Anda di halaman 1dari 7

t terorisme sangat berpengaruh pada kehidupan masyarakat.

Rasa aman yang hilang


merupakan siksaan kejiwaan yang berdimensi luas dan mendalam. Ini termasuk dalam
kekerasan yang tindakan menimbulkannya sangat dilarang oleh Islam.
d.

Faktor yang mendorong seorang untuk melakukan terorisme


Faktor yang mendorong seseorang melakukan tindakan teroris atau bergabung dengan
kelompok teroris sangat variatif, diantaranya adalah faktor psikologis, ekonomi, politik, religius,
dan sosialis. Sejumlah ilmuwan, seperti Kent Layne Oots dan Thomas C. Wiegele, bahkan
memasukkan faktor fisiologis. Dalam pendekatan terakhir ini, seseorang lahir dengan ciri-ciri
personality tertentu yang kelak akan mengantarkan dia menjadi teroris. Dia hanya membutuhkan
pancingan-pancingan luar untuk meledakkan ciri fisiologisnya menjadi faktor pendorong
terorisme. Jadi, sangatlah terlihat simple dan terlihat ironis, mengaitkan terorisme pada satu
faktor saja, seperti agama misalnya. Untuk mengetahui terorisme dengan lebih baik diperlukan

pendekatan-pendekatan multikausal sebagaimana di bawah ini:


1. Pendekatan historis
1.a. Akibat kekecewaan politik pada persoalan piagam Jakarta yang tidak bisa dijadikan dasar
Negara. Kelompok yang diketuai oleh Kartosuwiryo ini tetap berkeinginan menjadikan
Indonesia sebagai Negara Islam atau paling tidak mendirikan Negara Islam di Indonesia
(D.I/TII). DII/Kartosuwiryo 13 tahun ditumpas pada 1963. Penentangan terhadap pemerintah RI
mulai dari demo sampaoi pemberontakan terus dilaksanakan oleh kelompok ini.
1.b. Akibat tekanan politik orde bar. Kelompok ini memang berbeda dengan kelompok pertama.
Tapi, benih-benih perlawanan terhadap pemerintah Indonesia sudah muncul. Benih tersebut
menemukan ladangnya ketika orang semisal Abu Bakar Baasyir kembali dari Malaysia, tempat
dimana dia mendapatkan didikan yang matang untuk menjadi muslim garis keras.
1.c. Memang dibentuk oleh aparat pemerintah Indonesia.
1.d. Terinspirasi oleh gerakan revolusi Iran 1979, kelompok ini lebih dominan di kampus
daripada di luar. Kelompok ini mengatakan bahwa ideologi Timur Tengah (revolusi Iran, Ikhwan
Muslimin) adalah yang paling baik diterapkan di Indonesia.
1.e. faktor pembelajaran islam ala kampus sekuler (sebagai imbangan liberalisasi kampus islam).
Pematangan-pematangan ini melalui beberapa media. Organisasi masa maupun politik. Ormas
yang dimaksud adalah seperti laskar jihad, Majlis Mujahidin Indonesia. Sedangkan media politik
disalurkan lewat partai yang berslogan islam.

1.f. Akibat sentimen agama. Anggapan bahwa agama yang dianut paling benar menyebabkan
pandangan yang minor, tidak respek terhadap agama lain dan penganutnya, dengan sikap yang
lebih ekstrim, terhadap agama lain dan penganutnya.
1.g. Sebagai bagian dari organisasi trans nasional. Globalisasi ternyata merambah juga pada
penyebaran ideologi dan paham politik. Ahmadiyah di India, Darul Arqam di Malaysia, Hizbu
Dawah Islamiyah di Irak, Ikhwan Muslimin di Mesir, ternyatabukan hanya disebarkan di
negara-negara dimana organisasi ini didirikan. Mereka ingin menyebarkan ideologi mereka di
seluruh dunia termasuk indonesia.
1.h. Berangkat dari kekecewaan politik, ekonomi, monopoli, dan kesenjangan sosial juga rentan
menimbulkan gejolak kekerasan, terkadang sampai pada tindakan teror.
2. Pendekatan politik
Hipotesa pendekatan ini adalah bahwa situasi politik tertentu kondusif melahirkan
terorisme. Situasi ini melibatkan politik internasional, nasional, dan bahkan sub-nasional
semacam universitas, tempat dimana para mahasiswa menjadi familiar dengan ideologi MarxistLeninist atau ideologi-ideologi revolusioner lainnya, yang kemudian mengantarkan mereka pada
kelompok-kelompok radikal. Charles A. Russel dan Bowman H. Miller bahkan mengidentifikasi
universitas sebagai basis utama perekrutan terorisme. Dengan pendekatan ini, bisa dimengerti
kuatnya pengaruh Revolusi Iran 1079 di kampus-kampus Indonesia melebihi pengaruhnya di
luar. Kelompok mahasiswa tipe ini sering mengatakan bahwa ideologi Timur Tengah (Revolusi
Iran, Ikhwan Muslimin) adalah yang paling baik untuk diterapkan di Indonesia.
3. Pendekatan organisasional
Pendekatan yang dikenalkan diantaranya oleh Martha Crenshaw ini melihat terorisme
sebagai program tindakan yang rasional dan setrategis, yang diputuskan oleh sebuah kelompok.
Menurut Crenshaw, tindakan terorisme tidak dilakukan oleh individu, tapi sebuah kelompok
yang mengambil keputusan secara kolektif, berdasarkan pada kepercayaan (iman/believe) yang
diyakini bersama-sama, walau tingkat komitmen individu bervariasi. Pendekatan ini terasa
kurang menyakinkan, karena kurangnya penelitian lapangan. Apalagi dengan mengambil sampel
kelompok teroris ternama (bonafit), yang seringkali didominasi total oleh pemimpin tunggal
yang kharismatik, seperti Abu Nidal, Osama ben Laden. Menurut Erix E. Hudson, rasanya
mustahil kelompok teroris dengan para pemimpin yang dominan seperti itu mengambil
keputusan-keputusan tindak terorisme secara kolektif. Kemungkinan paling mendekati

kebenaran adalah para pemimpin kharismatik tersebut menginstruksikan tindakan terorisme


tertentu kemudian menyerahkan detail-detail operasionalnya kepada mereka.
4. Pendekatan psikologis
Pendekatan psikologis memiliki proposi yang sama dengan pendekatan sosiologis dan
politik, yakni tak ada seseorang yang lahir sebagai teroris. Ini berbeda dengan pendekatan
fisiologis seperti yang menyatakan satu hipotesa bahwa seseorang lahir dengan ciri-ciri
personaliti tertentu yang diduga merupakan faktor utama dia menjadi seorang teroris.
Yang membedakan antara pendekatan sosial-politik dan pendekatan psikologis adalah pada
tingkat analisanya. Pertama tertuju pada tingkat makro (macro-level), yaitu konteks sosial politik
yang mempengaruhi organisasi terorisme, kedua menganalisa tingkat mikro (micro-level), yakni
per-individu teroris yang meliputi cara dan model rekrutmen, personaliti, keyakinan, motivasi
dan karier sebagai teroris.
5. Pendekatan ideologis/ teologis
Ada satu pandangan umum, hanya seorang abnormal yang sanggup melakukan tindak
teror seperti menanam bom di pesawat, meledakkan bom mobil di jalanan ramai, atau melempar
granat ke sebuah kafe yang sesak. Oleh karena itu, banyak psikolog yang mempelajari personaliti
para teroris mnelalui pengamatan orientasi psikopatologis, yakni studi tentang disfungsi perilaku
dan psikologis yang terjadi kerena gangguan mental atau dis-organisasi sosial. Pandangan ini
menyiratkan bahwa untuk melakukan tindakan super keji dibutuhkan dorongan kuat yang
mampu menutupi kekejian tersebut. Selain sakit mental, hal lain uyang bisa mendorong
seseorang melakukannya adalah fanatisme. Terorisme adalah mereka yang fanatik, dan
fanatisme seringkali mengarah kepada tindakan kejam dan sadisKata terorisme definisinya tidak
di temukan dri kalangan Ulama terdahulu, sebab istilah tersebut digunakan bermula dari indelogi
Eropa pada masa revolusi Perancis tahun 1789-1794 M. Manusia pada zaman inipun masih
berselisih dalam memberikan definisi tentang terorisme, padahal terorisme adalah kalimat yang
paling bayak di gunakan di tahun-tahun terakhir ini.yang mana sering dihubung-hubungkan
dengan aksi kekerasan yang di lakukan oleh kelompok-kelompok yang tidak diakui oleh
pemerintah yang secara terpisah berupaya mendapatkan kekuasaan atau pengaruh. Walau pun
kelompok ini tidak bisa melakukan pembunuhan (pembantaian) dalam skala besar seperti yang
dilakukan pemerintah dengan kekuatan militernya. Tetapi lebih sering lagi aksi terorisme
dilandasi oleh kepentingan-kepentingan agama kadang bersamaan dengan faktir-faktor lain,
kadang juga sebagai motivasi primer yang menampilkan aksi-aksi terorisme. Persepsi umum

dimana kekerasan agama muncul secara global dalam dekade XX dikarenakan adanya catatan
peristiwa aksi kekerasan semacam itu.

Teror berasal dari bahasa latin, terrere, artinya menimbulkan rasa gemetar dan cemas.
Teroisme berarti menakut-nakuti (to terrify). Kata ini secara umum digunakan dalam pengertian
politik, sebagai suatu serangan terhadap tatanan sipil, semasa Pemerintah Teror Revolusi
Perancis akhir abad ke-18. Oleh karena itu, respons publik terhadap kekerasan- rasa cemas yang
di akibatkan oleh terorisme- merupakan bagian dari pengertia terma tersebut.

Menurut bahasa: terorisme adalah melakukan sesuatu yang menyebabkan orang


menjadi panik, takut gelisah, tidak aman dan menimbulkan gangguan dalam bidang kehidupan
dan interaksi manusia.
Sedangkan menurut syariat: terorisme adalah segala sesuatu yang menyebabkan
goncangan keamanaan, pertumpahan darah, kerusakan harta atau pelampauan batas dengan
berbagai bentuknya.1[6]dari berbagai catatan sejarah, kejadian yang melanda umat saat ini,
bahwa kejadian dan aksi tidaklahkeluar dari dua perkara. 1. Terorisme fisik, yaitu
peristiwa yang sekarang terjadi puncak sorotan masyarakat,berupa peledakan,
penculikan,
1

bom

bunuh

diri,

pembajakan

dan

seterusnya.

2.Terorisme

idiologi

(pemikiran/pemahaman),

yaitudengan

menjelaskan

segala

pemikiran

menyinpang

dan

menyempal dari tuntunan Islam yang benar. Sebas ideologi tersebut merupakan cikal bakal
munculnya terorisme fisik dan apabila tidak di berantas akan ssenantiasa menjadi ancaman serius
di masa yang akan datang.2[7]
Definisi dan kriteria teroris harus disepakati semua pihak, Marty nata legawa direktur
organisasi internasional departemen luar negeri berpendapat, terorisme yang dipahami bersama
adalah tindakan untuk mencapai cita-cita politik yang dibungkus dalam kekerasan guna
menciptakan teror dan memakan korban rakyat sipil tidak berdosa.
Kusnato anggoro dari center for Strategic and International Studies (CSIS) terorisme
merupakan kegiatan untuk menciptakan kekhawatiran dengan tujuan pokok mengubah kebijakan
dengan tindak kekerasan sebagai instrumen di indonesia, menurut kusnanto kelompok laskar
jihad bukan berarti terorisme. Gerakan komando jihad juga sulit dianggap teroris karena tidak
memiliki ideologi dan tujuan yang jelas serta berskala kecil. Sementara peledakan bom jelas
merupakan teror, karena menciptakan kekhawatiran luar biasa.

Mengikuti definisi di atas gerakan islam garis keras tidak identik dengan teroris. Seperti
kata K.H Hasyyim Muzadi orang islam yang berwawasan keras kalau dia keras kerasnya
sendiri , apa hubungannya dengan teroris. Baru disebut teroris kalau dia berbuat deskruktif diluar
dirinya. Mana yang domestik mana yang bagian dari terorisme internasional, dan mana yang
wacana yang keras tanpa mereka melakukan kekerasan tanpa melanggar hukum. Perlu dibedakan
kelompok militan agama yang memiliki kepekaan tinggi terhadap masalah sosial dan bergerak
mengatasinya dengan amar maruf nahi munkar (memerintahkan yang baik dan mencegah
kemungkaran) dengan kelompok miiltan yang memang menggunakan teror dan kekerasan.
Militasi agama agama mengambil banyak bentuk. Meski sebagian kaum militan cenderung
2

beraksi dengan kekerasan dan teror, sebagian lainnya beraktifitas tanpa kekerasan. Cukup banyak
penganut agama militasi , yaitu bahasa perjuangan sebagiannya menggunakan modus berperang ,
menyerang,membalas serangan,berjuang atas mandat suci, dan berjuang dengan alat- alat yang
cocok dalam menjalankan tugas.

KESIMPULAN
Dari semua perkara di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa Islam yang sesungguhnya
bukanlah sekedar menyembah Tuhan.Tuhan bukan lah berhala yang hanya untuk di sembah
semata,akan tetapi Tuhan adalah dzat yang nyata yang menciptakan segala seisi jagad raya dan
mengatur segala yang ada.
Dan Islam bukanlah agama yang premitif,akan tetapi islam adalah agama yang maju dan bisa
mengatasi masalah masalah yang terjadi seiring perkembangan zaman hingga sekarang. Akan
tetapi msih dalam konteks Fikih yang tauhid dan tidak menyimpang dari ajaran ajaran islam
yang sesungguhnya.

PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami paparkan kepada saudara. Kami ucapkan terimahkasih
kepada seluruh pihak yang mensukseskan pembuatan makalah ini, jazakumullahu ahsanaljaza.
Tak lupa permohonan maaf kami haturkan kepada saudara atas kekhilafan kekhilafan dalam
makalah ini. Kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini pada
khususnya, dan makalah selanjutnya pada umumnya. Semoga bermanfaat, dan tetap semangat

Daftar pustaka

Arkoun Mohammed, Islam Kontemporer Menuju Dialog Antar Agama:Yogyakarta:


Pustaka Pelajar,2001.
Nur Mamun Efendi, Meluruskan Makna Ijtihad dan Terorisme:Semarang: 2006.
Ghazali Adeng Muchtar, agama dan Keberagamaan dalam Konteks Perbandingan
Agama:bandung:Pustaka Setia,2004.
Thahhah Mustafa Muhammad,Rekonstruksi Pemikiran Menuju Gerakan Islam Modern:
Solo:Era Intermedia,2000.
Dawam ainurrofiq, Islam dan Pluralisme Masyarakat: Tangerang Selatan: Falasia
Pustaka,2009.
Ghazali Adeng Muchtar,Pemikiran Islam Kontemporer:Bandung:Pustaka Setia,2005.
Ziqzuq Mahmud Hamdi, Reposisi Islam di Era Globalisasi:Yogyakarta:Pustaka
Pesantren,2004.
Abdullah Yatimin,Studi Islam Kontemporer: Jakarta:Amzah,2006.

Anda mungkin juga menyukai