Anda di halaman 1dari 8

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN


Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

ISSN 1410-6086

PEMILIHAN WILAYAH POTENSIAL


UNTUK DISPOSAL LIMBAH RADIOAKTIF
(AREA SURVEY STAGE, IAEA 111-G-3.1)
Budi Setiawan, Sucipta, Teddy Sumantry, Soegeng Waluyo*)

ABSTRAK
PEMILIHAN WILAYAH POTENSIAL UNTUK DISPOSAL LIMBAH
RADIOAKTIF. Parameter standar dan kriteria yang diperoleh dari tahapan desktop study
diaplikasikan pada tahapan survey wilayah potensial untuk disposal limbah radioaktif di Pulau
Jawa dan sekitarnya. Kegiatan survei lapangan dilakukan untuk melengkapi hasil kerja desktop
study melalui survei wilayah dengan tujuan mendapatkan informasi yang dipakai untuk
menetapkan ada atau tidaknya wilayah potensial untuk penyimpanan lestari limbah radioaktif di
Pulau Jawa dan sekitarnya. Data yang berbentuk data primer dan sekunder yang berupa data
regional Pulau Jawa untuk aspek geologi maupun non-geologi perlu diperoleh. Untuk melengkapi
kegiatan lapangan perlu ditunjang dengan kegiatan lain, seperti pengkajian topografi dan geolistrik
daerah PPTN Serpong, kegiatan laboratorium (interaksi radionuklida dengan lempung) dan
penyiapan draft prosedur penerimaan limbah ke fasilitas penyimpanan akhir limbah radioaktif.
Pengambilan data telah dilakukan secara desk-study, lapangan maupun di laboratorium. Hasilnya
menunjukkan bahwa banyak kesesuaian pada aspek-aspek yang dipertimbangkan di kawasan yang
disurvei, seperti daerah Serang, Subang, Sumedang, Rembang dan Tuban, dan ada juga
kekurang/tidak sesuai pada kawasan yang disurvei, seperti Bogor, Karawang, Majalengka dan
Madura. Sebaran dan pola pengaliran air tanah baik dangkal maupun dalam di daerah PPTN
Serpong dapat diperkirakan. Hasil interaksi radionuklida-lempung menunjukkan bahwa reaksi
yang terjadi berupa reaksi sederhana. Sedangkan draft prosedur penerimaan limbah telah dibuat
secara umum untuk mengakomodasi kemungkinan penerimaan limbah dari pengolah limbah ke
fasilitas penyimpanan akhir di kemudian hari.
Kata kunci : survey wilayah potensial, kegiatan penunjang, aspek geologi dan non-geologi

ABSTRACT
SELECTION OF POTENTIAL AREAS FOR RADWASTE DISPOSAL. Parameters of
obtained standards and criteria from desktop study stage were applied on potentially area survey
stage in Jawa Island and surrounding area. Field survey activity was done to complete the
desktop study work results through area survey with objective to find out the information was used
to confirm whether any appropriate potentially area occurs (or not) in Jawa Island and
surrounding areas. The data could be formed as primary or secondary data of regional of Jawa
Island in geological and non-geological aspects need to be obtained. For completing field
activities other supporting activities were needed, such as study of topography and geoelectric on
PPTN Serpong area, laboratory activity (interaction of radionuclide with clay) and preparation of
draft of waste acceptance procedure to a disposal facility. Data was obtained through desktop
study, field trip and from laboratory activities. Results showed that many surveyed areas such as
Serang, Subang, Sumedang, Rembang dan Tuban areas were appropriate with considered aspects
, however some inappropriate aspects also exist on surveyed areas, such as in Bogor, Karawang,
Majalengka dan Madura areas. Dispersion and flow pattern of shallow/deep groundwater on
PPTN Serpong area could be predicted. Result of radionuclide-clay interaction showed that
occurred reaction as a simple reaction. And draft of waste acceptance procedure was arranged
generally to accommodate the possibility of waste acceptance from waste treatment facility to
waste disposal facility in the future.
Keywords : potentially areas survey, supporting activities, geological and non-geological aspects

*) Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

197

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII


Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

PENDAHULUAN
Tahapan pemilihan wilayah potensial
untuk disposal limbah radioaktif merupakan
kelanjutan dari tahapan sebelumnya berupa
kegiatan pembuatan konsep dan rencana,
dimana pada tahapan sebelumnya telah
disusun suatu jadual kegiatan bidang dalam
rentang waktu tahun 2007-2011, roadmap
pembangunan disposal, standar dan kriteria
untuk tiap tahapan pemilihan lokasi disposal
[1]. Parameter standar dan kriteria yang
telah dibuat kemudian diaplikasikan untuk
kegiatan survei wilayah potensial di Pulau
Jawa dan sekitarnya. Hal ini juga sejalan
dengan rekomendasi yang diberikan oleh
Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA)
melalui Extra Budgetary Program tahun
2008, dimana perlunya dilakukan kegiatan
survei lapangan untuk melengkapi hasil
kerja yang telah dilakukan secara desktop
study dengan kondisi lapangan yang
sebenarnya melalui kegiatan survei wilayah
[2]. Tujuan kegiatan ini secara keseluruhan
adalah guna mendapatkan informasi yang
dipakai untuk menetapkan ada atau tidaknya
wilayah potensial untuk penyimpanan lestari
limbah radioaktif di Pulau Jawa dan
sekitarnya, seperti wilayah Serang, Bogor,
Karawang, Subang, Majalengka, Rembang,
Tuban dan Madura [1].
Data dapat
berbentuk data primer maupun sekunder,
dimana data regional Pulau Jawa untuk
aspek geologi maupun non-geologi perlu
diperoleh baik lewat kegiatan lapangan
maupun dari kegiatan lain sebagai
pendukung kegiatan penetapan wilayah
potensial, seperti kegiatan pengkajian
tentang topografi dan geolistrik di daerah
Pusat Penelitian Teknologi Nuklir (PPTN)Serpong,
laboratorium
(interaksi
radionuklida
dengan
lempung)
dan
penyiapan draft prosedur penerimaan limbah
ke fasilitas penyimpanan akhir limbah
radioaktif. Aspek-aspek yang diperlukan
untuk perolehan data diadopsi dari petunjuk
yang dipublikasi oleh IAEA dan pustaka
lainnya [3-9]. Hasil yang diperoleh

198

ISSN 1410-6086

diharapkan akan semakin melengkapi


jumlah data yang telah diperoleh dari
kegiatan sebelumnya.

TATA KERJA
Pengambilan data lapangan yang
berhubungan dengan aspek-aspek geologi
dan
non-geologi
dilakukan
secara
penyelidikan lapangan ke beberapa calon
wilayah potensial, dan sebagian lainnya
diperoleh dari penelusuran informasi di peta,
laporan hasil terdahulu dan internet. Aspekaspek yang diharapkan dan dipertimbangkan
dari kegiatan lapangan adalah aspek
geomorfologi, litostratigrafi, seismotektonik,
vulkanologi,
hidrologi,
hidrogeologi,
cebakan tambang, demografi, kawasan
penting dan situs bersejarah. Pengumpulan
data sekunder daerah PPTN Serpong serta
teori pendekatan kegiatan geolistrik yang
dilakukan melalui pengumpulan data tertulis
maupun elektronik. Penelitian tentang
interaksi radionuklida-lempung dilakukan di
laboratorium dengan cara mengontakkan
radiocesium dengan lempung dan hasilnya
adalah data sorpsi-desorpsi radionuklida
oleh lempung dari daerah Tuban. Sedangkan
kegiatan
pembuatan
draft
prosedur
penerimaan limbah ke fasilitas penyimpanan
akhir limbah radioaktif dilakukan secara
desktop study. Semua kegiatan pengkajian
dan laboratorium telah dilakukan pada tahun
anggaran 2009 di Bidang Teknologi
Penyimpanan Lestari-PTLR.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan penelitian lapangan dalam
rangka pemilihan wilayah potensial untuk
penyimpanan limbah radioaktif di pulau
Jawa dan sekitarnya ditekankan pada
sejumlah daerah penelitian terutama yang
mempunyai batuan lempung. Kriteria yang
dikenakan pada daerah penelitian dapat
dilihat pada Tabel 1.

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII


Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

ISSN 1410-6086

Tabel 1. Kriteria lingkungan tapak penyimpanan limbah radioaktif [6]


1

Letak dan aksebilitas


Geomorfologi

2
Litologi
3
4
5
6
7

Stratigrafi
Struktur geologi
Kegempaan
Hidrologi

Hidrogeologi

9
10

Vulkanologi
Iklim

11

Sumber daya alam


(SDA)

12
13

Guna lahan dan data


ruang
Demografi

14.

Hak atas tanah

1). Dekat dengan instalasi pengolahan limbah


2). Jangkauan mudah
1). Bentuk lahan bukan pegunungan terjal dan bukan lembah
2). Sudut kelerengan kecil (< 5o)
3). Intensitas proses geomorfologi kecil
1). Permeabilitas rendah
2). Sifat sorpsi baik
3). Kompak keras dan homogen
Pelapisan relatif sederhana
Struktur relatif sederhana
Tidak ada (kecil) terhadap ancaman bahaya gempa bumi
1). Aliran permukaan kecil
2). Jauh dari tubuh air permukaan
1). Muka air tanah > 4 m dari dasar repository
2). Laju air tanah rendah
3). Pola aliran air tanah sederhana
Tidak ada aktivitas dan ancaman bahaya gunung api
1). Curah hujan rendah
2). Kelembaban rendah- sedang
1). Tidak ada SDA yang bernilai tinggi
2). Dekat dengan potensi cadangan bahan kontruksi, bahan uruk
dan bahan pengisi repositori
1). Penggunaan lahan yang ada bernilai rendah
2). Kesesuaian dengan tata ruang wilayah
1). Kerapatan penduduk relatif rendah
2). Perkembangan jumlah penduduk relatif kecil
Potensi pengalihan hak dan fungsi lahan

Berdasarkan kriteria pada Tabel 1 diatas


telah diperoleh data untuk masing-masing
aspek/parameter pada daerah penelitian.

Aspek Geomorfologi dan Litostratigrafi


Wilayah dengan batuan lempung dari
aspek geomorfologi mempunyai kesesuaian
yang cukup sebagai wilayah potensial,
kecuali di daerah Serang yang mempunyai
jenis batuan andesit piroksen (beku) [10-12].
Pada daerah-daerah yang disurvei terlihat
bahwa secara litostratigrafi daerah tersebut
memiliki pelapisan batuan yang relatif
sederhana tersusun dari batuan sedimen
(batuan lempung dan asosiasinya).

Aspek Kegempaan
Kemudian dari data kegempaan (Peta
Wilayah Gempa Indonesia), daerah-daerah
yang disurvei mempunyai nilai percepatan
gempa dengan rentang antara 0,1 0,2 g
atau secara seismotektonik berada pada
daerah dengan bahaya guncangan gempa
bumi sebesar 100-150 gal dimana daerah
Serang mempunyai nilai percepatan yang
tertinggi (0,2g) dan daerah-daerah Rembang,
Tuban dan Madura dengan percepatan
rendah (0,1g) seperti ditunjukkan pada
Gambar 1. Menyebabkan daerah-daerah
tersebut merupakan daerah dengan potensi
ancaman tsunami yang kecil [13,14].

199

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII


Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

ISSN 1410-6086

Gambar 1. Wilayah gempa Indonesia dengan percepatan puncak batuan dasar dengan
periode ulang 500 tahun
Aspek Struktur Geologi dan Vulkanologi

Aspek Demografi dan Tata Guna Lahan

Keberadaan struktur geologi yang


komplek juga menjadi bahan pertimbangan
sehingga daerah-daerah seperti Bogor,
Madura dan sebagian Subang tereliminasi
sebagai wilayah potensial [15-17]. Hal ini
diperkuat dengan banyaknya patahan dan
lipatan yang dijumpai di daerah tersebut.
Dari aspek kegunungapian terlihat bila
daerah-daerah penelitian Serang, Karawang,
Subang, Rembang, Tuban dan Madura
mempunyai jarak yang cukup jauh (>30 km)
dari keberadaan gunung api yang aktif, baik
tipe A dan B kecuali pada daerah Bogor dan
Majalengka (jarak<25 km) [18].

Kepadatan penduduk yang rendah


(<1000 jiwa) menyebabkan daerah-daerah
yang diteliti cukup menjanjikan sebagai
wilayah potensial, kecuali daerah Bogor,
Karawang dan Majalengka. Berdasarkan
aspek tata guna lahan sebagaian wilayah
studi perlu dipertimbangkan lagi karena
merupakan daerah cebakan tambang,
kawasan penting maupun situs bersejarah.
Sehingga secara umum dapat disimpulkan
dari aspek-aspek yang dipertimbangkan
bahwa daerah penelitian Serang, Subang,
Sumedang, Rembang dan Tuban memiliki
keseuaian yang baik, sedangkan derah
Bogor, Karawang, Majalengka dan Madura
dinilai kurang sesuai untuk dipertimbangkan
sebagai wilayah potensial.

Aspek Hidrogeologi
Aspek hidrogeologi dari daerahdaerah yang disurvei menunjukkan bahwa
semua daerah penelitian termasuk daerah
bukan cekungan air tanah dengan
permeabilitas batuan yang sangat rendah.
Selain itu juga daerah penelitian termasuk
daerah aman terhadap potensi banjir dan
pergerakan tanah yang rendah/longsor
[19-23].

200

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII


Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

Pengkajian Topografi Daerah Kawasan


Nuklir Serpong dan Geolistrik
Secara pengamatan dengan satelit
(Google Map) tampak bahwa morfologi
daerah penelitian/PPTN Serpong dapat
dikelompokkan
kedalam
klasifikasi
morfologi dataran bergelombang dengan
relief hampir datar dengan ketinggian 80
100 meter diatas muka laut. Morfologi
bergelombang lemah dapat ditemui sekitar
daerah Kranggan dengan lembah-lembah
kecil di sepanjang sungai Cisadane yang di
antaranya adalah sungai Cisalak yang berada
di sebelah selatan gedung Reaktor RSG dan
sungai Cipelang di sebelah timur gedung
Reaktor. Dekatnya lokasi sungai dengan
daerah penelitian menyebabkan kedua
sungai tersebut akan berpengaruh sangat
penting terhadap pola aliran air tanah
dangkal di sekitar (Sumur Pantau-4) SP-4
sehingga perkiraan sebaran dan pola
pengaliran air tanah baik dangkal maupun
dalam di daerah PPTN Serpong akan dapat
diduga.
Data
geolistrik
suatu
lokasi/titik
penyelidikan akan diperoleh melalui
pengukuran beda potensial dari ketebalan
lapisan dan jenis batuan pada tiap-tiap titik
pengukuran daerah penyelidikan dan
hasilnya kemudian dibuatkan pemodelan
1-D dengan menggunakan program Resty.
Hasil pemodelan dengan menggunakan
Program Resty atau IPI2WIN 2006 diperoleh
variasi nilai resistivitas pada tiap kedalaman,

ISSN 1410-6086

sehingga dapat diketahui ketebalan lapisan


dan jenis batuan pada tiap-tiap titik
pengukuran.
Hasil
pemodelan
2-D
didapatkan dari pengolahan data resistivitas
dengan menggunakan program Res2Dinv,
sehingga diperoleh model penampang 2-D.
Sedangkan untuk hasil pemodelan 3-D
diperoleh dengan menggabungkan harga
resistivitas sebenarnya pada model 1-D dan
2-D
dengan
menggunakan
program
Rockwork.
Dari data yang diperoleh
tersebut selanjutnya keadaan bawah
permukaan daerah penyelidikan dapat
dianalisis dengan lebih detil. [24-26].
Contoh hasil pengukuran geolistrik dapat
ditunjukkan pada Gambar 2. Dari hasil
resistivitas yang diperoleh menunjukkan bila
lapisan batuan pasir tufaan diperkirakan
berada pada kedalaman lebih dari 20 m,
dimana lapisan pasir tufaan akan berperan
sebagai zona perangkap air tanah dan
selanjutnya dapat ditunjukkan bahwa pola
penyebaran air tanah di daerah tersebut akan
menyebar secara lateral.
dimana N adalah no lapisan tanah di
daerah penyelidikan, adalah resistivitas
dari tanah pada lapisan n, h adalah ketebalan
lapisan tanah pada lapisan n, d adalah
kedalaman lapisan tanah n, dan Alt adalah
kedalaman lapisan tanah n dari titik 0 atau
permukaan tanah. Nilai resistivitas dapat
diperoleh dari perhitungan yang ada pada
perangkat
lunak
IPI2WIN
2006.

Gambar 2. Pengaruh kedalam terhadap resistivitas

201

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII


Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

ISSN 1410-6086

Aspek Interaksi Radionuklida dengan


Lempung

lateral dimana lapisan pasir tufaan berperan


sebagai zona perangkap air tanah.

