Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PANCASILA DAN

KEWARGANEGARAAN
OTONOMI DAERAH
Oleh :
Andri Hardono Hutama 13514031
Danang Ainal Hakim 18114005
Danny Eka Putra K 10214061
Elbert Caesario 13113147
Ferdinand Sanjaya Sulaiman H 13414049
M Galibh F Aqdomani 18014011
Muhamad Ivan 15314063
Rahmaddian Nanda P 15014077
Richard Wellianto 13514051
Sabiq Fatoni 10214082
Stefanus Kurnia Wijaya 10214001
Institut Teknologi Bandung
2015

PKn Kelompok 2: Otonomi Daerah


A. Hakikat
B. Sejarah
C. Pembagian Kekuasaan antara Pusat dan Daerah
.
.
.
.
.
.

Judul
Pendahuluan (Latar Belakang dan Rumusan Masalah)
Kerangka Teoritis
Pembahasan
Simpulan dan Rekomendasi
Daftar Referensi

OTONOMI DAERAH
A.
PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang
Untuk meningkatkan
kesejahteraan daerah, pemerintah perlu
membuat sebuah kebijakan untuk daerah. Salah satu kebijakan yang
dibuat oleh pemerintah untuk mensejahterakan daerah yaitu dengan
otonomi daerah. Otonomi daerah adalah suatu keadaan yang
memungkinkan daerah dapat mengaktualisasikan segala potensi terbaik
yang dimilikinya secara optimal. Untuk mewujudkan keadaan tersebut,
berlaku bahwa pada dasarnya segala persoalan sepatutnya diserahkan
kepada daerah untuk mengetahui, merumuskan, serta menyelesaikan
permasalahan daerah itu sendiri.
b.
Rumusan Masalah
B.

KERANGKA TEORITIS
a.
Hakikat
Otonomi berasal dari bahasa Latin, autos yang berarti sendiri, dan
nomos yang berarti aturan. Dari etimologi tersebut, otonomi dapat
diartikan sebagai mengatur dan memerintah sendiri. Sehingga, otonomi
daerah dapat diartikan pemberian kewenangan dan tanggung jawab dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah atas daerahnya sendiri.
Menurut UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, otonomi
daerah adalah wewenang daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintah yang diserahkan oleh pemerintah pusat dan
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pemerintah Daerah memiliki kewenangan terhadap daerah-daerah
otonom yang dibatasi oleh batas-batas wilayah kewenangan. Pemerintah
Daerah membuat kebijakan atas daerah yang dipimpinnya berdasarkan
aspirasi dari masyarakat yang memiliki status warga daerah tersebut.
Sebenarnya, otonomi tidak mencakup pemerintah daerah saja.
Perusahaan, Organisasi, dan Lembaga sudah melakukan otonomi atas
daerah-daerah yang dinaungi mereka. Contohnya, kepolisian. Kepolisian
Pusat memiliki cabang di setiap kabupaten/kota, bahkan di satu
kabupaten/kota saja kantor polisinya bisa lebih dari satu, bergantung dari
jumlah penduduk dan luas kabupaten/kota nya. Para pemimpin di cabang
kepolisian tersebut akan melaporkan kepada atasan mereka, yang
melaporkan ke atasan lagi, dst sampai akhirnya sampai di Kepala

