A. PENGERTIAN
Tuberkulosis
(TB)
adalah
penyakit
infeksius,
yang
terutama
infeksius,
yang
terutama
Depkes
(2006),
klasifikasi
penyakit
TB
dan
tipe
pasien
digolongkan:
1. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
Tuberkulosis paru. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang
menyerang jaringan (parenkim) paru. tidak termasuk pleura
(selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
Tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis yang menyerang organ
tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput
jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit,
usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
pengobatan.
3. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit
TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat
keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk
berat bila gambaran foto toraks memperlihatkan gambaran
kerusakan paru yang luas (misalnya proses far advanced), dan
atau keadaan umum pasien buruk.
TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada
tingkat keparahan
penyakitnya, yaitu:
TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis
eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi,
M. Tuberculosae
Varian Asian
Varian African I
Varian African II
M. bovis.
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang
membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga
disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap
gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering
maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam
lemari es). Hal ini terjadi karena kuman bersifat dormant, tertidur lama
selama
bertahun-tahun
dan
dapat
bangkit
kembali
menjadikan
malah
kemudian
disenanginya
karena
banyak
jenis
bovin,
yang
penyebarannya
melalui
susu
yang
terkontaminasi.
Tuberkulosis adalh penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas
perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit
(biasanya sel T) adalah sel imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini
biasanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan di tempat infeksi
oleh limfosit dan limfokinnya. Respon ini disebut sebagai reaksi
hipersensitivitas (lambat)
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat
dan seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang
mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang
terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon berbeda.
Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang
akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi
primer paru-paru dinamakan fokus Gohn dan gabungan terserangnya
kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Gohn
respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan,
dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas.
Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke
E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3
minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu
dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu
makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari
tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Depkes,
2006).
Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam
atau malah banyak pasien ditemikan Tb paru tanpa keluhan sama sekali
dalam pemeriksaan kesehatan. Gejala tambahan yang sering dijumpai
(Asril Bahar. 2001):
1. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadangkadang dapat mencapai 40-41C. Serangan demam pertama dapat
sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah
seterusnya sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari
demam influenza ini.
2. Batuk/Batuk Darah
atau
berbulan-bulan
peradangan
bermula.
bersifat
radang
yang
menahun.
Gejala
setempat)
dan
fibrosis
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis TB menurut Depkes (2006):
1. Diagnosis TB paru
Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari,
yaitu sewaktu - pagi - sewaktu (SPS).
Diagnosis TB Paru pada orang dewasa
ditegakkan
dengan
kepekaan
dapat
digunakan
sebagai
penunjang
diagnosis
ditegakkan
berdasarkan
gejala
klinis
TB
yang
kuat
BTA,
diagnosis
Disamping itu
tuberkulosis
pemeriksaan
sputum
sudah
juga
dapat
dapat
dipastikan.
memberikan
Jangan
gunakan
OAT-Kombinasi
OAT
Dosis
tunggal
Tetap
(OAT
(monoterapi)
KDT)
lebih
perlu
diawasi
secara
langsung
untuk
mencegah
Program
Nasional
terjadinya
resistensi
obat
obat
menjadi
kepatuhan pasien
I.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengumpulan data
jauh
ganda
lebih
sederhana
dan
mengurangi
sedikit
dan
sehingga
meningkatkan
penyakit
tersebut
sehingga
sehingga
diteruskan
penularannya.
e. Riwayat psikososial
Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan
sanitasi
kesehatan
yang
kurang
ditunjang
dengan
padatnya
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
napas melemah.
: Fremitus suara meningkat.
: Suara ketok redup.
: Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki
basah, kasar
3)
4)
5)
6)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi
sekret kental atau sekret darah
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN DAN
KRITERIA HASIL
(NOC)
NOC :
Respiratory status :
Ventilation
Respiratory status :
Airway patency
Aspiration Control
Kriteria Hasil:
Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara
nafas yang bersih,
tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum,
mampu bernafas
dengan mudah, tidak
ada pursed lips)
Menunjukkan jalan
nafas yang paten
(klien tidak merasa
tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan
dalam rentang normal,
tidak ada suara nafas
abnormal)
Mampu
mengidentifikasikan
dan mencegah factor
yang dapat
menghambat jalan
nafas
INTERVENSI
(NIC)
NIC :
Airway suction
Pastikan
kebutuhan oral /
tracheal suctioning
Auskultasi suara
nafas sebelum dan
sesudah
suctioning.
