Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kualitas SDM merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan
pembangunan nasional, untuk mencapai SDM berkualitas, faktor gizi memegang peranan
penting, dimana gizi yang baik akan menghasilkan SDM yang berkualitas yaitu sehat,
cerdas, dan memiliki fisik yang tanguh serta produktif. Perbaikan gizi diperlukan pada
seluruh siklus kehidupan, mulai sejakmasa kehamilan, bayi, anak balita, prasekolah, anak
SD, remaja, dan dewasa hingga usia lanjut.
Kualitas SDM yang menjadi penggerak pembangunan dimasa yang akan dating
ditentukan oleh bagaimana pengembangan SDM saat ini, termasuk pada usia sekolah.
Pembentukan kualitas SDM sejak masa sekolah akan mempengaruhi kualitasnya pada
saat mereka mencapai usia produktif. Dengan demikian, kualitas anak sekolah penting
untuk diperhatikan karena pada masa ini merupakan masa pertumbuhan anak dan sangat
pentingnya peranan zat gizi serta keamanan makanan yang dikonsumsi disekolahnya.
Peraturan pemerintah No 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu, dan gizi
pangan, memberikan wewenang kepada Badan POM untuk melakukan pengawasan
keamanan, mutu, dan gizi pangan yang beredar. Salah satu prioritas pangan yang menjadi
perhatian khusus Badan POM RI adalah pangan jajanan anak sekolah (PJAS). Pangan
jajanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, selain harga
yang murah dan jenisnya yang beragam, pangan jajanan juga menyumbangkan kontribusi
yang cukup penting akan kebutuhan gizi dimana pangan jajanan membrikan asupan
energy dan gizi bagi anak-anak usia sekolah. Berdasarkan hasil penelitian Gurdja dkk di
Bogor tahun 2004 menunjukkan bahwa 36.9% kebutuhakna energy anak sekolah
diperoleh dari makanan jajanan.

TIdak dapat dipungkiri bahwa setiap orang, terutama anak-anak sekolah sangat
menyukai pangan jajanan. Oleh sebab itu, paa pedagang berupaya untuk meberikan
penampilan yang menarik dan rasa yang disenangi anak-anak dengan menambahkan
bahan-bahan tertentu tanpa memperdulikan keamanannya. Data KLB keracunan pangan
yang dihimpun oleh Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamana Pangan (SPKP)
Badan POM dari 26 Balai POM di seluruh Indonesia pada tahun 2006 menunjukkan
(21.4%) kasus terjadi di lingkungan sekolah dan 75.5% kelompok siswa anak sekolah
dasar (SD) paling sering mengalami keracunan pangan jajanan anak sekolah.
Tingkat keamanan pangan jajanan konsumsi anak sekolah yang masih buruk,
sebagaimana hasil temuan diatas jika tidak ditanggulangi akan memperparah masalah
rendahnya sattus gizi anak-anak sekolah. Apalagi dampak mengkonsumsi pangan yang
mengandung bahan kimia berbahaya berlebihan secara terus menerus baru akan terlihat
dalam jangka panjang. Rendahnya status gizi anak-anak sekolah akan menyebabkan
mereka terkena penyakit infeksi, hal ini akan berdampak terhadap angka ketidakhadiran
anak-anak di sekolah yang cukup tinggi, kemampuan belajar dan hasil belajar karena
sakit. Hal ini akan berdampak kepada kualitas SDM Indonesia pada masa yang akan
datang.
Dari hasil pengawansan pangan jajanan anak sekolah tahun 2005 yang dilakukan
oleh 18 balai besar atau Balai BOM dengan cakupan pengambilan sampel makanan
jajanan anak sekolah seluruhnya 861 sampel yang diperiksa atau diuji, yang memenuhi
syarat sebanyak 517 sampel (60.04%), dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 344
sampel (39.96%). Sedangkan pada tahun 2006 hasil pengawasan PJAS oleh Badan POM
menunjukkan bahwa dari 2.903 sampel yang diambil dari 478 SD di 26 ibukota propinsi
di Indoensia sebesar 50.6% sampel yang memenuhi syarat (MS) dan 49.4% tidak
memebuhi syarat (TMS).
Selain masalah BTP, perilaku penjaja PJAS juga menjadi masalah yang perlu
diperhatikan, dimana masalah yang sering timbul mulai dari proses persiapan,
pengolahan, dan saat penyajian makanan dilokasi jualan serta kebiasaan penjual makanan

