Oleh
Nama : Ni Putu Pebriani Widiasih
NIM
: 13002105039
Sefalik
Fase pertama ini dimulai dengan rangsangan seperti pandangan, bau atau rasa
makanan yang bekerja pada reseptor kortikal serebral yang pada gilirannya
merangsang saraf vagal. Intinya, makanan yang tidak menimbulkan nafsu
makan menimbulkan sedikit efek pada sekresi lambung. Inilah yang
menyebabkan makanan sering secara konvensional diberikan pada pasien
dengan ulkus peptikum. Saat ini banyak ahli gastroenterology menyetujui
bahwa diet saring mempunyai efek signifikan pada keasaman lambung atau
penyembuhan ulkus. Namun, aktivitas vagal berlebihan selama malam hari
saat lambung kosong adalah iritan yang signifikan.
b. Fase lambung
Pada fase ini asam lambung dilepaskan sebagai akibat dari rangsangan
kimiawi dan mekanis terhadap reseptor di dinding lambung. Refleks vagal
menyebabkan sekresi asam sebagai respon terhadap distensi lambung oleh
makanan.
c. Fase usus
Makanan dalam usus halus menyebabkan pelepasan hormon (dianggap
menjadi gastrin) yang pada waktunya akan merangsang sekresi asam lambung.
Pada manusia, sekresi lambung adalah campuran mukokolisakarida dan
mukoprotein yang disekresikan secara kontinyu melalui kelenjar mukosa.
Mucus ini mengabsorpsi pepsin dan melindungi mukosa terhadap asam. Asam
hidroklorida disekresikan secara kontinyu, tetapi sekresi meningkat karena
mekanisme neurogenik dan hormonal yang dimulai dari rangsangan lambung
dan usus. Bila asam hidroklorida tidak dibuffer dan tidak dinetralisasi dan bila
harus dibedakan dari ulkus cushing dan ulkus curling, yaitu dua tipe lain dari
ulkus lambung. Ulkus cushing umum terjadi pada pasien dengan trauma otak.
Ulkus ini dapat terjadi pada esophagus, lambung, atau duodenum, dan biasanya
lebih dalam dan lebih penetrasi daripada ulkus stress. Ulkus curling sering terlihat
kira-kira 72 jam setelah luka bakar luas.
5. Klasifikasi
Ulkus peptikum diklasifikasikan dan diberi nama berdasarkan lokasi anatomis dimana
ulkus terbentuk, yaitu:
a. Ulkus Lambung (gastrikum) : adanya area berlubang yang terbentuk di
mukosa lambung.
b. Ulkus Duodenalis : adanya area berlubang yang terbentuk di mukosa usus 12
c.
jari (duodenum).
Ulkus esofagealis : adanya area beerlubang yang terbentuk di lapisan mukosa
esofagus, yang disebabkan regurgitasi berulang dari asam lambung ke
Ulkus Lambung
Insiden
Biasanya 50 tahun lebih
Pria:wanita 2:1
lambung
o Penambahan berat badan dapat
lambung
o Penurunan
terjadi
o Nyeri terjadi 2-3 jam setelah
terjadi
o Nyeri terjadi sampai 1 jam
berat
badan
dapat
dengan muntah.
o Makan makanan tidak membantu
dan kadang meningkatkan nyeri.
o Muntah umum terjadi
o Hemoragi lebih umum terjadi
daripada ulkus duodenal.
daripada melena.
Kemungkinan Malignansi
Kemungkinan malignansi
Jarang
Kadang-kadang
Faktor Risiko
Faktor Risiko
Golongan darah O, PPOM, gagal ginjal Gastritis, alkohol, merokok, NSAID,
kronis, alkohol, merokok, sirosis, stress.
stres
6. Gejala klinis
Gejala-gejala ulkus dapat hilang selama beberapa hari, minggu, atau beberapa bulan
dan bahkan dapat hilang hanya sampai terlihat kembali, sering tanpa penyebab yang
dapat diidentifikasi. Banyak individu mengalami gejala ulkus, dan 20-30% mengalami
perforasi atau hemoragi yang tanpa adanya manifestasi yang mendahului.
Nyeri
Biasanya pasien dengan ulkus mengeluh nyeri tumpul, seperti tertusuk atau
sensasi terbakar di epigastrium tengah atau di punggung. Hal ini diyakini bahwa
nyeri terjadi bila kandungan asam lambung dan duodenum meningkat
menimbulkan erosi dan merangsang ujung saraf yang terpajan. Teori lain
menunjukkan bahwa kontak lesi dengan asam merangsang mekanisme refleks
local yang mamulai kontraksi otot halus sekitarnya. Nyeri biasanya hilang dengan
makan, karena makan menetralisasi asam atau dengan menggunakan alkali,
namun bila lambung telah kosong atau alkali tidak digunakan nyeri kembali
timbul. Nyeri tekan lokal yang tajam dapat dihilangkan dengan memberikan
tekanan lembut pada epigastrium atau sedikit di sebelah kanan garis tengah.
