PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar
rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan UUD 1945 pasal 28
H ayat (1) dan Undang-undang nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Pembangunan
kesehatan harus dipandang sebagai investasi untuk peningkatan kualitas sumber daya
manusia dan sekaligus investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi dan pendidikan,
serta berperan penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Oleh karenanya,
pembangunan kesehatan bukanlah tanggung jawab pemerintah saja namun merupakan
tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat termasuk swasta.
Undang-undang nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyatakan bahwa
Pemerintah wajib memenuhi hak-hak anak, yaitu tentang kelangsungan hidup, pertumbuhan
dan perkembangannya serta perlindungan demi kepentingan terbaik anak. Seluruh komponen
bangsa (pemerintah, legislatif, swasta dan masyarakat) bertanggung jawab dalam pemenuhan
hak-hak tersebut.
Untuk memenuhi hak-hak dasar anak tersebut diperlukan upaya-upaya yang
menyeluruh yang melibatkan sektor kepemerintahan, dunia usaha/swasta dan masyarakat.
Dalam undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan nomor 33
tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, telah diatur
peranan pemerintah daerah (propinsi kabupaten/kota) dan pusat dalam penyelenggaraan
pembangunan nasional termasuk dalam pemenuhan hakhak dasar anak.
Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs)
yang terdiri dari 8 tujuan, 18 target dan 48 indikator, menegaskan bahwa tahun 2015 setiap
negara menurunkan kemiskinan dan kelaparan separuh dari kondisi pada tahun 1990. Dua
dari lima indicator sebagai penjabaran tujuan pertama MDGs adalah menurunnya prevalensi
gizi kurang pada anak balita (indikator keempat) dan menurunnya jumlah penduduk dengan
defisit energi (indikator kelima).
Gizi buruk adalah suatu istilah teknis yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi,
kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya
kekurangan gizi menahun. Anak balita sehat atau kurang gizi secara sederhana dapat
diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umurnya dengan rujukan
(standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar,
anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di
bawah standar dikatakan gizi buruk. Gizi buruk yang disertai dengan tanda-tanda klinis
disebut marasmus atau kwashiorkor.
Sementara itu, pengertian di masyarakat tentang Busung Lapar adalah tidak tepat.
Sebutan Busung Lapar yang sebenarnya adalah keadaan yang terjadi akibat kekurangan
pangan dalam kurun waktu tertentu pada satu wilayah, sehingga mengakibatkan kurangnya
asupan zat gizi yang diperlukan, yang pada akhirnya berdampak pada kondisi status gizi
menjadi kurang atau buruk dan keadaan ini terjadi pada semua golongan umur. Tanda-tanda
klinis pada Busung Lapar pada umumnya sama dengan tanda-tanda pada marasmus dan
kwashiorkor. Anak kurang gizi pada tingkat ringan dan atau sedang tidak selalu diikuti
dengan gejala sakit. Dia seperti anak-anak lain, masih bermain dan sebagainya, tetapi bila
diamati dengan seksama badannya mulai kurus.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa kasus gizi kurang termasuk
giri buruk harus diatasi secara total dan komprehensif di tengah-tengah masayarakat, dalam
artian diupayakan untuk menurunkan kasus ini hingga mencapai nol. Namun, penulis
menemukan masih terdapatnya kasus gizi buruk di daerah Kecamatan Kuranji wilayah kerja
Puskesmas Kuranji. Berdasarkan alas an itulah penulis mengangkat kasus gizi buruk ini
untuk dijadikan sebagai proyek program Keluarga Binaan Dokter Muda Rotasi II Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas periode kerja Puskesmas Kuranji.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kekurangan Energi Protein
2.1.1. Defenisi
Kurang Energi Protein adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan atau gangguan
penyakit tertentu. Anak disebut KEP apabila berat badannya kurang dari 80% index berat
badan menurut umur (BB/U) baku WHO-NCHS. KEP merupakan defisiensi gizi (energi dan
protein) yang paling berat dan meluas terutama pada balita. Pada umumnya penderita KEP
berasal dari keluarga yang berpenghasilan rendah.1
2.1.2. Epidemiologi
Menurut Departemen Kesehatan (2004), pada tahun 2003 terdapat sekitar 27,5% (5
juta balita kurang gizi), 3,5 juta anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang, dan 1,5 juta anak
gizi buruk (8,3%). WHO (1999) mengelompokkan wilayah berdasarkan prevalensi gizi
kurang ke dalam 4 kelompok yaitu: rendah (di bawah 10%), sedang (10-19%), tinggi (2029%), sangat tinggi (=> 30%).
