Anda di halaman 1dari 15

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada

Pasien Ulkus Peptikum

Oleh
Nama : Ni Putu Pebriani Widiasih
NIM

: 13002105039

Program Studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
2016

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Ulkus peptikum adalah ekskavasasi (area berlubang) yang terbentuk dalam dinding
mukosal lambung, pilorus, duodenum atau esofagus. Ulkus peptikum disebut juga
sebagai ulkus lambung, duodenal atau esofageal, tergantung pada lokasinya. (Bruner
and Suddart, 2001).
Ulkus peptikum merupakan putusnya kontinuitas mukosa lambung yang meluas
sampai di bawah epitel. Kerusakan mukosa yang tidak meluas sampai ke bawah epitel
disebut sebagai erosi, walaupun sering dianggap sebagai ulkus (misalnya ulkus
karena stres). Menurut definisi, ulkus peptikum dapat terletak pada setiap bagian
saluran cerna yang terkena getah asam lambung, yaitu esofagus, lambung, duodenum,
dan setelah gastroenterostomi, juga jejenum.(Sylvia A. Price, 2006).
2. Epidemiologi
Penyakit ini terjadi dengan frekuensi paling besar pada individu antara usia 40 dan 60
tahun. Tetapi, relatif jarang pada wanita menyusui, meskipun ini telah diobservasi
pada anak-anak dan bahkan pada bayi. Pria terkenal lebih sering daripada wanita, tapi
terdapat beberapa bukti bahwa insiden pada wanita hampir sama dengan pria. Setelah
menopause, insiden ulkus peptikum pada wanita hampir sama dengan pria.
3. Penyebab/faktor predisposisi
Diketahui bahwa ulkus peptikum terjadi hanya pada area saluran GI yang terpajan
pada asam hidrochlorida dan pepsin. Faktor predisposisinya menurut beberapa
pendapat mengatakan stress atau marah yang tidak diekspresikan. Ulkus nampak
terjadi pada orang yang cenderung emosional, tetapi apakah ini factor pemberat
kondisi, masih tidak pasti. Kecenderungan keluarga yang juga tampak sebagai factor
predisposisi signifikan. Hubungan herediter selanjutnya ditemukan pada individu
dengan golongan darah O lebih rentan daripada individu dengan golongan darah A, B,
atau AB. Factor predisposisi lain yang juga dihubungkan dengan ulkus peptikum
mencakup penggunaan kronis obat antiinflamasi non steroid (NSAID). Terdapat
banyak bukti yang menunjukan penggunaan NSAID kronis berhubungan dengan
terbentuknya berbagai luka/ulkus pada saluran pencernaan. Pendarahan lambung
subepitel terjadi sekitar 15-30 menit setelah menelan obat ini. Minum alkohol dan
merokok berlebihan. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa ulkus lambung dapat
dihubungkan dengan infeksi bakteri dengan agens seperti H. Pylori. Adanya bakteri
ini meningkat sesuai dengan usia. Ulkus karena jumlah hormon gastrin yang

berlebihan, yang diproduksi oleh tumor (gastrinomas-sindrom zolinger-ellison) jarang


terjadi. Ulkus stress dapat terjadi pada pasien yang terpajan kondisi penuh stress.
4. Patofisiologi
Ulkus peptikum terjadi pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak dapat
menahan kerja asam lambung pencernaan (asam hidrochlorida dan pepsin). Erosi
yang terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam peptin, atau
berkenaan dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa.
1) Peningkatan Konsentrasi atau Sekresi Lambung dan Kerja Asam Peptin
Sekresi lambung terjadi pada 3 fase yang serupa :
a.

