3.1.
Ketebalan
Temperatur reservoir
Porositas
Densitas batuan
Apabila A adalah luas reservoir dan h adalah ketebalannya maka persamaan di atas
menjadi :
mr A.h.(1 ). r ..(3.4)
Jika A adalah luas reservoir dan h adalah ketebalannya maka kedua persamaan di atas
menjadi :
mL = A.h..S L . L ....(3.9)
mV = A.h..SV .V ... (3.10)
He A.h1 r cr T S L L u L SV V uV .(3.13)
Keterangan :
He
SL
SV
uL
uV
cr
Besarnya kandungan panas pada keadaan awal pada reserevoir 2 fasa yaitu uap dan
air dapat dilihat pada persamaan berikut :
Kandungan panas yang terdapat pada keadaan awal jika hanya terdapat fasa cair
dapat dilihat pada persamaan berikut :
Hei A.h1 r cr Ti S L L u L i (3.16)
Besarnya kandungan panas pada keadaan akhir pada reservoir 2 fasa dapat dilihat
pada persamaan berikut :
H re
H de
................................................................................(3.24)
t x 365 x 24 x 3600
5. Menghitung besarnya potensi listrik panasbumi, yaitu besarnya energi listrik yang
dapat dibangkitkan selama periode waktu tahun (MWe) :
H el
H de .
................................................................................(3.25)
t x 365 x 24 x 3600
atau :
Hel = x Hthermal .(3.26)
Sedangkan Besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan (cadangan) dan diubah
menjadi energi listrik (potensi listrik) pada reservoir fasa uap dapat dihitung dengan
prosedur sebagai berikut :
1. Menghitung kandungan energi di dalam reservoir pada keadaan awal (Ti) :
Hei = A . h [(1 ) r . Cr . Ti + ( v . uv . Sv)i]........................................(3.27)
2. Menghitung kandungan energi dalam reservoir pada keadaan akhir (Tf) :
Hef = A . h {(1 ) r . Cr . Tf + ( v . uv . Sv)t].......................................(3.28)
3. Menghitung maksimum energi yang dapat dimanfaatkan (sumber daya) :
Hth = Hei - Hef ...............................................................................................(3.29)
4. Menghitung energi panas yang pada kenyataannya dapat diambil (cadangan
panasbumi). Apabila cadangan dinyatakan dalam satuan kJ, maka besarnya
cadangan panasbumi ditentukan sebagai berikut :
Hde = Rf . Hth ................................................................................................(3.30)
Apabila cadangan dinyatakan dalam satuan MWth, maka besarnya cadangan
ditentukan dengan persamaan berikut :
H re
5.
H de
................................................................................(3.31)
t x 365 x 24 x 3600
Menghitung besarnya potensi listrik panasbumi, yaitu besarnya energi listrik yang
dapat dibangkitkan selama periode waktu tahun (MWe) :
H el
H de .
..............................................................................(3.32)
t x 365 x 24 x 3600
atau :
Hel = x Hthermal ....(3.33)
Besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan (cadangan) dan diubah menjadi
energi listrik (potensi listrik) pada reservoir fasa cair dapat dihitung dengan prosedur
sebagai berikut :
1. Menghitung kandungan energi di dalam reservoir pada keadaan awal (Ti) :
Hei = A . h [(1 ) r . Cr . Ti + (L . uL . SL + v . uv . Sv)i]..................(3.34)
2. Menghitung kandungan energi dalam reservoir pada keadaan akhir (Tf) :
Hef = A . h {(1 ) r . Cr . Tf + (L . uL . SL + v . uv . Sv)t].................(3.35)
3. Menghitung maksimum energi yang dapat dimanfaatkan (sumber daya) :
Hth = Hei - Hef ...............................................................................................(3.36)
4. Menghitung energi panas yang pada kenyataannya dapat diambil (cadangan
panasbumi). Apabila cadangan dinyatakan dalam satuan kJ, maka besarnya
cadangan panasbumi ditentukan sebagai berikut :
Hde = Rf . Hth ................................................................................................(3.37)
Apabila cadangan dinyatakan dalam satuan MWth, maka besarnya cadangan
ditentukan dengan persamaan berikut :
H re
H de
...............................................................................(3.38)
t x 365 x 24 x 3600
5. Menghitung besarnya potensi listrik panasbumi, yaitu besarnya energi listrik yang
dapat dibangkitkan selama periode waktu tahun (MWe) :
H el
H de .
..............................................................................(3.39)
t x 365 x 24 x 3600
atau :
Hel = x Hthermal (3.40)
Keterangan :
Ti
Tf
Hei
Hef
Hth
3.2.
Hel
Rf
Konduksi mantap, yaitu konduksi yang kondisi temperatur akhir pada titik
manapun dalam suatu material tidak bergantung pada kedudukan serta
lamanya pemanasan karena aliran panas yang masuk ke dalam benda dan
keluar selalu sama.