2.1.3. Etiologi
Pada tahun 1988, UNICEF, salah satu badan organisasi PBB yang khusus bergerak
dibidang kesejahteraan anak telah mengembangkan kerangka konsep perbaikan gizi. Dalam
kerangka tersebut ditunjukkan bahwa masalah gizi kurang dapat disebabkan sebagai berikut.
A. Penyebab Langsung
Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya
gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit.
Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat
menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh cukup makan, maka
daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit.
B. Penyebab Tidak Langsung
Ada 3 penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu :
a.
Setiap keluarga
b.
diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar
dapat tumbuh kembang dengan baik baik fisik, mental dan sosial.
c.
Sistim pelayanan
kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana
pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.
Ketiga faktor tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan
ketrampilan keluarga. Makin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan, makin
baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan maka akan makin
banyak keluarga yang memanfaatkan pelayanan kesehatan.
C. Pokok Masalah di Masyarakat
Kurangnya pemberdayaan keluarga dan kurangnya pemanfaatan sumber daya
masyarakat berkaitan dengan berbagai faktor langsung maupun tidak langsung.
D. Akar Masalah
Kurangnya pemberdayaan wanita dan keluarga serta kurangnya pemanfaatan sumber
daya masyarakat terkait dengan meningkatnya pengangguran, inflasi dan kemiskinan yang
disebabkan oleh krisis ekonomi, politik dan keresahan sosial yang menimpa Indonesia sejak
tahun 1997. Keadaan tersebut teleh memicu munculnya kasus-kasus gizi buruk akibat
kemiskinan dan ketahanan pangan keluarga yang tidak memadai.
KURANG GIZI
Penyebab
langsung
Penyebab
Tidak langsung
Makan
Tidak Seimbang
Tidak Cukup
Persediaan Pangan
Penyakit Infeksi
Pokok Masalah
di Masyarakat
Akar Masalah
(nasional)
2.1.4. Klasifikasi
Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No:
Bulan
Berat Badan menurut
Panjang Badan (BB/PB)
atau Berat Badan menurut
Sangat Kurus
Kurus
Normal
Gemuk
< -3 SD
-3 SD sampai dengan -2 SD
-2 SD sampai dengan 2 SD
>2 SD
Sangat Kurus
Kurus
Normal
Gemuk
Sangat Kurus
Kurus
< -3 SD
-3 SD sampai dengan -2 SD
-2 SD sampai dengan 2 SD
>2 SD
< -3 SD
-3 SD sampai dengan <-2
Normal
Gemuk
Obesitas
SD
-2 SD sampai dengan 1 SD
>1 SD sampai dengan 2 SD
>2 SD
Pada KMS tidak ada garis pemisah KEP berat/Gizi buruk dan KEP sedang, sehingga
untuk menentukan KEP berat/gizi buruk digunakan Tabel BB/U Baku Median WHONCHS.2
2.1.5. Patofisiologi
KEP adalah manifestasi dari kurangnya asupan protein dan energi, dalam makanan
sehari-hari yang tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG), dan biasanya juga diserta
adanya kekurangan dari beberapa nutrisi lainnya. Disebut malnutrisi primer bila kejadian
KEP akibat kekurangan asupan nutrisi, yang pada umumnya didasari oleh masalah sosial
ekonomi, pendidikan serta rendahnya pengetahuan dibidang gizi. Malnutrisi sekunder bila
kondisi masalah nutrisi seperti diatas disebabkan karena adanya penyakit utama, seperti
6
kelainan bawaan, infeksi kronis ataupun kelainan pencernaan dan metabolik, yang
mengakibatkan
kebutuhan
nutrisi
meningkat,
penyerapan
nutrisi
yang
turun
sampai
dibawah
-3
SD
maka
akan
terjadilah
marasmik
rendah daripada kadar serum asam amino nonesensial. Ekskresi hidroksiprolin menurun dan
3-metilhistidin naik, dan rambut dengan mudah dicabut pada anak malnutrisi berat.
Gangguan nutrisi yang paling akut adalah gangguan yang melibatkan air dan
elektrolit, terutama ion natrium, kalium, klorida dan hidrogen. Malnutrisi kronik biasanya
melibatkan defisit lebih daripada satu nutrien. Insufisiensi imunologis sering ada pada
malnutrisi dan ditunjukkan oleh angka limfosit total yang kurang dari 1.500/mm3 dan anergi
terhadap uji antigen kulit, seperti streptokinase-streptodornase, Candida, parotitis, atau
tuberkulin pada orang yang terpajan. Penegakan diagnosis kekurangan energi protein atau
gizi buruk dilakukan dengan melakukan pemeriksaan antropometri gizi yang dibahas pada
bab tersendiri pada tulisan ini.
2.1.7. Mekanisme Pelayanan Gizi Balita KEP Berat/ Gizi Buruk
Mekanisme pelayanan gizi terhadap balita yang mengalami Kekurangan Energi
Protein Berat atau gizi buruk terbagi atas beberapa tingkat seperti berikut.
1. Tingkat Rumah Tangga
Pada tingkat rumah tangga, mekanisme pelayanan adalah sebagai berikut.
a. Ibu membawa anak untuk ditimbang di posyandu secara teratur setiap bulan
untuk mengetahui pertumbuhan berat badannya
b. Ibu memberikan hanya ASI kepada bayi usia 0-4 bulan
c. Ibu tetap memberikan ASI kepada anak sampai usia 2 tahun
d. Ibu memberikan MP-ASI sesuai usia dan kondisi kesehatan anak sesuai
anjuran pemberian makanan (lampiran 5)
e. Ibu memberikan makanan beraneka ragam bagi anggauta keluarga lainnya
f. Ibu segera memberitahukan pada petugas kesehatan/kader bila balita
mengalami sakit atau gangguan pertumbuhan
g. Ibu menerapkan nasehat yang dianjurkan petugas
2. Tingakat Posyandu
Pada tingkat posyandu, mekanisme pelayanan adalah sebagai berikut.
a. Kader melakukan penimbangan balita setiap bulan di posyandu serta mencatat
hasil penimbangan pada KMS
b. Kader memberikan nasehat pada orang tua balita untuk memberikan hanya ASI
kepada bayi usia 0-4 bulan dan tetap memberikan ASI sampai usia 2 tahun
c. Kader memberikan penyuluhan pemberian MP-ASI sesuai dengan usia anak
dan kondisi anak sesuai kartu nasehat ibu
d. Kader menganjurkan makanan beraneka ragam untuk anggauta keluarga
lainnya
e. Bagi balita dengan berat badan tidak naik (T) diberikan penyuluhan gizi
seimbang dan PMT Penyuluhan
f. Kader memberikan PMT-Pemulihan bagi balita dengan berat badan tidak naik 3
kali (3T) dan berat badan di bawah garis merah (BGM)
g. Kader merujuk balita ke puskesmas bila ditemukan gizi buruk dan penyakit
penyerta lain
h. Kader melakukan kunjungan rumah untuk memantau perkembangan kesehatan
balita
3. Pusat Pemulihan Gizi (PPG)
PPG merupakan suatu tempat pelayanan gizi kepada masyarakat yang ada di desa dan
dapat dikembangkan dari posyandu. Pelayanan gizi di PPG difokuskan pada pemberian
makanan tambahan pemulihan bagi balita KEP. Penanganan PPG dilakukan oleh kelompok
orang tua balita (5-9 balita) yang dibantu oleh kader untuk menyelenggarakan PMT
Pemulihan anak balita.
Layanan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut.
a. Balita KEP berat/gizi buruk yang tidak menderita penyakit penyerta lain dapat
dilayani di PPG
b. Kader memberikan penyuluhan gizi /kesehatan serta melakukan demonstrasi
cara menyiapkan makanan untuk anak KEP berat/gizi buruk
c. Kader menimbang berat badan anak setiap 2 minggu sekali untuk memantau
perubahan berat badan dan mencatat keadaan kesehatannya
Bila anak berat badan nya tidak naik atau tetap maka berikan penyuluhan
gizi seimbang untuk dilaksanakan di rumah
d. Apabila berat badan anak berada di pita warna kuning atau di bawah garis merah
(BGM) pada KMS, kader memberikan PMT Pemulihan
Apabila berat badan anak berada di pita warna kuning pada KMS
teruskan pemberian PMT pemulihan sampai 90 hari
Apabila setelah 90 hari, berat badan anak belum berada di pita warna
hijau pada KMS kader merujuk anak ke puskesmas untuk mencari
kemungkinan penyebab lain
e. Apabila berat badan anak berada di pita warna hijau pada KMS, kader
menganjurkan pada ibu untuk mengikuti pelayanan di posyandu setiap bulan
dan tetap melaksanakan anjuran gizi dan kesehatan yang telah diberikan
f. Ibu memperoleh penyuluhan gizi/kesehatan serta demontrasi cara menyiapkan
makanan untuk anak KEP
g. Kader menganjurkan pada ibu untuk tetap melaksanakan nasehat yang diberikan
tentang gizi dan kesehatan
h. Kader melakukan kunjungan rumah untuk memantau perkembangan kesehatan
dan gizi anak
4. Puskesmas
Mekanisme pelayanan di tingkat puskesmas adalah sebagai berikut.