Kepolisian Republik Indonesia. Jelas kalau 1 orang saja tak mungkin bisa
menaungi seluruh wilayah Indonesia, karena itu otonomi daerah
dibutuhkan untuk mengatur wilayah yang luas sekali, seperti Indonesia.
b.
Sejarah
Sejak tahun 1966, pemerintah Orde Baru berhasil membangun suatu
pemerintahan nasional yang kuat dengan menempatkan stabilitas politik
sebagai landasan untuk mempercepat pembangunan ekonomi Indonesia.
Politik yang pada masa pemerintahan Orde Lama dijadikan panglima,
digantikan dengan ekonomi sebagai panglimanya, dan mobilisasi massa atas
dasar partai secara perlahan digeser oleh birokrasi dan politik teknokratis.
Banyak prestasi dan hasil yang telah dicapai oleh pemerintahan Orde Baru,
terutama keberhasilan di bidang ekonomi yang ditopang sepenuhnya oleh
kontrol dan inisiatif program-program pembangunan dari pusat. Dalam
kerangka struktur sentralisasi kekuasaan politik dan otoritas administrasi
inilah, dibentuklah Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Pemerintahan Daerah. Mengacu pada UU ini, Otonomi Daerah adalah hak,
wewenang, dan kewajiban Daerah untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Selanjutnya yang dimaksud dengan Daerah Otonom, selanjutnya
disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas
wilayah tertentu yang berhak, berwenang dan berkewajiban mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Undang-undang No. 5 Tahun 1974 ini juga meletakkan dasar-dasar
sistem hubungan pusat-daerah yang dirangkum dalam tiga prinsip:

Desentralisasi

Dekonsentrasi

Tugas Pembantuan
Upaya serius untuk melakukan desentralisasi di Indonesia pada masa
reformasi dimulai di tengah-tengah krisis yang melanda Asia dan bertepatan
dengan proses pergantian rezim (dari rezim otoritarian ke rezim yang lebih
demokratis). Pemerintahan Habibie yang memerintah setelah jatuhnya rezim
Suharto harus menghadapi tantangan untuk mempertahankan integritas
nasional dan dihadapkan pada beberapa pilihan yaitu:

Melakukan pembagian kekuasaan dengan pemerintah daerah,


yang berarti mengurangi peran pemerintah pusat dan memberikan
otonomi kepada daerah

Pembentukan negara federal

Membuat pemerintah provinsi sebagai agen murni pemerintah


pusat.

Pada masa ini, pemerintahan Habibie memberlakukan dasar hukum


desentralisasi yang baru untuk menggantikan Undang-Undang No. 5 Tahun
1974, yaitu dengan memberlakukan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999
tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
c.
Pembagian Kekuasaan antara Pusat dan Daerah
Membicarakan hubungan vertikal, dalam hal ini adalah hubungan
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Hubungan ini merupakan
hubungan yang bersifat atasan dan bawahan, dalam artian antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah terdapat pembagian kerja.
Hubungan secara vertikal ini melahirkan garis hubungan antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam beberapa sistem, yakni:
1.
Desentralisasi
Pasal 1 Butir 7 UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah:
Penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah
otonomi untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia
Lahirnya konsep desentralisasi merupakan upaya untuk mewujudkan
seuatu pemerintahan yang demokratis dan mengakhiri pemerintahan yang
sentralistik. Pemerintahan sentralistik menjadi tidak populer karena telah
dinilai tidak mampu memahami dan memberikan penilaian yang tepat atas
nilai-nilai yang hidup dan berkembang di daerah.
Pada dasarnya tujuan penyelenggaraan desentralisasi antara lain :
1.
Dalam
rangka
peningkatan
efIsiensi
dan
efektivitas
penyelenggaraan pemerintahan.
2.
Sebagai wahana pendidikan politik masyarakat di daerah.
3.
Dalam rangka memelihara keutuhan negara.
4.
Untuk
mewujudkan
demokrasi
dalam
penyelenggaraan
pemerintahan yang dimulai dari daerah.
5.
Guna memberikan peluang bagi masyarakat untuk membentuk
karir dalam bidang politik dan pemerintahan.
6.
Sebagai wahana yang diperlukan untuk memberikan peluang
bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses perencanaan dan
pelaksanaan pemerintahan.
7.
Sebagai
sarana
yang
diperlukan
untuk
mempercepat
pembangunan di daerah.
8.
Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa
2.
Dekonsentrasi
Pasal 1 Butir 8 UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah:
Pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada Gubernur

