Anda di halaman 1dari 4

Pemeriksaan Fisik Umum

Pada pemeriksaan fisik dicatat tanda-tanda vital yaitu kesadaran, nadi, tensi
darah, frekuensi dan jenis pernapasan serta suhu tubuh. Tingkat kesadaran juga
dicatat yaitu kompos mentis (kondisi segar bugar), apatis, somnolen (mengantuk),
sopor (tidur), atau koma. Selain itu dapat pula ditentukan dengan GCS.
Pemeriksaan Neurologis
Pada pasien yang sadar dapat dilakukan pemeriksaan neurologis lengkap. Pada
pasien yang berada dalam keadaan koma hanya dapat dilakukan pemeriksaan
objektif. Bentuk pemeriksaan yang dilakukan adalah tanda perangsangan
meningen, yang berupa tes kaku kuduk yang hanya boleh dilakukan bila kolumna
vertebralis servikalis (ruas tulang leher) normal. Tes ini tidak boleh dilakukan bila
ada fraktur atau dislokasi servikalis. Selain itu dilakukan perangsangan terhadap
sel saraf motorik dan sensorik (nervus kranialis). Saraf yang diperiksa yaitu saraf
1 sampai saraf 12 yaitu: nervus I (olfaktoris), nervus II (optikus), nervus III
(okulomotoris), nervus IV (troklealis), nervus V (trigeminus), nervus VI
(abdusens), nervus VII (fasialis), nervus VIII (oktavus), nervus IX
(glosofaringeus), nervus X (vagus), nervus XI (spinalis), nervus XII (hipoglous),
nervus spinalis (pada otot lidah), dan nervus hipoglosus (pada otot belikat)
berfungsi sebagai saraf sensorik dan motorik.
Pemeriksaan Radiologis
Foto rontgen polos
Pada cedera kepala perlu dibuat foto rontgen kepala dan kolumna vertebralis
servikalis. Film diletakkan pada sisi lesi akibat benturan. Bila lesi terdapat di
daerah oksipital, buatkan foto anterior-posterior. Bila lesi terdapat di daerah
frontal buatkan foto posterior-anterior. Bila lesi terdapat di daerah temporal,
pariental atau frontal lateral kiri, film diletakkan pada sisi kiri dan dibuat foto dari
kanan ke kiri. Kalau diduga ada fraktur basis kranii, maka dibuatkan foto basis
kranii dengan kepala menggantung dan sinar rontgen terarah tegak lurus pada
garis antar angulus mandibularis (tulang rahang bawah).
Foto kolumna vertebralis servikalis dibuat anterior-posterior dan lateral untuk
melihat adanya fraktur atau dislokasi. Pada foto polos tengkorak mungkin dapat
ditemukan garis fraktur atau fraktur impresi. Tekanan intrakranial yang tinggi
mungkin menimbulkan impressions digitae.
Compute Tomografik Scan (CT-Scan)
CT-Scan diciptakan oleh Hounsfield dan Ambrose pada tahun 1972. Dengan
pemeriksaan ini kita dapat melihat ke dalam rongga tengkorak. Potonganpotongan melintang tengkorak bersama isinya tergambar dalam foto dengan jelas.
CT-Scan kepala merupakan standard baku untuk mendeteksi perdarahan
intrakranial. Semua pasien dengan GCS<12 sebaiknya menjalankan pemeriksaan
CT-Scan, sedangkan pada pasien dengan GCS>12 CT-Scan dilakukan hanya
dengan indikasi tertentu seperti: nyeri kepala hebat, adanya tanda-tanda fraktur
basis kranii, adanya riwayat cedera yang berat, muntah lebih dari satu kali,
penderita lansia (> 65 tahun) dengan penurunan kesadaran atau anamnesia,
kejang, riwayat gangguan vaskuler atau menggunakan obat-obat anti koagulen,
rasa baal pada tubuh, gangguan keseimbangan atau berjalan, gangguan orientasi,
berbicara, membaca, dan menulis.

MRI (Magnetic Resonance Imaging)28


MRI adalah teknik pencitraan yang lebih sensitif dibandingkan dengan CT-Scan.
Kelainan yang tidak tampak pada CT-Scan dapat dilihat dengan MRI. Namun,
dibutuhkan waktu pemeriksaan lebih lama dibandingkan dengan CT-Scan
sehingga tidak sesuai dengan situasi gawat darurat.