a. Puskesmas menerima rujukan KEP Berat/Gizi buruk dari posyandu dalam
wilayah kerjanya serta pasien pulang dari rawat inap di rumah sakit
b. Menyeleksi kasus dengan cara menimbang ulang dan dicek dengan Tabel BB/U
Baku Median WHO-NCHS
Apabila ternyata berat badan anak berada di bawah garis merah (BGM)
dianjurkan kembali ke PPG/posyandu untuk mendapatkan PMT pemulihan
Apabila anak dengan KEP berat/gizi buruk (BB < 60% Tabel BB/U Baku
Median WHO-NCHS) tanpa disertai komplikasi, anak dapat dirawat jalan
di puskesmas sampai berat badan nya mulai naik 0,5 Kg selama 2 minggu
dan mendapat PMT-P dari PPG
10
Melakukan evaluasi pertumbuhan berat badan balita gizi buruk setiap dua
minggu sekali
e. Apabila berat badan anak mulai naik, anak dapat dipulangkan dan dirujuk ke
posyandu/PPG serta dianjurkan untuk pemantauan kesehatan setiap bulan sekali
f. Petugas kesehatan memberikan bimbingan terhadap kader untuk melakukan
pemantauan keadaan balita pada saat kunjungan rumah
2.1.8. Penatalaksanaan Pelayanan KEP Berat/Gizi Buruk
2.1.11.1. Prinsip Dasar Pelayanan Rutin KEP Berat/Gizi Buruk
Pelayanan rutin yang dilakukan di puskesmas berupa 10 langkah penting yaitu:
1. Atasi/cegah hipoglikemia
2. Atasi/cegah hipotermia
3. Atasi/cegah dehidrasi
4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
5. Obati/cegah infeksi
6. Mulai pemberian makanan
7. Fasilitasi tumbuh-kejar (catch up growth)
8. Koreksi defisiensi nutrien mikro
9. Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental
10. Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh.
Dalam proses pelayanan KEP berat/Gizi buruk terdapat 3 fase yaitu fase stabilisasi, fase
transisi, dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan harus trampil memilih langkah mana yang
sesuai untuk setiap fase.
Bagan dan jadwal pengobatan sebagai berikut.
11
berat/Gizi buruk. Pada hipoglikemia, anak terlihat lemah, suhu tubuh rendah. Jika anak sadar
dan dapat menerima makanan usahakan memberikan makanan saring/cair 2-3 jam sekali. Jika
anak tidak dapat makan (tetapi masih dapat minum) berikan air gula dengan sendok. Jika
anak mengalami gangguan kesadaran, berikan infus cairan glukosa dan segera rujuk ke RSU
kabupaten.
2.
12
Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah dibawah 36 0 C. Pada keadaan ini
anak harus dihangatkan. Cara yang dapat dilakukan adalah ibu atau orang dewasa lain
mendekap anak di dadanya lalu ditutupi selimut (Metode Kanguru). Perlu dijaga agar anak
tetap dapat bernafas.
Cara lain adalah dengan membungkus anak dengan selimut tebal, dan meletakkan
lampu didekatnya. Lampu tersebut tidak boleh terlalu dekat apalagi sampai menyentuh anak.
Selama masa penghangatan ini dilakukan pengukuran suhu anak pada dubur (bukan ketiak)
setiap setengah jam sekali. Jika suhu anak sudah normal dan stabil, tetap dibungkus dengan
selimut atau pakaian rangkap agar anak tidak jatuh kembali pada keadaan hipothermia.
3.
dehidrasi adalah :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Sumber Cuprum
: daging, hati.
Sumber Mangan
KOTRIMOKSASOL
AMOKSISILIN
ATAU
(Trimetoprim + Sulfametoksazol)
Beri 3 kali
BERAT
BADAN
sehari untuk
5 hari
Sirup
Tablet dewasa
Tablet Anak
Sirup/5ml
80 mg trimeto
20 mg trimeto
40 mg trimeto
prim + 400 mg
prim + 100 mg
prim + 200 mg
125 mg
sulfametok
sulfametok
sulfametok
per 5 ml
sazol
sazol
sazol
2,5 ml
2,5 ml
5 ml
5 ml
2 sampai 4
bulan
(4 - < 6 kg)
4 sampai
12 bulan
(6 - < 10
Kg)
14
12 bln s/d 5
thn
7,5 ml
10 ml
(10 - < 19
Kg)
Vaksinasi Campak bila anak belum diimunisasi dan umur sudah mencapai 9 bulan
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.
a. Mengingat pasien KEP berat/Gizi buruk umumnya juga menderita
penyakit infeksi, maka lakukan pengobatan untuk mencegah agar infeksi
tidak menjadi lebih parah. Bila tidak ada perbaikan atau terjadi
komplikasi rujuk ke Rumah Sakit Umum.
b. Diare biasanya menyertai KEP berat/Gizi buruk, akan tetapi akan
berkurang dengan sendirinya pada pemberian makanan secara hati-hati.
