atau dalam
perkawinan baru setelah masa iddah habis.
2.3.1.6 Zhihar
Zhihar adalah prosedur talak, yang hampir sama dengan ila. Arti
zhihar ialah seorang suami yang bersumpah bahwa isterinya itu baginya sama
dengan punggung ibunya. Dengan bersumpah demikian itu berarti suami telah
menceraikan isterinya. Masa tenggang serta akibat zhihar sama dengan ila.
Ketentuan mengenai zhihar ini diatur dalam Al-Quran surat Al-Mujadilah ayat
2-4, yang isinya:
a. Zhihar ialah ungkapan yang berlaku khusus bagi orang Arab yang artinya
suatu keadaan di mana seorang suami bersumpah bahwa bagi isterinya itu
sama denagn punggung ibunya, sumpah ini berarti dia tidak akan
mencampuri isterinya lagi.
b. Sumpah seperti ini termasuk hal yang mungkar, yang tidak disenangi oleh
Allah dan sekaligus merupakan perkataan dusta dan paksa.
c. Akibat dari sumpah itu ialah terputusnya ikatan perkawinan antara suamiisteri. Kalau hendak menyambung kembali hubungan keduanya, maka
wajiblah suami membayar kafarahnya lebih dulu.
d. Bentuk kafarahnya adalah melakukan salah satu perbuatan di bawah ini
dengan berurut menurut urutannya menurut kesanggupan suami yang
bersangkutan, yakni:
Memerdekakan seorang budak, atau
Puasa dua bulan berturut-turut, atau
Memberi makan 60 orang miskin.
2.3.1.7 Lian
Arti lian ialah laknat yaitu sumpah yang di dalamnya terdapat
pernyataan bersedia menerima laknat Tuhan apabila yang mengucapkan
sumpah itu berdusta. Akibatnya ialah putusnya perkawinan antara suami-isteri
untuk selama-lamanya.
Proses pelaksanaan perceraian karena lian diatur dalam Al-Quran
syrat An-Nur ayat 6-9, sebagai berikut:
a. Suami yang menuduh isterinya berzina harus mengajukan saksi yang
cukup yang turut menyaksikan perbuatan penyelewengan tersebut.
b. Kalau suami tidak dapat mengajukan saksi, supaya ia tidak terkena
hukuman menuduh zina, ia harus mengucapkan sumpah lima kali. Empat
kali dari sumpah itu ia menyatakan bahwa tuduhannya benar, dan sumpah
kelima menyatakan bahwa ia sanggup menerima laknat Tuhan apabial
tuduhannya tidak benar (dusta).
c. Untuk membebaskan diri dari tuduhan si isteri juga harus bersumpah lima
kali. Empat kali ia menyatakan tidak bersalah dan yang kelima ia
menyatakan sanggup menerima laknat Tuhan apabila ia bersalah dan
tuduhan suaminya benar.
d. Akibat dari sumpah ini isteri telah terbebas dari tuduhan dn ancaman
hukuman, namun hubungan perkawinan menjadi putus untuk selamalamanya.
2.3.1.8 Kematian
Putusnya perkawinan dapat pula disebabkan karena kematian suami
atau isteri. Dengan kematian salah satu pihak, maka pihak lain berhak waris
atas harta peninggalan yang meninggal.
Baqarah 228.
Isteri yang tidak pernah atau tidak dapat lagi mengalami haid iddahnya
adalah tiga bulan. Ketentuan ini terdapat dalam Al-Quran Surat Al-Talaaq
ayat 4.
Bagi isteri yang belum pernah dikumpuli dan kemudian ditalak, maka
menurut ketentuan Al-Quran surat Al-Akrab ayat 49, isteri tersebut tidak
perlu menjalani masa iddah. Dan apabila pada waktu akad-nikah belum
ditentukan berapa jumlah maskawin yang akan diberikan kepadanya,
maka suami yang mentalak itu wajib memberikan sejumlah harta kepada
yang ditentukan oleh suami untuk didiami, sampai masa iddahnya habis.
Selama waktu iddah isteri dilarang diusir atau dikeluarkan dari rumah tersebut.
Selama masa iddah isteri berhak mendapat nafkah dari suaminya seperti
nafkah sebelum terjadi perceraian, yaitu berupa perumahan, makanan dan
pakaian.
Bagi isteri yang meninggalkan rumah yang telah ditetapkan tanpa alasanalasan yang bisa dipertanggung-jawabkan, ia dianggap nusyuz. Isteri yang
sudah nusyuz tidak berhak lagi menerima nafkah iddah atau haknya nafkah
iddah menjadi gugur.