Informasikan pada
klien dan keluarga
tentang suctioning
Minta klien nafas
dalam sebelum
suction dilakukan.
Berikan O2
dengan
menggunakan
nasal untuk
memfasilitasi
suksion
nasotrakeal
Gunakan alat yang
steril sitiap
melakukan
tindakan
Anjurkan pasien
untuk istirahat dan
napas dalam
setelah kateter
dikeluarkan dari
nasotrakeal
Monitor status
oksigen pasien
Ajarkan keluarga
bagaimana cara
melakukan suksion
Hentikan suksion
dan berikan
oksigen apabila
pasien
menunjukkan
bradikardi,
peningkatan
saturasi O2, dll.
Airway Management
Buka jalan nafas,
guanakan teknik
chin lift atau jaw
thrust bila perlu
Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
Identifikasi pasien
perlunya
pemasangan alat
jalan nafas buatan
Pasang mayo bila
perlu
Lakukan
fisioterapi dada
jika perlu
Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
Auskultasi suara
nafas, catat adanya
suara tambahan
Lakukan suction
pada mayo
Berikan
bronkodilator bila
perlu
Berikan pelembab
udara Kassa basah
NaCl Lembab
Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi
dan status O2
2.
NOC :
Respiratory Status :
Gas exchange
Respiratory Status :
ventilation
Vital Sign Status
Kriteria Hasil :
Mendemonstrasikan
peningkatan ventilasi
dan oksigenasi yang
adekuat
Memelihara
kebersihan paru paru
dan bebas dari tanda
tanda distress
pernafasan
NIC :
Airway Management
Buka jalan nafas,
guanakan teknik
chin lift atau jaw
thrust bila perlu
Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
Identifikasi pasien
perlunya
pemasangan alat
jalan nafas buatan
Pasang mayo bila
perlu
kebingungan
Dyspnoe
nasal faring
AGD Normal
sianosis
warna kulit abnormal (pucat,
kehitaman)
Hipoksemia
hiperkarbia
sakit kepala ketika bangun
frekuensi dan kedalaman
nafas
abnormal
Faktor faktor yang
berhubungan :
ketidakseimbangan perfusi
ventilasi
perubahan membran kapileralveolar
Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara
nafas yang bersih,
tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum,
mampu bernafas
dengan mudah, tidak
ada pursed lips)
Tanda tanda vital
dalam rentang normal
Lakukan
fisioterapi dada
jika perlu
Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
Auskultasi suara
nafas, catat adanya
suara tambahan
Lakukan suction
pada mayo
Berika
bronkodilator bial
perlu
Barikan pelembab
udara
Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi
dan status O2
Respiratory
Monitoring
Monitor rata
rata, kedalaman,
irama dan usaha
respirasi
Catat pergerakan
dada,amati
kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi
otot
supraclavicular
dan intercostal
Monitor suara
nafas, seperti
dengkur
Monitor pola nafas
: bradipena,
takipenia,
kussmaul,
hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
Catat lokasi trakea
Monitor kelelahan
otot diagfragma
(gerakan
paradoksis)
Auskultasi suara
nafas, catat area
penurunan / tidak
adanya ventilasi
dan suara
tambahan
Tentukan
3.
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi : Intake nutrisi tidak
cukup untuk keperluan
metabolisme tubuh.
Batasan karakteristik :
o Berat badan 20 % atau lebih
di bawah ideal
o Dilaporkan adanya intake
makanan yang kurang dari
RDA (Recomended Daily
Allowance)
o Membran mukosa dan
konjungtiva pucat
o Kelemahan otot yang
digunakan untuk
menelan/mengunyah
o Luka, inflamasi pada rongga
mulut
o Mudah merasa kenyang,
sesaat setelah mengunyah
makanan
o Dilaporkan atau fakta
adanya kekurangan
makanan
o Dilaporkan adanya
perubahan sensasi rasa
o Perasaan ketidakmampuan
untuk mengunyah makanan
o Miskonsepsi
o Kehilangan BB dengan
makanan cukup
o Keengganan untuk makan
o Kram pada abdomen
o Tonus otot jelek
o Nyeri abdominal dengan
atau tanpa patologi
o Kurang berminat terhadap
makanan
o Pembuluh darah kapiler
mulai rapuh
o Diare dan atau steatorrhea
o Kehilangan rambut yang
NOC :
Nutritional Status :
food and Fluid Intake
Kriteria Hasil :
Adanya peningkatan
berat badan sesuai
dengan tujuan
Berat badan ideal
sesuai dengan tinggi
badan
Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda tanda
malnutrisi
Tidak terjadi
penurunan berat badan
yang berarti
kebutuhan suction
dengan
mengauskultasi
crakles dan ronkhi
pada jalan napas
utama
auskultasi suara
paru setelah
tindakan untuk
mengetahui
hasilnya
NIC :
Nutrition
Management
Kaji adanya alergi
makanan
Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
jumlah kalori dan
nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
intake Fe
Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
protein dan
vitamin C
Berikan substansi
gula
Yakinkan diet
yang dimakan
mengandung
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
Berikan makanan
yang terpilih
( sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
Ajarkan pasien
bagaimana
membuat catatan
makanan harian.
Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan
Nutrition Monitoring
BB pasien dalam
batas normal
Monitor adanya
penurunan berat
badan
Monitor tipe dan
jumlah aktivitas
yang biasa
dilakukan
Monitor interaksi
anak atau orangtua
selama makan
Monitor
lingkungan selama
makan
Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam makan
Monitor kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
Monitor turgor
kulit
Monitor
kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
Monitor mual dan
muntah
Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb, dan
kadar Ht
Monitor makanan
kesukaan
Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
Monitor kalori dan
intake nuntrisi
Catat adanya
edema, hiperemik,
hipertonik papila
lidah dan cavitas
oral.
Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
4.
Hipertermia
Definisi : suhu tubuh naik diatas
rentang normal
Batasan Karakteristik:
o kenaikan suhu tubuh diatas
rentang normal
o serangan atau konvulsi
(kejang)
o kulit kemerahan
o pertambahan RR
o takikardi
o saat disentuh tangan terasa
hangat
Faktor faktor yang
berhubungan :
o penyakit/ trauma
o peningkatan metabolism
o aktivitas yang berlebih
o pengaruh medikasi/anastesi
o ketidakmampuan/penurunan
kemampuan untuk
berkeringat
o terpapar dilingkungan panas
o dehidrasi
o pakaian yang tidak tepat
NOC :
Thermoregulation
Kriteria Hasil :
Suhu tubuh dalam
rentang normal
Nadi dan RR dalam
rentang normal
Tidak ada perubahan
warna kulit dan tidak
ada pusing, merasa
nyaman
NIC :
Fever treatment
Monitor suhu
sesering mungkin
Monitor IWL
Monitor warna
dan suhu kulit
Monitor tekanan
darah, nadi dan
RR
Monitor
penurunan tingkat
kesadaran
Monitor WBC,
Hb, dan Hct
Monitor intake
dan output
Berikan anti
piretik
Berikan
pengobatan untuk
mengatasi
penyebab demam
Selimuti pasien
Lakukan tapid
sponge
Berikan cairan
intravena
Kompres pasien
pada lipat paha
dan aksila
Tingkatkan
sirkulasi udara
Berikan
pengobatan untuk
mencegah
terjadinya
menggigil
Temperature
regulation
Monitor suhu
minimal tiap 2 jam
Rencanakan
monitoring suhu
secara kontinyu
Monitor TD, nadi,
dan RR
Monitor warna
dan suhu kulit
Monitor tandatanda hipertermi
dan hipotermi
Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
Selimuti pasien
untuk mencegah
hilangnya
kehangatan tubuh
Ajarkan pada
pasien cara
mencegah
keletihan akibat
panas
Diskusikan
tentang pentingnya
pengaturan suhu
dan kemungkinan
efek negatif dari
kedinginan
Beritahukan
tentang indikasi
terjadinya
keletihan dan
penanganan
emergency yang
diperlukan
Ajarkan indikasi
dari hipotermi dan
penanganan yang
diperlukan
Berikan anti
piretik jika perlu
5.
Nyeri
Definisi :
Sensori yang tidak
menyenangkan dan pengalaman
emosional yang muncul secara
aktual atau potensial kerusakan
jaringan atau menggambarkan
adanya kerusakan (Asosiasi
Studi Nyeri Internasional):
serangan mendadak atau pelan
intensitasnya dari ringan sampai
berat yang dapat diantisipasi
dengan akhir yang dapat
diprediksi dan dengan durasi
kurang dari 6 bulan.
Batasan karakteristik :
o Laporan secara verbal atau
non verbal
o Fakta dari observasi
o Posisi antalgic untuk
menghindari nyeri
o Gerakan melindungi
o Tingkah laku berhati-hati
o Muka topeng
o Gangguan tidur (mata sayu,
tampak capek, sulit atau
gerakan kacau,
menyeringai)
o Terfokus pada diri sendiri
o Fokus menyempit
(penurunan persepsi waktu,
kerusakan proses berpikir,
penurunan interaksi dengan
orang dan lingkungan)
o Tingkah laku distraksi,
contoh : jalan-jalan,
menemui orang lain
dan/atau aktivitas, aktivitas
berulang-ulang)
o Respon autonom (seperti
diaphoresis, perubahan
Monitor sianosis
perifer
Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi yang
melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)
Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign
NOC :
NIC :
Pain Level,
Pain Management
Lakukan
Pain control,
pengkajian nyeri
Comfort level
secara
Kriteria Hasil :
komprehensif
Mampu mengontrol
termasuk lokasi,
nyeri (tahu penyebab
karakteristik,
nyeri, mampu
durasi, frekuensi,
menggunakan tehnik
kualitas dan faktor
nonfarmakologi untuk
presipitasi
mengurangi nyeri,
Observasi reaksi
mencari bantuan)
nonverbal dari
Melaporkan bahwa
ketidaknyamanan
nyeri berkurang
Gunakan teknik
dengan menggunakan
komunikasi
manajemen nyeri
terapeutik untuk
Mampu mengenali
mengetahui
nyeri (skala, intensitas,
pengalaman nyeri
frekuensi dan tanda
pasien
nyeri)
Evaluasi
Tanda vital dalam
pengalaman nyeri
rentang normal
masa lampau
Evaluasi bersama
pasien dan tim
kesehatan lain
tentang
ketidakefektifan
kontrol nyeri masa
lampau
Bantu pasien dan
keluarga untuk
mencari dan
menemukan
dukungan
Kontrol
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
Kurangi faktor
presipitasi nyeri
Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan
inter personal)
Kaji tipe dan
sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi
Ajarkan tentang
teknik non
farmakologi
Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
Evaluasi
keefektifan kontrol
nyeri
Tingkatkan
istirahat
Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri
tidak berhasil
Monitor
penerimaan pasien
tentang
manajemen nyeri
Analgesic
Administration
Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan
derajat nyeri
sebelum
pemberian obat
Cek instruksi
dokter tentang
jenis obat, dosis,
dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik
yang diperlukan
atau kombinasi
dari analgesik
ketika pemberian
lebih dari satu
Tentukan pilihan
analgesik
tergantung tipe
dan beratnya nyeri
Tentukan
analgesik pilihan,
rute pemberian,
dan dosis optimal
Pilih rute
pemberian secara
IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik pertama
kali
Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
Evaluasi
efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol
3. Jakarta: EGC
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis,
edisi 6. Jakarta: EGC
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis. Depkes RI : Jakarta.
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta:
Media Aesculapius
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC)
Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2001. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika