KLP 11
KLP 11
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mania
ditandai
dengan
aktivitas
fisik
yang
berlebihan
dan
perasaangembira yang luar biasa yang secara keseluruhan tidak sebanding dengan
peristiwa positif yang terjadi.Obat yang digunakan untuk mengobati mania
disebut mood modulators, mood stabilizer atau anti manics.Penderita mania
mengalami elasi (suasana perasaan yang meningkat) disertai dengan energi yang
meningkat, sehingga terjadi aktivitas yang berlebihan, percepatan, kebanyakan
bicara dan berkurangnya kebutuhan tidur.Pengendalian yang normal dalam
perilaku sosial terlepas, perhatian terpusat tidak dapat dipertahankan dan
seringkali perhatian sangat mudah dialihkan.Kadang juga dapat ditemukan harga
diri yang membumbung, pemikiran yang serba hebat dan terlalu optimistis
dinyatakan dengan bebas.
Tujuan dari penatalaksanaan mania adalah menekan secara menyeluruh
semua gejala-gejala yang muncul dan mengembalikan pasien ke dalam keadaaan
dan status mental sebelumnya (keadaan paling baik).Mood, pikiran, dan kebiasaan
harus dikembalikan ke kondisi normal, meskipun beberapa gejala mempunyai
tingkat keparahan yang berbeda.Antimania dikenal sebagai mood stabilizer karena
kerjanya terutama mencegah naik turunnya mood pada pasien dengan gangguan
bipolar (manik depresif).Obat acuan utama adalah lithium karbonat. Obat
antimania tentunya memiliki efek samping yang perlu diketahui agar pengobatan
klinis bisa digunakan secara efisien dan sesuai dengan proporsi dan tentunya agar
mencapai target terapi. Untuk itukita harus mengenali obat antimania ini terlebih
dahulu, karena selain manfaatnya, antipsikotik juga mempunyai kerugian yang
menyertainya
a.
b.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Gangguan Mania
Mania atau manic adalah turunan dari gangguan mood yaitu gangguan
bipolar yang biasa disebut dengan episode manic atau periode maniak.Episode
dopamine
receptor
supersentivity,
dengan
meningkatkn
ketika
yang
lithium
kurang
memberi
efek
yang
pada beberapa pasien yang tidak bisa merespon lithium.Selain itu, efek
sampingnya adalah dapat dengan cepat meningkatkan dosis selama beberapa hari
untuk menghasilkan tingkat darah dalam kisaran terapeutik jelas, rasa
mualmenjadi
satu-satunya
faktor
pembatas
untuk
beberapa
2.4.
Interaksi Obat
1. Lithium + diuretika thiazide = dapat meningkatkan konsentrasi serum
lithium sebanyak 50%. Tetapi resiko intosikasi menjadi besar, sehingga
dosis lithium harus dikurangi 50% agar tidak terjadi intosikasi.
Sedangkan loop diuretics, seperti Furosemide, kurang mempengaruhi
konsentrasi lithium.
6
mulai dengan dosis 250-500 mg/h diberikan 1-2 kali sehari, dinaikkan 250 mg/h
setiap minggu, diukur serum lithium setiap minggu sampai diketahui kadar serum
lithium berefek klinis terapeutik (0,8 1,2 mEq/L). biasanya dosis efektif dan
optimal berkisar 1000-1500 mg/h. dipertahankan sekitar 2-3 bulan, kemudian
diturunkan menjadi dosis maintenance, konsentrasi serum lithium yang
dianjurkan untuk mencegah kekembuhan (profilaksis) berkisar antara 0,5 0,8
mEq/L. ini sama efektifnya bahkan lebih efektif dari kadar 0,8 1,2 mEq/L. dan
juga untuk mengurangi insidensi dari efek samping dan resiko toksikasi. Dosis
awal harus lebih rendah pada pasien usia lanjut atau pasien dengan dengan
gangguan fisik, yang mempengaruhi fungsi ginjal.
Dosis awal oral bagi orang dewasa yang diluar RS, 150 mg/ hari tiap 3 4
hari.Bagi pasien depresi berat membutuhkan 400- 600 mg/ hari. Dosis awal oral
bagi pasien dewasa yang diluar RS,150 mg/hari dalam dosis terbagi. Diberikan
malam hari, dapat dinaikan 50 gram/hari setiap minggu hingga terlihat perbaikan
secara klinik. Pasien tua dan anak anak, dosis awal 25 50 mg/hari, dinaikan
hingga 100 150 mg/hari dalam dosis terbagi bergantung kepada responsnya.