Wanita yang ditalak suaminya dan masa iddahnya telah habis, ia boleh
melakukan perkawinan baru dengan laki-laki lain. Dengan terjadinya
perkawinan baru ini, hubungan bekas suami dengan isteri tersebut telah betulbetul putus, sehingga dengan sendirinya isteri tidak berhak lagi menerima
a. Rujuk dengan perkataan, misalnya bekas suami berkata kepada bekas isterinya
aku rujuk kepada isteriku. Dengan diucapkannya sighat rujuk ini, maka rujuk itu
telah dianggap terjadi. Sighat rujuk yang digantungkan pada suatu syarat yang
belum terjadi atau digantungkan pada masa yang akan datang, dianggap tidak sah.
b. Rujuk dengan perbuatan, ialah apabila suami mencampuri isterinya kembali,
walaupun tidak dengan perkataan tertentu dianggap sah dan rujuknya telah terjadi.
Pernikahan seorang lelaki muslim menikahi seorang yang non muslim dapat
diperbolehkan, tapi di sisi lain juga dilarang dalam islam, untuk itu terlebih dahulu sebaiknya
kita memahami terlebih dahulu sudut pandang dari non muslim itu sendiri.
2.
laki-laki yang menikah dengan perempuan ahli kitab (Agama Samawi), yang
dimaksud agama samawi atau ahli kitab disini yaitu orang-orang (non muslim)
yang telah diturunkan padanya kitab sebelum al quran. Dalam hal ini para
ulama sepakat dengan agama Injil dan Taurat, begitu juga dengan nasrani dan
yahudi yang sumbernya sama. Untuk hal seperti ini pernikahannya
diperbolehkan dalam islam. Adapun dasar dari penetapan hukum pernikahan
ini, yaitu mengacu pada al quran, Surat Al Maidah(5):5, Pada hari ini
dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang
diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal pula bagi mereka.
(Dan dihalalkan mengawini) wanita-wanita yang menjaga kehormatan di
antara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga
kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila
kamu telah membayar maskawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak
dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik.
Barang siapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum
Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari akhirat termasuk orang-orang
merugi.
3. Lelaki muslim menikah dengan perempuan bukan ahli kitab. Yang dimaksud
dengan non muslim yang bukan ahli kitab disini yaitu kebalikan dari agama
samawi (langit), yaitu agama ardhiy (bumi). Agama Ardhiy (bumi), yaitu
agama yang kitabnya bukan diturunkan dari Allah swt, melainkan dibuat di
bumi oleh manusia itu sendiri. Untuk kasus yang seperti ini, maka diakatakan
haram. Adapun dasar hukumnya yaitu al quran al Baqarah(2):222 Dan
janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman.
Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik,
walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang
musyrik
(dengan
wanita-wanita
mukmin)
sebelum
mereka
beriman.
Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun
dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke
surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
(perintah-perintah-Nya)
kepada
manusia
supaya
mereka
mengambil
pelajaran.
2. Perempuan muslim menikah dengan laki-laki non muslim.
Dari al quran al Baqarah(2):221 sudah jelas tertulis bahwa: "...Dan janganlah
kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum
mereka beriman..." Pernikahan seorang muslim perempuan sudah menjadi hal mutlak
diharamkan dalam islam, jika seorang perempuan tetap memaksakan diri untuk
menikahi lelaki yang tidak segama dengannya, maka apapun yang mereka lakukan
selama bersama sebagai suami istri dianggap sebagai perbuatan zina.Artinya Seorang
laki-laki muslim boleh menikahi perempuan yang bukan non muslim selama
perempuan itu menganut agama samawi, apabila lelaki muslim menikahi perempuan
non muslim yang bukan agama samawi, maka hukumnya haram. Sedangkan bagi
perempuan muslim diharamkan baginya untuk menikah dengan laki-laki yang tidak
seiman
Daftar pustaka
http://ardychandra.wordpress.com/2008/09/06/putusnya-perkawinanberdasarkan-hukum-islam/
http://id.wikipedia.org/wiki/Pernikahan_dalam_Islam#Pemilihan_calon
https://www.facebook.com/kitabfathulmuin/posts/101512283014514
47
http://www.dakwatuna.com/2008/06/16/736/kewajiban-membentuk-rumah-
tangga-islam/#ixzz34A8yAxmi
modul-pai-sma-kelas-xii