Disusun Oleh :
ERIC SATRIA PAMUNGKAS
NIS : 1212231
KOMPETENSI KEAHLIAN
TEKNIK AUDIO VIDEO
SEKEOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 7
SEMARANG
2015
Pada Tanggal :
Di
: Semarang
Pembimbing Industri/Lapangan,
Putut arifin
ADIE IWAN
Kepala Resor Sintelis 4.6 SMT
ii
Pada Tanggal :
Di
Guru pembimbing
TEGUH
SUBEKTI
NIP.
NIP.
SUDARMANTO
NIP.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan
Hidayah-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Selama melaksanakan
Praktik Kerja Industri maupun proses penyusunan Laporannya, Penulis mengalami berbagai
kendala dan hambatan, namun berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, maka pada
akhirnya Penulis dapat mengatasinya. Maka dari itu dalam kesempatan ini Penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Kepala PT. Kereta Api Daerah Operasi 4 Semarang, yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk melaksanakan Prakter Kerja Industri.
2. Kepala SMK NEGERI 7 Semarang, yang telah memberi ijin untuk kepada penulis untuk
melaksanakan Praktek Kerja Industri.
3. Ketua Kompetensi Keahlian Teknik Audio Video yang selalu memberikan motivasi dan
pengarahan kepada penulis selama melaksanakan Praktek Kerja Industri maupun selama
penyusunan Laporan.
4. Bapak Iwan ... yang telah membimbing penulis selama melaksanakan Praktek Kerja
Industri.
5. Bapak Teguh, yang telah membimbing penulis selama penyusunan Laporan.
6. Semua pihak yang telah membantu penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa Laporan ini masih terdapat kekurangannya, maka dari itu
segala kritik dan saran yang membangun akan selalu diterima dengan senang hati.
Semoga Laporan yang sederhana ini bermanfaat bagi Almamater Civitas SMK NEGERI
7 Semarang, maupun para pembaca pada umumnya.
Semarang, (..tanggal..)
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN INDUSTRI.......................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN SEKOLAH.......................................................................................iii
KATA PENGANTAR....................................................................................................................iv
DAFTAR ISI.................................................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................................vi
BAB I
PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Praktik Kerja Industri....................................................................
1.2 Tujuan Praktik Kerja Industri.................................................................................
.................................................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan Laporan......................................................................................
1.4 Alasan Pemilihan Judul...........................................................................................
1.5 Pembatasan Laporan...............................................................................................
1.6 Metode Pengumpulan Data.....................................................................................
1.7 Sistematika Penulisan Laporan...............................................................................
BAB II
BAB V
PENUTUP.....................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR
Gambar .2.
Gambar .2.
Gambar .2.
Gambar .2.
Gambar .2.
Gambar .2.
Gambar .2.
Gambar .2.
Gambar .3.
Gambar .3.
Gambar .3.
Gambar .3.
Gambar .3.
Gambar .3.
Gambar .3.
Gambar .3.
Gambar .3.
Gambar .3.
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Praktek Kerja Industri
Sejalan dengan derasnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta arus
globalisasi dimana masyarakat melakukan mobilitas secara cepat dan efisien, transportasi
mempunyai peranan penting dalam lingkup sarana umum. Transportasi merupakan salah satu
kebutuhan utama manusia dalam menjalani kehidupan sehari- hari. Seiring dengan pertumbuhan
manusia yang cepat di era modern saat ini dibutuhkan suatu transportasi umum yang dapat
mengangkut orang atau barang dalam jumlah yang banyak. Maka dari itulah diciptakan alat
transportasi berupa kereta api. Kereta api adalah salah satu alat transportasi masyarakat yang
murah dan efisien, dimana keberadaannya sangat membantu dan menunjang pembangunan serta
banyak diminati sebagai salah satu alternatif yang handal oleh para konsumen.
PT. Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai penyedia sarana transportasi darat yaitu kereta api
senantiasa berkomitmen untuk selalu memenuhi kebutuhan masyarakat dalam penyediaan sarana
transportasi. Untuk mendukung kelancaran perjalanan kereta api dibutuhkan aplikasi sistem
persinyalan kontrol yang handal. Untuk menujang hal tersebut maka PT. Kereta Api Indonesia
(Persero) menggunakan sistem persinyalan untuk melakukan pemberian suatu isyarat aman
kereta api untuk melakukan perjalanan kereta api agar senantiasa aman, lancar dan terkendali.
