Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
diKabupatenSukamara,KalimantanTengah
Ringkasan
Pengelolaan lingkungan dewasa ini harus dilakukan secara ramah
lingkungan dan berkelanjutan. Penggunaan bahan-bahan penyubur tanah
dan tanaman alami dari bahan-bahan organik yang dahulunya menjadi
limbah saat ini mulai dihargai. Kompos merupakan salah satu jalan keluar
yang mudah untuk mengganti sebagian kebutuhan pupuk kimia yang makin
mahal dan mencemari lingkungan. Pengomposan TKS (Tandan Kosong
Sawit) merupakan cara untuk meningkatkan dan menyehatkan tanah dan
tanaman kelapa sawit, serta mencegah berkembangbiaknya kumbang tanduk
(Oryctes rhinoceros) di perkebunan kelapa sawit. Pemberian bioaktivator
dapat mempercepat dan meningkatkan mutu kompos. Kadar hara TKS
meningkat jika dilakukan pengomposan, pada 100 kg TKS menjadi 100 kg
kompos TKS terjadi peningkatan hara setara pupuk Urea dari 1,74 menjadi
5,09 kg; setara pupuk SP-36 dari 0,61 menjadi 1,97 kg, dan untuk setara
pupuk KCl dari 4,83 menjadi 11,65 kg.
-----------Kata Kunci: oil palm, kompos, tandan kosong sawit
PENDAHULUAN
Kompos adalah proses yang dihasilkan dari pelapukan (dekomposisi)
sisa-sisa bahan organik secara biologi yang terkontrol (sengaja dibuat dan
diatur) menjadi bagian-bagian yang terhumuskan. Kompos sengaja dibuat
karena proses tersebut jarang sekali dapat terjadi secara alami, karena di
alam kemungkinan besar terjadi kondisi kelembaban dan suhu yang tidak
cocok untuk proses biologis baik terlalu rendah atau terlalu tinggi.
PelatihanPetaniPlasmaKelapaSawit 2010
diKabupatenSukamara,KalimantanTengah
Istilah fermentasi
MIKROBA KOMPOS
Menurut Rao (1994) mikroba yang berperanan dalam proses
pengomposan ada dua jenis yang dominan, yaitu: bakteri dan jamur. Jenisjenis bakteri penting yang mempengaruhi proses pengomposan dapat
dikelompokkan berdasarkan asal bakteri, kebutuhan oksigen, suhu, dan jenis
makanannya. Berikut ini kelompok bakteri tersebut:
2
PelatihanPetaniPlasmaKelapaSawit 2010
diKabupatenSukamara,KalimantanTengah
PelatihanPetaniPlasmaKelapaSawit 2010
diKabupatenSukamara,KalimantanTengah
PelatihanPetaniPlasmaKelapaSawit 2010
diKabupatenSukamara,KalimantanTengah
tidak berjalan sesuai harapan. Menurut Sutedjo et al. (1991) suhu kompos
mempunyai
pengaruh
baik
karena
mampu
menurunkan
patogen
hanya berkisar kurang dari 20oC maka kompos dinyatakan gagal, sehingga
perlu diulang kembali. Cek kembali jumlah bahan kompos apakah sudah
cukup banyak, kelembaban kompos apakah tidak terlalu kering, atau penutup
kompos apakah sudah cukup rapat. Jika suhu pengomposan lebih dari 20oC
maka menunjukkan aktivitas mikroba cukup baik dan laju metabolisme
meningkat cepat.
Kandungan bahan organik tanaman terdiri dari selulosa (15-60% dari
BK); hemiselulosa (10-30% dari BK); lignin (5-30% dari BK); fraksi larut air
seperti gula asam amino dan lain-lain (5-30% dari BK); bahan terlarut alkohol
seperti lemak, minyak, lilin dan lain-lain; dan proten dan mineral (1-13% dari
BK) (Alexander, 1978).
Nitrogen (N), unsur hara ini diperlukan dalam jumlah banyak dan berguna
bagi pertumbuhan tanaman, kekurangan N mengakibatkan pertumbuhan
tanaman menurun. Gejala kekurangan N adalah pertumbuhan terhambat
5
PelatihanPetaniPlasmaKelapaSawit 2010
diKabupatenSukamara,KalimantanTengah
berguna
bagi
perakaran
dan
batang
yang
kuat,
serta
Kalium (K) unsur ini juga diperlukan dalam jumah banyak, penting untuk
penyusunan minyak dan mempengaruhi jumlah dan ukuran tandan.
