Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM DIETETIKA

Post Op Laparatomy (Ileus Obstruksi)


Laporan Ini Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dietetika Lanjut

Dosen Pembimbing:
Frenky Arif Budiman, S.Gz
Mirthasari Palupi, S.ST, M.Kes

Penyusun:
Adhisty Ayu Pinasti P

(2013.05.002)

Dwi Kartika Sari

(2013.05.011)

PRODI D3 GIZI
STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
TAHUN AJARAN
2015/2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayah-Nya, laporan yang kami tulis tentang laporan dietetika dapat terselesaikan
dengan baik.
Terima kasih kami ucapkan kepada :
1
2

Ibu Enggar Anggraeni, SST, M.Kes. Direktur Prodi D3 Gizi.


Bapak Frenky Arif Budiman, S.Gz dan Ibu Mirthasari Palupi, SST., M.Kes
dosen pengajar Mata Kuliah Dietetika, yang telah memberi bimbingan

dalam pembuatan laporan ini.


Bapak/Ibu staf karyawan Program Prodi D3 Gizi Stikes Karya Husada

Kediri.
Teman-teman yang ikut serta membantu dalam proses pembuatan laporan
ini, baik dalam pemberian gagasan maupun dalam pemberian sarana dan
prasarana.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan yang diberikan

kepada kami.
Kami menyadari apabila laporan yang kami tulis ini jauh dari sempurna.
Maka dari itu kami memohon saran serta kritiknya baik dari Bapak/Ibu Dosen
maupun teman-teman, supaya kami dapat merevisi laporan ini sehingga menjadi
lebih baik.
Semoga laporan

yang kami tulis ini dapat bermanfaat, memberikan

tambahan wawasan bagi teman-teman mahasiswa gizi dan semoga bisa menjadi
bahan referensi untuk pembelajaran kita bersama.

Kediri, 02 Januari 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Tujuan..............................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................3
2.1 Pengertian.......................................................................................3
2.2 Etiologi...........................................................................................3
2.3 Patofisiologi....................................................................................4
2.4 Manifestasi Klinis...........................................................................5
2.5 Penatalaksanaan Diet......................................................................7
BAB III HASIL................................................................................................11
3.1 Penilaian Organoleptik(warna,rasa dan tekstur)...........................11
3.2 Penampilan Menu.........................................................................11
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................12
4.1 Penilaian Organoleptik.................................................................12
4.2 Kesesuaian Menu dengan Porsi....................................................13
4.3 Penampilan Menu........................................................................13
BAB V PENUTUP...........................................................................................14
5.1 Kesimpulan.................................................................................14
5.2 Saran...........................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................15

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Hambatan pasase usus dapat disebabkan oleh obstruksi lumen usus

atau oleh gangguan peristaltis. Obstruksi usus disebut juga obstruksi


mekanik. Penyumbatan dapat terjadi dimana saja di sepanjang usus. Pada
obstruksi usus harus dibedakan lagi obstruksi sederhana dan obstruksi
strangulata. Obstruksi usus yang disebabkan oleh hernia, invaginasi, adhesi
dan volvulus mungkin sekali disertai strangulasi, sedangkan obstruksi oleh
tumor

atau

askariasis

adalah

obstruksi

sederhana

yang

jarang

menyebabkan strangulasi.
Pada bayi dan bayi baru lahir, penyumbatan usus biasanya
disebabkan oleh cacat lahir, massa yang keras dari isi usus (mekonium)
atau ususnya berputar (volvulus). Invaginasi merupakan penyebab
tersering dari sumbatan usus akut pada anak, dan sumbatan usus akut ini
merupakan salah satu tindakan bedah darurat yang sering terjadi pada
anak.
Penyebab obstruksi kolon yang paling sering ialah karsinoma
terutama pada daerah rektosigmoid dan kolon kiri distal. Tanda obstruksi
usus merupakan tanda lanjut (late sign) dari karsinoma kolon. Obstruksi ini
adalah obstruksi usus mekanik total yang tidak dapat ditolong dengan cara
pemasangan tube lambung, puasa dan infus. Akan tetapi harus segera
ditolong dengan operasi (laparatomi). Umumnya gejala pertama timbul
karena penyulit yaitu gangguan faal usus berupa gangguan sistem saluran
cerna, sumbatan usus, perdarahan atau akibat penyebaran tumor. Biasanya
nyeri hilang timbul akibat adanya sumbatan usus dan diikut muntahmuntah dan perut menjadi distensi/kembung. Bila ada perdarahan yang
tersembunyi, biasanya gejala yang muncul anemia, hal ini sering terjadi
pada tumor yang letaknya pada usus besar sebelah kanan.

1.2 Tujuan
a. Mengetahui kesesuaian menu makanan pasien dengan diagnosa Post ops.
Laparatomy karena ileus obstruksi yang disajikan.
b. Mengetahui penilaian organoleptik terhadap daya terima pasien.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Ileus
Ileus adalah gangguan/hambat an pasase isi usus yang me rupakan
tanda adanya obstruksi usus akut yang segera membutuhkan pertolongan
atau tindakan. Ileus ada 2 macam yaitu ileus obstruktif dan ileus paralitik.1,2
Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi
lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya
sumbatan/hambatan mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus,
dinding usus atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada
suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose segmen usus tersebut.1,2
Sedangkan ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan di mana usus
gagal/ tidak mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan
isinya akibat kegagalan neurogenik atau hilangnya peristaltik usus tanpa
adanya obstruksi mekanik.
2.2 Etiologi
Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus antara lain :
1. Hernia inkarserata : Usus masuk dan terjepit di dalam pintu hernia. Pada
anak dapat dikelola secara konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg.
Namun, jika percobaan reduksi gaya berat ini tidak berhasil dalam waktu 8
jam, harus diadakan herniotomi segera.
2. Non hernia inkarserata, antara lain :
a. Adhesi atau perlekatan usus
Di mana pita fibrosis dari jaringan ikat menjepit usus. Dapat berupa
perlengketan mungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, bisa
setempat atau luas. Umunya berasal dari rangsangan peritoneum akibat
peritonitis setempat atau umum. Ileus karena adhesi biasanya tidak
disertai strangulasi.
b. Invaginasi

Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan agak jarang
pada orang muda dan dewasa. Invaginasi pada anak sering bersifat
idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Invaginasi umumnya
berupa 10 intususepsi ileosekal yang masuk naik kekolon ascendens dan
mungkin terus sampai keluar dari rektum. Hal ini dapat mengakibatkan
nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk dengan komplikasi
perforasi dan peritonitis. Diagnosis invaginasi dapat diduga atas
pemeriksaan fisik, dandipastikan dengan pemeriksaan Rontgen dengan
pemberian enema barium.
c . Askariasis
Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya jumlahnya
puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di mana-mana di usus
halus, tetapi biasanya di ileum terminal yang merupakan tempat lumen
paling sempit. Obstruksi umumnya disebabkan oleh suatu gumpalan
padat terdiri atas sisa makanan dan puluhan ekor cacing yang mati atau
hampir mati akibat pemberian obat cacing. Segmen usus yang penuh
dengan cacing berisiko tinggi untuk mengalami volvulus, strangulasi,
dan perforasi.
d. Volvulus
Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang
abnormal dari segmen usus sepanjang aksis longitudinal usus sendiri,
maupun pemuntiran terhadap aksis radiimesenterii sehingga pasase
makanan terganggu. Pada usus halus agak jarang ditemukan kasusnya.
Kebanyakan volvulus didapat di bagian ileum dan mudah mengalami
strangulasi. Gambaran klinisnya berupa gambaran ileus obstruksi tinggi
dengan atau tanpa gejala dan tanda strangulasi.
e . Tumor
Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi usus, kecuali jika
ia menimbulkan invaginasi. Proses keganasan, terutama karsinoma
ovarium dan karsinoma kolon, dapat menyebabkan obstruksi usus. Hal

ini terutama disebabkan oleh kumpulan metastasis di peritoneum atau di


mesenterium yang menekan usus.
f. Batu empedu yang masuk ke ileus.
Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul dari
saluran empedu keduodenum atau usus halus yang menyebabkan batu
empedu masuk ke traktus gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapat
terjepit di usus halus, umumnya pada bagian ileum terminal atau katup
ileocaecal yang menyebabkan obstruksi. Penyebab obstruksi kolon yang
paling sering ialah karsinoma, ter utama pada daerah rekto sigmoid dan
kolon kiri distal.
2.3 Patofisiologi
Usus di bagian distal kolaps, sementara bagian proksimal berdilatasi.
Usus yang berdilatasi menyebabkan penumpukan cairan dan gas, distensi
yang menyeluruh menyebabkan pembuluh darah tertekan sehingga suplai
darah berkurang (iskemik), dapat terjadi perforasi. Dilatasi dan dilatasi usus
oleh karena obstruksi menyebabkan perubahan ekologi, kuman tumbuh
berlebihan sehingga potensial untuk terjadi translokasi kuman.Gangguan
vaskularisasi menyebabkan mortalitas yang tinggi, air dan elektrolit dapat
lolosdari tubuh karena muntah. Dapat terjadi syok hipovolemik, absorbsi
dari toksin pada usus yang mengalami strangulasi.
Dinding usus halus kuat dan tebal, karena itu tidak timbul distensi
berlebihan atau ruptur. Dinding usus besar tipis, sehingga mudah distensi.
Dinding sekum merupakan bagian kolon yang paling tipis, karena itu dapat
terjadi ruptur bila terlalu tegang. Gejala dan tanda obstruksi usus halus atau
usus besar tergantung kompetensi valvula Bauhini. Bila terjadi insufisiensi
katup, timbul refluks dari kolon ke ileum terminal sehingga ileum turut
membesar.

2.4 Manifestasi Klinis


1. Obstruksi sederhana
Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi,
artinya disertai dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di
dalam lumen usus bagian oral dari obstruksi,maupun oleh muntah. Gejala
penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada perut, disertai kembung. Pada
obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala muntah yang banyak,
yang jarang menjadi muntah fekal walaupun obstruksi berlangsung lama.
Nyeri bisa berat dan menetap. Nyeri abdomen sering dirasakan sebagai
perasaan tidak enak di perut bagian atas. Semakin distal sumbatan, maka
muntah yang dihasilkan semakin fekulen.
vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan
dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal
sampai demam. Distensi abdomendapat dapat minimal atau tidak ada pada
obstruksi proksimal dan semakin jelas pada sumbatan di daerah distal.
Bising usus yang meningkat dan metallic sound dapat didengar sesuai
dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah distal.
2. Obstruksi disertai proses strangulasi
Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai
dengan nyeri hebat.Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas
operasi atau hernia. Bila dijumpai tandatanda strangulasi berupa nyeri
iskemik dimana nyeri yang sangat hebat, menetap dan tidak menyurut,
maka dilakukan tindakan operasi segera untuk mencegah terjadinya
nekrosis usus.
3. Obstruksi mekanis di kolon timbul perlahan -lahan dengan nyeri akibat
sumbatan biasanya terasa di epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus
menerus menunjukkanadanya iskemia atau peritonitis. Borborygmus
dapat keras dan timbul sesuai dengan nyeri. Konstipasi atau obstipasi
adalah gambaran umum obstruksi komplit. Muntah lebih sering terjadi
pada penyumbatan usus besar. Muntah timbul kemudian dan tidak terjadi
bila katup ileosekal mampu mencegah refluks. Bila akibat refluks isi

kolon terdorong ke dalam usus halus, akan tampak gangguan pada usus
halus. Muntah feka lakan terjadi kemudian. Pada keadaan valvula
Bauchini yang paten, terjadi distensi hebat dan sering mengakibatkan
perforasi sekum karena tekanannya paling tinggi dandindingnya yang
lebih tipis. Pada pemeriksaan fisis akan menunjukkan distensi abdomen
dan timpani, gerakan usus akan tampak pada pasien yang kurus, dan
akan terdengar metallic sound pada auskultasi. Nyeri yang terlokasi, dan
terabanya massa menunjukkan adanya strangulasi
2.5 Penatalaksanaan Diet Ileus Obstruksi
2.5.1 Tujuan
a. Memberikan kebutuhan dasar (cairan,energi,protein)
b. Mengganti kehilangan protein,glikogen,zat besi, dan zat gizi lain.
c. Memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan.

2.5.2 Prinsip Diet


a. Prinsip pemberian makanan, makanan diberikan secara bertahap,
dimulaidari cair, saring, lunak dan biasa.
b. TETP (Tinggi Energi Tinggi Protein).
2.5.3 Syarat Diet
a. Memberikan makanan secara bertahap mulai dari bentuk cair,
saring, lunak, dan biasa. Pemberian makanan dari tahap ke tahap
tergantung pada macam pembedahan dan keadaan pasien, misalnya
pada pasca bedah besar

makanan diberikan secara berhati-hati

disesuaikan dengan kemampuan pasien untuk menerimanya.


b. TETP diberikan untuk mencegah dan mengurangi kerusakan
jaringan tubuh, mempercepat penyembuhan luka jahitan akibat
operasi.

2.5.4 Susunan Menu Sehari

Dibawah ini adalah susunan menu untuk pasien dengan diagnosa Post
ops. Laparatomy karena ileus obstruksi. Yang dibuat oleh kelompok
yang beranggotakan Fikrotul Ilmi Nafiah dan Putri sapta handini.
Kasus
Nama Ny LWE berusia 33 tahun, mempunyai TB 143 cm, BB tidak
dapat diukur. Px mengalami keluhan muntah-muntah, dan nyeri tekan
pada daerah perutnya. Px telah menjalani operasi / post operasi reseksi
karena ieus obstruksi, luka operasi terlihat baik, pasien sudah bias
flatus dan bising usus positif normal. Hasil pemeriksaan :
Leuksit : 14.600/ul
Ureum
: 89,9 mg/dl
Hb
: 7,9 g/dl
Kreatinin
: 1,34 mg/dl
PCV
: 24,6 %
Albumin
: 2,7 g/dl
Trombosit : 195.000/ul
Tensi
: 130/80 mmHg
Nadi
: 80x/menit
Pernapasan : 20x
Diagnosa : Post ops. Laparatomy karena ileus obstruksi (4 hari setelah
operasi)
Penyaji : Adisty Ayu Pinasti Putri
Dwi Kartika Sari
Kelompok 4A

Tabel 2.5.4 Susunan menu sehari


Waktu
Pagi

Nama Hidangan
Bubur ayam
Loaf tahu
Jus tomat

Gambar

Puding susu

Snack

Bubur kasar
Sayur bayam
Telur bebek orange
Nugget tempe
Jeruk jeruk
Siang

Biskuit

Snack

Malam

Bubur kasar
Sayur oyong
Pepes tahu

Sate udang
Jus jambu

10

BAB III
HASIL
3.1 Penilaian Orgonaleptik (warna, rasa dan tekstur hidangan)
Tabel 3.1 Penilaian warna, rasa dan tekstur
WAKTU

MENU

PARAMETER
Aroma
Rasa
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+

Warna
Bubur ayam
+
PAGI
Loaf tahu
+
Jus tomat
+
SNACK
Pudding susu
+
Bubur kasar
+
Sayur bayam
+
Telur bebek
+
SIANG
orange
Nugget
tempe
Jeruk jeruk
+
SNACK
Biskuit
+
Bubur kasar
+
Sayur oyong
+
MALAM Pepes tahu
+
Sate udang
+
Jus jambu
+
Keterangan: ( + ) = Sesuai

+
+
+
+
+

+
+
+
+

+
+
+
+
+
+

( - ) = Tidak sesuai
3.2 Penampilan menu dan porsi

Gambar 3.2 menu sehari pasien Post ops. Laparatomy (ileus obstruksi)

11

Tekstur
+
+
+
+
+
+
-

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Penilaian Organoleptik
a. Makan pagi
Makan pagi yang terdiri dari bubur ayam, loaf tahu, dan jus tomat
memiliki warna dan aroma yang menarik. Dari segi rasa juga sudah pas
tetapi untuk loaf tahu rasa kurang sesuai. Tekstur dari keseluruhan menu
pagi sudah sesuai.
b. Snack
Untuk snack pagi yaitu pudding susu dari segi rasa, warna, aroma dan
tekstur sudah pas dan sesuai, tetapi porsi terlalu banyak.
c. Makan siang
Makan pagi yang terdiri dari bubur kasar, sayur bayam, telur bebek orange,
nugget temped an jus jeruk. Untuk bubur kasar sudah sesuai, untuk sayur
bayam rasa kurang sesuai, lauk telur bebek orange dilihat dari segi warna
dan rasa sudah sesuai namun untuk aroma dan tekstur kurang sesuai.
d. Snack
Snack sore yaitu biscuit dari segi warna, aroma, rasa, dan tekstur sudah
sesuai.
e. Makan malam
Makan malam yang terdiri dari bubur kasar, sayur oyong, pepes tahu, sate
udang dan jus jambu. Untuk bubur kasar dan pepes tahu sudah sesuai,
sedangkan sayur oyong dari segi warna dan tekstur sudah sesuai tetapi
untuk aroma dan rasa kurang sesuai. Untuk sate udang dari warna dan
aroma sudah sesuai tetapi dari segi aroma dan tekstur kurang sesuai.
Sedangkan jus jambu dari segi warna, rasa, aroma dan tekstur sudah
sesuai.

4.2 Kesesuaian Menu dengan Porsi


Secara keseluruhan kesesuaian menu dengan syarat diet sudah sesuai,
namun untuk pudingnya terlalu banyak untuk konsumsi satu orang sedangkan

12

untuk snack biskuit kurang sesuai karena kelompok ini hanya menyajikan 2
buah biskuit.
4.3 Penampilan Menu
Secara keseluruhan penyajian pada menu

diatas kurang menarik,

karena dalam beberapa hidangan ada yang mempunyai warna yang kurang
menarik dan juga kurangnya variasi bahan makanan yang digunakan membuat
hidangan terlihat hampar dan tidak bervariasi. Selain warna bentuk yang
digunakan untuk loaf tahu sama dalam setiap hidangan menu siang dan
malam.

13

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Secara keseluruhan dari segi warna dan tekstur sudah sesuai, untuk
segi rasa masih belum sesuai karena ada beberapa hidangan yang teksturnya
masih keras. Porsi puding yang terlalu banyak untuk satu pasien dan loaf tahu
yang kurang matang pada saat pengukusan akan mempengaruhi konsumsi
makanan dan selera pasien.
5.2 Saran
Dalam praktikum selanjutnya kami berharap agar praktikum
selanjutnya lebih baik dari praktikum sebelumnya. Dan praktikum kali ini
semoga dapat menjadi acuan untuk praktik selanjutnya.

14

DAFTAR PUSTAKA
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=82529&val=970 diakses pada
tanggal 12/01/2016 pukul 16:28 WIB
http://eprints.ums.ac.id/22040/13/Naskah_publikasi.pdf

diakses

pada

12/01/2016 pukul 16:00 WIB


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34591/3/Chapter%20II.pdf
diakses pada tanggal 12/01/2016 pukul 14:00 WIB

15

tanggal

Anda mungkin juga menyukai