Atas dasar itu penulis meilih tempat Praktek Kerja Lapangan (PKL) di UPT Resor Sintelis
4.6 SMT dengan materi modul persinyalan kereta api. Dengan adanya Praktek Kerja Lapangan
ini penulis dapat mengetahui dan memahami sistem persinyalan yang digunakan di UPT Resor
Sintelis 4.6 SMT, serta diharapkan mampu mengaplikasikannya dalam bidang elektronika
pendalaman sinyal dan kontrol kendali serta memanfaatkannya secara nyata dan benar.
1.2 Tujuan Praktek Kerja Industri
Tujuan dari Praktek Kerja Industri ini yaitu :
1. Untuk menerapkan disipin ilmu yang telah diperoleh di bangku sekolah pada dunia
kerja secara nyata.
2. Mengetahui sistem dan linkungan kerja sistem transportasi di PT. Kereta Api
Indonesia DAOP IV Semarang.
3. Mengetahui perangkat-perangkat yang digunakan pada sistem persinyalan PT. Kereta
Api Indonesia DAOP IV semarang.
4. Untuk menjalin kerjasama antara sekolah dengan industri
5. Untuk mengembangkan social responsibility siswa
6. Untuk melengkapi kompetensi yang belum diberikan di sekolah
7. Untuk menumbuhkan etos kerja siswa
8. Untuk mengimplementasikan materi pelajaran di sekolah pada industri
1.3 Tujuan Penulisan Laporan
setelah melaksanakan Prakrtek Kerja Industri, siswa diberikan tugas untuk
menyusun Laporan dengan tujuan :
1. Untuk meningkatkan perbendaharaan kata bahasa Indonesia.
1
2. Untuk melatih agar dapat menyusun Laporan tertulis secara sistematis dan logis
sesuai kaidah penulisan karya ilmiah.
3. Untuk melatih siswa agar dapat melakukan pengelolaan informasi dengan baik dan
benar.
4. Menumbuhkembangkan kemampuan imajinasi, kreativitas, analisa dan sintesa secara
komprehensif yang diwujudkan dalam bentuk Laporan ilmiah.
1.4 Pembatasan Laporan
Dalam hal ini penulis hanya membatasi tentang troubleshooting pada modul persinyalan
kereta api secara fisik beserta infrastrukturnya di PT. Kereta Api Indonesia DAOP IV Semarang.
1.5 Metode Pengambilan Data
Pada penulisan laporan, penulis menggunakan beberapa metode dalam pengumpulan data,
yaitu :
1. Metode Observasi
Obeservasi dilakukan dengan pengumpulan dan pengamatan data yang ada di DAOP IV
Semarang dengan melihat obyek-obyek permasalahan secara langsung sehingga data data
yang dikumpulkan lebih akurat serta benar adanya.
2. Metode Kepustakaan
Metode ini dilakukan dengan cara melihat, membaca, dan mempelajari dokumen yang
ada berupa catatan, arsip, literature, dan laporan-laporan lainnya yang berhubungan
dengan materi yang akan dibahas.
3. Metode Wawancara
Wawancara dilakukan dengan melakukan tanya-jawab atau menanyakan hal-hal yang
kurang jelas kepada pembimbing dalam hal ini yaitu pegawai UPT Resor Sinteslis DAOP
IV Semarang supaya penulis dapat memahami dengan jelas dan mendalami materi yang
diberikan.
1.6 Sistematika Laporan
Sistematika penulisan memberikan gambaran tentang pembahasan yang diuraikan dari BAB I
sampai dengan BAB V dan merupakan informasi mengenai materi yang penulis bahas dalam
tiap-tiap bab. Sistematika penulisan laporan Praktek Kerja Industri ini adalah :
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang Praktek Kerja Industri,
tujuan penulisan laporan, pembatasan masalah, metode pengumpulan data dan
sistematika penyusunan laporan ini.
BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang sejarah perusahaan, visi dan misi
perusahaan, budaya perusahaan, lokasi perusahaan, managemen perusahaan yang
berkaitan dengan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP IV Semarang.