Lama Pemberian
Pada penggunaan untuk sindrom Mania Akut, setelah gejala-gejala
mereda, lithium carbonate harus diteruskan sampai lebih dari 6 bulan, diberikan
secara gradual (tapering off) bila memang tidak ada indikasi lagi.
Pada Gangguan Afektif Bipolar dan Unipolar penggunaan harus
diteruskan sampai beberapa tahun , sesuai dengan indikasi profilaksis serangan
sindrom Mania/depresi. Penggunaan jangka panjang ini sebaiknya dalam dosis
minimum, dengan kadar serum Lithium terendah yang masih efektif untuk
terapi profilaksis (kadar serum Lithium diukur setiap hari).
2.7.
Efek Samping
Indeks terapi litium rendah, maka untuk pemberian yang aman perlu
dilakukan pemantauan kadar dalam plasma atau serum. Pemeriksaan ini dilakukan
10- 12 jam setelah dosis terakhir. Efek samping yang terjadi terutama pada saraf
yaitu tremor, koreatetosis, hiperaktivitas motorik, ataksia, disartria dan
afasia.Litium juga dapat menurunkan fungsi tiroid, tetapi biasanya efek ini
bersifat reversibel. Dianjurkan pemeriksaan kadar TSH tiap 6 12 bulan selama
penggunaan.
Pada ginjal, litium dapat menyebabkan nefrogenik diabetes insipidus yang
menyebabkan polian setelah makan untuk mengurangi efek kantuk.Ikatan dengan
protein ialah 90%.Dimetabolisme secara ekstensif oleh enzim mikrosom
hati.Waktu paruh eliminasi berkisar 3 6 jam.
(coarse tremor), ataksia koma, dan konvulsi. Gejala toksisitas yang lebih ringan
cenderung terjadi pada puncak absorpsi Li+ dan mencakup mual, muntah,nyeri ,
abdomen , diare, sedasi, dan tremor sedang.
Efek yang lebih serius melibatkan sistem saraf dan meliputi kebingungan
mental, hiperrefleks, tremor berat, disartria, serta tanda neurologis kognitif dan
motoric dapat bersifat ireversibel. Efek toksik lain nya adalah aritmia jantung,
hipotensi, dan albuminuria. Pada kehamilan, Li+ dapat memperparah polyuria
pada ibu.Penggunaan bersama litium dengan natriuretic serta diet rendah- Na
selama kehamilan dapat berkonstribusi terhadap intoksikasi Li+ pada ibu dan
bayi. Litium mudah menembus plasenta, dan toksisitas litium pada janin atau bayi
dapat terjadi ketika kadar darah ibu hamil berada dalam rentang terapeutik. Litium
juga disekresikan dalam ASI ibu menyusui. Penggunaan Li+ pada kehamilan
menyebab kan gondok pada bayi, depresi SSP, hipotonia (sindrom bayi
lembek). Dan murmur jantung. Kondisi ini akan pulih seiring berjalan nya
waktu, dan tidak ada akibat neurologis pada perilaku jangka panjang yang
teramati.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mania atau manic adalah turunan dari gangguan mood yaitu gangguan
bipolar yang biasa disebut dengan episode manic atau periode maniak.Episode
manic biasa muncul secara tiba-tiba, mengumpulkan kekuatan dalam bebrapa
hari.Ada beberapa jenis gangguan manic menurut PPDGJ III : Hipomania, mania
tanpa gejala psikotik, mania dengan gejala psikotik. Obat yang digunakan untuk
mengobati mania disebut mood modulators, mood stabilizer atau anti manics.
Ada lima penggolongan obat mania, yaitu:
Lithium carbonate,
----------------------------
DAFTAR PUSTAKA
Goodman & Gilman (2008).Dasar Farmakologi Terapi. Edisi 10, Volume
1.Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Katzung, B. G. (2012). Basic & Clinical Pharmacology: 12th Ed. The McGraw
Hill Companies: United States of America
Maslim, R. (2013). Buku saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas
PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Atma Jaya: Jakarta
Maslim, R. (2007). Panduan Praktis, Penggunaan Klinis Obat Psikotropik.
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya: Jakarta
Nafrialdi & Setiabudy, R., (2007).Farmakologi dan Terapi.Edisi 5. Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI :Jakarta.
Nevid,
J.S.,Rathus,
A.S.,
Greene,
B.,(2003).
Psikologi
Abnormal.Erlangga:Indonesia
10