Sefalik
Fase pertama ini dimulai dengan rangsangan seperti pandangan, bau atau rasa
makanan yang bekerja pada reseptor kortikal serebral yang pada gilirannya
merangsang saraf vagal. Intinya, makanan yang tidak menimbulkan nafsu
makan menimbulkan sedikit efek pada sekresi lambung. Inilah yang
menyebabkan makanan sering secara konvensional diberikan pada pasien
dengan ulkus peptikum. Saat ini banyak ahli gastroenterology menyetujui
bahwa diet saring mempunyai efek signifikan pada keasaman lambung atau
penyembuhan ulkus. Namun, aktivitas vagal berlebihan selama malam hari
saat lambung kosong adalah iritan yang signifikan.

b. Fase lambung
Pada fase ini asam lambung dilepaskan sebagai akibat dari rangsangan
kimiawi dan mekanis terhadap reseptor di dinding lambung. Refleks vagal
menyebabkan sekresi asam sebagai respon terhadap distensi lambung oleh
makanan.
c. Fase usus
Makanan dalam usus halus menyebabkan pelepasan hormon (dianggap
menjadi gastrin) yang pada waktunya akan merangsang sekresi asam lambung.
Pada manusia, sekresi lambung adalah campuran mukokolisakarida dan
mukoprotein yang disekresikan secara kontinyu melalui kelenjar mukosa.
Mucus ini mengabsorpsi pepsin dan melindungi mukosa terhadap asam. Asam
hidroklorida disekresikan secara kontinyu, tetapi sekresi meningkat karena
mekanisme neurogenik dan hormonal yang dimulai dari rangsangan lambung
dan usus. Bila asam hidroklorida tidak dibuffer dan tidak dinetralisasi dan bila

lapisan luar mukosa tidak memberikan perlindungan asam hidroklorida


bersama dengan pepsin akan merusak lambung. Asam hidroklorida kontak
hanya dengan sebagian kecil permukaan lambung. Kemudian menyebar ke
dalamnya dengan lambat. Mukosa yang tidak dapat dimasuki disebut barier
mukosa lambung. Barier ini adalah pertahanan untama lambung terhadap
pencernaan yang dilakukan oleh sekresi lambung itu sendiri. Factor lain yang
mempengaruhi pertahanan adalah suplai darah, keseimbangan asam basa,
integritas sel mukosa, dan regenerasi epitel.
2) Kelemahan Barier Mukosa Lambung
Apapun yang menurunkan barier mukosa lambung atau yang merusak mukosa
lambung adalah ulserogenik, salisilat dan obat antiinflamasi non steroid lain,
alcohol, dan obat antiinflamasi masuk dalam kategori ini. Sindrom ZollingerEllison (gastrinoma) dicurigai bila pasien datang dengan ulkus peptikum berat
atau ulkus yang tidak sembuh dengan terapi medis standar. Sindrom ini
diidentifikasi melalui temuan berikut : hipersekresi getah lambung, ulkus
duodenal, dan gastrinoma(tumor sel istel) dalam pancreas. 90% tumor ditemukan
dalam gastric triangle yang mengenai kista dan duktus koledokus, bagian kedua
dan tiga dari duodenum, dan leher korpus pancreas. Kira-kira dari gastrinoma
adalah ganas(maligna).
Diare dan stiatore (lemak yang tidak diserap dalam feces) dapat ditemui. Pasien
ini dapat mengalami adenoma paratiroid koeksisten atau hyperplasia, dan
karenanya dapat menunjukkan tanda hiperkalsemia. Keluhan pasien paling utama
adalah nyeri epigastrik. Ulkus stress adalah istilah yang diberikan pada ulserasi
mukosa akut dari duodenal atau area lambung yang terjadi setelah kejadian penuh
stress secara fisiologis. Kondisi stress seperti luka bakar, syok, sepsis berat, dan
trauma dengan organ multiple dapat menimbulkan ulkus stress. Endoskopi
fiberoptik dalam 24 jam setelah cedera menunjukkan erosi dangkal pada
lambung, setelah 72 jam, erosi lambung multiple terlihat. Bila kondisi stress
berlanjut ulkus meluas. Bila pasien sembuh, lesi sebaliknya. Pola ini khas pada
ulserasi stress.
Pendapat lain yang berbeda adalah penyebab lain dari ulserasi mukosa. Biasanya
ulserasi mukosa dengan syok ini menimbulkan penurunan aliran darah mukosa
lambung. Selain itu jumlah besar pepsin dilepaskan. Kombinasi iskemia, asam
dan pepsin menciptakan suasana ideal untuk menghasilkan ulserasi. Ulkus stress

harus dibedakan dari ulkus cushing dan ulkus curling, yaitu dua tipe lain dari
ulkus lambung. Ulkus cushing umum terjadi pada pasien dengan trauma otak.
Ulkus ini dapat terjadi pada esophagus, lambung, atau duodenum, dan biasanya
lebih dalam dan lebih penetrasi daripada ulkus stress. Ulkus curling sering terlihat
kira-kira 72 jam setelah luka bakar luas.
5. Klasifikasi
Ulkus peptikum diklasifikasikan dan diberi nama berdasarkan lokasi anatomis dimana
ulkus terbentuk, yaitu:
a. Ulkus Lambung (gastrikum) : adanya area berlubang yang terbentuk di
mukosa lambung.
b. Ulkus Duodenalis : adanya area berlubang yang terbentuk di mukosa usus 12
c.

