Anda di halaman 1dari 4

A.

Etika Profesional Auditor


Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kualitas audit adalah ketaatan
auditor terhadap kode etik yang terefleksikan oleh sikap independensi,
obyektivitas, integritas dan lain sebagainya.
Dalam Kode Etik Akuntan Indonesia terdapat delapan prinsip etika sbb :
1. Tanggung jawab profesi
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota
harus senantiasa mengunakan pertimbangan moral dan profesional dalam
semua kegiatan yang dilakukannya.
2. Kepentingan publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka
pelayanan

kepada

publik,

menghormati

kepercayaan

publik

dan

menunjukkan komitmen atas profesionalisme.


3. Integritas
untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota
harus memenuhi tanggungjawab profesionalnya dengan integritas setinggi
mungkin.
4. Obyektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
5. Kompetensi dan kehati-hatian profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehatihatian, kompetensi dan ketekunan serta mempunyai kewajiban untuk
mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional pada tingkat
yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja
memperoleh manfaat dari jasa profesionalnya.
6. Kerahasian
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh
selama

melakukan

jasa

profesional dan

tidak boleh

memakai

atau

mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak


atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.
7. Perilaku profesional
Setiap anggota berperilaku yang konstan dengan reputasi profesi yang baik
dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
8. Standar teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan
standar teknis dan standar profesional yang relevan.

Etika Profesi, Materialitas, Resiko dan Strategi Audit

B. Materialitas, Resiko dan Strategi Audit Pendahuluan


Materialitas dan Resiko Audit merupakan konsep penting dalam audit laporan
keuangan karena keduanya mempengaruhi penerapan standar auditing,
khusunya standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.

I.

Materialitas
Materialitas

adalah besarnya

salah saji yang dapat mempengaruhi

keputusan pemakai informasi.


Berkaitan dengan pertimbangan mengenai materialitas, auditor harus
mempertimbangkan :
a. Ukuran dan karakteristik satuan usaha
b. Kondisi yang berkaitan dengan perusahaan
c. Informasi yang diperlukan pihak yang mengandalkan laporan keuangan
Jumlah yang material untuk laporan keuangan perusahaan kecil bisa jadi
sangat tidak material bagi perusahaan besar.
Dalam perencanaan Audit, Auditor menentukan materialitas pada dua
tingkat, diantaranya :
1. Materialitas tingkat Laporan Keuangan
Adalah salah saji agregat minimum dalam suatu laporan keuangan
yang cukup penting untuk mencegah laporan disajikan secara wajar
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum.
Adapun salah saji dapat disebabkan oleh :

Salah penerapan prinsip akuntansi yang berterima umum.

Penyimpangan dari kenyataan sesungguhnya.

Penyembunyian informasi yang mestinya perlu diungkapkan.

Ada beberapa tingkat materialitas yang berkaitan dengan laporan


keuangan, diantaranya :

Laporan laba rugi, materialitasnya berhubungan dengan total


pendapatan laba operasional, laba sebelum pajak dan laba bersih.

Neraca, didasarkan atas total aktiva, aktiva lancar, modal kerja


serta ekuitas pemegang saham

Auditor, untuk kepentingan perencanaan harus menggunakan jumlah


terkecil tingkat salah saji yang dianggap material untuk setiap laporan
keuangan, karena prosedur auditing dipakai untuk lebih dari satu
laporan keuangan dan saling berkaitan.
Pertimbangan materialitas melibatkan :
Etika Profesi, Materialitas, Resiko dan Strategi Audit

Pertimbangan Kuantitatif
Baik pada standar akuntansi maupun standar auditing berisi
pedoman resmi mengenai pengukuran kuantitatif dari materialitas.
Beberapa pedoman yang digunakan dalam praktik :
o

5% hingga 10% dari laba bersih sebelum pajak (10% untuk laba
yang lebih kecil, 5% untuk laba yang lebih besar)

% hingga 1% dari total aktiva

1% dari ekuitas

% hingga 1% dari pendapatan kotor

Suatu persentase variabel berdasarkan mana yang lebih besar


antara total aktiva atau total pendapatan.

Pertimbangan Kualitatif
berhubungan dengan penyebab dari salah saji. Meskipun secara
kuantitatif tidak material mungkin secara kualitatif akan material.
Ini dapat terjadi diakibatkan oleh suatu ketidakberesan atau
tindakan melanggar hukum oleh klien.

2. Materialitas tingkat saldo akun (tolerable misstatement)


Adalah salah saji maksimum yang boleh ada dalam saldo akun sehingga
belum atau tidak dipertimbangkan sebagai salah saji material. Ada
hubungan erat antara tolerable misstatement dengan materialitas pada
tingkat laporan keuangan. Akun-akun yang secara individual tidak
material, bila diakumulasikan dapat menjadi material secara kumulatif
pada tingkat laporan keuangan.
Pengalokasian materialitas laporan keuangan pada akun-akun baik
neraca maupun laporan laba rugi lebih sering didasarkan atas neraca,
karena salah saji pada laporan laba rugi pasti akan mempengaruhi
neraca disamping akun neraca yang relatif lebih sedikit daripada akun
pada laporan laba rugi.
Pertimbangan Materialitas oleh Auditor
1. Fakor Individu Auditor
Karakteristik personal dan pengalaman auditor mempunyai pengaruh
terhadap tingkat keyakinan auditor mengenai keputusan materialitas.
2. Faktor Eksternal Perusahaan
Informasi non keuangan yang bersifat kontekstual antara lain jenis
industri perusahaan klien dan kondisinya.
3. Tingkat Pengaruh suatu Akun
Pengaruh yang diberikan suatu akun terhadap laba bersih merupakan
faktor penting dalam menentukan besarnya tingkat materialitas audit.
Etika Profesi, Materialitas, Resiko dan Strategi Audit

4. Faktor Kondisi Kantor Akuntan Publik


Dipengaruhi

oleh

struktur

dari

kantor

akuntan

publik

yang

melaksanakan penugasan audit.


II. Resiko Audit
Komponen resiko audit pada umumnya terdiri dari :
a. Resiko bawaan (inherent risk)
Adalah kerentanan suatu asersi terhadap salah saji material dengan
asumsi tidak ada kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern
yang terkait.
Beberapa faktor yang menentukan resiko bawaan pada banyak akun :

Profitabilitas perusahaan

Jenis usaha dan sensitivitas operasi

Masalah kelangsungan usaha

Sifat, penyebab dan jumlah salah saji yang dideteksi dalam audit
tahun sebelumnya.

Integritas, reputasi dan pengetahuan akuntansi dari manajemen

b. Resiko pengendalian (control risk)


Resiko

pengendalian

tidak

pernah

mencapai

angka

nol

karena

pengendalian intern tidak akan dapat menghasilkan keyakinan penuh


bahwa semua salah saji material akan dapat dideteksi ataupun dicegah.
Semakin

efektif

struktur

pengendalian

intern

perusahaan

klien,

semakin kecil resiko pengendaliannya.


c. Resiko deteksi (detection risk)
merupakan resiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji
material yang terdapat dalam suatu asersi. Resiko deteksi tergantung
atas penetapan auditor terhadap resiko audit, resiko bawaan dan resiko
pengendalian.
Resiko Deteksi dapat dibagi kedalam dua jenis :
1. Resiko review analitis
2. Resiko tes substantif
III. Strategi Audit Pendahuluan

Etika Profesi, Materialitas, Resiko dan Strategi Audit

Anda mungkin juga menyukai