jajanan yang patut mendapat perhatian adalah penggunaan bahan tambahan non pangan
seprti pemanis, pengeras, dan lain-lain yang digunakan hampir pada setiap makanan.
Residu insektisida berbahaya seperti dieldrin dan aldrin juga ditemui pada sebagian
makanan jajanan yang dijual.
Kurangnya praktek keamanan pangan penjaja PJAS di lingkungan sekolah,
dikarenakan kurang perhatian pihak sekolah dan kemungkinan masih kurangnya kases
informasi mengenai gizi dan keamanan pangan. Wilayah sekolah serta mutu sekolah juga
sangat menetukan kualias penjaja PJAS di lingkungan sekolah. Hasil monitoring dan
verifikasi profil keamanan pangan jajanan sekolah. Hasil monitoring dan verifikasi profil
keamanan pangan jajanan anak sekolah nasional tahun 2008 menunjukkan bahwa
pengetahuan gizi dan keamanan penjaja PJAS di luat jawa lebih baik dibandingkan di
jawa, serta pengetahuna gizi dan kemanan pangan penjaja PJAS di skolah dengan status
akreditasi A lebih baik daripada akreditas B.
Mengingat pentingnya peranan perilaku penjaja PJAS yang memenuhi kaidahkaidah keamanan pangan serta pentingnya pangan jajanan yang sehat bagi anak sekolah
dan masih banyaknya sekolah terutama SD yang belum memiliki kanitng yang memenuhi
standar kantun sehat, dan adanya perbedaan praktek penjaja PJAs berdasarkan wilayah
serta berdasarkan mutu sekolah, maka perlu dikaji perilaku penjaja PJAS tentang
keamanan pangan jajanan di lingkungan sekolah kota dan kabupaten.
PERUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana tingkat pencapaian dan mutu pelayanan kesehatan dalam program
kantin sekolah sehat pada tingkat sekolah dasar di wilayah kerja puskesmas
suradita?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kegagalan dalam pemberntukan kantin
sekolah sehat di desa suradita, dangdang, dan mekarwang?
3. Langkah-langkah alternative apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah yang timbul dalam pencapaian kantin sekolah sehat?
TUJUAN

Tujuan Umum:
1. Mengatahui dan mendapatkan informasi mengenai tingkat pencapaian kantin
sekolah sehat di sekolah dasar wilayah kerja puskesmas suradita.
Tujuan Khusus:
1. Mengetahui jumlah penjaja yang sudah mendapatkan pembinaan mengenai PJAS
sehat.
2. Mengetahui topik pembinaan yang diberikan oleh puskesmas terhadap penjaja
3. Menilai perubahan sikap penjaja kantin sekolah berdasarkan evaluasi program
yang sudah dilakukan pada tahun 2013 dengan evaluasi program tahun 2015
4. Menilai pengetahuan sekolah mengenai kanitn sehat
5. Menilai upaya yang sudah dilakukan oleh puskesmas untuk mewujudkan kantin
sekolah sehat.
6. Meningkatkan presentase kesehatan anak usia sekolah dasar yang bebas dari
penyakit berbasis makanan yang tidak sehat.
7. Mengatahui faktor-faktor yang menyebabkan tidak tercapainya kantin sekolah
sehat di wilayah suradita.
8. Mengetahui alternative penyelesaian masalah ayng dapat dilakukan untuk
mengatasi faktor-faktor yang menyebabkan masalah tidak tercapainya kanitn
sehat di wilayah suradita.
MANFAAT
Bagi Mahasiswa:
1. Mampu memahami dan menerapkan Ilmu Kesehatan Masyarakat yang sudah
diperoleh saat perguruan tinggi.
2. Memberikan mahasiswa kesempatan untuk melakukan evaluasi program kerja
sebagai pendalaman ilmu dan pengalaman yang berguna bagi kehidupan sebagai
seorang dokter di Indonesia.
3. Melatih dan mempersiapkan mahasiswa untuk memimpin, menjalankan,
mengawasi, mengevaluasi, dan meningkatkan suatu program kerja dalam bidang
ilmu kesehatan masyarakat.
4. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mendalami pengetahuan yang
berhubungan dengan kesehatan kantin sekolah serta berpikir kritis dan analitik
untuk mengidentifikasi masalah dan mencari solusi yang tepat dalam upaya
mencapai target.

Bagi Perguruan Tinggi:


1. Melaksanakan Tridarma perguruan tinggi Universitas Pelita Harapan.
2. Memperkenalkan Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan (FK UPH)
kepada masyarakat luas.
3. Mewujudkan visi dan misi FK UPH dalam mengabdi kepada masyarakat.
4. Memperluas cakupan pembelajaran dan peranan FK UPH dalam ilmu kesehatan
masyarakat.
5. Mempererat hubungan antar instansi pemerintah dan pendidikan dengan cara
saling membangun dan memberi masukan dalam proses evaluasi.
Bagi Puskesmas
1. Puskesmas Suradita mengetahui pencapaian, perkembangan, permasalahan, dan
penyelesaian masalah Kantin Sekolah Sehat pada wilayah kerjanya.
2. Puskesmas Suradita dapat mengetahui faktor-faktor yang menjadi kendala tidak
terwujudnya kantin sehat di wilayah kerja Suradita.
3. Puskesmas Suradita dapat meningkatkan kinerja dan kompetensinya dalam
membina sekolah mencapai kantin sehat.

Anda mungkin juga menyukai