jari (duodenum).
Ulkus esofagealis : adanya area beerlubang yang terbentuk di lapisan mukosa
esofagus, yang disebabkan regurgitasi berulang dari asam lambung ke

kerongkongan bagian bawah.


Terdapat juga Ulkus stress yang umumnya terjadi dibawah tekanan penyakit berat,
luka bakar atau cedera.
Berikut adalah beberapa perbedaan antara ulkus lambung dengan ulkus duodenal :
Ulkus duodenal
Insiden
Usia 30-60 tahun
Pria: wanita3:1
Terjadi lebih sering daripada ulkus
lambung
Tanda dan gejala
o Terjadi
hipersekresi

Ulkus Lambung
Insiden
Biasanya 50 tahun lebih
Pria:wanita 2:1

Tanda dan gejala


asam
o Normal sampai hiposekresi asam

lambung
o Penambahan berat badan dapat

lambung
o Penurunan

terjadi
o Nyeri terjadi 2-3 jam setelah

terjadi
o Nyeri terjadi sampai 1 jam

makan; sering terbangun dari tidur

setelah makan; jarang terbangun

antara jam 1 dan 2 pagi.


o Muntah jarang terjadi
o Hemoragi
jarang

berat

badan

dapat

pada malam hari; dapat hilang


terjadi

dibandingkan ulkus lambung.


o Melena lebih umum daripada
hematemesis.
o Lebih mungkin terjadi perforasi

dengan muntah.
o Makan makanan tidak membantu
dan kadang meningkatkan nyeri.
o Muntah umum terjadi
o Hemoragi lebih umum terjadi
daripada ulkus duodenal.

daripada ulkus lambung.

o Hematemesis lebih umum terjadi

daripada melena.
Kemungkinan Malignansi
Kemungkinan malignansi
Jarang
Kadang-kadang
Faktor Risiko
Faktor Risiko
Golongan darah O, PPOM, gagal ginjal Gastritis, alkohol, merokok, NSAID,
kronis, alkohol, merokok, sirosis, stress.

stres

6. Gejala klinis
Gejala-gejala ulkus dapat hilang selama beberapa hari, minggu, atau beberapa bulan
dan bahkan dapat hilang hanya sampai terlihat kembali, sering tanpa penyebab yang
dapat diidentifikasi. Banyak individu mengalami gejala ulkus, dan 20-30% mengalami
perforasi atau hemoragi yang tanpa adanya manifestasi yang mendahului.
Nyeri
Biasanya pasien dengan ulkus mengeluh nyeri tumpul, seperti tertusuk atau
sensasi terbakar di epigastrium tengah atau di punggung. Hal ini diyakini bahwa
nyeri terjadi bila kandungan asam lambung dan duodenum meningkat
menimbulkan erosi dan merangsang ujung saraf yang terpajan. Teori lain
menunjukkan bahwa kontak lesi dengan asam merangsang mekanisme refleks
local yang mamulai kontraksi otot halus sekitarnya. Nyeri biasanya hilang dengan
makan, karena makan menetralisasi asam atau dengan menggunakan alkali,
namun bila lambung telah kosong atau alkali tidak digunakan nyeri kembali
timbul. Nyeri tekan lokal yang tajam dapat dihilangkan dengan memberikan
tekanan lembut pada epigastrium atau sedikit di sebelah kanan garis tengah.
Beberapa gejala menurun dengan memberikan tekanan local pada epigastrium.
Pirosis (nyeri uluhati)
Beberapa pasien mengalami sensasi luka bakar pada esophagus dan lambung,
yang naik ke mulut, kadang-kadang disertai eruktasi asam. Eruktasi atau sendawa
umum terjadi bila lambung pasien kosong.
Muntah
Meskipun jarang pada ulkus duodenal tak terkomplikasi, muntah dapat menjadi
gejala ulkus peptikum. Hal ini dihubungkan dengan pembentukan jaringan parut
atau pembengkakan akut dari membran mukosa yang mengalami inflamasi di
sekitarnya pada ulkus akut. Muntah dapat terjadi dengan atau tanpa didahului