BAB III LANDASAN TEORI
BAB IV PEMASANGAN/ INSTALASI REPEATER
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang kesimpulan yang didapat dari materi
yang telah disampaikan dan disertai saran-saran mengenai hal yang dapat
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Latar Belakang Perusahaan
Di Sumatra, perkereta apian dibawah pemerintah Angkatan Laut Jepang dengan nama Tetsudo
Tai yang berpusat di Bukit Tinggi. Status perkereta apian di Sumatra mengalami proses yang
agak berbeda dengan kereta api lainnya. Sesudah berakhirnya pendudukan Jepang, Kereta Api di
Sumatra Utara menjadi perusahaan Belanda di wilayah Republik Indonesia. Sementara itu
berdasaklan surat perintah penguasaan militer tanggal 6 Desember 1958 NV DSM, berada
dibawah pengawasan militer dari Komando T dan TI. Kemudian berdasarkan SK Panglima T dan
TI penguasaan militer tanggal 10 Desember 1957 nomor Pan/KPTS-045/12/57 Juncto, radiogram
Kasad/Penguasa Militer Pusat tanggal 18 Desember 1957nomor 77.602/57 tentang pengambil
alih wewenang Bahar dari perusahaan milik Belanda, oleh penguasa militer Sumatra Utara.
Tanggal 14 Desember 1957 wewenang Bahar atas NV DSM kepada Panglima T dan TI, mulai
tanggal 29 April 1963 berdasarkan Undang-Undang Nomor tahun 1958 Juncto PP. 41 Tahun
1959 dengan SK Menhub. tanggal 17 Januari 1963 Nomor 37/120 PT. Kereta Api (Persero)
Indonesia LA. DSM yang berpusat di Bandung, kemudian berdasarkan Undang-Undang Nomor
86 Tahun 1958 DKA berubah menjadi PN PERJAN. Tahap-tahap perkembangan perkereta apian
secara umum :
1. Jaman Republik Indonesia (17 Agustus 1945-18 Desember 1948). September 1945
secara resmi lahirlah DKARI (Djawatan Kereta Api Republik Indonesia) yang
berpusat di Bandung. Sementara pada waktu itu hanya meliputi Jawa, karena perkereta
apian di Sumatra Utara berdiri sendiri.
2. Pengesahan Kedaulatan. Januari 1950 terjadi penggabungan antara DKARI dengan
SV/VS (Staats Spoorweg/Verenigf Spoorweg Bedryf) yang dikuasi Belanda menjadi
DKARIS (Djawatan Kereta Api Republik Indonesia Serikat). Setelah RIS menjadi
Republik Indonesia DKARIS berubah menjadi DKA.
3. Perusahaan Negara. Mei 1963 DKA berbuah menjadi PNKA (Perusahaan Negara
Kereta Api) berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1963.
4. Pengesahan Jawatan. Dengan PP Nomor 61/71, 15 September 1971 telah ditetapkan
perubahan status PNKA menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan).
5. Perusahaan Umum. Dengan PP Nomor 57 Tahun 1993, tanggal 30 Oktober 1990
ditetapkan perubahan atas status Perusahaan Jawatan menjadi Perusahaan Umum
Kereta Api (PERUMKA), berlaku mulai tanggal 30 Oktober 1990.
6. Dengan PP Nomor 19 Tahun 1998 ditetapkan bentuk dari PERUM menjadi Persero.
Dalam rangka sebagian pelimpahan wewenang Pemerintah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 57 tahun 1990 Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) diubah
bentuknyamenjadi Perusahaan Umum Kereta Api (PERUMKA), kantor pusat
PERUMKA berkedudukan di Bandung.
1864-1945
1945-1950
1950-1963
1963-1971
1971-1991
1991-1998
1998-Mei 2010
Mei 2010-Sekarang
STATUS
Pertama kali dibangun jalan
rel sepanjang 26 km antara
Kemijen Tanggung oleh
Pemerintah Hindia Belanda
Staatspoor Wegen (SS)
Verenidge Spoorwegbedrijf
(VS) Deli Spoorweg
Maatschapij (DSM)
Djawatan Kereta Api (DKA)
Djawatan Kereta Api
Republik Indonesia (DKA
RI)
Perusahaan Negara Kereta
Api (PNKA)
Perusahaan Jawatan Kereta
Api (PJKA)
Perusahaan Umum Kereta
Api (Perumka)
PT. Kereta Api (Persero)
DASAR HUKUM
IBW
IBW
IBW
PP No. 22Tahun 1963
PP No. 61 Tahun 1971
PP No. 57 Tahun 1990
PP No. 19 Tahun 1998
Kepres 39 tahun 1999
Akte Notaris Imas Fatimah
No. 2
Intruksi Direksi No.
16/OT.203/KA 2010
Kami 9nsure PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) bertindak konsisten sesuai
dengan nilai-nilai kebijakan organisasi 9nsure9e etik perusahaan. Memiliki pemahaman
dan keinginan untuk menyesuaikan diri dengan kebijakan dan etika tersebut dan
bertindak secara konsisten walaupun sulit untuk melakukannya.
B. PROFESIONAL
Kami insan PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) memiliki kemampuan dan
penguasaan dalam bidang pengetahuan yang terkait dengan pekerjaan, mampu menguasai
untuk menggunakan, mengembangkan, membagikan pengetahuan yang terkait dengan
pekerjaan kepada orang lain.
C. KESELAMATAN
Kami insan PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) memiliki sifat tanpa kompromi
dan konsisten dalam menjalankan atau menciptakan sistem atau proses kerja yang
mempunyai potensi resiko yang rendah terhadap terjadinya kecelakaan dan menjaga aset
perusahaan dari kemungkinan terjadinya kerugian.
D. INOVASI
Kami insan PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) selalu menumbuh kembangkan
gagasan baru, melakukan tindakan perbaikan yang berkelanjutan dan menciptakan
lingkungan kondusif untuk berkreasi sehingga memberikan nilai tambah bagi stakeholder.
E. PELAYANAN PRIMA
Kami 9nsure PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) akan memberikan pelayanan
yang terbaik yang sesuai dengan standar mutu yang memuaskan dan sesuai harapan atau
melebihi harapan pelanggan dengan memenuhi 6 A 9nsure pokok: Ability (Kemampuan),
Attitude (Sikap), Appearance (Penampilan), Attention (Perhatian), Action (Tindakan),
dan Accountability (Tanggung jawab).
2.4 Lokasi Perusahaan
PT. Kereta Api Indonesia (Persero) memiliki 8 Daerah Operasional (DAOP). Dan pada
praktik kerja kali ini penulis ditempatkan di Daerah Operasional 4 yang melayani rute perjalanan
Kereta Api dari Tegal hingga Bojonegoro yang berpusat di Semarang. Dengan membahawahi
beberapa stasiun diantaranya stasiun besar yaitu Stasiun Semarang Tawang, Stasiun Semarang
Poncol, Stasiun Pekalongan, Stasiun Tegal, Stasiun Bojonegoro dan Stasiun Cepu, sedangkan
stasiun kereta api menengah di antaranya adalah Stasiun Kedungjati, Stasiun Gambringan,
Stasiun Weleri, Stasiun Comal, dan Stasiun Pemalang. Gudang kereta api berada di Stasiun
Poncol, sedangkan dipo lokomotif berada tak jauh dari Stasiun Semarang Poncol. Kantor Pusat
PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP IV Semarang berada di Jl. MH Thamrin 3 Semarang.
Sedangkan untuk UPT. Resor Sintelis berada di Jl. Tamawan Tawang No. 2 Semarang.
10
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8. Resor 4.8 Gd
Meliputi Stasiun Tanggung Stasiun Kedung Jati Stasiun Padas Stasiun
Telawang Stasiun Kerangsono Stasiun Gundih
9. Resor 4.9 Gbn
Meliputi Stasiun Sedadi Stasiun Ngrombo Stasiun Gambringan Stasiun
Jambon
10. Resor 4.10 Knn
Meliputi Stasiun Panunggalan Stasiun Kradenan Stasiun Sulur Stasiun
Doplang
11. Resor 4.11 Cu
Meliputi Stasiun Randu Blatung Stasiun Wadu Stasiun Kapuan Stasiun
Cepu
12. Resor 4.12 Bj
Meliputi Stasiun Tobo Stasiun Kalitibu Stasiun Bojonegoro
11
12
2.
dan Listrik.
8. Melaksanakan pemantauan, pengawasan, pemeriksaan dan pembinaan
mutu pekerjaan teknis perawatan Sinyal, Telekomunikasi dan Listrik di
wilayahnya.
9. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap Unit Pelaksana Teknis (UPT)
yang berada di bawah Seksi Sinyal, Telekomunikasi dan Listrik di
wilayahnya.
b. Tugas dan Tanggung Jawab Junior Manager Inspector Sintelis
1. Melaksanakan pemantauan, pengawasan dan pemeriksaan terhadap
kondisi peralatan Sinyal, Telekomunikasi dan Listrik.
2. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap pelaksana perawatan peralatan
Sinyal, Telekomunikasi dan Listrik.
3. Melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan pergudangan, suku cadang
dan alat kerja perawatan.
4. Melaksanakan pengawasan dan pembinaan teknis SDM di wilayahnya.
5. Membuat laporan keselamatan rutin maupun insidentil.
6. Melakukan pengawasan kegiatan perawatan dan pembangunan.
c. Tugas dan Tanggung Jawab Assistant Manager Kegiatan dan Pembiayaan
Peralatan Sintelis
1. Melaksanakan penyusunan anggaran perawatan.
2. Melaksanakan tertib administrasi tata usaha, kepegawaian dan keuangan.
13
kerusakan.
Melakukan analisis gangguan peralatan.
Mengelola dan mendata suku cadang yang rusak.
Melakukan rekayasa teknis terhadap komponen komponen peralatan.
Mengelola dan mendistribusikan hasil perbaikan dan rekayasa.
Dalam melaksanakan tugasnya, seorang Assman Workshop dibantu oleh
Senior Supervisor Kepala Urusan ( KAUR ) Perbaikan dan Kepala
Urusan ( KAUR ) Rekayasa Peralatan.
14
15
BAB III
LANDASAN TEORI
A. Sistem Repeater
Repeater adalah suatu perangkat atau medium yang digunakan untuk mengatur keluar
masuknya transmisi u ntuk diproses dengan cara menerima informasi dari stasiun pengirim serta
mengirimkannya kemb ali ke stasiun penerima. Oleh karena itu, repeater juga berfungsi sebagai
penguat sinyal ataupun menambah jangkauan sinyal yang semula terbatas sehingga bisa
mencapai jarak yang leb ih jauh. Repeater yang sering disebut sebagai Radio Pancar Ulang
(RPU) terdiri dari transm itter dan receiver yang bekerja pada frekuensi berbeda, sehingga
transmisi yang masuk dap at diterima sekaligus dikirimkan kembali ke stasiun tujuan yang
masih berada dalam jangka uan (range) repeater. Oleh karena tujuannya itulah, repeater selalu
diletakkan di tempat yang cukup tinggi seperti perbukitan, menara, atau bangunan yang tinggi.
Semakin tinggi letak repeater, maka daya jelajahnya akan semakin jauh.
1. Dasar Sistem Repeater
Repeater bertugas mentransmisikan sinyal yang diterima dari bagian receiver
melalui bagian transmitter secara simultan. Tujuan digunakannya repeater adalah
untuk menghindari adanya signal loss ketika informasi menempuh jarak yang cukup
jauh, atau menemui halangan seperti gunung atau bukit, sehingga memungkinkan
untuk tercapainya komunikasi yang lebih efektif. Seseorang dengan perangkat radio
handheld seperti handy talkie (disebut juga mobile station) dapat berkomunikasi
dengan orang lain yang berada pada jarak yang sangat jauh darinya, dengan
memanfaatkan perangkat repeater. Selain itu, alasan lain dari penggunaan repeater
adalah kecepatan pengirimannya yang lebih real-time, sehingga repeater sering
digunakan untuk berbagai keperluan komunikasi seperti komersial (bisnis),
komunikasi darurat (penanggulangan bencana), dan operator radio amatir.
Istilah Repeater di Indonesia sudah biasa diterjemahkan oleh para Amatir radio
dengan istilah Pancar-Ulang. Pada dasarnya Repeater adalah suatu perangkat yang
berfungsi untuk menerima pancaran (yang biasanya lemah) dan memancarkan
16
kembali sinyal tersebut dengan daya pancar yang jauh lebih besar, sehingga dapat
menjangkau area yang lebih luas. Tujuan dari dibangunnya system ini adalah untuk
memperkuat sinyal-sinyal yang lemah. Petugas yang berada di lapangan, demi
kepraktisannya mereka hanya menggunakan perangkat HT (handy Transceiver) yang
berdaya pancar di bawah 5 watt. Untuk dapat berkomunikasi dengan sesame
pengguna HT yang tersebar di area yang sangat luas (se Jawa Tengah dan DIY
misalnya) diperlukan perangkat Repeater untuk memfasilitasi keperluan tersebut.
