TINJAUAN PUSTAKA
14
15
16
b.
c.
d.
e.
memiliki rasa percaya diri yaitu yakin pada diri sendiri, tidak bergantung
pada orang lain, merasa dirinya berharga, tidak menyombongkan diri,
memiliki keberanian untuk bertindak, mempunyai potensi dan kemampuan
yang memadai, menetralisir ketegangan yang muncul dalam situasi
tertentu,
kemampuan
menghadapi masalah.
bersosialisasi,
dan
bersikap
positif
dalam
17
18
akan keputusannya yang telah diambil serta mampu menatap fakta dan
realita secara obyektif yang didasari keterampilan.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa individu yang
memiliki rasa percaya diri yaitu diantaranya memiliki rasa keyakinan
akan kemampuan diri, optimis, obyektif, bertanggung jawab serta
memiliki pemikiran rasional.
19
20
1. Pendidikan
Pendidikan mempengaruhi percaya diri individu. Anthony
(1992) lebih lanjut mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan
yang rendah cenderung membuat individu merasa dibawah
kekuasaan
yang
lebih
pandai,
sebaliknya
individu
yang
21
B. Attachment Ibu-Anak
1. Pengertian Attachment
Attachment merupakan suatu ikatan emosional yang kuat yang
dikembangkan anak melalui interaksinya dengan orang yang mempunyai
arti khusus dalam kehidupannya, biasanya adalah orang tua. Bowlby
(dalam Desmita, 2010) menyatakan bahwa hubungan ini akan bertahan
cukup lama dalam rentang kehidupan manusia. Pengertian ini sejalan
dengan apa yang dikemukakan Ainsworth mengenai attachment.
Ainsworth (dalam Desmita, 2011) mengatakan bahwa attachment adalah
ikatan emosional yang dibentuk seorang individu dengan orang lain yang
bersifat spesifik, mengikat mereka dalam suatu kedekatan yang bersifat
kekal sepanjang waktu.
22
23
digantikan oleh orang lain, dan kelekatan dengan figur lekat akan
menimbulkan rasa aman (Ainsworth dalam Desmita, 2010).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan attachment adalah suatu hubungan
emosional atau hubungan yang bersifat afektif antara satu individu dengan
individu lainnya yang mempunyai arti khusus, dalam hal ini biasanya
hubungan ditujukan pada ibu atau pengasuhnya. Hubungan dapat bertahan
cukup lama, timbal balik, dan memberikan rasa aman walaupun figur lekat
tidak tampak dalam pandangan anak.
24
25
mencintai
dan
dapat
memenuhi
kebutuhannya
akan
26
sistem
attachment
bergantung
pada
availability,
Interaksi
dengan
figur
lekat
yang
available
dan
27
Memberi sebuah pola yang hampir konsisten dari interaksi dengan figur
attachment selama masa kanak-kanak dan remaja, sebagian besar
representatif atau bentuk dasar working models dari interaksi ini
mengeras dan menjadi bagian pengetahuan individu yang harus diikuti
kemudian. Seperti skema mental lainnya, sebagian besar working model
yang diperoleh secara kronis menjadi inti dari karakteristik kepribadian,
cenderung diaplikasikan dalam situasi dan hubungan baru, dan
mempengaruhi fungsi sistem attachment pada umumnya dan rangkaian
interaksi sosial serta close relationship berikutnya.
Berdasarkan uraian tersebut, proses attachment ibu-anak dimulai
semenjak ibu memberikan ASI kepada anak dan menurut Bowlby (dalam
Desmita, 2011) attachment akan tetap aktif dalam seluruh rentang
kehidupan. Anak dengan orang tua yang mencintai akan memandang
dirinya berharga. Model ini selanjutnya akan digeneralisasikan anak dari
orang tua pada orang lain. Sebaliknya anak yang memiliki ibu yang tidak
menyenangkan akan mengembangkan kecurigaan (mistrust) dan tumbuh
sebagai anak yang pencemas dan kurang mampu menjalin hubungan
sosial.
28
29
30
b. Attachment Bond
Attachment bond merupakan suatu ikatan afeksi; ikatan ini bukan
diantara dua orang, namun suatu ikatan yang dimiliki seorang individu
terhadap individu lainnya yang dirasa lebih kuat dan bijaksana.
Individu dapat melekat pada seseorang yang tidak terikat dengannya.
Affectional bonds yaitu ikatan yang secara relative kekal dimana
pasangan merupakan seseorang yang unik dan tidak dapat tergantikan
oleh orang lain.