Konduksi tidak mantap, yaitu konduksi yang kondisi temperatur akhir suatu
titik dalam materi akan selalu berubah sesuai dengan kedudukan dan lamanya
pemanasan karena aliran panas yang masuk dan keluar besarnya berubahubah.
Pada kerak bumi bagian atas, yaitu daerah utama yang merupakan sumber-sumber
potensial panasbumi, transfer panas secara konduksi biasanya merupakan proses yang
dominan bahkan di daerah yang anomali gradien geothermal-nya kuat. Distribusi
fluks panas dipengaruhi oleh kondisi batas di samping pengaruh konveksi dengan
variasi konduktivitas panas dan sumber panas dalam dimensi ruang dan waktu
(sumber panas transient, intrusi batuan beku, sumber stasioner dan panas hasil
radioaktif).
Persamaan Fourier tentang konduksi panas adalah didasarkan pada koordinat
kartesian, seperti yang diterlihat pada persamaan berikut :
d 2 d 2 d 2 1 d
2
....(3.41)
dt
dx 2
dy 2
dz
Penentuan besarnya laju aliran panas dalam sistem konduksi dapat ditentukan
dengan beberapa penyelesaian, yaitu :
a. One dimensional steady state
Untuk permasalahan steady state satu dimensi, persamaan konduksi panas :
K r , T T Ar 0 .(3.42)
d
dT
K T 0 ..(3.43)
dz
dz
Problem 1 tidak terdapat variasi pada konduksi panas A secara vertical dan
konduktivitas panas K : A(z) = Ao, K(T) = Ko
q A
T z T0 0 z 0 z 2 ..(3.44)
K 0 2K 0
Problem 2 tidak terdapat variasi A; K tergantung pada temperature
K T K 0 / 1 T (3.45)
adalah 10-3 C-1, maka persamaan di atas menjadi :
q0 z A0 z 2
1
1 (3.46)
T z 1 T0 exp
2
K 0
z
T z T0 q0 A0 H z / K 0 A0 H 2 1 exp
/ K 0 .(3.47)
H
1
A0 H 2
T z 1 T0 exp
K 0
1 exp Hz A Hz q z 1 (3.48)
Untuk Layer n, persamaan Pollack (1965) dapat digunakan Model satu dimensi
memperlihatkan temperature lapangan,T(z) disebut sebagai Geotherm. Ini dapat
dilihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1
Temperatur Lapangan Dengan Model Satu Dimensi 16)
b. Two dimensional steady state
Pada model dua dimensi,distribusi temperature dapat dipertimbangkan dengan
(x,z) plane. Dari Persamaan 3.42 dapat ditulis menjadi :
2 A 2 KT K 2T T 2 K 0 ..(3.49)
Metode numeric digunakan untuk menyelesaikan persamaan differensial parsia.
Bagian yang utama dibagi kedalam mesh dengan jarak b antara titik nodal (i, k +
1) dan (i, k). Didalam perlakuan dengan mengunakan numeric, derivative parsial
menggunakan pendekatan :
z 2
b2
Dan
2T
Ti 1,k Ti 1,k
n
Ti ,k 1 Ti ,k 1 2Ti ,k 1 2 0 .(3.51)
n
Gambar 3.2
Rectangular Mesh Untuk Numerical 16)
Dengan mengunakan Persamaan 3.51 kedalam Persamaan 3.49 hanya sebagian
kecil memperoleh perbedaan yang sedikit dengan menggunakan five-point, maka
persamaan menjadi :
2 Ai ,k d 2
K i ,k
Ti ,k 1
Ti 1,k
K i 1,k K i ,k
K i ,k 1 K i ,k
K i ,k
n K i ,k
Ti 1,k
K i 1,k K i ,k
2
n K i ,k
Ti ,k 1
K i ,k 1 K i ,k
K i ,k
K i 1,k K i ,k 1 K i ,k 1
2 K
0 (3.52)
Ti ,k 2 2 i 1,k2
K
n
n
K
i ,k
i ,k
Dengan Ai,k dan Ki,k adalah produksi panas dan parameter konduktivitas thermal
yang perlu ditandai kedalam mesh sesuai pertimbangan.
Batas nilai yang harus dipastikan adalah sebagai berikut :
1. Temperatur permukaan Ti,o( i = 0,1,r)
2. Aliran panas horizontal K(T)
T
dimana nilai nol berada di dalam mesh point
z
T
pada kedalaman z = bs
z
R ' i ,k
2 Ai ,k d 2
K i ,k
Ti ' 1,k ai 1,k Ti ' 1,k ai 1,k Ti ,' k 1ai ,k 1 Ti ,' k 1ai ,k 1 Ti.'k ai ,k (3.53)
Gambar 3.3
Model Aliran Panas Pada Skala Lokal 16)
Gambar 3.4
Model Aliran Panas Pada Skala Regional 16)
c. Thermal conductance dan thermal resistance
Thermal conductance (C) =
kA
1
=
......(3.54)
d
Thermal resistance
Th Tc
= C (Th Tc) ......(3.55)
d
.......(3.56)
dimana K adalah konduktivitas panas batuan dan tanda negatif menunjukkan bahwa
aliran panas berkurang dari temperatur tinggi ke temperatur rendah dengan gradient
temperatur tertentu.
