Anda di halaman 1dari 8

ANALISA NILAI BATAS TEGANGAN ALAT UJI KELELAHAN ROTATING

BENDING TIPE CANTILEVER TERHADAP VARIASI PUTARAN


Duta Kristianto, Endi Sutikno, Femiana Gapsari M.F.
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jl. Mayjen Haryono No. 167, Malang, 65145, Indonesia
E-mail : duta.kristianto@yahoo.co.id
Perkembangan dunia industri memberikan kemajuan pada sistem pengukuran dan
pengujian. Nilai pengukuran atau pengujian merupakan suatu parameter yang sangat penting
pada setiap unit industri. Pengukuran atau pengujian pada dasarnya dilakukan untuk
mendapatkan angka yang diikuti dengan nama besaran acuan. Salah satu unsur pengukuran
yang harus dipahami dalam ketidakpastian adalah mengenai nilai batas alat ukur atau alat
uji. Aryanto (2011), melakukan rancang bangun dan membuat alat uji fatigue (kelelahan)
rotating bending tipe cantilever. Pada pengecoran logam di Laboratorium Pengecoran Logam
Universitas Brawijaya, hasil spesimen pengecoran perlu diuji kelelahannya. Untuk itu
dirancang dan dibuatlah alat uji kelelahan ini, karena sebelumnya tidak ada alat uji
kelelahan. Oleh karena itu penulis melakukan analisa nilai batas tegangan alat uji kelelahan
sebagai penelitian. Di mana nilai batas yang dianalisa adalah nilai batas tegangan yang
mencerminkan besar kekuatan lelah serta umur lelah dari spesimen uji yang berasal dari
material Al 6061. Berdasarkan hasil pengujian didapatkan bahwa pada pengujian spesimen
uji kelelahan terdapat perbedaan nilai pengujian pada variasi putaran. Semakin tinggi
putaran maka semakin berkurang siklus kelelahan spesimen uji. Jumlah rata - rata siklus
paling sedikit terdapat pada pengujian dengan tegangan bending 48 MPa pada putaran 2800
rpm yaitu 803.064 siklus. Sedangkan jumlah rata - rata siklus terbanyak terdapat pada
pengujian dengan tegangan bending 12 yaitu 1.479.267 siklus pada putaran 2200 rpm.
Kata Kunci: Rotating bending tipe cantilever, nilai batas, kelelahan, siklus
PENDAHULUAN
Sejalan dengan perkembangan dunia
industri memberikan kemajuan pada sistem
mutu yang terjalin secara institusi nasional
bahkan internasional. Oleh karena itu nilai
pengukuran atau pengujian merupakan
suatu parameter yang sangat penting pada
setiap unit industri. Pengukuran atau
pengujian pada dasarnya dilakukan untuk
mendapatkan angka yang diikuti dengan
nama besaran acuan. Bila tidak diikuti
nama besaran acuan, hasil pengukuran atau
pengujian menjadi tidak berarti.
Aryanto 2011, melakukan rancang
bangun dan membuat alat uji fatigue
(kelelahan)
rotating
bending
tipe

cantilever. Alat ini merupakan replika alat


uji kelelahan rotating bending tipe
cantilever lainnya. Pada pengecoran logam
di Laboratorium Pengecoran Logam
Universitas Brawijaya, hasil spesimen
pengecoran perlu diuji kelelahannya.
Untuk itu dirancang dan dibuatlah alat uji
kelelahan ini, karena sebelumnya tidak ada
alat uji kelelahan.
Suatu alat ukur atau alat uji yang
dirancang dan dibuat perlu dilakukan
pengukuran ketidakpastian. Pengukuran
pada setiap alat ukur atau alat uji harus
memenuhi standar. Salah satu unsur
pengukuran yang harus dipahami dalam
ketidakpastian adalah mengenai nilai batas
1

alat ukur atau alat uji. Ketidakpastian


merupakan parameter yang berhubungan
dengan hasil pengukuran yang mencirikan
penyebaran dari nilai nilai yang cukup
bias yang dikaitkan dengan besaran ukur.
Ketidakpastian mengandung perkiraan nilai
benar yang diukur dari sumber yang
berbeda, dan ketidakmampuan membaca
sebuah alat ukur di luar batas bagian
terkecil yang ditunjukkan. Sebelum
melakukan kegiatan pengukuran dengan
suatu alat perlu dilakukan pengukuran
ketidakpastian. Di mana terdapat beberapa
aturan serta metode yang harus diterapkan
untuk mendapatkan nilai ketidakpastian.
Semua proses pengukuran ketidakpastian
harus sesuai dengan GUM (Guide to the
expression of uncertainty in measurement).
GUM merupakan suatu panduan yang telah
ditetapkan secara internasional untuk
menganalisa angka ketidakpastian dari
suatu alat pengukuran atau pengujian.
Konsep analisa pengukuran dengan GUM
terkait hanya untuk mengamati data
sendiri.
Menurut ISO 9001, bahwa alat ukur
atau alat uji harus diketahui nilai
ketidakpastiannya sebelum digunakan
sebagai alat ukur atau alat uji. Sedangkan
rancang bangun alat uji ini belum disertai
dengan analisa ketidakpastiannya. Oleh
karena
itu,
perlu
dianalisa
ketidakpastiannya agar dalam penggunaan
alat uji tersebut dapat diperoleh data-data
yang akurat sehingga dapat diketahui
keandalannya.
Oleh karena itu penulis melakukan
analisa ketidakpastian alat uji kelelahan
sebagai penelitian. Di mana alat uji
kelelahan yang dianalisa adalah alat uji
kelelahan yang ada pada Laboratorium
Pengecoran Logam Universitas Brawijaya.
Sehingga nantinya alat uji kelelahan ini
dapat digunakan oleh khalayak umum.
Fatigue (kelelahan) pada logam dapat
diartikan sebagai patahnya logam akibat
pembebanan berulang dalam sejumlah

siklus. Menurut ASTM (American Society


of Testing Material ), fatigue didefinisikan
sebagai proses perubahan yang progresif
pada struktur secara permanen di lokasi
tertentu atau terlokalisir yang disebabkan
oleh siklus beban berulang (stress atau
strain), dengan akumulasi dari perubahan
ini akan mengakibatkan retak (crack)
ataupun patah (fracture)
Rotating bending tipe cantilever
merupakan alat uji kelelahan yang
memiliki prinsip kerja pembebanan pada
spesimen uji yang beputar. Alat ini
dirancang pertama kali oleh Wohler,
seorang
Jerman
yang
menganalisa
kegagalan pada as roda kereta api.
Pembebanan yang diberikan pada alat ini
bervariasi tergantung pada nilai tensile
strength suatu spesimen pengujian.
Disamping itu, putaran yang diberikan
pada spesimen pengujian adalah konstan.
Bagian utama dari alat uji kelelahan
Rotating bending tipe cantilever yaitu
motor listrik, chuck, poros, dan bearing.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian
eksperimental nyata (true experimental
research) yang bertujuan untuk mengetahui
nilai batas tegangan pada alat uji kelelahan
jenis rotating bending fatigue test terhadap
variasi pembebanan. Dengan asumsi
variabel yang lain konstan. Kajian literatur
dari berbagai sumber baik dari buku, jurnal
yang ada di perpustakaan maupun dari
internet juga dilakukan untuk menambah
informasi yang diperlukan.
Variabel variabel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1). Variabel bebas, yaitu putaran poros alat
uji kelelahan dengan variasi putaran
sebesar 2800 rpm, 2500 rpm, 2200 rpm.
2).Variabel terikat yaitu nilai batas
tegangan. 3).Variabel terkontrol berupa
material yang digunakan adalah Al 6061
2

T0, alat yang digunakan berupa rotating


bending tipe cantilever.
Pada penelitian ini akan diuji
kelelahan dari spesimen uji yang berasal
dari material Al6061 dengan bentuk dan
ukuran spesimen sebagai berikut:

uji tarik. b). Spesimen uji kelelahan. 2.


Pengujian tarik. a). pengambilan data hasil
uji tarik. b). menentukan nilai tegangan
yield. 3. Menentukan empat titik tegangan
bending maksimum di bawah titik yield., di
mana titik yield akan menjadi batas nilai
tegangan maksimal yang akan dijadikan
acuan dasar pembebanan. Uji kelelahan
yang dimaksud adalah memberikan
tegangan
dari
proses
pembebanan
berulang-ulang di bawah titik yield. 4.
Menentukan beban cantilever berdasarkan
tabel tegangan bending maksimal (Tabel
1). Tabel tersebut didapatkan dari analisis
tegangan pada bentuk dan ukuran spesimen
yang digunakan menggunakan software
Ansys. Beban ini yang akan digunakan
dalam pengujian pada alat uji rotating
bending tipe cantilever. Pengujian pada tiap
pembebanan dilakukan hingga terjadinya
patah.

Gambar 1. Dimensi Spesimen


Sumber: ASM Handbook Volume 8, 2000
Instalasi pada penelitian ini dapat
dilihat pada gambar berkut ini:

Tabel 1: Tegangan Bending Maksimal


Berdasarkan Beban Cantilever

Gambar 2. Skema Instalasi Penelitian


Keterangan gambar:
1. Motor listrik
2. Flexible coupling
3. Bearing
4. Chuck
5. Spesimen
6. Bearing beban
7. Poros
8. Batang beban
9. Beban
10. Saklar
11. Sumber listrik
12. Indikator siklus
13. Indikator waktu
14. Sensor patahnya spesimen
15. Slider Trafo

5. Pengambilan data pengujian kelelahan.


a). Pengolahan data. b). melakukan
perulangan sebanyak 3 kali dengan variasi
2200 rpm, 2500 rpm, dan 2800 rpm. c.)
Melakukan analisa data yang diperoleh dan

Pengambilan Data
Proses pengambilan data dilakukan
sesuai dengan urutan proses sebagai
berikut: 1. Proses permesinan. a). Spesimen
3

pembahasan
kesimpulan.

data.

d).

penarikan

poros 2800 rpm, 2500 rpm, dan 2200 rpm,


serta dengan berat pembebanan yang
berasal dari tiga titik tegangan bending
maksimum yaitu 48 MPa, 36 MPa, 24
MPa, dan 12 MPa. Pengambilan data
dilakukan sebanyak tiga kali pada setiap
tegangan dan kecepatan putar poros.
Spesimen yang digunakan adalah Al 6061,
dengan bentuk serta ukuran yang sama.
Data hasil pengujian kelelahan pada
spesimen dapat dilihat pada Tabel 2 berikut
ini:

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Data Hasil Pengujian
Dari
hasil
pengujian
dengan
menggunakan alat uji kelelahan rotating
bending type cantilever didapatkan data
berupa jumlah siklus dan waktu (menit)
yang di butuhkan spesimen untuk
menerima beban hingga patah. Data
tersebut diambil dengan variasi putaran

Tabel 2: Data Hasil Pengujian

Dari data pada Tabel 4.1 dapat


diketahui
kecenderungan
pengaruh
kecepatan putar poros alat uji kelelahan
rotating bending type cantilever terhadap
jumlah siklus yang dihasilkan hingga
spesimen uji kelelahan patah. Rata - rata
siklus yang paling sedikit terjadi pada
pengujian kelelahan dengan putaran poros
2800 rpm dan tegangan bending

maksimum 48 MPa sebesar 803.604 siklus.


Jumlah rata - rata siklus yang paling
banyak terjadi dan pengujian kelelahan
dengan putaran poros 2200 rpm pada
tegangan bending maksimum 12 MPa
sebesar 1.479.267 siklus.

B. Diagram S-N

Gambar 3. Diagram S-N hasil pengujian kelelahan rotating bending tipe cantilever
Dari data pada diagram di atas dapat
diketahui huubungan antara tegangan
(MPa) dan siklus dalam variasi putaran
motor. Pada pembebanan 48 MPa rata rata nilai siklus terbanyak terdapat pada
variasi putaran poros 2200 rpm, yaitu
sebesar 907.403 siklus. Sedangkan rata rata nilai siklus paling kecil terdapat pada
variasi putaran poros 2800 rpm, yaitu
sebesar 821.345 siklus.
Pada pembebanan 36 MPa rata - rata
nilai siklus terbanyak terdapat pada variasi
putaran poros 2200 rpm, yaitu sebesar
1.008.951 siklus. Sedangkan rata - rata
nilai siklus paling kecil terdapat pada
variasi putaran poros 2800 rpm, yaitu
sebesar 978.219 siklus.
Pada pembebanan 24 MPa rata - rata
nilai siklus terbanyak terdapat pada variasi
putaran poros 2200 rpm, yaitu sebesar
1.230.023 siklus. Sedangkan rata - rata
nilai siklus paling kecil terdapat pada
variasi putaran poros 2800 rpm, yaitu
sebesar 1.189.341 siklus.
Pada pembebanan 48 MPa rata - rata
nilai siklus terbanyak terdapat pada variasi