American College of Surgeons, 2004. Cedera Kepala dalam : American


College of Surgeons. Advanced Trauma Life Support Untuk Dokter.
IKABI, 167 186.
Translate KAYE by ME
Penilaian Klinis
Sangat penting dalam pengelolaan pasien untuk mengetahui perubahan kondisi
neurologis sesegera mungkin . Hal ini penting untuk memastikan jenis kecelakaan
yang menyebabkan cedera kepala dan waktu kejadiannya.
Pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan neurologis yang akurat akan membantu untuk menentukan jenis dan
posisi dari proses patologis dan memberikan dasar untuk perbandingan dengan
pemeriksaan berikutnya. Meskipun dilakukan pemeriksaan neurologis secara
lengkap, namun yang perlu ditekankan adalah pemeriksaan:
status kesadaran
ukuran dan reaksi pupil
tanda-tanda neurologis fokal pada tungkai
Status kesadaran
Jika pasien dapat merespon secara verbal, penilaian harus dibuat dari retrograde
amnesia and post-traumatic amnesia. Tanda awal dari penurunan kesadaran
adalah mengantuk, pada kondisi tersebut pasien mungkin mudah terbangun dan
orientasi pada waktu, tempat dan orang masih baik. Semakin memburuk tingkat
kesadaran pasien maka pasien akan menjadi bingung dan lebih mengantuk. Istilah
'koma' umumnya terbatas pada pasien yang tidak menunjukkan respon terhadap
rangsangan eksternal, tidak mematuhi perintah, tidak dapat mengucapkan katakata yang dipahami, dan tidak membuka mata mereka. Namun, penggunaan katakata 'koma', 'semicoma' atau 'stuporose' harus dihindari, karena bergantung pada
subjektivitas pemeriksa. Penilaian yang lebih akurat yakni dengan menggunakan
Glasgow comma scale (GCS). GCS memberikan nilai numerik untuk tiga
parameter yang paling penting dari tingkat kesadaran-pembukaan mata, respon
verbal terbaik dan respon motorik terbaik. Tingkat kesadaran diberikan sebagai
numerik nilai-jumlah dari tiga parameter dari skala koma Glasgow. Skor 8 atau
kurang dari itu menunjukkan cedera parah.
Ukuran dan reaksi pupil
Evaluasi yang cermat dari ukuran pupil dan respon terhadap cahaya sangat
penting di penilaian klinis awal dan selama pengamatan lebih lanjut. Peningkatan
tekanan intrakranial menyebabkan herniasi lobus temporal yang nantinya akan

menyebabkan kompresi nervus cranialis III dan membuat pupil dilatasi, di mana
hal tersebut hampir selalu terjadi pada awal tekanan meningkat. Pertama-tama
pupil akan tetap reaktif terhadap cahaya, tetapi kemudian akan menjadi lamban
dan kemudian gagal untuk merespon cahaya sama sekali. Semakin tekanan
intrakranial meningkat maka proses yang sama akan terjadi pada sisi kontralateral.
Gangguan gerakan bola mata terjadi menyertai cedera kepala sebagai akibat dari
cedera otot ekstraokular atau persarafannya, atau karena gangguan pusat dan jalur
konjugasi.
Tanda-tanda neurologis fokal pada anggota gerak
Pemeriksaan neurologis pada anggota gerak akan menilai tonus, kekuatan motorik
dan sensorik. Hemiparesis akan dihasilkan dari cedera saluran kortikospinalis
pada setiap titik dari korteks motorik ke spinal cord. Adanya cedera otak dapat
diikuti dengan defek pada anggota gerak di mana posturnya dapat menjadi
abnormal.
Perhatian khusus harus diberikan pada ventilasi, tekanan darah dan denyut nadi
pasien. Masalah pernapasan dapat mengakibatkan baik sebagai manifestasi
langsung dari keparahan cedera kepala atau karena cedera dada terkait.
Pernapasan Cheyne-Stokes terjadi karena baik kerusakan batang otak intrinsik
atau peningkatan tekanan intrakranial yang menyebabkan pendesakan dan distorsi
dari batang otak. Bradikardia dan hipertensi, respon Cushing, juga menunjukkan
adanya kompresi dari batang otak akibat peningkatan tekanan intrakranial.
Demam sering terjadi setelah cedera kepala . Sebuah suhu yang berlangsung
selama lebih dari 2 hari biasanya karena trauma perdarahan subarachnoid atau
dapat terjadi pada pasien dengan cedera batang otak parah.
Pemeriksaan fisik umum
Pemeriksaan fisik yang menyeluruh perlu dilakukan agar kemungkinan adanya
cedera penyerta dapat segera terdiagnosis dan dilakukan tatalaksana. Hipotensi
atau hipoksia dapat memperburuk cedera otak, dan jika berat, maka ia sendiri
akan menyebabkan kerusakan otak.
Penunjang
CT scan akan menunjukkan cedera intrakranial secara makroskopik, di mana
indikasi dilakukan pemeriksaan tersebut adalah:
- Loss of conciousness > 10 menit
- Pasien terus-menerus mengantuk atau status kesadarannya memburuk
- Nausea dan vomiting yang menetap
- Ada lateralisasi
- Ada defek neurologis fokal
- Ada skull fracture
- Ada rinore CSF
CT scan dengan jelas akan menunjukkan adanya intraserebral atau ekstraserebral
hematoma, serta contusio, edema dan infark cerebri. Gambaran ventrikel yang
mengecil atau tidak adanya gambaran sisterna basalis menunjukkan adanya edema
cerebri. Sejak adanya CT scan, skull x-ray sudah tidak dipakai lagi.

Cerebral angiography diindikasikan jika dicurigai ada fistula caroticocavernous


dilihat dari adanya bruit di atas orbit atau proptosis yang berdenyut

Anda mungkin juga menyukai