K
c
.....(3.57)
dengan c adalah kapasitas panas (panas spesifik batuan). Tabel III-1 memperlihatkan
beberapa nilai konduktivitas panas batuan pada temperatur ruang.
Dua langkah penting untuk menentukan besarnya konduktivitas panas batuan
pada bagian atas kerak bumi adalah :
Konduktivitas panas
(W/m.0K)
Granit
2.5-3.8
Gabro/basalt
1.7 2.5
Peridotite/piroxenite
4.2 5.8
Limestone
1.7 3.3
Dolomite, salt
5.0
Sandstone
1.2 4.2
Shale
0.8 2.1
Volcanic tuff
1.2 2.1
0.6 0.8
Air
0.6
Karakteristik nilai produksi panas rata-rata diperlihatkan didalam Tabel 3.2 Tabel
3.4 untuk jenis batuan utama (Rayback, 1976). Produksi panas pada batuan induk A
tergantung pada bulk chemistry. A meningkat dari silicic melalui basic hingga jenis
batuan ultrabasic, A juga tergantung pada batuan bulk Chemistry yang sama, pada
tingkat metamorphic (Tabel 3.3), berkaitan dengan penurunan element radioaktif
pada batuan oleh upward-moving fasa fluida selama metamorfisme. Batuan sedimen
yang terbentuk hanya sebagian kecil dari kerak bumi, pada umumnya memiliki nilai
A yang rendah terutama pada limestone dan dolomit.
Tabel 3.2
Produksi Panas Pada Batuan Induk 16)
Tabel 3.3
Produksi Panas Pada Batuan Metamorfisme 16)
Tabel 3.4
Produksi Panas Pada Batuan Sedimen 16)
Gambar 3.5
Intrusi Batholith pada kedalaman d 16)
Aliran panas q pada permukaan dikaitkan dengan variasi intrusi terhadap waktu t
(Carslaw dan Jaeger, 1959) dapat dilihat pada persamaan berikut :
qt KTi kt
1 / 2
d2
(3.59)
exp
4
Gambar 3.6
Pendinginan Intrusi Pada Perbedaan Umur 16)
panas, transport dan penyimpanan yang terjadi pada level yang lebih dalam di kerak
bumi dan lithosfer.
Untuk mengevaluasi suatu model reservoir panas bumi dilakuan dengan jalan
membandingkan distribusi aliran panas terhitung dengan hasil pengukuran
dipermukaan dan distribusi isotemperatur dengan penyeberan kedalaman pada
reservoir.
Gradien vertikal geothermal dT/dZ sering digunakan untuk tujuan-tujuan
praktis dengan mempertimbangkan komponen aliran panas ke permukaan dan
dianggap sebagai skalar. Dalam keadaan sederhana seperti urutan sedimentasi dengan
lapisan horizontal dan K bervarisai hanya pada kedalaman dan mengabaikan sumber
panas, temperatur pada kedalaman d, adalah :
d
T d T0 q
0
dZ
......(3.60)
K Z
Atau dengan lapisan n, yang menunjukkan ketebalan dan konduktivitas dari lapisan
ke-i dengan ketebalan hi dan konduktiivitas panas Ki sebagai berikut :
n 1
d hi
n 1
h
i 1
T d T0 q i
i 1 K i
Kn
.(3.61)
To adalah temperatur permukaan. Pada tiap lapisan hasil dari gradient temperatur dan
konduktivitas adalah konstan, seperti terlihat pada persamaan berikut :
dT
K i q .......................................................................................(3.62)
dz i
Lapisan tersebut secara berurutan memiliki konduktivitas panas yang rendah, yang
dikarakteristikan dengan hubungan gradient bertemperatur tinggi. Gradient
geothermal yang tinggi dapat ditemui jika konduktivitas lapisan sediment rendah
(Ks), konduktivitas basement yang tinggi (Kb). Berdasarkan pada aliran panas q dan
ketebalan sedimen D lokal, temperatur anomali berada di lapisan dasar, ini dapat
dilihat pada Gambar 3.7. Jika dilihat dalam bentuk matematis dapat dilihat pada
persamaan berikut :
T Dq
Kb K s
...................................................................................(3.63)
K s Kb
Gambar 3.7
Efek Penutupan Sedimen Berkonduktivitas Rendah 16)
3.2.2. Perpindahan Panas Konveksi
Semua potensi panasbumi yang dapat diproduksikan secara komersil hingga
saat ini semuanya adalah sistem panasbumi model hidrothermal. Dalam system
hidrothermal, perembesan air dekat permukaan melalui bagian permeabel sampai
kedalaman yang besar hingga bertemu dengan batuan panas. Fluida yang terdapat
dalam batuan tersebut akan mengalami pemanasan dan kemudian terdorong ke atas
akibat gaya apungan (buoyancy forces) karena densitasnya menjadi lebih kecil
dibandingkan densitas air pada suhu yang lebih rendah.