putaran poros 2200 rpm, yaitu sebesar


1.464.421 siklus. Sedangkan rata - rata
nilai siklus paling kecil terdapat pada
variasi putaran poros 2800 rpm, yaitu
sebesar 1.320.417 siklus.
Secara teoritis besarnya tegangan
akibat pembebanan dan kecepatan putar
poros pada alat uji kelelahan rotating
bending type cantilever atau disebut juga
frekuensi pembebanan mempengaruhi
banyaknya siklus yang terjadi. Hasil
penelitian melalui pengujian alat uji
kelelahan pada Laboratorium Pengecoran
Logam Universitas Brawijaya telah sesuai
secara teoritis di mana besar tegangan
yang semakin kecil menimbulkan besar
tegangan amplitudo yang semakin kecil
sehingga menghasilkan batas lelah yang
semakin besar dan akhirnya spesimen
pengujian akan menghasilkan patah pada
waktu yang semakin lama dan jumlah
siklus yang semakin besar. Karena
dibutuhkan siklus yang semakin besar
untuk melewati batas deformasi plastisnya.
Begitu pula dengan besarnya frekuensi
pembebanan akibat perbedaan kecepatan
5

putar
juga
berpengaruh
terhadap
banyaknya siklus yang terjadi. Semakin
besar putaran maka tegangan amplitudo
yang dihasilkan akan meningkat karena
adanya pembebanan berulang-ulang yang

semakin cepat. Hal ini menyebabkan batas


lelah semakin kecil sehingga dibutuhkan
sedikit siklus untuk melewati daerah
deformasi plastis dan mengakibatkan
patah.

C. Grafik Hubungan Putaran dan Siklus

Gambar 4. Grafik Hubungan Putaran dan Siklus hasil pengujian kelelahan rotating bending
tipe cantilever
Dari data pada diagram di atas dapat
diketahui huubungan antara jumlah siklus
dan putaran (rpm) dalam variasi
pembebanan. Pada pembebanan 48 MPa
rata - rata nilai siklus terbanyak terdapat
pada variasi putaran poros 2200 rpm, yaitu
sebesar 907.403 siklus. Sedangkan rata rata nilai siklus paling kecil terdapat pada
variasi putaran poros 2800 rpm, yaitu
sebesar 821.345 siklus.
Pada pembebanan 36 MPa nilai rata rata siklus terbanyak terdapat pada variasi
putaran poros 2200 rpm, yaitu sebesar
1.008.951 siklus. Sedangkan rata - rata
nilai siklus paling kecil terdapat pada
variasi putaran poros 2800 rpm, yaitu
sebesar 978.219 siklus.

Pada pembebanan 24 MPa rata - rata


nilai siklus terbanyak terdapat pada variasi
putaran poros 2200 rpm, yaitu sebesar
1.230.023 siklus. Sedangkan rata - rata
nilai siklus paling kecil terdapat pada
variasi putaran poros 2800 rpm, yaitu
sebesar 1.189.341 siklus.
Pada pembebanan 48 MPa rata - rata
nilai siklus terbanyak terdapat pada variasi
putaran poros 2200 rpm, yaitu sebesar
1.464.421 siklus. Sedangkan rata - rata
nilai siklus paling kecil terdapat pada
variasi putaran poros 2800 rpm, yaitu
sebesar 1.320.417 siklus.
Secara teoritis besarnya putaran
poros pada alat uji kelelahan rotating
bending tipe cantilever yang menghasilkan
6

frekuensi pembebanan, mempengaruhi


banyaknya siklus yang terjadi. Hasil
penelitian menunjukkan alat uji kelelahan
rotating bending tipe cantilever pada
laboratorium
pengecoran
logam
Universitas Brawijaya telah sesuai secara
teoritis di mana frekuensi pembebanan
yang semakin besar akan menghasilkan
batas lelah yang semakin kecil, sehingga
spesimen pengujian akan menghasilkan
patah pada waktu dan jumlah siklus yang
semakin kecil. Hal ini terjadi pada variasi
pembebanan 2200 rpm, 2500 rpm, dan
2800 rpm. Terlihat pada grafik, seluruh
variasi tegangan memiliki kecenderungan
yang sama pada saat meningkatnya
frekuensi pembebanan atau kecepatan
putaran poros.
Terlihat pada Gambar 4 bahwa
semakin tinggi putaran maka besar jumlah
siklus yang dihasilkan untuk menyebabkan
spesimen uji kelelahan patah semakin
meningkat.
Pada pembebanan atau tegangan
bending maksimum 48 MPa jumlah siklus
yang dihasilkan semakin menurun sesuai
dengan bertambahnya putaran, dari putaran
2200 rpm hingga 2800 rpm. Begitu pula
dengan pembebanan atau tegangan bending
maksimum 36 MPa, 24 MPa, dan 12 MPa.
Hal ini disebabkan karena putaran yang
dihasilkan
tiap
menitnya
semakin
bertambah. Dalam hal ini 1 putaran sama
dengan nilainya 1 siklus pembebanan.
Sehingga semakin tinggi putaran akan
dibutuhkan waktu yang lebih sedikit untuk
menghasilkan
spesimen
pengujian
kelelahan menjadi patah.
Jumlah siklus terkecil ditunjukkan
pada grafik hubungan putaran pada
pembebanan atau tegangan bending
maksimum 48 MPa. Hal ini disebabkan
karena pada tegangan bending yang lebih
tinggi menyebabkan beban yang lebih
besar patah lelah yang lebih cepat dari
tegangan bending lainnya.