Kekurangan unsur K akan terjadi pada daun tua karena K diangkut ke
daun muda.
Umumnya terjadi
PelatihanPetaniPlasmaKelapaSawit 2010
diKabupatenSukamara,KalimantanTengah
Boron (B), diperlukan dalam jumlah sedikit, berfungsi menyusun gula dan
karbohidrat,
protein
dan
perkembangan
ujung
dan
anak
daun.
Contoh
PelatihanPetaniPlasmaKelapaSawit 2010
diKabupatenSukamara,KalimantanTengah
ZA*
0,10
0,25
0,25
0,25
0,50
0,50
0,50
0,50
0,75
0,75
Keterangan:
* Jika hanya tersedia Urea, maka ZA (21%N) harus diubah ke Urea (46% N), maka dihitung
konversinya: 21/45 = 0,47. Jika petani hanya punya pupuk Urea, maka dosis ZA harus
dikalikan 0,47. Contoh: umur 1 bulan memerlukan Urea sebesar 0,1 x 0,47 = 0,047 kg/pohon
Urea atau 1/2 ons/pohon Urea. Jadi kebutuhan Urea lebih sedikit dibandingkan ZA, karena
kadar N pupuk Urea lebih tinggi dari kadar N pupuk ZA.
** Jika petani memiliki pupuk SP-36, maka dapat dgunakan sesuai RP (Rock Phospat)
dengan catatan kandungan P2O5 sama-sama 36%. Namun jika yang tersedia pupuk SP-18,
maka dosis RP harus dikalikan (36/18) = 2. Jadi jika kebutuhan RP lobang tanam 0,5 maka
dikalikan 2 atau 0,5 x 2 = 1 kg. Jadi untuk SP-18 diperlukan dosis 1 kg/pohon.
*** MOP dapat digunakan setara dengan pupuk KCl yang memiliki kadar K2O 60%.
# jika petani memiliki pupuk dolomit (MgO 18%) dan tidak ada Kieserit (MgO 25%), maka
aplikasi kiserit harus dikalikan 25/18 = 1,4. Contoh umur sawit 8 bulan memerlukan dolomit
sebesar 0,25 x 1,4 = 0,35 kg/pohon.
Urea
2,00
2,75
2,50
1,75
Keterangan:
* Jika yang tersedia pupuk SP-18, maka dosis SP-36 harus dikali dengan 2 yang berasal dari
(36/18).
PelatihanPetaniPlasmaKelapaSawit 2010
diKabupatenSukamara,KalimantanTengah
EM
telah
memicu
bermunculan
produk-produk
yang
PelatihanPetaniPlasmaKelapaSawit 2010
diKabupatenSukamara,KalimantanTengah
Cara
pembuatan:
i. Panaskan 5 liter air hingga mendidih.
ii. Masukkan dedak, molase, terasi dan aduk rata.
iii. Dinginkan adonan tersebut, lalu masukkan cairan
EM-4 kemudian aduk rata.
iv. Tutup rapat selama 2 hari, jangan dibuka-buka.
v. Pada hari ke 3 tutup dikendorkan, aduk selama 10
menit setiap hari.
vi. Setelah 1 minggu, bakteri sudah dapat diambil dan
disaring dan dimasukkan kedalam botol air mineral.
vii. Simpan botol di ruang sejuk dan tidak terkena sinar
matahari langsung.
viii. Bakteri yang dibiakkan dapat dipakai membuat pupuk
organik.
2. Pembuatan pupuk organik bokashi atau kompos.
Bahan yang
PelatihanPetaniPlasmaKelapaSawit 2010
diKabupatenSukamara,KalimantanTengah
pada
Setelah
Kompos
PelatihanPetaniPlasmaKelapaSawit 2010
diKabupatenSukamara,KalimantanTengah
Gambar 1.
Pencampuran biakan EM-4
dengan air untuk menyiram tumpukan bahan
bokhasi.
Gambar 2.
Tumpukan bahan bokhasi
(rumput, pupuk kandang, serbuk gergaji,
dedak) disiram dengan biakan
EM-4.
Lapisan tersebut diulang hingga ketinggian 1
1,5 m.