Terdapat dua tipe sistem reservoir hidrothermal, yaitu sistem dominasi uap
(Geysers : USA, Lardarello ; Italy dan Kamojang : Indonesia) dan sistem dominasi air
(Wairakei dan Broadlends : New Zealand, Dieng : Indonesia).
Gambar 3.8
Boiling Point Air Dengan Tekanan Hidrostatis Di Bawah Permukaan 16)
Aliran fluida dalam celah batuan berbeda dalam beberapa hal sebagai akibat perkolasi
fluida melalui batuan yang porous dan kompak. Pertama, permeabilitas yang
disebabkan oleh rekahan biasanya jauh lebih besar daripada permeabilitas yang
disebabkan oleh matriks. Louis (1970) menyatakan bahwa permeabilitas matriks
batuan menjadi penting hanya dengan tidak adanya kekar yang menerus atau celah
kekar kurang dari 10 meter. Kedua, permeabilitas rekahan biasanya anisotropik.
Ketiga, porositas dan permeabilitas rekahan jauh lebih sensitif terhadap tekanan
fluida dibandingkan porositas dan permeabilitas matriks.
Spasi ketidakselarasan adalah salah satu variabel yang penting dalam
deskripsi matematik aliran fluida dalam media berpori. Jika kharakteristik antara
ketidakselarasan
dapat
dibandingkan
dengan
dimensi
dari
massa
batuan
terinvestigasi, hal ini penting untuk mempertimbangkan geometri kekar hingga lebih
terperinci.
Dalam sistem hidrothermal, geometri rekahan biasanya tidak diketahui
sehingga asal dan arah yang dituju oleh fluida dalam reservoir sangat sulit untuk
ditentukan. Untuk memudahkan dibuat suatu asumsi bahwa ketidakselarasan hanya
mempunyai porsi yang sangat kecil dibandingkan keseluruhan reservoir dan
akibatnya batuan dapat dianggap sebagai media yang kontinyu dengan anggapan
tetap mempunyai permeabilitas anistrop.
R e x T 4 (3.64)
Keterangan :
R = emitansi radin (kekuatan pancar), watt/cm2
T = suhu permukaan, oK
e
Gambar 3.9
Analogi Sistem Grid Sebagai Well Stirred Tanks 13)
Sebagai implikasi digunakan analogi well stirred tanks, properti dalam setiap
gridblock tidak bervariasi terhadap lokasi, jika lokasi dalam setiap blok tidak
didefinsikan dan sebaliknya (secara konseptual, lokasi gridblocks mempunyai arti).
Sebagai contoh pada waktu tertentu, suatu blok hanya mempunyai satu nilai dari
setiap saturasi fasa dan beberapa properti yang bergantung pada saturasi (seperti
tekanan kapiler dan permeabilitas relatif). Untuk menggambarkan variasi properti
reservoir, properti gridblocks harus bervariasi satu terhadap lainnya. Sehingga
mungkin dijumpai perubahan yang sangat kontras dari satu blok ke blok berikutnya.
Kekontrasan properti dari satu blok ke yang lain adalah fungsi dari ukuran gridblocks.
Presisi dimana reservoir dimodelkan dapat digambarkan dalam model dan
akurasi dimana aliran fluida reservoir dapat dihitung bergantung pada jumlah
gridblocks yang digunakan dalam model. Secara praktis, jumlah gridblocks dibatasi
secara prinsip oleh biaya yang dibutuhkan dan waktu yang diperlukan untuk
menyiapkan data masukan dan menginterpretasikan hasil. Sebagai konsekuensinya,
ukuran dan kompleksitas reservoir harus dipertimbangkan secara seksama. Model
yang akan digunakan harus mempunyai grid yang cukup pada semua arah (dimensi)
untuk mensimulasikan reservoir dan kelakuannya, tetapi dengan batasan yang telah
Gambar 3.10
Beberapa Macam Model Yang Digunakan Untuk Simulasi Reservoir 13)
Gambar 3.11
Contoh Dua Buah System Grid Dengan Perbedaan Pada
Ukuran Grid Yang Digunakan 13)
Faktor deskriptif lainnya yang dapat memberikan pangaruh yang signifikan
dalam pemilihan ukuran gridblocks adalah adanya penghalang internal untuk aliran
fluida dalam reservoir, meliputi bagian shales, diskontinuitas reservoir dan patahan
yang menyekat. Beberapa batas/barier seringkali diikutkan dengan memberikan nilai
permeabilitas nol. Gridblocks batas harus dipilih untuk memperkirakan lokasi
penghalang aliran. Representasi penghalang internal harus dibuat hanya jika
Gambar 3.12
Grid Yang Merepresentasikan Batas Reservoir 13)
Gambar 3.13
Grid Yang Menggambarkan Fault 13)
Perubahan porositas dan permeabilitas harus direpresentasikan dengan sebuah
lapisan batas antara setiap lapisan dalam model. Reservoir dengan perlapisan yang
banyak mungkin memerlukan pembagian grid yang banyak secara vertikal.