sebagai wakil Pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah


tertentu.
Kelebihan dekonsentrasi adalah sebagai berikut :
1.
Secara politis, eksistensi dekonsentrasi akan dapat mengurangi
keluhan-keluhan daerah, protes-protes daerah terhadap kebijakan
pemerintah pusat.
2.
Secara ekonomis, aparat dekonsentrasi dapat membantu
pemerintah dalam merumuskan perencanaan dan pelaksanaan melalui
aliran informasi yang intensif yang disampaikan dari daerah ke pusat.
Mereka dapat diharapkan melindungi rakyat daerah dari eksploitasi
ekonomi yang dilakukan oleh sekelompok orang yang memanfaatkan
ketidakacuhan
masyarakat
akan
ketidakmampuan
masyarakat
menyesuaikan diri dengan kondisi ekonomi modern.
3.
Dekonsentrasi memungkinkan terjadinya kontak secara langsung
antara pemerintah dengan yang diperintah/rakyat.
4.
Kehadiran
perangkat
dekonsentrasi
di
daerah
dapat
mengamankan pelaksanaan kebijakan pemerintah pusat atau kebijakan
nasional di bidang politik, ekonomi, dan administrasi
5.
Dapat menjadi alat yang efektif untuk menjamin persatuan dan
kesatuan nasional.
3.
Tugas Pembantuan (Medebewind)
Pasal 1 Butir 9 UU No. 32 / 2004 tentang Pemerintahan Daerah:
Penugasan dari Pemerintah kepada daerah* dan/atau desa, dari pemerintah
provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa, serta dari pemerintah
kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu. (*
daerah = Provinsi, Kabupaten, Kota)
Penyelenggaraan pemerintahan daerah disesuaikan dengan amanat
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu
pemerintahan daerah, yang mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan
untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui
peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta
peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi,
pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam
sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia;
Pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan
efisiensi dan
efektivitas penyelenggaraan otonomi daerah, perlu memperhatikan
hubungan antar susunan pemerintahan dan antar pemerintahan daerah,
potensi dan keanekaragaman daerah. Aspek hubungan wewenang
memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Urusan Pemerintah daerah sangat terbatas yang disebutkan dalam


Pasal 10 ayat (3) Undang- undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah Pasal 2 ayat (2) PP No. 38 tahun 2007, hanya meliputi :
a. Politik luar negeri
b. Pertahanan
c. Keamanan
d. Yustisi
e. Moneter dan fiskal nasional
f. Agama
Dan kewenangan pemerintah daerah diluar 6 poin tersebut
dilaksanakan dengan:
1.
Menyelenggarakan sendiri sebagian urusan pemerintahan.
2.
Melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada Gubernur
selaku wakil Pemerintah.
3.
Menugaskan sebagian urusan kepada pemerintahan daerah
dan/atau pemerintahan desa berdasarkan asas tugas pembantuan.
C.
Pembahasan
a.
b.
Studi Kasus
Kasus yang seding banyak dibicarakan belakangan ini adalah
mengenai RUU pembentukan 87 daerah otonomi baru. RUU mengenai
pembentukan 87 daerah otonomi baru jika dilihat dari sudut pandang
tertentu, dapat mengesankan bahwa ini merupakan langkah bagi - bagi
kekuasaan, yaitu dengan menambah jumlah daerah otonom, sehingga
dapat muncul tempat - tempat kosong untuk dijabat.
Mengenai hal ini Presiden Jokowi pada 8 July 2015 menekankan bahwa
pembentukan daerah otonomi baru harus mementingkan peningkatan
kesejahteraan rakyat melalui pembangunan daerah yang tertinggal.
Beliau juga sempat menegaskan bahwa hal ini bukan berarti mereka ingin
bagi - bagi kekuasaan atau jabatan. Hal ini tentu menunjukan bahwa
Presiden menyadari kemungkinan bahwa tindakan pembuatan 87 RUU ini
dipandang oleh beberapa pihak memiliki unsur nepotisme tentunya.
Belakangan, tepatnya pada 10 Agustus 2010, diterbitkan Peraturan
Presiden Nomor 91 Tahun 2015 tentang Dewan Pertimbangan Otonomi
Daerah, atau disingkat DPOD. Salah satu fungsi yang diselenggarakan
DPOD dalam rangka melaksanakan tugasnya adalah pemberian
pertimbangan terhadap hasil penilaian dan kajian atas usulan
pembentukan daerah. Sementara untuk keanggotaan DPOD sendiri terdiri
atas: 1. Wakil Presiden selaku Ketua merangkap Anggota; 2. Menteri
Dalam Negeri selaku Sekretaris merangkap Anggota; 3. Menteri Keuangan

selaku Wakil Sekretaris merangkap Anggota; 4. Para Menteri terkait


sebagai anggota; dan 5. Perwakilan kepala daerah sebagai anggota.
Perwakilan kepala daerah sebagaimana dimaksud terdiri atas: 1 (satu)
orang gubernur , 1 (satu) orang bupati, dan 1 (satu) orang walikota.
Jokowi sendir pada 8 Juli 2015 memang meminta Menteri Dalam Negeri
untuk mengonsultasikan masalah pembentukan daerah otonom ini
dengan DPR dan DPD serta diputuskan secara tidak tergesa - gesa,
cermat, dan melalu kajian yang mendalam.
Hak ini menurut kami merupakan sebuah langkah yang menunjukan
bahwa RUU pembentukan 87 daerah otonom baru ini memang dapat
dipandang secara negatif sebagai sebuah bagi - bagi jabatan, namun
kinerja Presiden yang mengeluarkan Peraturan Presiden yang
memperbaharui DPOD dapat dipandang secara positif bahwa Presiden
memiliki niat untuk mengkaji dengan baik pembentukan 87 daerah
otonom baru ini. Tentunya hal ini karena salah satu fungsi DPOD sendiri
adalah memberikan pertimbangan pertimbangan terhadap hasil penilaian
dan kajian atas usulan pembentukan daerah. Hal ini juga kami pandang
sebagai langkah Presiden dalam menyikapi berbagai masalah yang
mungkin muncul dari pembentukan daerah dan penyesuaian daerah
karena DPOD juga memiliki fungsi memberikan pertimbangan atas
rancangan kebijakan terkait penyelesaian masalah yang berhubungan
dengan hal tersebut. Dengan adanya Menteri Keuangan di dalam DPOD
ini juga membuat pertimbangan rancangan kebijakan berbagai dana
dapat dikaji dengan baik.
Melihat lagi dari sisi negatif, keanggotaan DPOD sendir terdiri dari
Wakil Presiden dan menteri - menteri, lalu kemudian terakhir adalah
perwakilan kepala daerah. Jabatan - jabatan penting dalam DPOD tetap
dipegang oleh Wakil Presiden dan juga menteri - menteri. Hal ini
sebenarnya tetap memungkinkan bahwa DPOD akan pro-Presiden dan jika
memang benar Presiden memiliki urusan bagi - bagi jabatan dalam
pembentukan 87 dearah otonom baru ini maka tentunya DPOD dapat
disetir untuk juga mendukung kebijakan Presiden tersebut dan
memandang pembentukan DPOD ini hanyalah pencitraan agar Presiden
dipandang serius.
Pada akhirnya kasus ini berakar ke permasalahan bagaimana kita
percaya pada kinerja dan juga niat dari Presiden kita. Tentu hal ini sangat
wajar karena memang setiap orang akan memiliki berbagai sudut
pandang yang berbeda. Jika memang kita percaya bahwa hal ini
merupakan bagi - bagi jabatan, tentu pandangan kita akan lebih
cenderung merasa pembentukan DPOD juga hanyalah pencitraan. Jika

kita percaya pada Presiden kita, maka kita tentu akan cenderung percaya
bahwa pembentukan DPOD sendiri ini memang untuk mengkaji.
D.