Beberapa gejala menurun dengan memberikan tekanan local pada epigastrium.
Pirosis (nyeri uluhati)
Beberapa pasien mengalami sensasi luka bakar pada esophagus dan lambung,
yang naik ke mulut, kadang-kadang disertai eruktasi asam. Eruktasi atau sendawa
umum terjadi bila lambung pasien kosong.
Muntah
Meskipun jarang pada ulkus duodenal tak terkomplikasi, muntah dapat menjadi
gejala ulkus peptikum. Hal ini dihubungkan dengan pembentukan jaringan parut
atau pembengkakan akut dari membran mukosa yang mengalami inflamasi di
sekitarnya pada ulkus akut. Muntah dapat terjadi dengan atau tanpa didahului
oleh mual, biasanya setelah nyeri berat yang dihilangkan dengan ejeksi
kandungan asam lambung.
Konstipasi dan perdarahan
Konstipasi dapat terjadi pada pasien ulkus, kemungkinan sebagai akibat dari diet
dan obat-obatan. Pasien dapat juga datang dengan perdarahan gastrointestinal
sebagian kecil pasien yang mengalami akibat ulkus akut sebelumnya tidak
mengalami keluhan, tetapi mereka menunjukkan gejala setelahnya.
Gejala klinis pada bayi
Pada bayi baru lahir, gejala awal dari ulkus peptikum bisa berupa adanya darah dalam
tinja. Jika ulkus menyebabkan terbentuknya lubang (perforasi) pada lambung atau
usus halus, bayi bisa tampak kesakitan dan cenderung timbul demam. Pada bayi yang
lebih tua dan anak kecil selain di dalam tinjanya ditemukan darah, juga disertai darah
dan nyeri perut berulang. Nyeri seringkali semakin memburuk atau membaik jika
anak makan dan nyeri dapat membuat anak terbangun pada saat tidur malam hari.
7. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Pada pemeriksaan fisik, diperhatikan apakah klien tampak pucat, adanya keluhan
nyeri dari pasien, dilihat konjungtiva untuk mengetahui terjadinya anemia, kaji
adanya mual atau muntah, kaji keadaan abdomen apakah terdapat massa, warna
kulit, ada/tidaknya jaringan parut.
Palpasi
Palpasi daerah abdomen untuk menunjukkan adanya nyeri tekan epigastrik,
distensi abdominal, adanya pembesaran/pengerasan lambung yang menunjukan
terjadinya obstruksi pylori dan adanya massa di abdomen.
Perkusi
Perkusi pada bagian abdomen untuk mengetahui terjadinya asites
Auskultasi
Bising usus mungkin tidak ditemukan.
8. Pemeriksaan diagnostik
Endoskopi adalah suatu prosedur dimana sebuah selang lentur dimasukkan
melalui mulut dan bisa melihat langsung ke dalam lambung. Endoskopi ini
digunakan untuk mengidentifikasi perubahan inflamasi, ulkus dan lesi. Melalui
endoskopi mukosa dapat secara langsung dilihat dan biopsy didapatkan.
Endoskopi telah diketahui dapat mendeteksi beberapa lesi yang tidak terlihat
dan tidak adanya nyeri yang timbul juga mengidentifikasikan adanya ulkus.
Adanya H. Pylory dapat ditentukan dengan biopsy dan histology melalui kultur,
meskipun hal ini merupakan tes laboratorium khusus. serta tes serologis terhadap
gastrin
Pasien ulkus peptikum akan menunjukan hasil pengujian hematokrit dan
hemoglobin yang rendah bila disertai dengan pendarahan, dan hasil tes
untuk inspeksi, biopsi, visualisasi erosi superfisial, situs pendarahan aktif secara
langsung.
Radiografi dengan kontras barium tunggal rutin dapat mendeteksi 30% ulkus
peptikum dan dengan kontras ganda dapat mendeteksi 60-80% ulkus peptikum.
peptikum
(misalnya
perforasi,
Komplikasi
Sebagian besar ulkus bisa disembuhkan tanpa disertai komplikasi lanjut. Tetapi pada
beberapa kasus, ulkus peptikum bisa menyebabkan komplikasi yang bisa berakibat
fatal, seperti penetrasi, perforasi, perdarahan dan penyumbatan.
Penetrasi.
Sebuah ulkus dapat menembus dinding otot dari lambung atau duodenum dan
sampai ke organ lain yang berdekatan, seperti hati atau pankreas. Hal ini akan
menyebabkan nyeri tajam yang hebat dan menetap, yang bisa dirasakan diluar
daerah yang terkena (misalnya di punggung, karena ulkus duodenalis telah
menembus pankreas). Nyeri akan bertambah jika penderita merubah posisinya. Jika
pemberian obat tidak berhasil mengatasi keadaan ini, mungkin perlu dilakukan
pembedahan.
Perforasi.