oleh mual, biasanya setelah nyeri berat yang dihilangkan dengan ejeksi
kandungan asam lambung.
Konstipasi dan perdarahan
Konstipasi dapat terjadi pada pasien ulkus, kemungkinan sebagai akibat dari diet
dan obat-obatan. Pasien dapat juga datang dengan perdarahan gastrointestinal
sebagian kecil pasien yang mengalami akibat ulkus akut sebelumnya tidak
mengalami keluhan, tetapi mereka menunjukkan gejala setelahnya.
Gejala klinis pada bayi
Pada bayi baru lahir, gejala awal dari ulkus peptikum bisa berupa adanya darah dalam
tinja. Jika ulkus menyebabkan terbentuknya lubang (perforasi) pada lambung atau
usus halus, bayi bisa tampak kesakitan dan cenderung timbul demam. Pada bayi yang
lebih tua dan anak kecil selain di dalam tinjanya ditemukan darah, juga disertai darah
dan nyeri perut berulang. Nyeri seringkali semakin memburuk atau membaik jika
anak makan dan nyeri dapat membuat anak terbangun pada saat tidur malam hari.
7. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Pada pemeriksaan fisik, diperhatikan apakah klien tampak pucat, adanya keluhan
nyeri dari pasien, dilihat konjungtiva untuk mengetahui terjadinya anemia, kaji
adanya mual atau muntah, kaji keadaan abdomen apakah terdapat massa, warna
kulit, ada/tidaknya jaringan parut.
Palpasi
Palpasi daerah abdomen untuk menunjukkan adanya nyeri tekan epigastrik,
distensi abdominal, adanya pembesaran/pengerasan lambung yang menunjukan
terjadinya obstruksi pylori dan adanya massa di abdomen.
Perkusi
Perkusi pada bagian abdomen untuk mengetahui terjadinya asites
Auskultasi
Bising usus mungkin tidak ditemukan.
8. Pemeriksaan diagnostik
Endoskopi adalah suatu prosedur dimana sebuah selang lentur dimasukkan
melalui mulut dan bisa melihat langsung ke dalam lambung. Endoskopi ini
digunakan untuk mengidentifikasi perubahan inflamasi, ulkus dan lesi. Melalui
endoskopi mukosa dapat secara langsung dilihat dan biopsy didapatkan.

Endoskopi telah diketahui dapat mendeteksi beberapa lesi yang tidak terlihat

melalui pemeriksaan sinar X karena ukuran atau lokasinya.


Rontgen dengan kontras barium dari lambung dan duodenum (juga disebut
barium swallow atau seri saluran pencernaan atas) dilakukan jika ulkus tidak

dapat ditemukan dengan endoskopi.


Feces dapat diambil setiap hari sampai laporan laboratorium adalah negatif

terhadap darah samar.


Pemeriksaan sekretori lambung merupakan nilai yang menentukan dalam
mendiagnosis aklorhidria (tidak terdapat asam hidroklorida dalam getah lambung)
dan sindrom zollinger-ellison. Nyeri yang hilang dengan makanan atau antasida,

dan tidak adanya nyeri yang timbul juga mengidentifikasikan adanya ulkus.
Adanya H. Pylory dapat ditentukan dengan biopsy dan histology melalui kultur,
meskipun hal ini merupakan tes laboratorium khusus. serta tes serologis terhadap

antibody pada antigen H. Pylori.


Diagnosa ulkus peptikum pada bayi dan anak kecil sulit untuk didiagnosis, karena
anak yang masih sangat muda tidak dapat mengemukaka gejala yang dirasakannya
secara tepat.
Anak usia sekolah mungkin dapat menunjukkan lokasi nyeri, menjelaskan sifat nyeri
dan saat timbulnya nyeri (seesudah makan atau pada waktu-waktu tertentu).
Pemeriksaan yang biasanya dilakukan:
Barium enema
Endoskopi
Tes untuk H.Pylori
9. Diagnosis/kriteria diagnosis
Dalam penentuan diagnosa ulkus peptikum, maka perlu dilakukan sejumlah
pemeriksaan, diantaranya:
Data pengujian asam lambung
Pengujian konsentrasi gastrin lambung puasa, bila pasien tidak responsif terhadap
terapi yang telah diberikan, atau pada pasien yang diduga mengalami hipersekresi

gastrin
Pasien ulkus peptikum akan menunjukan hasil pengujian hematokrit dan
hemoglobin yang rendah bila disertai dengan pendarahan, dan hasil tes

hemmocult terhadap tinja positif


Uji Helicobacter pylori
Serat optik diatas endoskopi (eshophagogastroduodenoscopy), pemeriksaan ini
dapat mendeteksi lebih dari 90% pasien ulkus peptikum dan memungkinkan

untuk inspeksi, biopsi, visualisasi erosi superfisial, situs pendarahan aktif secara

langsung.
Radiografi dengan kontras barium tunggal rutin dapat mendeteksi 30% ulkus
peptikum dan dengan kontras ganda dapat mendeteksi 60-80% ulkus peptikum.

10. Therapy/tindakan penanganan


Beberapa metode dapat digunakan untuk mengontrol keasaman lambung termasuk
perubahan gaya hidup, obat-obatan, dan tindakan pembedahan. Penurunan stress dan
istirahat.
1) Penurunan stress dan istrahat
Pasien memerlukan bantuan dalam mengidentifikasi situasi yang penuh stress
dan melelahkan, bantuan serta kerjasama anggota keluarga dan orang terdekat
sangat diperlukan. Perubahan gaya hidup yang terburu-buru dan jadwal yang
tidak teratur dapat dilakukan. Selain itu dalam upaya mengurangi stress, pasien
juga mendapat keuntungan dari periode istrahat teratur selama sehari.
2) Modifikasi diet
Dianjurkan untuk memakan makanan bergizi dengan berbagai variasi makanan
dan menghindari makanan yang diduga menjadi penyabab munculnya ulkus.
Alokohol, kopi, teh, soda dan makanan yang mengandung kafein dapat
merangsang pelepasan asam lambung dan memicu terjadinya ulkus.
3) Penghentian merokok
Penelitian menunjukkan bahwa merokok terus menerus dapat menghambat
secara bermakna perbaikan ulkus. Oleh karena itu, pasien sangat dianjurkan
untuk berhenti merokok.
4) Obat-obatan
Ulkus biasanya diobati minimal selama 6minggu dengan obat-obatan yang
meenguarangi jumlah asam di dalam lambung dan duodenum. Obat ulkus bisa
menetralkan atau mengurangi asam lambung dan meringankan gejala, biasanya
dalam beberapa hari.
a. Sulcralfate
Cara kerjanya adalah dengan membentuk selaput pelindung di dasar ulkus
untuk mempercepat penyembuhan. Sangat efektif untuk mengobati ulkus
peptikum dan merupakan pilihan kedua dari antasid.
b. Antagonis H2 (cimetidine, ranitidine, famotidine dan nizatidine)
Cara kerjanya adalah mengurangi jumlah asam dan enzim pencernaan di
dalam lambung dan duodenum.
c. Omeprazole dan Iansoprazole

Obat yang sangat kuat menghambat pembentukan enzim pencernaan.


Efektif diberikan pada penderita ulkus esofageal yang akan mempengaruhi
pembentukan asam lambung.
d. Antibiotik
Digunakan bila penyebab utama terjadinya ulkus adalah H. Pylori.
e. Misoprostol
Digunakan untuk mencegah ulkus gastrikum yang disebabkan oleh obatobat anti peradangan non steroid.
5) Intervensi bedah
Jarang diperlukan peembedahan untuk mengatasi ulkus karena pemberian obat
umumnya sudah efektif.
Pembedahan terutama dilakukan untuk:
Mengatasi komplikasi dari ulkus

peptikum

(misalnya

perforasi,

penyumbatan yang tidak memberikan respon terhadap pemberian obat atau


mengalami kekambuhan)
Terjadi perdarahan lebih dari dua kali
Ulkus gastrikum yang dicurigai akan menjadi ganas
Ulkus peptikum yang berat dan sering kambuhan
Setelah dilakukan pembedahan, masih ada keemungkinan untuk ulkus kambuh
kembali dan dapat timbul masalah lain seperti pencernaan yang buruk, anemia
dan penurunan berat badan.
11.

Komplikasi

Sebagian besar ulkus bisa disembuhkan tanpa disertai komplikasi lanjut. Tetapi pada
beberapa kasus, ulkus peptikum bisa menyebabkan komplikasi yang bisa berakibat
fatal, seperti penetrasi, perforasi, perdarahan dan penyumbatan.
Penetrasi.
Sebuah ulkus dapat menembus dinding otot dari lambung atau duodenum dan
sampai ke organ lain yang berdekatan, seperti hati atau pankreas. Hal ini akan
menyebabkan nyeri tajam yang hebat dan menetap, yang bisa dirasakan diluar
daerah yang terkena (misalnya di punggung, karena ulkus duodenalis telah
menembus pankreas). Nyeri akan bertambah jika penderita merubah posisinya. Jika
pemberian obat tidak berhasil mengatasi keadaan ini, mungkin perlu dilakukan
pembedahan.
Perforasi.
Merupakan erosi ulkus melalui mukosa lambung yang menembus ke dalam rongga
peritoneal membentuk lubang terbuka ke rongga perut. Ditandai dengan nyeri yang
dirasakan secara tiba-tiba, sangat hebat dan terus menerus, dan dengan segera

menyebar ke seluruh perut. Penderita juga bisa merasakan nyeri pada salah satu atau
kedua bahu, yang akan bertambah berat jika penderita menghela nafas dalam.
Perubahan posisi akan memperburuk nyeri sehingga penderita seringkali mencoba
untuk berbaring mematung. Bila ditekan, perut terasa nyeri. Demam menunjukkan
adanya infeksi di dalam perut. Jika tidak segera diatasi bisa terjadi syok. Keadaan ini
memerlukan tindakan pembedahan segera dan pemberian antibiotik intravena.
Perdarahan.
Perdarahan adalah komplikasi yang paling sering terjadi. Gejala dari perdarahan
karena ulkus adalah:

muntah darah segar atau gumpalan coklat kemerahan yang berasal dari makanan
yang sebagian telah dicerna, yang menyerupai endapan kopi

tinja berwarna kehitaman atau tinja berdarah.

Dengan endoskopi dilakukan kauterisasi ulkus. Bila sumber perdarahan tidak dapat
ditemukan dan perdarahan tidak hebat, diberikan pengobatan dengan antagonis-H2
dan antasid. Penderita juga dipuasakan dan diinfus, agar saluran pencernaan dapat
beristirahat. Bila perdarahan hebat atau menetap, dengan endoskopi dapat
disuntikkan bahan yang bisa menyebabkan pembekuan. Jika hal ini gagal,
diperlukanpembedahan.
Penyumbatan.
Pembengkakan atau jaringan yang meradang di sekitar ulkus atau jaringan parut
karena ulkus sebelumnya, bisa mempersempit lubang di ujung lambung atau
mempersempit duodenum. Penderita akan mengalami muntah berulang, dan
seringkali memuntahkan sejumlah besar makanan yang dimakan beberapa jam
sebelumnya. Gejala lainnya adalah rasa penuh di perut, perut kembung dan
berkurangnya nafsu makan. Lama-lama muntah bisa menyebabkan penurunan berat
badan, dehidrasi dan ketidakseimbangan mineral tubuh. Mengatasi ulkus bisa
mengurangi penyumbatan, tetapi penyumbatan yang berat memerlukan tindakan
endoskopik atau pembedahan.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
I. Identitas Pasien
II. Keluhan Utama
Keluhan utama yang mungkin muncul :
Nyeri hebat rasa terbakar selama 2 jam setelah makan
Mual dan muntah bercampur darah
Tinja yang bercampur darah
III. Riwayat Keluhan Saat Ini
Menjelaskan bagaimana awal mula atau penyebab keluhan terjadi, sejak kapan
IV.

keluhan muncul, dan frekuensi munculnya keluhan sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Penjelasan status kesehatan masa lalu klien meliputi : penyakit yang pernah
diderita, hospitalisasi atau operasi, Injuri atau kecelakaan, Alergi, imunisasi dan

V.

tes laboratorium, pengobatan.