Simpulan dan Rekomendasi


a.
Simpulan
b.
Rekomendasi
Terkati dengan pembentukan 87 dearah Otonom Baru, kelompok kami
merekomendasikan
seluruh
masyarakat
untuk
terus
memantau
perkembangannya. Hal ini tentu agar memberikan kontrol dan apa yang
dimaksud dengan bagi - bagi jabatan tersebut tidak terjadi. Memang ada
pihak seperti DPOD yang akan mengkaji apakah diperlukan atau tidak
pembentukan daerah baru serta masalah - masalah mengenai daerah
otonom, namun perlu diingat kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat,
jika rakyat lalai, maka itulah celah melaksanakan kecurangan yang
dimanfaatkan oleh berbagai pihak. DPOD sendiri tetap mungkin melakukan
kecurangan seperti apa yang telah dijelaskan di bagian pembahasan. Pada
akhirnya yang sebaiknya kita lakukan adalah memantau perkembangan
kasus ini dengan cermat dan se-objektif mungkin sehingga memungkinkan
pembentukan daerah otonom yang memang untuk kepentingan
kesejahteraan rakyat. Tidak masalah apakah anda percaya atau tidak pada
Presiden selama anda menggunakan akal sehat anda, karena kedua unsur ini
memang diperlukan agar penyelenggaraan pemerintahan berlangsung
dengan baik.

E.
Daftar Referensi
Pustaka Internet
Wikipedia. 2014. Otonomi Daerah. Diambil dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah diakses hari Minggu
tanggal 13 September 2015 pukul 20:23 WIB.
Wikipedia. 2015. Otonomi Daerah di Indonesia. Diambil dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah_di_Indonesia diakses
hari Minggu tanggal 13 September 2015 pukul 20:30 WIB.
Mega, Tieffani. Pembagian Kekuasaan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah. 6 April 2012. http://tieffanimega.blogspot.co.id/2012/04/pembagian-kekuasaan-antarapemerintah.html diakses tanggal 12 September 2015 pukul 21.15
WIB.
Indra, Elfi. Asas-asas Otonomi Daerah. 10 Juni 2015. http://elfiindra.blogspot.co.id/2011/06/asas-asas-otonomi-daerah.html diakses
tanggal 13 September 2015 pukul 20.32 WIB.
Supermana, Rizki. Jokowi Minta 87 RUU Daerah Otonomi Baru Harus
Tingkatkan Kesejahteraan Rakyat. 8 Juli 2015.
http://rri.co.id/post/berita/181013/nasional/jokowi_minta_87_ruu_daera
h_otonomi_baru_harus_tingkatkan_kesejahterahan_rakyat.html
diakses tanggal 15 September 2015 pukul 07.27 WIB.
Humas. Presiden Teken Perpres Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah yang
Baru. 21 Agustus 2015.
http://setkab.go.id/presiden-teken-perpres-pembentukan-dewanpertimbangan-otonomi-daerah-yang-baru/ diakses pada 15 September 2015
pukul 07.38 WIB.

Simanjuntak, P.N.H. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMP/MTs Kelas IX. Jakarta :


Grasindo

https://books.google.co.id/books?id=3YBV8iOuQsC&pg=PT29&lpg=PT29&dq=hakikat+otonomi+daerah&source=bl&ot
s=lzplTixzRV&sig=n00rFXmvr2lrvSTI0xcBctBe9s8&hl=en&sa=X&ved=
0CDgQ6AEwA2oVChMI95rMmf73xwIVTpGOCh1CUQh#v=onepage&q=hakikat%20otonomi%20daerah&f=false diakses
pada 15 September 2015 pukul 11.00 WIB
Nurlalila,Istiqoomah, Rusiga Eva. 2014.Otonomi daerah dalam
Perekonomian Indonesia. Jogjakarta
http://www.academia.edu/8522361/makalah_tentang_otonomi_daerah_
dalam_perekonomian_indonesia diakses pada tangga 15 September
2015 pukul 18.01

Anda mungkin juga menyukai