12
PelatihanPetaniPlasmaKelapaSawit 2010
diKabupatenSukamara,KalimantanTengah
perbandingan kadar karbon (C) dan nitrogen (N) atau C/N < 25 atau rata-rata
terbaik adalah 10. Namun jika C/N > 25 seperti tanda kosong kelapa sawit
yang umumnya mencapai C/N > 50 termasuk belum matang atau masih
mentah.
13
PelatihanPetaniPlasmaKelapaSawit 2010
diKabupatenSukamara,KalimantanTengah
14
PelatihanPetaniPlasmaKelapaSawit 2010
diKabupatenSukamara,KalimantanTengah
Tingginya
selulosa,
hemiselulosa dan lignin menjadikan kompos TKS matang cukup lama yaitu 3
bulan. Sedangkan unsur hara yang terkandung pada TKS antara lain 42,8%
C, 2,90% K2O, 0,80% N, 0,22% P2O5, 0,30% MgO, 10 ppm B, 23 ppm Cu,
dan 51 ppm Zn ( Singh et al., 1990 dalam Susanto et al., 2005). Tandan
kosong
kelapa
sawit
masih
mengandung
unsur
hara
yang
dapat
TKS cukup
Tabel 3. Kadar Hara pada Bahan Organik dari Perkebunan Kelapa Sawit.
Bagian tanaman
Pelepah tunasan
Tandan kosong
Serat
Cangkang
Limbah cair
N
107,9
5,4
5,2
3,0
12,9
Ca
25,6
2,3
1,8
0,2
5,4
15
PelatihanPetaniPlasmaKelapaSawit 2010
diKabupatenSukamara,KalimantanTengah
Untuk
melihat penambahan hara dari TKS dan setelah TKS dikomposkan serta
dibandingkan dengan pupuk rekomendasi maka telah dihitung dan dapat
dilihat pada Tabel 4.
Urea
(kg/pohon)
2,75
SP-36
(kg/pohon)
2,25
KCl
(kg/pohon)
2,25
1,74
5,09
0,61
1,97
4,83
11,65
Keterangan:
* Kadar hara Kompos TKS diacu produksi PPKS yaitu: 35% C; 2,34% N; 15 C/N; 0,31% P;
5,53% K; 1,46% Ca; 0,96% Mg; dan 52 % air.
16
PelatihanPetaniPlasmaKelapaSawit 2010
diKabupatenSukamara,KalimantanTengah
untuk
konversi
K ke
pupuk
KCl.
Jika
TKS
mengandung 2,90% K2O maka 100 kg TKS terdapat 100 x (2,90/100) = 2,9
kg K2O atau setara dengan 2,9 x (100/60)= 4,83 kg KCl. Jika kompos TKS
mengandung 5,83 % K maka 100 kg kompos TKS terdapat 100 x (5,83/100)
= 5,83 kg K. Konversi 5,83 K ke K2O menghitung menggunakan berat atom
(O = 16; K = 39) adalah 5,83 x (((2x39)+(1X16))/(2X39)) = 6,99 kg K2O.
Konversi 6,99 K2O ke pupuk KCl adalah 6,99 x (100/60) = 11,65 kg KCl.
Berdasarkan
Tabel
4,
ternyata
proses
pengomposan
TKS
PelatihanPetaniPlasmaKelapaSawit 2010
diKabupatenSukamara,KalimantanTengah
mahal dan langka namun dapat dibuat pupuk organik yaitu kompos ataupun
kompos TKS yang murah dan sederhana. Dan perlu diingat oleh para petani
plasma kelapa sawit, agar kompos TKS efektif meningkatkan produksi TBS
(Tandan Buah Segar) maka diperlukan pemberian kompos yang teratur dan
terus-menerus.
KESIMPULAN
1. Pemanfaatan
limbah
organik
menjadi
kompos
akan
mengurangi
DAFTAR PUSTAKA
Alexander, M. 1978. Introduction to soil microbiology.
Limited. New Delhi. 467p.
Willey Eastern
PelatihanPetaniPlasmaKelapaSawit 2010
diKabupatenSukamara,KalimantanTengah
1991.
Sutanto, A., A.E. Prasetyo, Fahroidayanti, A.F. Lubis, dan A.P. Dongoran.
2005. Viabilitas bioaktivator jamur Trichoderma koningii pada media
tandan kosong kelapa sawit. Jurnal Penelitian Ktandan kelapa sawit.
13(1):25-33.
Tan, K.H. 1994. Environmental soil science. Marcel Dekker, INC. New
York. 304 p.
19