Anda di halaman 1dari 8

Terapi Listrik (Defibrilasi)

A. DEFIBRILASI
Defibrilasi adalah pengobatan yang menggunakan aliran listrik dalam waktu yang

singkat secara asinkron.


Indikasi :
1. VF
2. VT tanpa nadi
3. VT polymorphyc yang tidak stabil
Defibrilasi harus dilakukan sedini mungkin dengan alasan :
1. Irama yang didapat pada permulaan henti jantung umumnya adalah ventrikel
fibrilasi (VF)
2. Pengobatan yang paling efektif untuk ventrikel fibrilasi adalah defibrilasi.
3. Makin lambat defibrilasi dilakukan, makin kurang kemungkinan keberhasilannya.
4. Ventrikel fibrilasi cenderung untuk berubah menjadi asistol dalam waktu
beberapa menit.

Alat yang dipergunakan :


1. Defibrilator
Defibrilator adalah alat yang dapat memberikan shock listrik dan dapat
menyebabkan depolarisasi sementara dari jantung yang denyutnya tidak
teratur, sehingga memungkinkan timbulnya kembali aktifitas listrik jantung yang
terkoordinir. Enerji dialirkan melalui suatu elektrode yang disebut paddle.
Defibrilator

diklasifikasikan

menurut

tipe

bentuk

gelombangnya

yaitu

monophasic dan biphasic. Defibrilator monophasic adalah tipe defibrilator yang


pertama kali diperkenalkan, defibrilator biphasic adalah defibrilator yang
digunakan pada defibrilator manual yang banyak dipasarkan saat ini.
2. Jeli
Jeli digunakan untuk mengurangi tahanan dada dan membantu menghantarkan
aliran listrik ke jantung, jeli dioleskan pada kedua paddle.

Energi
Untuk VF dan VT tanpa nadi, energi awal 360 joule dengan menggunakan
monophasic deflbrilator, dapat diulang tiap 2 menit dengan energi yang sama, jika
menggunakan biphasic deflbrilator energi yang diperlukan berkisar antara 120 200 joule.

Prosedur defibrilasi
1. Nyalakan deflbrilator
2. Tentukan enerji yang diperlukan dengan cara memutar atau menggeser tombol
enerji
3. Paddle diberi jeli secukupnya.
4. Letakkan paddle dengan posisi paddle apex diletakkan pada apeks jantung dan
paddle sternum diletakkan pada garis sternal kanan di bawah klavikula.
5. Isi (Charge) enerji, tunggu sampai enerji terisi penuh, untuk mengetahui enerji
sudah penuh, banyak macamnya tergantung dari defibrilator yang dipakai, ada

yang memberi tanda dengan menunjukkan angka joule yang diset, ada pula
yang memberi tanda dengan bunyi bahkan ada juga yang memberi tanda
dengan nyala lampu.
6. Jika enerji sudah penuh, beri aba-aba dengan suara keras dan jelas agar tidak
ada lagi anggota tim yang masih ada kontak dengan pasien atau korban,
termasuk juga yang mengoperatorkan defibrilator, sebagai contoh:
"Enerji siap "
"Saya siap "
"Tim lain siap"
7. Kaji ulang layar monitor defibrillator, pastikan irama masih VF/VT tanda nadi,
pastikan enerji sesuai dengan yang diset, dan pastikan modus yang dipakai
adalah asinkron, jika semua benar, berikan enerji tersebut dengan cara menekan
kedua tombol discharge pada kedua paddle. Pastikan paddle menempel dengan
baik pada dada pasien (beban tekanan pada paddle kira-kira 10 kg).
8. Kaji ulang di layar monitor defibrilator apakah irama berubah atau tetap sama
scperti sebelum dilakukan defibrilasi, jika berubah cek nadi untuk menentukan
perlu tidaknya dilakukan RJP, jika tidak berubah lakukan RJP untuk selanjutnya
lakukan survey kedua.

Automated External Defibrilator (AED)


AED adalah sebuah defibrilator yang bekerja secara komputer yang dapat :
1. Menganalisa irama jantung seorang korban yang mengalami henti jantung.
2. Mengenal irama yang dapat dilakukan tindakan defibrilasi (shock).
3. Memberikan petunjuk pada operator ( dengan memperdengarkan suara atau
dengan indikator cahaya).

AED digunakan jika korban mengalami henti jantung :


1. Tidak berespon
2. Tidak bernafas
3. Nadi tidak teraba atau tanda - tanda sirkulasi lain

Elektroda adhesif ditempatkan pada dada korban dan disambungkan ke mesin AED,
paddle elektroda mempunyai 2 fungsi yaitu :
1. Menangkap sinyal listrik jantung dan mengirimkan sinyal tersebut ke komputer.
2. Memberikan shock melalui elektroda jika terdapat indikasi.

B. KARDIOVERSI

Kardioversi adalah pengobatan yang menggunakan aliran listrik dalam waktu


singkat secara sinkron.

Indikasi
1. Ventrikel Takikardi
2. Supra Ventrikel Takikardi

3. Atrial flutter
4. Atrial Fibrilasi

Alat yang dipergunakan


1. Defibrilator yang mempunyai modus sinkron
2. Jeli
3. Troli emergensi, terutama alat bantu napas
4. Obat-obat analgetik dan sedatif
5. Elektrode EKG

Energi
Enerji awal untuk SVT dan Atrial Flutter adalah 50 joule, apabila tidak berhasil enerji
dapat dinaikan menjadi 100 joule, 200 joule, 300 joule dan 360 joule. Untuk VT
monomorphic dan Atrial Fibrilasi, enerji awal adalah 100 jule dan dapat dinaikan
sampai 360 joule. Sedangkan untuk VT polymorphic besarnya energi dan modus
yang dipakai sama dengan yang digunakan pada tindakan defibrilasi.

Prosedur
Prosedur tindakan kardioversi sama dengan tindakan deflbrilasi, hanya pada saat
menekan tombol discharge kedua tombol tersebut harus ditekan agak lama, karena
modul yang dipakai adalah modul sinkron dimana pada modul ini energi akan
dikeluarkan (diberikan) beberapa milidetik setelah defibrilator tersebut menangkap
gelombang QRS. jika deflbrilator tidak dapat menangkap gelombang QRS enerji
tidak akan keluar. Pasien dengan takikardi walaupun mungkin keadaannya tidak
stabil akan tetapi kadang pasiennya masih sadar, oleh sebab itu jika diperlukan
tindakan kardioversi, maka pasien perlu diberikan obat sedasi dengan atau tanpa
analgetik.

RSPJHK : Standar ACLS (2005)

DEFIBRILASI DAN KARDIOVERSI

Defibrilasi dan kardioversi dilakukan dengan menggunakan defibrilator.

Defibrilator adalah alat yang dapat digunakan untuk :


1. Pemantauan gambaran irama jantung.
2. Defibrilasi
3. Kardioversi
4. Pacu jantung transkutan (TCP)

Pemantauan gambaran irama jantung


Untuk memantau gambaran irama jantung dapat menggunakan paddle atau
menggunakan elektroda. Syarat pemantauan, dinding dada harus terbuka/letak
elektroda tidak mengganggu tempat untuk meletak paddle jika terapi listrik
diperlukan dan gelombang-gelombang EKG harus jelas sehingga mudah dibedakan
antara gelombang P, QRS, dan T. Umumnya lead II memberikan gambaran irama
jantung yang lebih jelas.

Defibrilasi
Adalah suatu tindakan pengobatan menggunakan aliran listrik secara asinkron.
Tindakan ini dilakukan pada pasien dengan fibrilasi ventrikel atau takikardi ventrikel
tanpa nadi. Energi yang diperlukan 200, 200-300, 360 Joule (150, 150, 150 Joule
defibrilator bifasik). Peralatan yang diperlukan untuk tindakan defibrilasi meliputi
defibrilator, jeli atau electrode pads dan troli emergensi.
Prosedur defibrilasi :
1. Hidupkan defibrilasi.
2. Pilih energi yang diperlukan.
3. Pilih paddles (atau lead I, II, III) melalui tombol lead select.

4. Oleskan jeli pada paddle.


5. Letakan paddle pada apeks dan sternum sesuai petunjuk pada paddle.
6. Nilai kembali irama pada monitor apakah masih VF/VT tanpa nadi.
7. Tekan tombol pengisi energi (charge) pada paddle apeks atau pada unit defibrilator.
8. Setelah energi yang diharapkan tercapai, berikan aba-aba dengan suara yang jelas
agar tidak ada orang lain yang masih menyentuh pasien, tempat tidur maupun
peralatan lain.
9. Beri tekanan kurang lebih 10-12 kg pada kedua paddle.
10. Nilai kembali irama pada monitor, apabila tetap VF/VT tanpa nadi tekan tombol
discharge pada kedua padlle.
11. Nilai kembali irama pada monitor apabila masih VF/VT tanpa nadi isi kembali
defibrilator. Apabila gambaran EKG pada monitor meragukan periksa nadi dan
sensor/elektroda EKG.
12. Apabila gambaran masihg tetap VF/VT tanpa nadi ulangi tahapan diatas dengan
energi 200 300 Joule dan kemudian 360 Joule jika gambaran EKG tidak berubah.
13. Apabila setelah tindakan defibrilasi terakhir (360 Joule) irama masih VF/VT tanpa
nadi lakukan tahapan ACLS berikutnya.

Kardioversi
Adalah suatu tindakan pengobatan menggunakan aliran listrik secara sinkron.
Tindakan ini dilakukan pada pasien dengan Takikardi supraventrikel, takikardi ventrikel
nadi teraba. Energi yang diperlukan 100,200.300 dan 360 Joule. (beberapa penelitian
melakukan kardioversi berhasil dengan energi awal 50 Joule pada SVT dan Flutter
atrial). Peralatan yang diperlukan untuk tindakan kardioversi meliputi defibrilator yang
mempunyai modul sinkron, jeli, elektroda EKG, obat-obat sedasi/analgesi serta troli
emergensi.
Prosedur Kardioversi

Prosedur tindakan kardioversi sama dengan prosedur tindakan defibrilasi, hanya yang
membedakannya dalam hal :
1. Siapkan alat-alat resusitasi
2. Bila pasien masih sadar berikan sedasi dengan atau tanpa analgesi
3. Pilih modul sinkron
4. Pilih energi awal 50 joule untuk takikardi supraventrikel atau 100 joule untuk
takikardi ventrikel dan meningkat sesuai dengan respon pasien sampai maksimal
360 joule
5. Paddle tidak boleh segera diangkat setelah melepaskan muatan agar modul
sinkronisasi tidak terganggu

Pacu jantung transkutan (TCP)


Pacu jantung transkutan biasa disebut juga dengan External Pacing/Non Invasive
Pacing/Transchest Pacing/External Transthoracal Pacing.
Alat ini bersifat sementara sampai Pacu jantung transvenous tersedia atau penyebab
bradikardi teratasi. Indikasi pemasangan alat ini untuk pasien dengan badikardi yang
tidak respon dengan obat-obatan atau dapat dicoba pasien asistol. Peralatan yang
diperlukan untuk tindakan ini yaitu defibrilator yang mempunyai modul untuk pacu
jantung transkutan, adhesive pads, obat sedasi/analgesi.
Prosedur
1. Elektroda atau adhesive pads ditempel pada dinding dada pada posisi standar atau
postero anterior
2. Tentukan modul pacu jantung yang akan dipakai : demand atau fixed rate
3. Tentukan rate atau frekuensi yang dibutuhkan
4. Tentukan output yang diperlukan (30-200 mV)
5. Berikan analgesi/sedasi
6. Tekan tombol start

Defibrilasi dengan menggunakan AED (Automatic External Defibrilator)

AED adalah defibrilator yang menggunakan sistem komputer yang dapat menganalisa
irama jantung, mengisis tingkat energi defibrilasi yang sesuai dan dapat memberikan
petunjuk pada penolong dengan menggunakan perintah perintah secara lisan untuk
mengarahkan tindakan. AED dapat memberikan petunjuk visual yang baik untuk
peletakan elektroda, elektroda itu sendiri diberi kode dengan warna warna dan
gambar ilustrasi cara pemasangannya. Petunjuk visual yang timbul berupa cahaya
lampu merah, kuning atau berkedip, lisan (suara yang dikeluarkan AED), dan instruksi
tertulis dari AED untuk menganalisa irama dan kemudian memberikan energi kepada
pasien. Jika defibrilasi tidak berhasil, lanjutkan survei ABCD sekunder (algoritme VF/VT
tanpa nadi) jika alat, obat-obatan dan tenaga tersedia.

Anda mungkin juga menyukai