Sedangkan, jika hanya terdapat variasi vertikal yang kecil, pembagian secara vertikal
tidak terlalu signifikan. Umumnya, 10 hingga 20 lapisan dalam arah vertikal sudah
dianggap mencukupi untuk menggambarkan reservoir dan kelakuan dinamis fluida.
Definisi grid pada bagian transisi harus cukup halus untuk menggambarkan
distribusi saturasi, gradien tekanan dan temperatur pada daerah yang diperlukan
dengan akurasi yang diinginkan. Jika pembagian grid dengan mencukupi tidak
dimungkinkan, hubungan permeabilitas pseudo-relative dan tekanan kapiler harus
digunakan.
Untuk menggambarkan saturasi dinamik dan kelakuan tekanan serta
temperatur, harus dipertimbangkan secara seksama grid yang akan dipilih. Sebagai
masing-masing
fluida,
dan
3)
model
tersebut
harus
mampu
4. 3-D model harus mempunyai grid yang banyak dibandingkan model satu dan
dua dimensi. Dimensi areal model ini sama dengan dimensi pada areal model.
Ukuran model yang digunakan sangat tergantung pada jenis simulator dan
komputer yang digunakan.
Gambar 3.14
Contoh Orientasi Grid Orthogonal a) Parallel, b) Diagonal 13)
Gambar 3.15
Ilustrasi Simbolis Formulasi a) Five-point Dan b) Nine-point 13)
3.2.4.3. Gridding
Untuk melakukan gridding model reservoir panasbumi, dapat digunakan
beberapa data antara lain dari peta dan profil pada sayatan vertikal reservoir, meliputi
data tekanan, temperatur, distribusi fluida, zonasi mineral ubahan dan intensitas
alterasi, tranmissibilitas, dan struktur geologi reservoir yang bersangkutan.
Untuk lebih mudahnya, aturan yang digunakan dalam membuat grid model adalah :
1. grid yang digunakan harus mencakup semua luasan reservoir yang akan
dimodelkan. Untuk reservoir dengan batas yang kompleks dapat dilakukan
dengan memindahkan blok tersebut dari perhitungan atau dengan memberikan
PV dan nilai permeabilitas nol.
2. arah grid yang akan dikembangkan haruslah searah dengan arah aliran dalam
reservoir. Hal ini dapat ditunjukkan oleh peta pressure departure yang
menunjukkan arah aliran dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang
bertekanan rendah.
3. jika terdapat penghalang aliran berupa alterasi shales yang berasal dari
interaksi air dan batuan, dapat gunakan grid dengan ukuran yang lebih kecil
untuk
menggambarkan
daerah
tersebut
dengan
memberikan
nilai
dapat dilihat pada Gambar 3.16. Sebagai contoh luas area system panasbumi yang
dimodelkan adalah 13.8 km2 (4.6 km x 3 km ). Secara vertical bagian dari reservoir
yang akan dimodelkan mulai dari permukaan (900 mdpl) hingga kedalaman 2200 m
(-1300 mdpl). Bagian dari system yang akan dimodelkan sebagai suatu system 3-D,
yang terdiri dari 9 grid pada arah X, 7 grid pada arah Y dan 11 grid pada arah Z
(lapisan). Pada bentuk lateral terdapat 9 grid arah X dan 7 Grid arah Y ini dapat
terlihat pada Gambar 3.17. Sedangkan pada kondisi vertical terdapat 7 grid arah X
dan 11 grid arah Z, ini dapat terlihat pula pada Gambar 3.19.
Gambar 3.16
Pemodelan Reservoir Secara Lateral pada Lapangan Lahendong
sumur yang ada di lapangan dapat digunakan sebagai acuan dalam pembagian grid
secara vertical.
Sistem reservoir yang dimodelkan harus tegak lurus terhadap patahan utama
dan arah aliran panas, dalam pembagian grid secara lateral diusahakan agar dalam
satu grid tidak terdapat lebih dari satu sumur.
Gambar 3.17
Grid Sistem Dari Model Arah X dan Y
Pada Gambar 3.18 dapat dilihat jenis lapisan batuan bawah permukaan yang
ditembus oleh masing-masing sumur.
Gambar 3.18
Lapisan Batuan Bawah Permukaan Yang Ditembus Oleh Masing-Masing
Sumur
Dari lithologi batuan di atas dapat dibuat grid vertical yang menggambarkan
bentuk kedalaman dari reservoir tersebut.
Gambar 3.19
Grid Sistem Dari Model Arah X dan Z (Kedalaman)
n 1
ij
k
rl
l
n 1
n 1
k
rv
ij
v ij
Pjn 1 Pi n 1
...(3.65)
xij
Demikian pula persamaan aliran energi, dengan mengabaikan konduksi maka dapat
dilihat pada persamaan berikut :
n 1
n 1
Qcnij1 hlnij 1Qml
hvnij1Qmv
(3.66)
ij
ij
Atau
n 1
c ij
n 1
ij
k n 1 k n 1 Pjn 1 Pi n 1
..(3.67)
hl rl hv rv
xij
l ij
v ij
n 1
mlij
k krl
vl
n 1
mvij
k krv
v
v ij
ij
p nj 1 pin 1
dij
n 1
p nj 1 pin 1
dij
Pada persamaan di atas terdapat dua kondisi khusus yang menarik, yaitu :
1. Apabila
p nj 1 pin 1
dij
Hal ini disebut sebagai hidrostatis atau water static yang terjadi apabila tidak
terjadi aliran secara vertical.
p n 1 pin 1
2. Apabila j
vnij1 gij ..(3.71)
dij
k krl
vl
n 1
mvij
k krv p nj 1 pin 1
vnij1 gij
dij
vv ij
ij
p nj 1 pin 1
lnij 1 gij
dij
n 1
mlij
...(3.72)
n 1
......(3.73)
....(3.74)
Karena adanya konduksi maka persamaan aliran energi dapat dilihat pada persamaan
berikut :
n 1
n 1
Qenij1 hlnij 1Qml
hvnij1Qmv
Kijn 1
ij
ij
T jn 1 Ti n 1
dij
.....(3.75)
term gravitasi gij adalah komponen gravitasi yang bekerja melalui interface. Term gij
untuk dua blok yang bersebelahan secara horizontal bernilai nol, sedangkan untuk
yang secara vertikal dengan blok i di atas blok j gij = g. Densitas interface dalam term
berat (weight) dievaluasi dengan :
.......(3.76)
...... (3.77)
ln 1
1 n 1
li lnj 1
2
vn 1
1 n 1
vi vnj1
2
ij
ij
Sedangkan jarak antar blok dij adalah jumlah jarak di dan dj dari tengah
komponen ke-i dan ke-j terhadap interface sambungan masing-masing. Permeabilitas
pada interface dan konduktivitas dihitung dengan pemberatan harmonic dan
umumnya diasumsikan tidak bergantung kepada tekanan dan temperatur serta
membutuhkan evaluasi hanya pada saat simulasi dimulai.
1 d i d j
/ d ij
kij ki k j
..... (3.78)
Qmn i 11 // 22
i 1 / 2
k n 1 / 2
pi 1 pin 1 / 2 / x ...(3.80)
vl
persamaan tersebut melibatkan suatu nilai dengan superscript n+1/2 yang berkaitan
dengan evaluasi pada setengah jarak terhadap interval t. Metode yang umum
digunakan untuk menyelesaikan masalah di atas adalah metode eksplisit dan implicit.
Pada metode eksplisit, informasi yang telah diperoleh sebelumnya pada awal
interval waktu digunakan untuk memperkirakan nilai pada t+1/2 seperti telah
dijelaskan di atas. Sehingga :
p in 1 / 2 pin
...(3.81)
k n
pi 1 pin / x
vl
.....(3.82)
....(3.83)
k
v
D t
t
l . Metode ini disebut dengan eksplisit
y
dengan
;
;
dan
D
2
l C
l C
x
...(3.84)
dengan cara yang sama fluks massa dapat ditentukan, kemudian keadaan batas dapat
diekspresikan secara matematis dengan :
p
0, t f t
x
.....(3.85)
p1n1 p0n1
f n 1t
x
....(3.86)
...(3.87)
dua jenis metode ini yang paling umum digunakan adalah metode fully-implicit (=1)
dan
Crank-Nicholson
(=1/2).
Keduanya
mempunyai
kesamaan
dalam
Qmn i 11 // 22
k n 1
pi 1 pin 1 / x
vl
..(3.88)
Alogaritma dari metode ini dapat dilihat pada diagram pada Gambar 3.20.
Gambar 3.20
Alogaritma Metode Implicit 1)
jika dilakukan eliminasi terhadap Qmni 11 // 22 maka didapatkan :
.(3.89)
dengan kedua variabel ditentukan dengan cara yang sama seperti pada metode
eksplisit. Untuk kasus dimana tekanan diberikan pada x=0 dan x=L, berkaitan dengan
i=0 dan i=M; persamaan di atas akan memberikan persamaan linear sebanyak M-1
dengan M-1 variabel yang tidak diketahui ( p1n1 , p2n1 , , pMn11 )
....(3.91)
1 2
0
A
0
0
0
1 2
0 0
1 2
1 2
0
..(3.92)
struktur matriks tridiagonal tersebut dapat diselesaikan dengan Thomas Algorithm.
Persamaan advection-diffusion menggambarkan gerakan simultan panas atau
komponen kimiawi terhadap pergerakan fluida dan difusi. Dalam reservoir
panasbumi proses ini memegang peranan yang penting. Beberapa teknik penyelesaian
secara numerik yang digunakan untuk pemodelan komputer berhubungan dengan
proses ini. Metode yang dibahas di sini hanya dalam batasan satu dimensi
sebagaimana terdapat dalam persamaan :
T
T
2T
u
K 2
t
x
x
....(3.93)
masalah yang dihadapi dalam penyelesaian persamaan di atas adalah jika terjadi
adveksi murni (K=0). Dalam kasus ini sejumlah massa fluida panas akan bergerak
sepanjang arah tanpa mengalami perubahan bentuk. Solusi numerik permasalahan ini
menunjukkan indikasi kelakuan oscilasi atau dispersi numerik yang tidak
tepat/diinginkan. Seperti terlihat pada Gambar 3.21.
Perkiraan finite-difference untuk persamaan di atas dapat diandaikan sebagai
metode implicit sebagai berikut :
Ti n1 Ti n
Ti n1 Ti n11
Ti n11 2Ti n1 Ti n11
.(3.94)
U
K
t
x
x 2
aspek yang penting dalam persamaan di atas adalah perkiraan upstream difference
term adveksi U
T
. Perkiraan difference jenis ini masuk akal karena u positif
x
dengan
Kt
Ut
dan
. Untuk masing-masing timesteps dalam sistem
2
x
x
0
A
1 2
0 0
1 2
1 2
0
..(3.96)
didaptakan lagi bentuk matriks tridiagonal dengan dominansi diagonal yang lebih
besar dibandingkan pada masalah difusi murni (=0). Pertambahan dominansi
diagonal memberikan pengkondisian (conditioning) yang lebih baik terhadap sistem
linear. Jika pemberatan downstream (downstream weighting) digunakan :
T n1 Ti n1
T
U i 1
x
x
..(3.97)
didapatkan :
Ti n11 1 2 Ti n 1 Ti n11 Ti n (3.98)
pada kasus ini dominansi diagonal berkurang dan menghasilkan sistem singular.
Untuk memahami dispersi numeris yang diilustrasikan oleh Gambar 3.21, akurasi
persamaan difference harus diselidiki dengan ekspansi deret Taylor sebagai berikut :
n 1
n 1
i 1
Ti
n 1
T
x
x i
n 1
Ti Ti
n
n 1
T
t
t i
t 2
x 2
n 1
2T
2
x i
...(3.99)
n 1
2T
2
t i
.. (3.100)
dengan substitusi persamaan 3.99 & 3.100 ke dalam persamaan 3.94 menghasilkan
:
n 1
t i
K
n 1
i 1
n 1
t 2T
2
2 t i
n 1
n 1
T
U
x i
n 1
Ux 2T
2 x 2 i
n 1
i 1
2Ti T
x 2
(3.101)
Ux 2T
Error
2 x 2 i
n 1
t 2T
2
2 x i
.....(3.102)
Gambar 3.21
Numerical Solution of The Advection-Diffusion Equation 1)
. l .c
P k
t l
2P 2P
2 2 q m .......................................................(3.104)
y
x
Gambar 3.22
Grid Perhitungan Untuk Masalah Dua Dimensi 1)
. l .c
Pijn1 Pijn
t
n 1
n 1
n 1
n 1
n 1
n 1
k Pi 1. j 2 Pij Pi 1. j k Pi. j 1 2 Pij Pi. j 1
n 1
qmij
......(3.105)
2
2
vl
vl
x
y
Apabila persamaan 3.105 digunakan untuk setiap titik grid, maka akan
menghasilkan banyak persamaan linier dengan banyak faktor yang tidak diketahui.
Ada beberapa menyelesaikan persamaan ini seperti :
1. Fast Direct Solvers (odd-even reduction, fast fourier transform)
Metode ini hanya dapat digunakan pada system dengan geometri yang
sederhana, misalnya segi empat atau lingkaran. Tidak dapat digunakan pabila
koefisien seperti permeabilitas bervariasi dan juga tidak dapat digunakan pada
persamaan tidek linier.