KESIMPULAN
Dari Penelitian yang telah dilakukan
oleh
penulis,
didapatkan
beberapa
kesimpulan yang menjadi hasil dari
penelitian tersebut, antara lain:
1. Semakin rendah nilai tegangan bending
maka semakin tinggi besar siklus yang
dibutuhkan untuk menghasilkan patah.
Hal ini disebabkan karena semakin
rendah tegangan yang diberikan akan
menghasilkan
pembebanan
yang
semakin menurun pada spesimen.
Sehingga semakin rendah nilai
tegangan, akan dibutuhkan waktu yang
lebih lama untuk menyebabkan
spesimen pengujian kelelahan menjadi
patah.
2. Jumlah siklus yang dihasilkan pada tiap
tegangan bending maksimum semakin
menurun sesuai dengan bertambahnya
putaran. Hal ini disebabkan semakin
tinggi putaran maka dibutuhkan siklus
yang lebih sedikit untuk menghasilkan
spesimen pengujian kelelahan menjadi
patah.
DAFTAR PUSTAKA
Adams, Thomas M. 2002. Guide for
Estimation
of
Measurement
Uncertainty in Testing. A2LA
Akuan, Abrianto.2007. Kelelahan Logam.
Bandung: Diktat Kuliah Teknik
Metalurgi UNJANI.
Alaneme, K. K. 2011. Design of a
Cantilever Type Rotating Bending
Fatigue Testing Machine. Nigeria:
Federal University of Technology
ASM Handbook Volume 8. 2000 Fatigue,
Creep
Fatigue,
and
Thermomechanical Fatigue Life
Testing, Materials Park, OH. ASM
International
Bannantine, Julie A. Fundamentals of
Metal Fatigue Analysis. New
Jersey: Prentice Hall

Bell, Stephanie. 1999. Measurement Good


Practice
Guide.
Middlesex:
National Physical Laboratory
Brandolisio, Daniele. 2009. Rotating
Bending Machine for High Cycle
Fatigue Testing. Gent: KaHo
University Sint-Lievent Ghent
Coleman, H.W. & Steele, W.G. 2009.
Experimentation, Validation, and
Uncertainty Analysis for Engineers.
John Wiley & Sons, Inc.
ISO. 1993. Guide to Expression of
Uncertainty
in
Measurement.
International
Organization
of
Standardization. Geneva
Kalpakjian, Scope. 1989. Manufacturing
Engineering and Technology. USA :
Addison Wesley Publish Company
Lee, Yung-Li. 2005. Fatigue Testing and
Analysis. Burlington: Elsevier
Butterworth-Heinemann
Mini,
Martha.
2007.
Analisa
Ketidakpastian Alat Uji Kekuatan
Sabuk Dagu Helm. Tesis tidak
diterbitkan. Surabaya: Program
Pasca Sarjana Teknik Mesin Institut
Teknologi Sepuluh Nopember
Muste, Marian. 2009. Guidelines for The
Assessment of Uncertainty of
Hydrometric Measurement. Iowa
City:
World
Meteorological
Organization
Torowati.
2007.
Penentuan
Nilai
Ketidakpastian Pengukuran Pipet
Gondok. Urania volume 13.
Tangerang: Pusat Teknologi Bahan
Bakar Nuklir
VAMAS Technical Working Area 13. Low
Cycle Fatigue. 2003. A Procedure
For The Measurement of Machine
Alignment In Axial Testing. Euro
Test Solution Ltd
Weibull, W. 1960. Fatigue Testing and
Analysis of Results. California:
Pergamon Press INC

Anda mungkin juga menyukai