Hasil
kinetika
sorpsi-desorpsi
radiocesium ke lempung menunjukkan
bahwa fase kesetimbangan tercapai setelah
kontak selama 96 jam dengan nilai koefisien
distribusi, Kd= 6500 ml/g dan kondisi
kesetimbangan baru setelah desorpsi
tercapai setelah 72 jam kontak. Reaksi yang
relatif cepat ini kemungkinan besar
dikarenakan reaksi yang terjadi adalah reaksi
sederhana [27]. Pengaruh konsentrasi NaCl
di larutan (mewakili kekuatan ion larutan/I)
menyebabkan
menurunnya
nilai
Kd
radionuklida cesium oleh lempung. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh terjadinya
kompetisi antara ion Na+ sebagai garam latar
dengan ion Cs+ pada permukaan lempung
yang menyebabkan terjadinya penurunan
nilai Kd [28].

Dari hasil interaksi radionuklidalempung menunjukkan bila reaksi yang


terjadi sangat cepat (96 dan 72 jam)
sehingga dapat diperkirakan bila reaksi
tersebut berupa reaksi yang sederhana.

Persyaratan, spesifikasi dan klasifikasi


limbah yang dapat diterima oleh suatu
fasilitas
penyimpanan
lestari
harus
mengikuti segala aturan dan prosedur yang
dibuat
oleh
otoritas
fasilitas
pembuangan/penyimpanan lestari limbah
tanah dangkal (near surface disposal),
dimana aturan tersebut merupakan hasil
adopsi dan penyesuaian dari aturan yang ada
di IAEA [29,30]. Hal ini dimaksudkan agar
paket limbah yang dikirim ke fasilitas
penyimpanan lestari dapat diterima oleh
fasilitas tersebut dan berdasarkan spesifikasi
kemampuan
fasilitas
tersebut
tidak
membahayakan lingkungan dan masyarakat
di kemudian hari.

KESIMPULAN
Telah dilakukan penyelidikan dan
penelitian dalam rangka pemilihan wilayah
potensial untuk penyimpanan lestari limbah
radioaktif di pulau Jawa dan sekitarnya,
dimana hasilnya menunjukkan bahwa daerah
penelitian Serang, Subang, Sumedang,
Rembang dan Tuban memiliki kesesuaian
yang baik, sedangkan derah Bogor,
Karawang, Majalengka dan Madura dinilai
kurang sesuai untuk dipertimbangkan
sebagai wilayah potensial.
Kajian morfologi di derah Serpong
menunjukkan bahwa zona dataran setempat
lapuk dengan sudut kemiringan kecil.
Lapisan batuan pasir tufaan diperkirakan
berada pada kedalaman lebih dari 20 m, dan
pola penyebaran air tanah menyebar secara

202

Draft prosedur penerimaan limbah


secara
umum
telah
dibuat
untuk
mengakomodasi kemungkinan penerimaan
limbah dari pengolah limbah ke fasilitas
penyimpanan akhir di kemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA
1.

B.SETIAWAN dkk, Penyiapan Tapak


Penyimpanan
Lestari
Limbah
Radioaktif di Pulau Jawa dan
sekitarnya, Pros. Hasil Penelitian Tahun
2007, PTLR-BATAN (2008).
2. T.BANNAI et.al., Report of IAEA EBPAsia Expert Mission to Review Site
Evaluation Activities for a RW Disposal
Facility in Jawa Island, 25-29 Feb
2008, IAEA, (2008).
3. IAEA, Siting of Near Surface Disposal
Facilities, SS no 111 G-3.1, IAEA,
Vienna (1994).
4. IAEA, Near Surface Disposal of
Radioactive Waste, SS no 111 S-3,
IAEA, Vienna (1994).
5. IAEA,
Site
Investigations
for
Repositories for Solid Radioactive
Wastes in Shallow Ground, TRS no
216, IAEA, Vienna (1982).
6. DJ.SQUIRES, Siting of Shallow Land
Repositories,
RTC
on
National
Infrastucture
for
Radwaste
Management, Jakarta-Indonesia (1991).
7. IAEA, Storage of Radioactive Waste,
SSS No. WS-G-61, IAEA, Vienna
(2006).
8. IAEA, Near Surface Disposal of
Radioactive Waste, SSS No. WS-R-1,
IAEA, Vienna (1999).
9. IAEA, Classification of Radioactive
Waste, SS No. 111-G-1.1. IAEA,
Vienna (1994).
10. TC.AMIN, N.RATMAN, S.GAFOER,
Peta Geologi Lembar Jawa Bagian
Barat, skala 1: 500.000. P3G-ESDM,
Bandung-Indonesia (1998).
11. TC.AMIN, N.RATMAN, S.GAFOER,
Peta Geologi Lembar Jawa Bagian
Tengah skala 1: 500.000. P3G-ESDM,
Bandung-Indonesia (1999).