Merupakan erosi ulkus melalui mukosa lambung yang menembus ke dalam rongga
peritoneal membentuk lubang terbuka ke rongga perut. Ditandai dengan nyeri yang
dirasakan secara tiba-tiba, sangat hebat dan terus menerus, dan dengan segera
menyebar ke seluruh perut. Penderita juga bisa merasakan nyeri pada salah satu atau
kedua bahu, yang akan bertambah berat jika penderita menghela nafas dalam.
Perubahan posisi akan memperburuk nyeri sehingga penderita seringkali mencoba
untuk berbaring mematung. Bila ditekan, perut terasa nyeri. Demam menunjukkan
adanya infeksi di dalam perut. Jika tidak segera diatasi bisa terjadi syok. Keadaan ini
memerlukan tindakan pembedahan segera dan pemberian antibiotik intravena.
Perdarahan.
Perdarahan adalah komplikasi yang paling sering terjadi. Gejala dari perdarahan
karena ulkus adalah:
muntah darah segar atau gumpalan coklat kemerahan yang berasal dari makanan
yang sebagian telah dicerna, yang menyerupai endapan kopi
Dengan endoskopi dilakukan kauterisasi ulkus. Bila sumber perdarahan tidak dapat
ditemukan dan perdarahan tidak hebat, diberikan pengobatan dengan antagonis-H2
dan antasid. Penderita juga dipuasakan dan diinfus, agar saluran pencernaan dapat
beristirahat. Bila perdarahan hebat atau menetap, dengan endoskopi dapat
disuntikkan bahan yang bisa menyebabkan pembekuan. Jika hal ini gagal,
diperlukanpembedahan.
Penyumbatan.
Pembengkakan atau jaringan yang meradang di sekitar ulkus atau jaringan parut
karena ulkus sebelumnya, bisa mempersempit lubang di ujung lambung atau
mempersempit duodenum. Penderita akan mengalami muntah berulang, dan
seringkali memuntahkan sejumlah besar makanan yang dimakan beberapa jam
sebelumnya. Gejala lainnya adalah rasa penuh di perut, perut kembung dan
berkurangnya nafsu makan. Lama-lama muntah bisa menyebabkan penurunan berat
badan, dehidrasi dan ketidakseimbangan mineral tubuh. Mengatasi ulkus bisa
mengurangi penyumbatan, tetapi penyumbatan yang berat memerlukan tindakan
endoskopik atau pembedahan.
keluhan muncul, dan frekuensi munculnya keluhan sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Penjelasan status kesehatan masa lalu klien meliputi : penyakit yang pernah
diderita, hospitalisasi atau operasi, Injuri atau kecelakaan, Alergi, imunisasi dan
V.
VI.
perdarahan
defekasi/karakteristik feses.
sebelumnya,
perubahan
pola
Tanda: Nyeri tekan abdomen, distensi, bunyi usus sering hiperaktif selama
perdarahan, karakteristik feses ada darah, berbusa, bau busuk, konstipasi
(perubahan diet dan penggunaan antasida).
5. Makanan/cairan
Gejala: Anoreksia, mual muntah, nyeri ulu hati, sendawa bau asam, tidak
toleran terhadap makanan, BB menurun.
Tanda: Muntah: warna kopi gelap atau merah, nyeri ulu hati, sendawa bau
asam, tidak toleran terhadap makanan, BB menurun.
6. Neurosensori
Gejala : rasa berdenyut, pusing/ sakit kepala karena sinar, kelemahan
7. Nyeri / Keamanan
Gejala :
Nyeri digambarkan sebagai tumpul, dangkal, rasa terbakar,
perih, nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi, rasa ketidaknyamanan/
distress samar-samar setelah makan banyak dan hilang setelah makan, nyeri
epigastrium kiri sampai tegang atau menyebar ke punggung, muncul saat
perut kosong.
Tanda :
Wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat
VII.
VIII.
2. Diagnosa keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot
sekunder terhadap gangguan visceral usus ditandai dengan pasien mengeluh nyeri
perut dengan skala nyeri 5, pasien tampak meringis kesakitan, pasien tampak
melindungi area yang sakit.
Nausea berhubungan dengan iritasi gastrik ditandai dengan klien mengeluh mual,
klien tidak mau makan.
PK. Perdarahan
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan
aktif.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual dan muntah ditandai dengan pasien mengalami penurunan BB
lebih dari 20%, pasien tampak mual, pasien tidak mampu menghabiskan 1 porsi
makanan yang diberikan, pasien tampak lemah.
Kurang pengetahuan mengenai konsep penyakit dan pengobatan berhubungan
dengan kurang terpapar informasi ditandai dengan pasien pasien mengatakan
tidak tahu mengenai penyakitnya, pasien tampak bingung ketika ditanya tentang
penyakitnya.
3. Rencana asuhan keperawatan
Terlampir
4. Evaluasi
Terlampir
Daftar Pustaka
4. Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC;
2001.
5. McCloskey,Joanne.2004.Nursing Interventions Classification (NIC) Fourth Edition
St.Louis Missouri:Westline Industrial Line
6. Moorhead,Sue.2008. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fourth Edition
St.Louis Missouri:Westline Industrial Line
7. T. Heather Herdman. 2012. NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2012-2014, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC