Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Mendengar hal itu, istrinya juga sedih. Akhirnya, mereka bersepakat untuk
membuang anaknya.
Pada suatu hari, dipersiapkanlah bekal yang cukup banyak dengan lauk yang
enak-enak. Melihat ibunya memasak, La Golo bertanya kepada ibunya, Ada
acara apa sehingga ibu memasak makanan yang lezat-lezat? Ibunya
menjawab bahwa ayahnya akan pergi ke hutan mencari kayu bakar bersama
La Golo. Sepertiga makanan yang telah dimasak boleh dimakan La Golo
sebelum berangkat, sedangkan sisanya dipakai sebagai bekal. Hati La Golo
sangat senang mendengar jawaban ibunya. Dalam waktu singkat, makanan
yang disiapkan untuknya dihabiskannya. Kemudian, dengan membawa
parang, ia berangkat bersama ayahnya ke hutan belantara.
Akhirnya, sampailah mereka di tengah hutan. Pepohonan di hutan itu sangat
lebat dan besar-besar. Tibalah mereka pada sebuah pohon yang paling besar.
Ayahnya berhenti dan berkata kepada La Golo, Anakku, kita berhenti di sini.
Inilah pohon yang kita cari. Inilah kayu wuwu yang banyak cabangnya.
Kalau kita tebang satu pohon ini, kita akan banyak mendapatkan kayu bakar.
Agar tidak rusak, ketika pohon kayu ini akan tumbang, engkau harus
menahannya.
Ya Ayah, jawab La Golo.
Begitulah ketika pohon itu tumbang, La Golo menahannya dengan tubuhnya
yang besar. Namun, karena pohon itu terlalu besar, tubuh La Golo hancur
tertindih oleh pohon itu.
Setelah beberapa saat, ayahnya menunggu dan tidak ada tanda-tanda lagi La
Golo hidup, senanglah hatinya. Sesampainya di rumah, diceritakan kepada
istrinya semua peristiwa yang terjadi. Keesokan harinya, disiapkan doa rowa
(doa arwah) atas kematian anaknya. Seekor kambing jantan yang besar
disembelih karena para tetangga akan diundang.
Begitu tamu akan diundang secara lisan, ayah dan ibu La Golo sangat
terkejut. Tiba-tiba La Golo telah berdiri di depannya. Akhirnya, semua
makanan yang telah disiapkan dimakan La Golo dengan lahapnya.
akhimya La Golo maju. Ia duduk bersila dengan penuh hormat di depan sang
Raja menyatakan kesediaannya mengikuti ntumbu melawan jagoan istana.
Sebentar lagi perlombaan akan dimulai. Raja sendiri Yang akan memimpin
jalannya perlombaan. Kepala peserta lomba diikat dengan pita berwana
kuning. Raja mempersilakan kedua pemain maju ke depan berdiri berhadaphadapan dalam jarak lima depa. Raja memberikan petunjuk tentang jalannya
lomba.
Aba-aba sudah dimulai dan kedua pemain telah bersiap untuk berlaga. Bunyi
arubana (rebana) yang mengiringi pertarungan itu sudah sejak tadi bergema.
Kepala mereka telah siap menyeruduk laksana seekor kerbau liar. Ketika
terdengar aba-aba dan bendera kuning telah dijatuhkan, La Golo lari dan
meloncat ke arah lawannya bak seekor kerbau liar, dan caaaaaaak!
Kepala mereka telah beradu, terdengarlah benturan yang amat keras. Jagoan
istana itu tergeletak tak sadarkan diri. La Golo menjadi pemenang
pertandingan itu. Para penonton bersorak-sorai dan mengelu-elukan La Golo
sang juara.
Cerita ini memberi pelajaran kepada kita agar kita tidak menjadi anak yang
manja. Jika kita ingin pandai, kita harus belajar/berguru kepada siapa pun.
Keberhasilan seseorang diperoleh dari kerja keras, dan selalu berdoa
memohon hidayah dari Tuhan.