Hubungan ini ditandai dengan adanya kebutuhan untuk
mempertahankan kedekatan, distress yang tidak dapat dipahami saat
perpisahan, senang atau gembira saat bertemu, dan sedih saat
kehilangan. Ikatan ibu-anak, ayah-anak, pasangan seksual, dan
hubungan saudara kandung serta teman dekat adalah contoh affectional
bonds. Hubungan ini digerakkan oleh sistem perilaku tambahan,
seperti reproduktif, ibuan, dan sociable system (Ainsworth, Greenberg,
& Marvin dalam Ervika, 2005).
c. Attachment Behavioral System
Attachment behavioral system merupakan suatu rangkaian
perilaku khusus yang digunakan individu. Bowlby melihat bahwa
attachment berakar dalam sebuah sistem yang disebut dengan
attachment behavioral system yang ia yakini berkembang secara
universal di semua spesies. Tujuan attachment system adalah untuk
31
rasa
aman
dan
nyaman
itu
membuat
anak
32
33
Pada masa pertengahan dan akhir anak-anak, bagi sebagian besar anak,
terdapat perubahan besar dalam pola kehidupan. Hal ini dikarenakan pada
masa tersebut, mereka juga memasuki masa sekolah dan hal ini adalah
peristiwa penting yang mengakibatkan terjadinya perubahan dalam sikap,
nilai, dan perilaku. Pada masa ini peningkatan berat badan anak lebih banyak
dibanding panjang badannya. Kaki dan tangan menjadi lebih panjang, dada
dan panggul lebih besar (Santrock, 2002)
Dengan terus berkembangnya kekuatan badan dan bertambahnya berat
badan anak, maka selama masa pertengahan dan akhir anak perkembangan
motorik menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi. Anak-anak terlihat lebih
cepat dalam berlari dan melompat, anak pun mampu menjaga keseimbangan
tubuhnya.Untuk memperhalus keterampilan motorik, anak-anak terus
melakukan berbagai aktivitas fisik. Aktivitas tersebut terkadang bersifat
informal (Desmita, 2010).
Menurut teori kognitif Piaget (dalam Desmita, 2010), pemikiran anakanak usia sekolah dasar disebut pemikiran operasional konkrit. Menurut
Paget, operasi adalah hubungan-hubungan logis diantara skema-skema atau
konsep-konsep. Sedangkan operasi konkrit adalah aktivitas mental yang
difokuskan pada objek dan peristiwa nyata yang dapat diukur.
Pada masa stadium belajar tersebut, maka dunia sekolah mempunyai
pengaruh penting bagi perkembangan selama masa pertengahan dan akhir
anak-anak. Anak-anak menghabiskan waktu bertahun-tahun di sekolah
34
D. Asma
1. Pengertian Asma
Penyakit asma berasal dari kata asthma yang diambil dari bahasa
Yunani yang memiliki arti sulit bernafas. Penyakit asma dikenal karena
adanya gejala sesak nafas, batuk dan disebabkan oleh penyempitan saluran
nafas. Asma adalah gangguan inflamasi kronis pada jalan nafas tempat
banyak sel (sel mast, eosinofil, dan limfosit T) memegang peranan. Pada
anak yang rentan, inflamasi menyebabkan episode mengi kekambuhan,
sesak nafas, dada sesak dan batuk, terutama pada malam hari atau pagi hari
(Mansjoer, dkk. 2000).
Asma pada anak adalah gangguan pernafasan yang disertai berbagai
gejala hambatan aliran udara dalam saluran nafas paru berupa tarikan nafas
pendek dan serangan batuk berulang. Asma merupakan penyakit keturunan
yang penyebabnya masih belum jelas. Asma didefenisikan sebagai
35
penyakit obstruk jalan nafas yang reversibel yang ditandai oleh serangan
batuk, mengi dan dispnea pada individu dengan jalan napas hiperaktif
(Mansjoer, dkk. 2000).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa asma adalah
gangguan pernafasan yang disertai berbagai gejala hambatan aliran udara
dalam saluran nafas paru berupa tarikan nafas pendek, dan serangan batuk
berulang.
36
Faktor Ekstrinsik, terdiri dari reaksi antigen antibodi dan alergen debu,
serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang.
b.
2.
3.
4.
37
38
F. Kerangka Pemikiran
Anak Usia Sekolah
Penderita Asma
Faktor Penyebab
Rasa Percaya Diri
Faktor Internal:
Konsep diri
Harga diri
Kondisi fisik
Pengalaman
Percaya Diri
Faktor Eksternal:
Pendidikan
Pekerjaan
Keluarga
Lingkungan
masyarakat
Attachment ibuanak
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
39
40
tinggi, begitu pula sebaliknya jika secure attachment ibu-anak rendah maka rasa
percaya diri juga akan rendah.
G. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah:
Ada hubungan antara attachment ibu-anak dengan rasa percaya diri pada
anak usia sekolah penderita asma di Purwokerto.