Watt yang sangat rendah dibutuhkan di lapangan untuk penghematan batere,
mengingat petugas ini berada dilapangan dalam jangka waktu yang lama dan yang
biasanya terpencil sehingga untuk mendapatkan daya listrik (untuk mengisi ulang
baterenya) tidaklah mudah.
Beberapa kiat untuk mengidealisasikan Repeater adalah dengan menaruh
perangkat Repeater pada tempat yang sangat tinggi (misal: di Tower yang sangat
tinggi, di atas gedung bertingkat, di atas bukit atau gunung), sehingga dari sisi
pandang Repeaternya, dapat mendengar sinyal dari area yang jauh dan luas, dan
dapat memancarkan dengan daya yang besar (karena dapat pasokan daya PLN atau
Aki yang memadai). Bentuk diagram blok Repeater dapat dilihat pada Gambar 3.1
internasional), sehingga kondisi frekuensi sangat padat dan buruk dari segi tata cara
penggunaannya. Akibatnya, terjadi banyak interferensi antar frekuensi. Belum lagi
banyak yang menggunakan frekuensi yang sama ditempat yang tidak seharusnya.
Untuk menanggulangi hal itu, selain digunakan radio-filter (Jurusan Teknik Fisika
mempunyai paten untuk salah satu jenis filter ini), dan juga digunakan kode Tone
(Sub Audible Tone). Hanya radio yang memancar dengan awalan kode yang sama
(misalnya Tone 55,8) yang dapat membuka Repeater, sedangkan pemancar yang tidak
berkode sama tidak akan dapat mengaktifkan Repeater.
Pada Gambar 7.1 dapat digambarkan secara sederhana sebagai dua buah
perangkat radio, yakni bagian penerima dan bagian pemancar. Bagian penerima
ketika menerima sinyal pancaran dari HT dengan kode Tone yang sama, maka oleh
pabrik pembuat radio, akan muncul logika 1 atau ON dalam bentuk indikator
lampu LED yang terang. Lampu LED ini atau logika 1 ini dipakai sebagai pemicu
perangkat LOR (Logic ON Relay) untuk menyambung atau menswit ON terminal
PTT perangkat pemancarnya, sehingga Pemancar akan memancar ulang sinyal yang
diterimanya, namun karena Pemancarnya mempunyai daya yang jauh lebih besar dari
sinyal penerimaan, maka Repeater menjadi pemancar yang mampu menjangkau HT
yang berada ditempat yang jauh dengan sinyal yang sangat kuat (jelas diterima).
Kekuatan Pancar yang dianjurkan adalah sekitar 30 watt, karena bila melebihi daya
tersebut banyak kemungkinan justru akan mengganggu sistem penerimanya sendiri
(menjadi tidak peka karena terganggu pancarannya sendiri). Demikian juga susunan
antena harus pada level ketinggian yang berbeda. Antena penerima sebaiknya
ditempatkan pada ujung tower dan antenna pemancarnya ditempatkan di bawahnya
dengan jarak lebih dari 10 meter.
Secara umum, ada dua jenis repeater, yaitu :
a. Cross Band Repeater (XBR)
Cross Band Repeater adalah sistem perangkat repeater yang
menggunakan dua band berbeda untuk input dan outputnya. Kebanyakan
menggunakan band VHF dan UHF. Input dan output dapat dipakai berbalikan,
misal input dari VHF dan memancar ulang di UHF dan sebaliknya.
Keuntungan dari XBR adalah kemampuan menggabungkan (crossing)
kelompok VHF dan UHF. Kelemahannya adalah, ketika pada satu sisi
digunakan, sisi lainnya tidak dapat memasukkan panggilan. Cross Band
Repeater berfungsi sama dengan Repeater tetapi mempunyai keunggulan
lebih bersih dari gangguan diri-sendiri dan mempunyai band yang berbeda
Antara frekuensi masuk dan frekuensi keluarnya. Bila sedang menerima sinyal
masuk pada band VHF, maka sinyal yang diterima dipancar ulang pada
frekuensi dengan Band UHF atau sebaliknya, menerima di UHF dan
memancar di VHF. Kelemahan pada system Cross Band ini adalah, ketika
sedang menerima maka bagian yang lain tidak bisa menerima, jadi hanya
salah satu yang aktif menerima. Tetapi punya kelebihan juga system ini bias
dpergunaka untuk membuat jejaring antar Repeater-Repeater VHF agar
terinterkoneksi secara peer to peer. Blok diagram system Cross-Band
Repeater ditunjukkan pada Gambar 7.2.