Riwayat Keluarga
Ada atau tidak anggota keluarga pasien yang menderita penyakit seperti pasien.
Tingkat ekonomi dan pendidikan keluarga. Bagaimana lingkungan rumah klien.

VI.

Bila perlu bisa dicantumkan genogram.


Pengkajian Pola kesehatan Klien Saat Ini
1. Aktivitas/istirahat
Gejala: kelemahan, kelelahan
Tanda: takikardi, takipnea/hiperventilasi
2. Sirkulasi
Gejala: Takikardi, disritmia, pengisian kapiler lambat/perlahan, warna kulit
pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah) kelebihan
kulit/membrane mukosa, berkeringat.
3. Integritas Ego
Gejala: Faktor stress akut/kronis, perasaan tidak berdaya.
Tanda: Gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit, gemetar, suara
gemetar.
4. Eliminasi
Gejala: Riwayat

perdarahan

defekasi/karakteristik feses.

sebelumnya,

perubahan

pola

Tanda: Nyeri tekan abdomen, distensi, bunyi usus sering hiperaktif selama
perdarahan, karakteristik feses ada darah, berbusa, bau busuk, konstipasi
(perubahan diet dan penggunaan antasida).
5. Makanan/cairan
Gejala: Anoreksia, mual muntah, nyeri ulu hati, sendawa bau asam, tidak
toleran terhadap makanan, BB menurun.
Tanda: Muntah: warna kopi gelap atau merah, nyeri ulu hati, sendawa bau
asam, tidak toleran terhadap makanan, BB menurun.
6. Neurosensori
Gejala : rasa berdenyut, pusing/ sakit kepala karena sinar, kelemahan
7. Nyeri / Keamanan
Gejala :
Nyeri digambarkan sebagai tumpul, dangkal, rasa terbakar,
perih, nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi, rasa ketidaknyamanan/
distress samar-samar setelah makan banyak dan hilang setelah makan, nyeri
epigastrium kiri sampai tegang atau menyebar ke punggung, muncul saat
perut kosong.
Tanda :
Wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat
VII.
VIII.

berkeringat, perhatian menyempit.


Pemeriksaan Fisik
Terlampir pada konsep dasar penyakit
Pemeriksaan Diagnostik Penunjang
Terlampir pada konsep dasar penyakit

2. Diagnosa keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot
sekunder terhadap gangguan visceral usus ditandai dengan pasien mengeluh nyeri
perut dengan skala nyeri 5, pasien tampak meringis kesakitan, pasien tampak
melindungi area yang sakit.
Nausea berhubungan dengan iritasi gastrik ditandai dengan klien mengeluh mual,
klien tidak mau makan.
PK. Perdarahan
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan
aktif.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual dan muntah ditandai dengan pasien mengalami penurunan BB
lebih dari 20%, pasien tampak mual, pasien tidak mampu menghabiskan 1 porsi
makanan yang diberikan, pasien tampak lemah.
Kurang pengetahuan mengenai konsep penyakit dan pengobatan berhubungan
dengan kurang terpapar informasi ditandai dengan pasien pasien mengatakan

tidak tahu mengenai penyakitnya, pasien tampak bingung ketika ditanya tentang
penyakitnya.
3. Rencana asuhan keperawatan
Terlampir
4. Evaluasi
Terlampir

Daftar Pustaka

1. Doenges, Marilynn E. (1999) Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa.
Ed. 3. Jakarta : EGC
2. Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. (1994). Patofisiologi, Konsep Klinis Proses
Proses Penyakit. Jakarta: Penerbit EGC.
3. Brunner and suddart. 2000. Keperawatan medical bedah volume 2. Edisi 8. Jakarta:
EGC.

4. Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC;
2001.
5. McCloskey,Joanne.2004.Nursing Interventions Classification (NIC) Fourth Edition
St.Louis Missouri:Westline Industrial Line
6. Moorhead,Sue.2008. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fourth Edition
St.Louis Missouri:Westline Industrial Line
7. T. Heather Herdman. 2012. NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2012-2014, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai