M E M U T U S K AN :
Menetapkan :
Satu
Dua
Ketiga
: Kebijakan ini merupakan acuan seluruh staf dan karyawan dalam melaksanakan
tugas di lingkungan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus. Semua unit pelayanan di
lingkungan RS MARDI RAHAYU Kudus menjalankan program Peningkatan Mutu
dan Keselamatan Pasien.
Ditetapkan di Kudus
Pada ....................................2014
Plt. Direktur Utama
Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus
Lampiran
Keputusan Direktur RS. Mardi Rahayu Kudus
Nomor
:
Tanggal
:
KEBIJAKAN KHUSUS
PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS
I.
Pengertian :
Rumah sakit sebagai insitusi pelayanan kesehatan dimana pasien dan keluarganya
menerima pelayanan dari berbagai profesi setiap hari. Mutu dan keselamatan pasien berakar
pada pekerjaan sehari-hari setiap profesional, baik dokter , perawat, staf kesehatan dan staf
lainnya. Dalam perencanaan dan pendekatan menyeluruh terhadap peningkatan mutu dan
keselamatan pasien, RS. Mardi Rahayu Kudus mengupayakan secara terus-menerus
mengurangi risiko terhadap pasien dan staf. Risiko semacam itu dapat muncul dalam proses
klinis maupun lingkungan fisik rumah sakit.
II.
Tujuan :
1. Meningkatkan mutu dan keselamatan pasien rumah sakit.
2. Mengurangi risiko terhadap pasien dan staf.
3. Mengubah budaya rumah sakit.
4. Untuk memperlihatkan terjadinya perbaikan yang berkesinambungan.
III.
Kebijakan Khusus
A. Kepemimpinan dan Perencanaan
1. Pimpinan (Direksi dan Yayasan) Rumah Sakit berpartisipasi dalam menyusun rencana
peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
2. Rumah Sakit membentuk Komite Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) yang
bertanggung jawab kepada Direksi Utama. KMKP dilengkapi dengan pedoman,
panduan dan prosedur kerja masing masing. Dan dalam hubungannya dengan Komite
lain, KMKP memiliki kedudukan sederajat/sama dengan Komite lain di RS. Mardi
Rahayu Kudus serta berhak meminta bantuan Komite lain apabila diperlukan.
3. Dalam kaitan koordinasi dengan Komite lainnya, maka KMKP diberi wewenang
untuk melakukan pertemuan dengan komite lain serta memiliki hak untuk
mengusulkan suatu usulan yang berkenaan dengan Peningkatan Mutu dan
Keselamatan Pasien, serta berhak memberikan pertimbangan keputusan Komite lain
apabila diperlukan.
4
4. Adapun rencana Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien akan tertuang dalam
Program Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien yang akan dirapatkan bersama
dalam Rapat Tinjauan Medis dengan Direksi dan Yayasan.
5. Rapat Tinjauan Manajemen adalah rapat yang dilaksanakan untuk meninjau proses
manajemen di Rumah Sakit antara Yayasan, Direksi dan KMKP. Adapun pelaksanaan
akan dilakukan 2 tahap, yaitu
a. Rapat antara Direksi dengan KMKP setiap 1 bulan 1x.
b. Rapat antara Direksi, KMKP, dan Yayasan setiap 3 bulan 1x.
Adapun pelaksanaan Rapat Tinjauan Manajemen (RTM) akan dijelaskan lebih lanjut
dalam SPO Rapat Tinjauan Manajemen.
6. Program Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit memenuhi persyaratan sebagai
berikut ;
a. Bersifat khas, dalam arti jelas sasaran, tujuan dan tata cara pelaksanaannya serta
diarahkan hanya untuk hal-hal yang bersifat pokok saja. Dengan adanya syarat seperti
ini, maka jelaslah untuk dapat melakukan program yang baik perlu disusun dahulu
rencana kerja program mutu dan keselamatan pasien.
b. Program mutu dan keselamatan pasien harus mampu melaporkan setiap
penyimpangan secara tepat, cepat dan benar. Untuk ini disebut bahwa suatu program
yang baik sebaiknya mempunyai mekanisme umpan balik yang baik.
c. Program mutu dan keselamatan pasien harus fleksibel dan berorientasi pada masa
depan. Program yang terlalu kaku dalam arti tidak tanggap terhadap setiap perubahan,
bukanlah program yang baik.
d. Program mutu dan keselamatan pasien harus sesuai dengan keadaan organisasi,
Program menjaga mutu yang berlebihan, terlalu dipaksakan sehingga tidak sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki, tidak akan ekonomis dan karena itu bukanlah suatu
program yang baik.
e. Program mutu harus mudah dilaksanakan, Ini alasan dikembangkan program
menjaga mutu mandiri atau Self assesment. Ada baiknya program tersebut dilakukan
secara langsung, dalam arti dilaksanakan oleh pihak-pihak yang melaksanakan
pelayanan kesehatan .
f. Program mutu harus mudah dimengerti, Program yang berbelit-belit atau yang
hasilnya sulit dimengerti, bukanlah suatu program yang baik.
a. Berfokus pada Pasien : Mutu dan Keselamatan Pasien dilihat sebagai outcome
(hasil) dari pemberian asuhan dan pelayanan, yang sesuai dengan harapan
pengguna jasa rumah sakit.
b. Berfokus Pada Perbaikan Proses : Peningkatan mutu hanya dapat dicapai melalui
perbaikan berkelanjutan dari proses dan sistem. Sistem adalah rangkaian langkahlangkah manajerial oleh organisasi Rumah Sakit yang memberikan suatu hasil
(outcome) pada pasien melalui proses pengelolaan masukan (input) dan tuntasnya
pelaksanaan kebijakan/pedoman/prosedur atau tindakan yg dijalani pasien
(output). Proses perbaikan terus-menerus melalui siklus PDCA (Plan, Do,
Check, Action) pada semua unit kerja.
c. Standar-standar dan Data : Data dan standar-standar profesi ( Standar Praktek
dan standar Asuhan ) digunakan untuk menuntun dan mengevaluasi perbaikanperbaikan kegiatan yang telah diprogramkan
d. Kepemimpinan dan Partisipasi Staf : Semua staf didorong untuk berperan dan
secara kreatif terlibat dalam perbaikan mutu secara
berkelanjutan. Direksi,
pejabat struktural, pejabat fungsional di RS (Kepala Bagian/ Bidang/ Seksi/
Penyelia, Komite, Panitia) memfasilitasi kegiatan-kegiatan berkaitan dengan
peningkatan mutu dan keselamatan pasien RS.
e. Perencanaan : Kegiatan Perbaikan Mutu dan keselamatan pasien merupakan
bagian integral atau tak terpisahkan dari Rencana Strategis (RENSTRA) Rumah
Sakit.
f. Kolaborasi (kerjasama) Multidisiplin : Kerjasama antara semua komponen baik
struktural maupun fungsional adalah elemen kunci dalam manajemen mutudan
keselamatan pasien di rumah sakit. Dalam hal ini bekerja sama dengan ; Team
Mutu Keperawatan, Komite Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi RS
(KPPIRS),Tim Pasien Safety, Sub Komite Mutu Profesi pada Komite Medik,
Program Kesehatan dan keselamatan kerja RS, Diklat dan Humas RS.
g. Penampilan Kelompok Kerja (Tim) dan Individu : Dalam melakukan pekerjaan
sehari-harinya baik kelompok kerja maupun setiap individu perlu senantiasa
mempertahankan kinerjanya yang optimal dalam menerapkan standar yang telah
ditetapkan antara lain ; bekerja sesuai TUPOKSI, Kebijakan Pedoman, SOP,
Program dan Kerangka Acuan, Instruksi Kerja dengan berpatokan pada
pencapaian standar kinerja yang telah ditetapkan.
h. Diklat : Pendidikan, latihan dan pengembangan bagi staf dan profesi secara
berkelanjutan merupakan elemen penting dalam perbaikan mutu dan keselamatan
6
macam pelatihan
5. Sesuai Standar akreditasi JCI/versi 2012, maka RS. Mardri Rahayu menyusun lima
(5) Clinical Pathways dimulai pada tahun akreditasi KARS 2012 pertama. Dan dalam
8
tahun berikutnya, akan ditambah minimal 1 Clinical Pathway tiap tahun berdasarkan
rekomendasi Komite Medis.
6. Direktur menetapkan Tim CP dari berbagai multidisiplin yang akan membuat CP dan
CP disahkan oleh Komite Medis.
7. Karena Clinical Pathway bersifat multi disiplin dan komprehensif maka dalam
menyusun Clnical Pathway, SMF, harus bersama sama unsur ; Keperawatan,
Farmasi, Gizi , laboratorium, radio-diagnostik imaging, Fisioterapi, Bagian keuangan
RS serta untuk yang bersifat Clinical Pathway tindakan harus melibatkan unit anestesi
dan unit bedah/OK.
8. Dan dalam pelaksanaannya akan disertakan Kebijakan, SPO, serta Panduan tersendiri
mengenai Clinical Pathway
9. Tim CP akan melakukan pengumpulan data sebelum CP diimpelmentasikan dan
setelah CP diimplementasikan.
2) Judul indikator
3) Defenisi operasional
4) Unit / Bagian
5) Person In Charge (PIC)
6) Kebijakan Mutu / Dimensi Mutu
7) Rasionaliasi/Latar belakang/Alasan Implikasi
8) Formula Kalkulasi :
Numerator
Denumerator
9) Numerator
10) Denominator
11) Target Kinerja
12) Kriteria Inklusi
13) Kriteria Eksklusi
14) Frekuensi dan Metodologi / Cara Pengumpulan Data :
a. Frekuensi Pengumpulan Data
b. Pelaksana Pengumpulan Data
c. Metodologi / Cara Pengumpulan
15) Tipe Pengukuran Indikator
16) Sumber data
17) Waktu Pelaporan
18) Frekuensi Pelaporan
19) Jumlah Sampel
20) Area Monitoring
21) Rencana Komunikasi ke Staf
22) Referensi
23) Metodologi Validasi Data (untuk JCI Library of Measure)
Bila dari 11 indikator klinis tersebut tidak ada yang menggunakan indikator klinis
dari JCI International Library , maka RS harus mengumpulkan indikator sebanyak
15 indikator yaitu 10 indikator klinis ditambah 5 indikator JCI International
Library.
9. Alur pelaksanaan monitoring indikator kinis sebagai berikut :
a. Pemilihan indikator;
b. Pengumpulan data;
c. Analisa data;
1. Tetapkan frekuesnsinya
2. Metode statistik.
3. Dibandingkan dengan : dalam RS, trend,
standar, dengan good practice.
d. Validasi data.
10. Pemilihan indikator klinik :
a.
b.
c.
d.
E. Manajemen Risiko
1. Dalam rangka menanggulangi risiko yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan
di RS Mardi Rahayu Kudus, maka Pimpinan menetapkan menerapkan manajemen
risiko berkelanjutan yang digunakan untuk identifikasi dan mengurangi KTD dan
Kejadian Sentinel, KNC, KPC.
14
1. Kejadian Sentinel
Suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius;
biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak
dapat diterima seperti: operasi pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan
kata sentinel terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi (mis.
amputasi pada kaki yang salah, dsb) sehingga pencarian fakta terhadap
kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan
dan prosedur yang berlaku
2. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
Suatu kejadian yang tidak diharapkan yang mengakibatkan cedera pasien
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi
pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan
kesalahan medis karena tidak dapat dicegah.
3. Kejadian Tidak Cedera (KTC)
Kesalahan akibat melakukan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai
pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi, karena keberuntungan
4. Kejadian Nyaris Cedera (KNC)
Terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke pasien.
5. Kondisi Potensial Cedera (KPC)
Kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum
terjadi insiden cedera
f.
5. Guna mewujudkan pelayanan kesehatan yang aman, Rumah Sakit menerapkan Tujuh
langkah menuju Keselamatan Pasien Rumah sakit, yang terdiri dari ;
a. Pimpinan Rumah Sakit membangun kesadaran akan nilai Keselamatan Pasien
melalui kepemimpinan yang terbuka dan adil..
b. Pimpinan Rumah sakit memimpin dan mendukung seluruh staf rumah sakit dalam
membangun komitmen yang fokus, kuat dan jelas tentang Program Keselamatan
Pasien.
c. Pimpinan Rumah Sakit mengembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko
serta, serta melakukan identifikasi dan
asesmen hal-hal yang potensial
bermasalah.
d. Rumah Sakit mengembangkan sistem pelaporan yang baik serta memudahkan
bagi staf untuk melaporkan kejadian/insiden. Rumah sakit juga membuat system
pelaporan secara teratur kepada KMKP.
e. Rumah sakit mengembangkan cara cara komunikasi yg terbuka dgn pasien
f. Pimpinan Rumah sakit mendorong seluruh staf utk melakukan analisis akar
masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul sebagai sarana
belajar dan berbagi pengalaman tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
g. Dalam rangka mencegah cedera melalui implementasi sistem Keselamatan Pasien,
Rumah sakit menggunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah
untuk melakukan perubahan pada sistem pelayanan.
h. Dalam upaya perbaikan sistem terkait dengan evaluasi Manajemen Insiden Klinis,
maka Pimpinan Rumah Sakit akan melakukan RCA terhadap setiap Kejadian
Tidak Diharapkan atau Kejadian Sentinel yang ada sesuai Panduan Manajemen
Insiden Klinis.
6. Guna mewujudkan pelayanan kesehatan yang aman Rumah Sakit menjalankan Enam
Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit, yang terdiri dari ;
a.
Rumah Sakit mengembangkan pendekatan yang akurat untuk memperbaiki
dan meningkatkan ketelitian identifikasi pasien.
b.
Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan efektivitas
komunikasi antar para pemberi layanan. Komunikasi dapat berbentuk elektronik,
verbal atau tertulis. Komunikasi yang baik harus ; tepat waktu, akurat, tidak
membingungkan dan dapat dimengerti.
c.
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki
keamanan dari obat yang perlu diwaspadai (high-alert)termasuk identifikasi jenis obat
18
serta area dimana obat memang diperlukan dan pengaturan cara pelabelan dan
penyimpanan obat tersebut.
d.
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan tepatlokasi, tepat-prosedur, dan tepat- pasien pada saat pembedahan. Kesalahan merupakan
hasil ketidak efektifan dan ketidak adekuatan komunikasi antar anggota tim bedah,
kurangnya keterlibatan pasien dalam site marking, dan kurangnya verifikasi lokasi
operasi.
e.
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko
infeksi yang terkait pelayanan kesehatan, yang terdiri dari Program Hand Hygiene,
Monitoring UTI, Blood stream infection dan VAP.
f.
Rumah Sakit mengembangkan suatu prosedur untuk mengurangi risiko pasien
dari cedera karena jatuh dan Rumah Sakit wajib mengevaluasi risiko jatuh pasien
serta mengambil langkah langkah untuk mengurangi risiko jatuh.
7. Setiap kejadian insiden keselamatan pasien di rumah sakit wajib dilaporkan ke KMKP
RS Mardi Rahayu Kudus dalam waktu 2x24 jam dengan berpedoman pada Panduan
Manajemen Insiden Klinis RS.
8. RS memberikan defenisi dan menetapkan insiden keselamatan pasien serta jenis
insiden medis yang harus dilaporkan secara berkala.
9. Rumah Sakit melaksanakan monitoring dan pelaporan indikator mutu Klinis, Mutu
Manajemen dan Mutu Keselamatan Pasien Rumah Sakit, serta menyampaikan secara
periodik kepada Yayasan Kristen Kesejahteraan Mardi Rahayu Kudus.
6. Jika hasil RCA mengindikasikan harus dilakukan redesign proses maka unit tersebut
mengajukan kembali proses kerja yang telah di redesign beserta sasaran mutunya
sesuai prosedur.
7. Pimpinan Rumah Sakit akan memberikan tanggapan hasil evaluasi paling lambat 1
bulan setelah laporan diserahkan, dan apabila diperlukan maka akan dilakukan
perubahan sesuai hasil evaluasi.
8. Sosialisasi hasil PMKP dilakukan oleh Komite Mutu dan Keselamatan Pasien setiap
bulan setelah hasil rapat tinjauan manajemen mendapatkan tanggapan dari Direksi.
Sosialisasi dari Komite Mutu dan Keselamatan Pasien dilakukan melalui notulen rapat
ke Kepala Unit/Bagian, dan dari Kepala bagian/unit ke staf dilakukan melalui rapat
bulanan dan di catat dalam notulen.
Ditetapkan di Kudus
Pada ....................................2014
Plt. Direktur Utama
Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus
20