Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mania

ditandai

dengan

aktivitas

fisik

yang

berlebihan

dan

perasaangembira yang luar biasa yang secara keseluruhan tidak sebanding dengan
peristiwa positif yang terjadi.Obat yang digunakan untuk mengobati mania
disebut mood modulators, mood stabilizer atau anti manics.Penderita mania
mengalami elasi (suasana perasaan yang meningkat) disertai dengan energi yang
meningkat, sehingga terjadi aktivitas yang berlebihan, percepatan, kebanyakan
bicara dan berkurangnya kebutuhan tidur.Pengendalian yang normal dalam
perilaku sosial terlepas, perhatian terpusat tidak dapat dipertahankan dan
seringkali perhatian sangat mudah dialihkan.Kadang juga dapat ditemukan harga
diri yang membumbung, pemikiran yang serba hebat dan terlalu optimistis
dinyatakan dengan bebas.
Tujuan dari penatalaksanaan mania adalah menekan secara menyeluruh
semua gejala-gejala yang muncul dan mengembalikan pasien ke dalam keadaaan
dan status mental sebelumnya (keadaan paling baik).Mood, pikiran, dan kebiasaan
harus dikembalikan ke kondisi normal, meskipun beberapa gejala mempunyai
tingkat keparahan yang berbeda.Antimania dikenal sebagai mood stabilizer karena
kerjanya terutama mencegah naik turunnya mood pada pasien dengan gangguan
bipolar (manik depresif).Obat acuan utama adalah lithium karbonat. Obat
antimania tentunya memiliki efek samping yang perlu diketahui agar pengobatan
klinis bisa digunakan secara efisien dan sesuai dengan proporsi dan tentunya agar
mencapai target terapi. Untuk itukita harus mengenali obat antimania ini terlebih
dahulu, karena selain manfaatnya, antipsikotik juga mempunyai kerugian yang
menyertainya

a.
b.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam makalah ini penulis akan memaparkan beberapa poin mengenai:
Apaitu gangguan mania?
Bagaimana mekanisme kerja obat mania?
c. Bagaimana penggolongan obat mania?
d.
Bagaimana interaksi obat mania?
e. Bagaimana pengaturan dosis obat mania?
f.
Berapa lama pemberian obat mania?
g.
Apa saja efek dari penggunaan obat mania?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan kami melakukan penulisan makalah ini adalah untuk :
a. Menjelaskan gangguan mania.
b. Menjelaskan mekanisme kerja obat mania.
c. Menjelaskan penggolongan obat mania.
d. Menjelaskan interaksi obat mania.
e. Menjelaskan pengaturan dosis obat mania.
f. Menjelaskan lama pemberian obat mania.
g. Menjelaskan efek dari penggunaan obat mania.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Gangguan Mania
Mania atau manic adalah turunan dari gangguan mood yaitu gangguan
bipolar yang biasa disebut dengan episode manic atau periode maniak.Episode

manic biasa muncul secara tiba-tiba, mengumpulkan kekuatan dalam bebrapa


hari.Selama satu episode manik, orang tersebut mengalami elevansi atau ekspansi
mood yang secara tiba-tiba merasakan, kegembiraan, euphoria, atau optimisme
yang tidak biasa. Orang tersebut tampak memiliki energi yang tidak terbatas dan
menjadi sangat suka bergaul, meski mungkin sampai pada titik dimana ia menjadi
sangat menuntut dan memaksa terhadap orang lain.
Orang yang mengalami sebuah episode atau fase manic merasa
bersemangat dan akan memperolok orang lain, dengan memberikan lelucon yang
keterlaluan. Pikiran-pikiran dan pembicaraan mereka dapat melompat dari satu
topik ke topik lain. Orang lain akan merasa kesulitan untuk menyela mereka.
Mereka juga bisa menjadi sangat dermawan dan melaukan kontribusi sumbangan
yang sulit mereka penuhi atau memberikan suatu barang yang mahal. Mereka
tidak dapat duduk tenang atau tidur nyenyak.Mereka cenderung bangun lebih awal
namun tetap merasa cukup beristirahat dan penuh tenaga.Terkadang mereka tidak
tidur selama berhari-hari dan tidak merasa lelah.Meski mereka mungkin memiliki
simpanan energi yang berlimpah, mereka tampak tidak bisa mengorganisasi
tindakan mereka secara konstruktif. Ada beberapa jenis gangguan manic menurut
PPDGJ III :
1. Hipomania(F30.0).Hipomania adalah derajat yang lebih ringan daripada
mania, yang kelainan suasana perasaan (mood) dan perilakunya terlalu
menetap dan menonjol , namun tidak disertai halusinasi atau waham.
2. Mania Tanpa Gejala Psikotik (F30.1)Suasana perasaan (mood) meninggi tidak
sepadan dengan keadaan individu, dan dapat bervariasi antara keriangan
(seolah-olah bebas dari masalah apapun) sampai keadaan eksitasi yang hampir
tak terkendali. Eliasi (suasana perasaan yang meningkat) itu disertai dengan
enersi yang meningkat, sehingga terjadi aktivitas berlebihan, percepatan dan
kebanyakan bicara, dan berkurangnya kebutuhan tidur.
3. Mania dengan Gejala Psikotik (F30.2) Gambaran klinis merupakan bentuk
mania yang lebih berat daripada keadaan yang digambarkan. Harga diri yang
membumbun dan gagasan kebesaran dapat berkembang menjadi waham dan
iritabilitas serta kecuriaan menjadi waham kejar.

Obat yang dianjurkan dalam penanganan gangguan mania ini adalah


Litium karbonat.Litium karbonat dianjurkan karena kerjanya terutama
mencegah naik turunnya mood pada pasien gangguan bipolar (maniadepresif). Obat lain yang belakangan

ditemukan juga efektif adalah

haloperidol, karbamazepine, asam valproic, divalproex dan Oxcarbazepin.


2.2 Mekanisme Kerja Obat
Litium diabsorbsi dengan mudah dan cepat bahkan hampir sempurna dari
saluran gastroin testinal. Absorbsi sempurna terjadi dalam waktu 8 jam, dengan
konsentrasi puncak dalam plasma terjadi 2 sampai 4 jam setelah pemberian dosis
oral. Sediaan lepas lambat litium karbonat memberikan laju absorbsi yang lebih
lambat, dengan demikian memperkecil puncak awal konsentrasi ion ini dalam
plasma. Namun, absorbsi dapat berubah-ubah , dan insiden gelaja saluran usus
bagian bawah dapat meningkat. Litium awalnya didistribusikan dalam cairan
ekstrasel, kemudia secara bertahap berakumulasi di berbagai jaringan.Litium tidak
berikatan kuat dengan protein plasma. Volume distribusi akhir (0,7-0,9
L/kg)menedekati cairan tubuh total dan jauh lebih rendah dibandingkan volume
distribusi kebnayakan obat psikotropika lain, yang bersifat lipofilik dan terikat
pada protein. Perlintasan melalui sawar darah otak berlangsung lambat, setelah
tercapai keadaan tinak, konsentrasi litium dalam cairan serebrospinal dan jaringan
otak besar 40% sampai 50%dari konsentrasi di plasma.
Sekitar 95% dosis tunggal litium dieliminasi melalui urin rata-rata 20-24
jam. Sepertiga sampai duapertiga dosis akut diekskresi selama 6 sampai 12 jam
fase awal eksresi. Diikuti dengan eksresi lambat selama 10 sampai 14 hari
berikutnya.

2.3. Penggolongan Obat


1. Lithium Carbonate
Lithium Carbonate sering disebut sebagai obat "antimanik, tetapi di di
beberapa tempat lithium carbonate dianggap sebagai "mood-stabilizing"atau agen
penstabil mood karena fungsi utamanya sebagai pencegah perubahan suasana hati

pada pasien dengan gangguan afektif bipolar (manic-depressive). Lithium


Carbonate merupakan obat pilihan utama untuk meredakan mania akut atau
profilaksis terhadap serangan sindrom mania yang kambuhan pada gangguan
afektif bipolar.Efek anti-mania dari
mengurangi

dopamine

receptor

lithium disebabkan kemampuannya

supersentivity,

dengan

meningkatkn

cholinergic-muscarinic activity dan menghambat cylic AMP (adenosine


monophosphate) & phosphoinositides.
2. Haloperidol
Haloperidol adalah turunan butiropenon yang mempunyai aktivitas
sebagai antipsikotik dan efektif untuk pengelolaan hiperaktivitas, agitasi dan
mania.Reaksi ekstrapiramidal timbul pada 80% penderita yang diobati dengan
haloperidol.
Pada orang normal efek haloperidol mirip fenotiazin piperazin.Haloperidol
memperlihatkan efek antipsikotik yang kuat dan efektif untuk mania dan
skizofrenia. Efek fenotiazin piperazin dan butiropenon berbeda secara kuantitatif
karena butiropenon selain menghambat efek dopamin, juga meningkatkan turn
over rate-nya.
3. Carbamazepine
Carbamazepine juga telah diakui sebagai penanganan efektif dalam
beberapa kelompok pasien manic-depressive meskipun tidak secara resmi
disetujui.Carbamazepine telah dianggap sebagai alternatif yang baik untuk
lithium

ketika

yang

lithium

kurang

memberi

efek

yang

optimal.Carbamazepinedapat digunakan untuk mengobati mania akut dan juga


untuk terapi profilaksis.Efek samping umumnya tidak lebih besar dankadangkadang kurang dari efek samping lithium.Carbamazepine dapat digunakan sendiri
atau untukpasien dengan resistensi tinggi, dalam kombinasi dengan lithium atau,
valproate.Modus aksi carbamazepine tidak jelas, tetapi dapat mengurangi
sensitisasi otak untuk episode berulang dariperubahan emosi secara cepat.
4. Valproic Acid
Valproic acid (Valproate) telah menunjukkan efek antimanik dan sekarang
telah banyak digunakanuntuk pengobatan anti-manik di Amerika Serikat. Secara
keseluruhan, Valproic acid

menunjukkan khasiat yang setara dengan lithium

selamaminggu awal pengobatan. Valproic acid memberikan hasil yang efektif

pada beberapa pasien yang tidak bisa merespon lithium.Selain itu, efek
sampingnya adalah dapat dengan cepat meningkatkan dosis selama beberapa hari
untuk menghasilkan tingkat darah dalam kisaran terapeutik jelas, rasa
mualmenjadi

satu-satunya

faktor

pembatas

untuk

beberapa

pasien.Kombinasivalproic acid dengan obat psikotropika umumnya dapat


ditoleransi dengan baik.Valproic acid diakui sebagai pengobatan yang tepat untuk
mania, meskipun tidak jelas bahwa ituakan seefektif lithium sebagai pengobatan
jangka panjang. Banyak ahlimemperdebatkan penggabungan valproic acid dengan
lithium pada pasien yang tidak dapat merespon salah satu agen sepenuhnya.
5. Divalproex
Divalproex adalah obat antikonvulsan, namun juga digunakan dalam terapi
mania dan untuk membantu mencegah sakit kepala migrain. Di Amerika Serikat
dijual dengan berbagai nama dagang seperti Depacon, Depakene, Depakote dan
Depakote sprinkle.10 Obat ini secara kimia dibentuk oleh gabungan antara
natrium valproat dan asam valproat dengan perbandingan 1 : 1. Pertama kali
ditemukan pada tahun 1963 mempunyai efek sebagai antikonvulsan dan pada
tahun 1978 diperbolehkan digunakan di Amerika Serikat.Melalui penelitian yang
dlakukan pada tahun 1995 ditemukan bahwa natrium divalproex juga efektif
sebagai antimania.
6. Oxcarbazepin
Oxcarbazepin merupakan obat yang termasuk dalam golongan Psikotropik,
yang digunakan sebagai anti depresi atau anti epilepsi. Efek samping (lebih
kurang 2 minggu) hilang nafsu makan, mual - mual, muntah, pusing. Efek
samping untuk penggunaan jangka panjang : dapat terjadi gangguan darah, hati
(lever) dan kulit.

2.4.