2. Alternating Direction Implicit Methods (ADI)
Digunakan pada persoalan air bawah tanah atau reservoir migas, akan tetapi
tidak dapat digunakan pada sistem geothermal apabila didalam batas tertentu
persamaannya sangat tidak linier.
3. Sparce Solvers (misalnya M A 28)
Metode yang terbaik dari penyelesaian yang memperhitungkan Matrix
Sparsity adalah MA 28.
4. Iterative Method (misalnya Successive over Relaxation)
Metode ini lambat, akan tetapi memerlukan storage memori yang kecil
dibandingkan dengan direct solver yang juga membutuhkan temporary
memori storge yang sangat besar.
Pada metode ADI. Persamaan 3.105 digantikan dengan dua prosedur yang
berjenjang, dimana persamaan diselesaikan secara implicit pada arah X and Y. Pada
langkah setengah waktu pertama, arah X diselesaikan secara implicit sedangkan arah
Y secara explicit :
. l .c
Pijn1 / 2 Pijn
t
n 1 / 2
n 1 / 2
Pi n1.1j/ 2 k Pi.nj 1 2 Pijn Pi.nj 1
k Pi 1. j 2 Pij
n 1 / 2
qmij
..(3.106)
2
2
vl
vl
x
y
Sistem ini dapat digabungkan untuk setiap harga j. Kemudian setiap matriks
tridiagonal yang terjadi diselesaikan. Langkah kedua adalah mengubah arah
implicit/explicit diatas sebagai berikut :
. l .c
Pijn1 Pijn1 / 2
t / 2
n 1 / 2
n 1 / 2
Pi n1.1j/ 2 k Pi.nj11 2 Pijn1 Pi.nj11
k Pi 1. j 2 Pij
n 1
qmij
2
2
vl
vl
x
y
....................................(3.107)
Dari persamaan ini, sistem kembali digabungkan untuk setiap harga i, dan setiap subsistem merupakan matriks tridagonal seperti sebelumnya.
sederhana terlebih dahulu, dimana sistem tersebut dapat berupa simetris aksial atau
sebagai sistem 2-dimensi dengan potongan vertikal (cross sectional).
Setelah itu dilakukan simulasi model dalam jangka waktu yang sangat
panjang (sekitar 20000-200000 tahun) yang mewakili proses terbentuknya sistem
tersebut dalam waktu geologi. Hasil yang didapatkan atau model steady state (quasisteady state) mempunyai beberapa nilai yang dianggap benar, yaitu :
i) distribusi temperatur
ii) letak dan besarnya manifestasi permukaan (panas dan massa)
iii) distribusi tekanan (termasuk boiling point with depth dalam reservoir dua
fasa).
Seringkali dibutuhkan begitu banyak iterasi untuk menyesuaikan nilai struktur
permeabilitas. Untuk mencapai tujuan ini, permeabilitas struktur dalam model
sebaiknya benar. Permeabilitas struktur skala besar menentukan kelakuan reservoir
pada tahap produksi. Sayangnya, penentuan input panas yang akurat ke dalam sistem
tidak dimungkinkan. Dalam kasus ini, simulasi harus dijalankan dengan nilai
perkiraan yang terbaik yang dimungkinkan dan dibandingkan dengan nilai
permeabilitas yang didapatkan dari pengukuran secara nyata, seperti nilai
permeabilitas horizontal pada main feed zone untuk sumur yang telah berproduksi.
Distribusi temperatur yang didapatkan dari model kondisi alamiah hampir
tidak pernah bervariasi terhadap perubahan berkelanjutan input panas dan
permeabilitas. Tidak berubahnya temperatur tidak terjadi jika terdapat perubahan
konduktivitas panas batuan, tetapi dapat dihubungkan (scaled) dengan faktor yang
sama. Sehingga temperatur pada kedalaman yang dangkal akan berubah dengan
sangat kecil seiring dengan perubahan input panas dan permeabilitas.
Serangkaian model kondisi alamiah harus dikembangkan dengan pertambahan
tingkat kompleksitas. Model yang telah didapatkan keadaan alamiahnya, harus
diperhalus ukuran grid dan timestep-nya (dideskritkan dengan lebih halus) kemudian
jika telah didapati keadaan alamiahnya dapat dilanjutkan dengan tahap pemodelan
tiga dimensinya.
yang lain saling berdekatan dan penyebaran temperature yang tidak sesuai dengan
pengukuran.
Gambar 3.23
Perbandingan Antara Landaian Tekanan Dan Temperatur
Dari Hasil Pengukuran Dan Simulasi
Validasi dilakukan dengan mengubah-ubah parameter batuan seperti
permeabilitas, konduktivitas panas batuan dan aliran panas yang masuk kedalam
reservoir yang mempunyai tingkat ketidakpastian tinggi. Dengan merubah parameterparameter tersebut diharapkan mendapatkan hasil yang sama dengan bentuk reservoir
yang sebenarnya di lapangan.