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII


Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

12. TC.AMIN, N.RATMAN, S.GAFOER,


Peta Geologi Lembar Jawa Bagian
Timur skala 1: 500.000. P3G-ESDM,
Bandung-Indonesia (1999).
13. EK.KERTAPATI,
YB.SETIAWAN,
IPRANTA, Peta Bahaya Goncangan
Gempabumi Indonesia, P3G-ESDM,
Bandung (1992).
14. DEPARTEMEN
PEKERJAAN
UMUM-Direktur Jenderal Ciptakarya,
http://ciptakarya.pu.go.id/peta/listat.php, diunduh Desember 2008
15. AC.EFFENDI,
KUSNAMA,
B.HERMANTO, Peta Geologi Lembar
Bogor, P3G-ESDM, Bandung (1998).
16. S.AZIZ,
SUTRISNO,
Y.NOYA,
K.BRATA, Peta Geologi Lembar
Pamekasan, P3G-ESDM, Bandung
(1992).
17. HD.TJIA, Peta Geologi Bersistem
Jawa, lembar 35 Subang, Field Report
1-4, tidak dipublikasi, Geological
Survey of Indonesia (1963).
18. Dir.Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi, Peta Sebaran Gunung Api
Aktif di Indonesia. DVMBG-ESDM,
Bandung (2001).
19. A.SUKRISNA,
E.MURTIANTO,
S.RUCHIYAT, Peta Cekungan Air
Tanah
Prop.Banten,
PLG-ESDM,
Bandung (2008).
20. A.SUKRISNA,
E.MURTIANTO,
S.RUCHIYAT,
H.SETIADI,
Peta
Cekungan Air Tanah Prop.DKI dan
Jawa Barat, PLG-ESDM, Bandung
(2008).
21. H.SETIADI, Peta Cekungan Air Tanah
Prop. Jawa Tengah, PLG-ESDM,
Bandung (2008).

ISSN 1410-6086

22. MB.ARIFIN, Peta Cekungan Air Tanah


Jawa Timur, PLG-ESDM, Bandung
(2008).
23. KLH.,Peta Daerah Rawan Banjir dan
Longsor P.Jawa, (2006).
24. AZHAR, G. HANDAYANI, Penerapan
Metode
Geolistrik
Konfigurasi
Schlumberger
Untuk
Penentuan
Tahanan Jenis . Jurnal Natural
Indonesia, (2004)
25. L.HENDRADJAYA,
I.
ARIF,
Geolistrik Tahanan Jenis. Laboratorium
Fisika Bumi. Jurusan FMIPA. ITB.
Bandung (1988).
26. MH., LOKE, RES2DINV ver.3.3 for
Windows 3.1, 95 and NT: Rapid 3D
Resistivity & IP Inversion Using The
Least-Squares
Method.
Penang.
Malaysia, (1999).
27. HM. ERTEN et.al., Sorption of Cesium
and Strontium on Montmorillonite and
Kaolinite, Radiochim. Acta 44/45,
(1988), 147.
28. STAUNTON, S., ROUBAUD, M.,
Adsorption 137Cs on Montmorillonite
and Illite, Clay & Clay Minerals
Vol.45, No.2, 251-260 (1997).
29. IAEA, Operational Experience in
Shallow
Ground
Disposal
of
Radioactive Wastes TRS No. 253,
IAEA, Vienna, (1985).
30. RB.SHARAFUTDINOV.
Waste
Acceptance Criteria for Storage and
(or) Disposal Requirements of the
Safety Regulatory Authority, Scie. and
Eng. Center for Nucl. and Rad. Safety,
Federal Environmental Industrial and
Nuclear Supervision Service, Russian
Federation (2007).

203

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII


Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

204

ISSN 1410-6086

Anda mungkin juga menyukai