Berikan metronidasol 7,5 mg/Kgbb setiap 8 jam selama 7 hari. Bila diare
berlanjut segera rujuk ke rumah sakit
6. Pemberian makanan balita KEP berat/Gizi buruk
Pemberian diet KEP berat/Gizi buruk dibagi dalam 3 fase, yaitu Fase Stabilisasi, Fase
Transisi dan Fase Rehabilitasi.
Fase Stabilisasi ( 1-2 hari)
Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati-hati, karena keadaan faali
anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang. Pemberian makanan harus dimulai
segera setelah anak dirawat dan dirancang sedemikian rupa sehingga energi dan protein
cukup untuk memenuhi metabolisma basal saja. Formula khusus seperti Formula WHO 75/
modifikasi/ Modisco yang dianjurkan dan jadwal pemberian makanan harus disusun
sedemikian rupa agar dapat mencapai prinsip tersebut diatas dengan persyaratan diet sebagai
berikut.
Cairan : 130 ml/kg bb/hari (jika ada edema berat 100 ml/Kg bb/hari)
edema, maka tahapan pemberian formula bisa lebih cepat dalam waktu 2-3 hari (setiap 2
jam). Bila pasien tidak dapat menghabiskan Formula WHO 75/pengganti/Modisco dalam
sehari, maka berikan sisa formula tersebut melalui pipa nasogastrik ( dibutuhkan ketrampilan
petugas ). Pada fase ini jangan beri makanan lebih dari 100 Kkal/Kg bb/hari.
Pada hari 3 s/d 4 frekwensi pemberian formula diturunkan menjadi setiap jam dan
pada hari ke 5 s/d 7 diturunkan lagi menjadi setiap 4 jam. Lanjutkan pemberian makan
sampai hari ke 7 (akhir minggu 1).
Kemudian perlu dilakukan pemantauan dan pencatatan terhadap jumlah yang
diberikan dan sisanya, banyaknya muntah, frekwensi buang air besar dan konsistensi tinja,
berat badan (harian), selama fase ini diare secara perlahan berkurang pada penderita dengan
edema, mula-mula berat badannya akan berkurang kemudian berat badan naik.
7. Perhatikan masa tumbuh kejar balita (catch- up growth)
Pada fase ini meliputi 2 fase yaitu fase transisi dan fase rehabilitasi.
Fase Transisi (minggu ke 2)
Pemberian makanan pada fase transisi diberikan secara berlahan-lahan untuk
menghindari risiko gagal jantung, yang dapat terjadi bila anak mengkonsumsi makanan
dalam jumlah banyak secara mendadak.
Ganti formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein 0.9-1.0 g per 100 ml) dengan
formula khusus lanjutan (energi 100 Kkal dan protein 2.9 gram per 100 ml) dalam jangka
waktu 48 jam. Modifikasi bubur/makanan keluarga dapat digunakan asalkan dengan
kandungan energi dan protein yang sama.
Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit formula tersisa,
biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kgbb/kali pemberian (200 ml/kgbb/hari).
Pada fase transisi perlu dilakukan pemantauan
denyut nadi. Bila terjadi peningkatan detak nafas > 5 kali/menit dan denyut nadi > 25 kali
/menit dalam pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi volume pemberian formula.
Setelah normal kembali, ulangi menaikkan volume seperti di atas. Selain itu juga dilakukan
penimbangan anak setiap pagi sebelum diberi makan.
16
MAKANAN KELUARGA
17
TABLET BESI/FOLAT
SIRUP BESI
DAN
BERAT BADAN
6 sampai 12 bulan
(7 - < 10 Kg)
12 bulan sampai 5
tablet
5 ml (1 sendok teh)
tahun
Bila anak diduga menderita kecacingan berikan Pirantel Pamoat dengan dosis tunggal
sebagai berikut.
UMUR ATAU BERAT BADAN
PIRANTEL PAMOAT
(125mg/tablet)
(DOSIS TUNGGAL)
tablet
tablet
1 tablet
1 tablet
Selain itu Vitamin A oral berikan 1 kali dengan dosis sebagai berikut.
Umur
6 bln sampai 12 bln
12 bln sampai 5 Thn
Kapsul Vitamin A
200.000 IU
1 kapsul
Kapsul Vitamin A
100.000 IU
1 kapsul
-
Kasih sayang
Protein
10 -
15 g
Beras 70 g
Ubi/singkong 150
kacangan 25 g
Ikan 30 g
Kacang-kacangan 40 g
g
Tepung ubi 40 g
Kacang-kacangan 40 g
gula 20 g
gula 20 g
4. Lama PMT-P
Pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-P) diberikan setiap hari kepada anak
selama 3 bulan (90 hari).
5. Cara penyelenggaraan
1) Makanan kudapan diberikan setiap hari di Pusat Pemulihan Gizi (PPG) atau
2) Seminggu sekali kader melakukan demonstrasi pembuatan makanan pendamping
ASI/makanan anak, dan membagikan makanan tersebut kepada anak balita KEP,
selanjutnya kader membagikan paket bahan makanan mentah untuk kebutuhan 6
hari.
3. Tingkat Puskesmas
Tata laksana diet pada balita KEP berat/gizi buruk ditujukan untuk memberikan
makanan tinggi energi, tinggi protein, dan cukup vitamin mineral secara bertahap, guna
mencapai status gizi optimal. Ada 4 (empat) kegiatan penting dalam tata laksana diet, yaitu :
pemberian diet, pemantauan, dan evaluasi, penyuluhan gizi, serta tindak lanjut.
I. Pemberian diet balita KEP berat/gizi buruk harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Melalui 3 fase yaitu : fase stabilisasi, fase transisi, dan fase rehabilitasi
b. Kebutuhan energi mulai 100-200 kal/Kgbb/hari
20
d. Kejadian hipoglikemia : beri minum air gula atau makan setiap 2 jam
III.
IV.
Tindak Lanjut
a. Merencanakan kunjungan rumah
b. Merencanakan pemberdayaan keluarga
21
b. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untk menilai status gizi
masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan
dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial
epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau pada organ-organ yang
dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical
surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari
kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat
status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala
(symptom) atau riwayat penyakit.
c. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara
laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang
digunakan antara lain : darah, urine, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan
otot.
Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi
keadaan malnutrisi yang lebih parah. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka
penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang
spesifik.
22
d. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan
melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari
jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja
epidemik (epidemic of night blindness). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.
2.2.2. Tidak Langsung
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu survey komsumsi
makanan, statistic vital dan factor ekologi.
1.
zat
gizi
pada
masyarakat,
keluarga
dan
individu.
Survei
ini
dapat
Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data
beberapa statistik kesehatan seperti angaka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan
kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran
status gizi masyarakat.
3.
Faktor Ekologi
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil
interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang
tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lainlain.Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab
malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi.
2.3. Antropometri Gizi
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh dan
metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran dari tubuh. Antropometri gizi adalah
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari
berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh anatara lain : berat
badan, tinggi badan,lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit.
23
a.
Dapat mengetahui keadaan lalu & dan sekarang, terutama bila umur tidak diketahui.
b.
Gizi baik
BB/ U
>80%
TB/U
>85%
BB/TB
>90%
LLA/U
>85%
LLA/TB
>85%
Gizi kurang
61-80%
71-85%
81-90%
71-85%
76-85%
Gizi buruk
60%
70%
80%
70%
75%
Kelebihan
1. Baik untuk status gizi masa lampau.
2. Alat ukur murah & mudah.
Kelemahan
1. TB tidak cepat naik dan tidak mungkin turun.
2. Pengukuran relatif sulit, perlu 2 orang.
3. Ketepatan umur sulit didapat.
c. Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
BB berhubungan linier dengan TB.
Indikator yang baik untuk nilai status gizi sekarang, independen terhadap umur.
Kelebihan
1. Tidak perlu umur.
2. Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal & kurus)
Kelemahan
1. Tak dapat memberi gambaran pendek, tinggi / kelebihan TB terhadap umur.
2. Sulit untuk pengukuran pada balita.
3. Perlu 2 macam alat ukur dan butuh waktu lebih lama.
4. Bisa terjadi salah pembacaan hasil ukur, terutama kelompok non profesional .
DAFTAR PUSTAKA
1.
Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Hasil Penataran Petugas Kesehatan Dalam Rangka
Pelayanan Gizi Buruk di Puskesmas dan Rumah Sakit, BLK Cimacan, Oktober 1981.
2.
Departemen Kesehatan RI, WHO, Unicef. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita
Sakit (MTBS) Indonesia, Jakarta 1997
3.
Direktorat
Ditjen Binkesmas
Depkes.
Pedoman
4.
5.
6.
7.
BAB III
LAPORAN KASUS
A. STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama
:F
b. Jenis Kelamin
: Perempuan
c. Umur
: 5 Tahun 2 Bulan
d. Pekerjaan
:e. Alamat
: Blok ZZ, Taruko
2. Latar Belakang Sosial-Ekonomi-Demografi-Lingkungan Keluarga
27
a. Status Perkawinan
: Belum Menikah
b. Jumlah Saudara
: 5 orang
c. Status Ekonomi Keluarga :
- Penghasilan orang tua +/- Rp 1.500.000/bulan
d. KB
:e. Kondisi Rumah
:
- Rumah pasien semi permanen, pekarangan cukup luas
- Ventilasi cukup, pencahayaan terutama di bagian kamar dan dapur kurang
-
selesai.
Ibu dan paman pasien memiliki riwayat penyakit psikosis, kontrol ke puskesmas
secara tidak teratur.
28
6. Keluhan Utama
- Demam sejak 2 hari yang lalu
7. Riwayat Penyakit Sekarang
- Demam sejak 2 hari yang lalu, tidak tinggi, tidak menggigil, tidak berkeringat.
- Batuk berdahak sejak 2 hari yang lalu, dahak berwarna kuning, tidak ada bercak
-
darah
Pilek sejak 2 hari yang lalu
Sesak nafas tidak ada
Mencret tidak ada
Mual muntak tidak ada
Berat badan anak tidak naik sejak 1 tahun terakhir
Riwayat lemah, letih lesu tidak ada
Riwayat keluar cacing tidak ada
Anak malas makan, setiap makan harus disuapi oleh ibunya, terkadang anak
hanya makan 6-7 sdm/makan, jarang minum susu, makanan selingan adalah
anaknya ini akan naik dengan sendiri seperti anak anaknya yang sebelumnya.
Riwayat kehamilan : Selama hamil tidak pernah menderita penyakit berat, tidak
menangis
Riwayat imunisasi :
a. Hepatitis B
: tidak diketahui
b. BCG
: 1 bulan, scar (+)
c. Polio
: usia 2, 4, 6 bulan
d. DPT
: usia 2, 4, 6 bulan
e. Campak
:Kesan : imunisasi tidak lengkap
Makanan biasa
sayur.
: Mulai diberikan umur usia 12 bulan, anak makan 2
kali sehari, porsi sedikit, 6 sendok/makan. Menu
makan biasanya telur, sayuran, ikan dan daging jarang.
Tinggi Badan
Status Gizi
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Tenggorokan
Thorak
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
SOLUSI
SESUAI
DENGAN
MASALAH
KESEHATAN
sehingga meningkatkan daya tahan tubuh, dan tidak mudah terserang penyakit
Memberi makan dalam porsi kecil tetapi sering
Tidak membiasakan anak membeli jajanan sembarangan
Membuat sendiri cemilan untuk anak yang bergizi dan dijaga kebersihannya.
Mengkonsumsi makanan tambahan yang bisa di dapatkan di puskesmas atau setiap
kunjungan ke posyandu
i. Orang tua harus mulai membuka diri, dan menerima masukan dari berbagai pihak
terkait masalah kesehatan anaknya.
j. Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak.
k. Bawa segera ke posyandu atau puskesmas jika anak sakit
l. Minum obat secara teratur jika sakit
31
m. Membuka usaha dirumah seperti membuat kue, berjualan atau berkebun untuk
menambah pemasukan keluarga.
2. Promotif
a. Menjelaskan kepada orang tua tentang masalah kesehatan anaknya, dimana si anak
mengalami gizi buruk karena berat badannya tidak sesuai dengan tinggi badan dan
umurnya. Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena asupan yang kurang.
b. Menjelaskan bahwa gizi seimbang perlu untuk perkembangan dan pertumbuhan si
anak, juga penting untuk mencegah agar tidak tidak terkena penyakit seperti infeksi.
c. Bahan makanan yang bisa diberikan kepada anak berupa :
- Karbohidrat : nasi, nasi tim, bubur, sereal.roti,gandum, jagung, kental,
-
singkong
Protein hewani : daging ayam, ikan, telur, kerang, udang, cumi dan sumber
laut lain
Protein nabati : tempe,tahu, oncom,kacang-kacangan (kacang ijo, kacang
32
Jadi target pencapaian berat badan yang harus dicapai dalam 1 tahun 11
kg, karena berat badan pasien saat ini adalah 9 kg. Sehingga setidaknya
-
f. Sabtu
Pukul :
06.00
08.00
10.00
12.00
15.00
18.00
21.00
06.00
g. Minggu
Pukul :
08.00
10.00
12.00
15.00
18.0
21.00
tahu bacem
Kue talam
Pepaya
Cendol
Bubur beras
Formula WHO ( formula tahu ayam )
06.00
08.00
10.00
12.00
15.00
18.00
21.00
34
cc ( gelas )
Masukkan kedalam rebusan kacang hijau yang sudah dihancurkan
Kemudian aduk menjadi satu dan lakukan pengadukan berulang- ulang di
Bahan :
- Tepang beras 40 gr ( 6 sendok makan rata ) atau beras 5 sendok makan
- Tahu 55 gr ( 1 buah sedang )
- Daging ayam 70 gr
- Minyak goreng 15 gr ( 1 sendok makan )
- Gula 20 gr ( 2 sendok makan )
- Garam beryodium dan air secukupnya
Cara pembuatan :
- Siapkan masing- masing bahan sesuai jumlahnya
- Ayam dan tahu direbus dengan air 500 cc ( 2 gelas ) hingga matang ( 10
-
menit )
Hancurkan dengan saringan kawat ( kalau tidak ada saringan kawat, di
5 menit )
g. Makanan formula jagung segar dan ikan
Bahan :
- Jagung 100 gr ( 1 buah sedang )
- Daging ikan 15 gr
- Daun sawi 30 gr
- Gula 10 gr
- Garam beryodium dan air secukupnya
Cara pembuatan :
- Siapakan bahan
- Jagung di parut, rendam dalam air
- Ikan dibersihkanm lumuri dengan jeruk nipis. Rebus dengan satu gelas air
-
Demam sejak 4 hari yang lalu, tidak tinggi, tidak menggigil, tidak berkeringat.
Batuk berdahak sejak 4 hari yang lalu, dahak berwarna kuning, tidak ada bercak
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran
Nadi
Nafas
Tekanan Darah
Suhu
Berat Badan
Tinggi Badan
Status Gizi
Rambut
Mata
: cekung, air mata ada, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
reflek cahaya +/+, pupiln isokor, diameter 2 mm
Telinga
Hidung
Mulut
Tenggorokan
Thorak
Abdomen
Ekstremitas
Diagnosis :
Pada kunjungan pertama ke rumah pasien, kami lebih banyak melakukan anamnesis
kepada ibu pasien, mengenai pasien dan saudaranya, kehidupan ekonomi keluarga, keadaan
lingkungan rumah. Selain kami melakukan kembali pengukuran terhadap berat badan, tinggi
badan, lingkar lengan. Dari hasil pemeriksaan ini kami menjelaskan beberapa hal kepada ibu
pasien :
a. Berat badan si anak tidak sesuai dengan umur dan tinggi badannya
b. Menjelaskan penyebab yang mungkin menyebabkan anak berat badan anak tidak
naik selama 1 tahun ini
c. Menjelaskan mengenai penyakit yang akan mungkin di derita pasien, jika berat
badan nya tidak sesuai dengan umur
37
d. Pada anak dengan gizi buruk biasanya akan terjadi keterlambatan perkembangan
mental dan prilaku, karenanya harus diberikan :
- Kasih saying
- Lingkungan yang ceria
- Terapi bermain terstrktur selama 15 menit ( permainan ci luk ba )
- Keterlibatan ibu ( member makan, memandikan, bermain, dsb )
2. Tanggal 24 November 2012
Riwayat penyakit sekarang :
-
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran
Nadi
Nafas
Tekanan Darah
Suhu
Berat Badan
Tinggi Badan
Status Gizi
Rambut
Mata
: cekung, air mata ada, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
reflek cahaya +/+, pupiln isokor, diameter 2 mm
Telinga
Hidung
Mulut
Tenggorokan
Thorak
Abdomen
Ekstremitas
Diagnosis :
Pada kali kedua kunjungan ke rumah pasien, kami melakukakn penilaian apakah keluarga
sudah mengikuti saran yang di berikan atau tidak. Di dapatkan dari anamnesis terhadap
ibu pasien, bahwa beliau telah melakukan yang kami sarankan. Kemudian diberikan
beberapa edukasi :
-
kepada anak
Rajin membawa anak ke posyandu, timbang berat badan secara teratur
penyakit
Memberi makan dalam porsi kecil tetapi sering
Tidak membiasakan anak membeli jajanan sembarangan
Membuat sendiri cemilan untuk anak yang bergizi dan dijaga
kebersihannya.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran
Nadi
Nafas
Tekanan Darah
Suhu
Berat Badan
Tinggi Badan
Status Gizi
Rambut
Mata
: cekung, air mata ada, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
39
Hidung
Mulut
Tenggorokan
Thorak
Abdomen
Ekstremitas
Demam tidakada
Batuk, pilek tidak ada
Sesak nafas tidak ada
Mencret tidak ada
Mual muntak tidak ada
Berat badan anak tidak naik sejak 1 tahun terakhir
Anak masih malas untuk makan nasi
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran
Nadi
Nafas
Tekanan Darah
Suhu
Berat Badan
Tinggi Badan
Status Gizi
Rambut
Mata
: cekung, air mata ada, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
40
Hidung
Mulut
Tenggorokan
Thorak
Abdomen
Ekstremitas
LAMPIRAN
42
43