Interaksi Obat
1. Lithium + diuretika thiazide = dapat meningkatkan konsentrasi serum
lithium sebanyak 50%. Tetapi resiko intosikasi menjadi besar, sehingga
dosis lithium harus dikurangi 50% agar tidak terjadi intosikasi.
Sedangkan loop diuretics, seperti Furosemide, kurang mempengaruhi
konsentrasi lithium.
6

2. ACE Inhibitors + lithium = dapat meningkatkan konsentrasi serum


lithium sehingga memunculkan gejala intoksikasi.
3. Haloperidol + lithium = efek neurotoksis bertambah (dyskinesia, ataxia),
tetapi efek neorotoksis tidak tampak pada penggunaan kombinasi lithium
dengan haloperidol dosis rendah (kurang dari 20mg/h). Keadaan yang
samauntuk lithium + carbamazepine.
4. NSAID (e.g. Indomethacin, Ibuprofen) + Lithium = dapat meningkatkan
2.5.

konsentrasi serum lithium, sehingga resiko intoksikasi menjadi besar.


Pengaturan Dosis
Dalam pengaturan dosis perlu dipertimbangkan

Onset efek primer (efek klinis)


: 7-10 hari (1-2 minggu)
Rentang kadar serum terapeutik = 0,8 1,2 mEq/L (dicapai dengan dosis

sekitar 2 atau 3 x 500 mg per hari).


Kadar serum toksik di atas 1,5 mEq/L
Biasanya preparat Lithium yang digunakan adalah Lithium Carbonate

mulai dengan dosis 250-500 mg/h diberikan 1-2 kali sehari, dinaikkan 250 mg/h
setiap minggu, diukur serum lithium setiap minggu sampai diketahui kadar serum
lithium berefek klinis terapeutik (0,8 1,2 mEq/L). biasanya dosis efektif dan
optimal berkisar 1000-1500 mg/h. dipertahankan sekitar 2-3 bulan, kemudian
diturunkan menjadi dosis maintenance, konsentrasi serum lithium yang
dianjurkan untuk mencegah kekembuhan (profilaksis) berkisar antara 0,5 0,8
mEq/L. ini sama efektifnya bahkan lebih efektif dari kadar 0,8 1,2 mEq/L. dan
juga untuk mengurangi insidensi dari efek samping dan resiko toksikasi. Dosis
awal harus lebih rendah pada pasien usia lanjut atau pasien dengan dengan
gangguan fisik, yang mempengaruhi fungsi ginjal.
Dosis awal oral bagi orang dewasa yang diluar RS, 150 mg/ hari tiap 3 4
hari.Bagi pasien depresi berat membutuhkan 400- 600 mg/ hari. Dosis awal oral
bagi pasien dewasa yang diluar RS,150 mg/hari dalam dosis terbagi. Diberikan
malam hari, dapat dinaikan 50 gram/hari setiap minggu hingga terlihat perbaikan
secara klinik. Pasien tua dan anak anak, dosis awal 25 50 mg/hari, dinaikan
hingga 100 150 mg/hari dalam dosis terbagi bergantung kepada responsnya.

Pengukuran serum dilakukan dengan mengambil sampel darah pada pagi


hari, yaitu: sebelum makan obat dosis pagi dan sekitar 12 jam setelah dosis petang
(hari sebelumnya). Untuk mengurangi efek samping pada saluran makanan (mual,
muntah, diare), Lithium karbonat dapat diberikan setelah makan.
2.6.

Lama Pemberian
Pada penggunaan untuk sindrom Mania Akut, setelah gejala-gejala

mereda, lithium carbonate harus diteruskan sampai lebih dari 6 bulan, diberikan
secara gradual (tapering off) bila memang tidak ada indikasi lagi.
Pada Gangguan Afektif Bipolar dan Unipolar penggunaan harus
diteruskan sampai beberapa tahun , sesuai dengan indikasi profilaksis serangan
sindrom Mania/depresi. Penggunaan jangka panjang ini sebaiknya dalam dosis
minimum, dengan kadar serum Lithium terendah yang masih efektif untuk
terapi profilaksis (kadar serum Lithium diukur setiap hari).
2.7.

Efek Samping
Indeks terapi litium rendah, maka untuk pemberian yang aman perlu

dilakukan pemantauan kadar dalam plasma atau serum. Pemeriksaan ini dilakukan
10- 12 jam setelah dosis terakhir. Efek samping yang terjadi terutama pada saraf
yaitu tremor, koreatetosis, hiperaktivitas motorik, ataksia, disartria dan
afasia.Litium juga dapat menurunkan fungsi tiroid, tetapi biasanya efek ini
bersifat reversibel. Dianjurkan pemeriksaan kadar TSH tiap 6 12 bulan selama
penggunaan.
Pada ginjal, litium dapat menyebabkan nefrogenik diabetes insipidus yang
menyebabkan polian setelah makan untuk mengurangi efek kantuk.Ikatan dengan
protein ialah 90%.Dimetabolisme secara ekstensif oleh enzim mikrosom
hati.Waktu paruh eliminasi berkisar 3 6 jam.

Reaksi Toksik dan efek samping


Intoksikasi akut di karaktiresasi oleh muntah, banyak diare, tremor hebat

(coarse tremor), ataksia koma, dan konvulsi. Gejala toksisitas yang lebih ringan
cenderung terjadi pada puncak absorpsi Li+ dan mencakup mual, muntah,nyeri ,
abdomen , diare, sedasi, dan tremor sedang.
Efek yang lebih serius melibatkan sistem saraf dan meliputi kebingungan
mental, hiperrefleks, tremor berat, disartria, serta tanda neurologis kognitif dan

motoric dapat bersifat ireversibel. Efek toksik lain nya adalah aritmia jantung,
hipotensi, dan albuminuria. Pada kehamilan, Li+ dapat memperparah polyuria
pada ibu.Penggunaan bersama litium dengan natriuretic serta diet rendah- Na
selama kehamilan dapat berkonstribusi terhadap intoksikasi Li+ pada ibu dan
bayi. Litium mudah menembus plasenta, dan toksisitas litium pada janin atau bayi
dapat terjadi ketika kadar darah ibu hamil berada dalam rentang terapeutik. Litium
juga disekresikan dalam ASI ibu menyusui. Penggunaan Li+ pada kehamilan
menyebab kan gondok pada bayi, depresi SSP, hipotonia (sindrom bayi
lembek). Dan murmur jantung. Kondisi ini akan pulih seiring berjalan nya
waktu, dan tidak ada akibat neurologis pada perilaku jangka panjang yang
teramati.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mania atau manic adalah turunan dari gangguan mood yaitu gangguan
bipolar yang biasa disebut dengan episode manic atau periode maniak.Episode
manic biasa muncul secara tiba-tiba, mengumpulkan kekuatan dalam bebrapa
hari.Ada beberapa jenis gangguan manic menurut PPDGJ III : Hipomania, mania
tanpa gejala psikotik, mania dengan gejala psikotik. Obat yang digunakan untuk
mengobati mania disebut mood modulators, mood stabilizer atau anti manics.
Ada lima penggolongan obat mania, yaitu:

Lithium carbonate,

haloperidol, carbamazepine, valproic acid, dan divalproex.Terdapat beberapa


efek samping dari pemberian obat antimanicterutama pada saraf yaitu tremor,
koreatetosis, hiperaktivitas motorik, ataksia, disartria dan afasia. Litium juga
dapat menurunkan fungsi tiroid, tetapi biasanya efek ini bersifat reversibel .

----------------------------

DAFTAR PUSTAKA
Goodman & Gilman (2008).Dasar Farmakologi Terapi. Edisi 10, Volume
1.Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Katzung, B. G. (2012). Basic & Clinical Pharmacology: 12th Ed. The McGraw
Hill Companies: United States of America
Maslim, R. (2013). Buku saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas
PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Atma Jaya: Jakarta
Maslim, R. (2007). Panduan Praktis, Penggunaan Klinis Obat Psikotropik.
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya: Jakarta
Nafrialdi & Setiabudy, R., (2007).Farmakologi dan Terapi.Edisi 5. Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI :Jakarta.
Nevid,

J.S.,Rathus,

A.S.,

Greene,

B.,(2003).

Psikologi

Abnormal.Erlangga:Indonesia

10

Anda mungkin juga menyukai