18
20
21
b. Transmiter
Transmitter atau sering disebut Tx adalah bagian dari repeater yang
bertugas memancarkan kembali sinyal informasi yang telah diterima melalui
antena sehingga mampu mencapai jarak yang lebih jauh. Tugas utama
transmitter adalah membangkitkan sinyal AC dan mengubahnya agar dapat
membawa informasi.
Pada awalnya, transmitter berupa alternator sederhana yang terdiri dari
sebuah coil dengan inti besi lunak yang dapat bermagnetisasi dan
demagnetisasi dengan mudah, berputar melalui dua kutub magnet di dalam
besi bulat. Namun pada awal 1920, alternator yang besar ini digantikan oleh
transmitter tabung high power. Osilator tabung vakum membangkitkan sinyal
frekuensi radio tunggal secara langsung dan kontinu, dan dihubungkan
langsung ke antena. Namun kelemahannya, ketika antena berpindah posisi
karena pengaruh angin, resultan beban berubah sehingga frekuensi transmisi
pun dapat berubah. Untuk mengatasinya, ditambahkan power amplifier di
antara osilator dan antena.
Pada transmitter modern yang digunakan saat ini ada beberapa cara yang
digunakan untuk dapat menyampaikan informasi, yaitu dengan melakukan
modulasi pada sinyal frekuensi radio yang digunakan. Modulasi adalah proses
pengubahan beberapa parameter pada gelombang carrier agar dapat
mengirimkan informasi.
Parameter-parameter yang digunakan untuk modulasi adalah :
1. Frekuensi, yaitu jumlah siklus yang dibuat oleh sinyal per detik.
2. Amplitudo, yaitu nilai maksimal yang diraih oleh sinyal.
3. Fase, yaitu ukuran dimana suatu gelomvang sinus dimulai, jika
dibandingkan dengan gelombang sinus lain pada frekuensi yang
sama.
22
23
25
i. Antena
Antena merupakan bagian yang penting dalam sistem repeater. Antena
berfungsi menerima getaran listrik dari transmitter dan memancarkannya
sebagai gelombang radio, dan sebaliknya, menerima gelombang radio dan
meneruskan sinyal listriknya ke receiver.
Antena merupakan suatu konduktor dengan bentuk dan ukuran tertentu
yang dirancang untuk memancarkan energi gelombang elektromagnetik dari
arus listrik (time-varrying currents) yang mengalirinya secara efisien. Untuk
antena penerima, proses yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu gelombang
elektromagnetik yang diterima diubah menjadi arus listrik yang ekuivalen
dengan sinyal informasi yang dibawanya.
Antena merupakan rangkaian resonansi, yang terdiri dari induktor, resistor
dan kondensator namun bukan berupa komponen-komponen melainkan
rangkaian linear sepanjang kabel antena. Kawat antena yang beresonansi akan
mengakibatkan muatan listrik bergetar dengan frekuensi tertentu bolak-balik
dari ujung ke ujung kawat. Getaran ini akan menempuh jarak sebesar panjang
gelombang resonansi. Untuk dapat menampung getaran ini panjang antena
harus paling sedikit setengah dari panjang gelombang resonansinya.
Sebagai konsekuensinya, untuk menangkap frekuensi rendah maka antena
yang dibutuhkan akan menjadi sangat panjang hingga ketinggian yang tidak
memungkinkan dalam penginstalasian. Untuk itulah digunakan ground plane,
yaitu sistem konduktor yang dikonfigurasikan sebagai permukaan pemantul
bagi elemen antena yang terhubung dengan satu sisi dari transmission line.
Transmission line atau feed line adalah kawat atau kabel yang digunakan
untuk menghubungkan transmitter atau receiver ke antena, sedangkan elemen
adalah bagian konduktif dari sistem antenna yang menentukan karakteristik
antena.
Penggunaan ground plane membuat panjang antena menjadi tidak lebih
dari seperempat dari panjang gelombangnya, karena memanfaatkan
pencerminan atau penerusan gelombang oleh permukaan bumi sehingga
kekurangan panjangnya dapat teratasi.
26
BAB IV
PEMBAHASAN
27
28
B.
29
30
31
32
33