Anda di halaman 1dari 20

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

PEKERJAAN DETAIL ENGINEERING DESIGN


REHABILITASI/PENGEMBANGAN PELABUHAN
Kementerian Negara/Lembaga
Unit Organisasi
Provinsi
Kode/Nama Satker
Program
Sasaran Program
Kegiatan
Sub Kegiatan
MAK

: (022) Kementerian Perhubungan


: (04) Direktorat Jenderal Perhubungan Laut
: (01) DKI Jakarta
: (412772) Kantor Pusat Ditjen Perhubungan Laut
: (04.08.11) Program Pembangunan Transportasi Laut
: Meningkatkannya Keandalan Prasaran dan Sarana
Transportasi Laut
: (0109) Survey/Studi Kelayakan/Penyusunan Master
Plan/DED/DED
: (00041) Survey, Pemetaan, Master Plan, Studi Kelayakan
dan Penatagunaan Lahan
: (536111) Belanja Modal Fisik Lainnya

1. LATAR BELAKANG (WHY)


a. Dasar Hukum
Undang-undang RI No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara antara lain
mengamanatkan penyusunan anggaran dengan menggunakan pendekatan perspektif
penyusunan anggaran dengan menggunkan.
Untuk menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara oleh Pemerintah
maka setiap Kementerian Negara/ Lembaga wajib menyusun Rencana Kerja Anggaran
Kementerian/ Lembaga (RKA_KL), yang merupakan kompilasi dan Rencana Kerja
Anggaran Satuan Kerja (RKA-SK) uang disusun oleh Satuan Kerja. RKA-SK secara teknis
berupa program kegiatan yang memuat uraian sasaran yang hendak dicapai dan
dilengkapi dengan data dukung berupa Kerangka Acuan Kerja (Terms of Reference-TOR),
perhitungan pembiayaan, justifikasi dan dokumen yang memadai. Maksud dari
penyusunan Kerangka Acuan Kerja ini adalah sebagai penjelasan/keterangan atas
program kerja untuk memperoleh alokasi anggaran dalam DIPA.
Selanjutnya Undang-Undang RI No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran mengindikasikan
perlunya penyediaan infrastruktur pelabuhan sebagai tempat perpindahan intra dan antar
moda transportasi. Pembangunan pelabhan tersebut harus direncanakan secara tepat,
memenuhi persyaratan teknis kepelabuhanan, kelestarian lingkungan dan memperhatikan
keterpaduan intra dan antar moda transportasi.
Di samping itu, Peraturan Menteri Perhubungan No.KM 31 Tahun 2006 tentang Pedoman
dan Proses Perencanaan di lingkungan Kementerian Perhubungan mengamanatkan
adanya pelaksanaan Detail Engineering Design sebagai salah satu syarat pembangunan
suatu infrastruktur transportasi, termasuk dalam hal ini pelabuhan.
b. Gambaran Umum
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia terdiri atas ribuan pulau besar dan
kecil. Sehingga transportasi laut sebagai bagian dari sistem transportasi nasional terus
dikembangkan dalam rangka mewujudkan prinsip Wawasan Nusantara untuk
mempersatukan seluruh wilayah teritorial Indonesia. Dengan semakin meningkatnya

kualitas sistem dan jaringan transportasi akan meningkat pula interaksi di antara pelaku
ekonomi yang pada gilirannya dapat memajukan perekonomian si seluruh wilayah negara.
Oleh karena itu, pengembangan pelabuhan sesuai dengan masterplan yang telah
direncanakan perlu dilakukan sesuai dengan prediksi demand yang telah diprediksi.
Rehabilitasi pelabuhan juga diperlukan untuk mengoptimasi fasilitas eksisting pelabuhan
yang ada dalam melayani transportasi laut. Maka untuk mengakomodir
rehabilitasi/pengembangan pelabuhan maka diperlukan adanya Detail Engeneering
Design (DED) untuk merencanakan rehab/pengembangan pelabuhan yang sesuai
kebutuhan dan optimum sesuai fungsinya.
2. KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN (WHAT)
a. Urain Kegiatan
1) Survey Reconnaissance
2) Survey Hidrografi dan Topografi (untuk pengembangan) atau Survey kondisi struktur
fasilitas pelabuhan eksisting (untuk rehabilitasi)
3) Survey dan Penyelidikan Tanah
4) Desain Perencanaan Konstruksi
b. Ruang Lingkup Kegiatan
1) Survey Reconnaissance
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di dalam pelaksanaan reconnaissance yakni
pengamatan lokasi.
- Rehabilitasi: mengamati kerusakan apa saja yang terjadi pada fasilitas pelabuhan,
prediksi terjadinya kerusakan dan konsep penanggulangan yang sesuai untuk
memperbaiki fasilitas pelabuhan yang rusak.
- Pengembangan: mengamati fasilitas pelabuhan eksisting dan perbandingannya
terhadap master plan sesuai dengan kebutuhan eksisting apakah sesuai dengan
masterplan.
Di samping itu, dilakukan pula pengumpulan data-data sekunder meliputi kondisi
pelabuhan yang ada (informasi teknis dan operasional) dan masterplan/ rencana
pengembangan pelabuhan.
2) - Survey Hidrografi dan Topografi (untuk pengembangan)
Wilayah survey hidrografi seluas 20 Ha dan topografi seluas 8 Ha (luas dapat
berubah sesuai dengan hasil survey reconnaissanse) untuk mendapatkan gambaran
tentang Konfigurasi dasar laut/sungai disekitar pelabuhan eksisting, Profil /potongan
melintang pantai, laut/sungai dan areal darat, Koordinat fasilitas pelabuhan eksisting,
Kedudukan pasang surut, Kedudukan dan arah arus, Arah gelombang dominan, tinggi
gelombang dan periode gelombang dan kondisi areal darat beserta fasilitiasnya.
- Survey kondisi fasilitas pelabuhan eksisting (untuk rehabilitasi)
Diperlukan adanya pengecekan kondisi mutu dan tingkat kerusakan pada beton di
dermaga, korosi dan tingkat kerusakannya pada tulangan, korosi dan tingkat
kerusakannya pada tiang pancang baja dan kerusakan secara kesuluruhan pada
fasilitas pelabuhan.

3) Survey dan Penyelidikan Tanah


Survey dan penyelidikan Tanah tidak wajib dilakukan untuk rehabilitasi pelabuhan.
Disesuaikan dengan jenis kerusakan yang terjadi pada fasilitas pelabuhan.
Pekerjaan survey dan penyelidikan tanah wajib dilakukan untuk rencana
pengembangan pelabuhan.
Pekerjaan ini berupa penelitian di lapangan dan di laboratorium adalah untuk
mengetahui struktur dan jenis tiap lapisan tanah di bawah permukaan. Dimana hasil
pekerjaan penyelidikan tanah ini dimaksudkan sebagai data yang akan dipergunakan
untuk melaksanakan konstruksi yang akan dibangun di lokasi bersangkutan. Hasil
tersebut harus memadai sebagai bahan analisa perencanaan dan perhitungan yang
meliputi:
- Perencanaan sistem pondasi
- Analisa daya dukung untuk pondasi
- Analisa penurunan tanah
- Analisa perbaikan tanah
- Perencanaan retaining wall dan analisa slip circle
Kegiatan yang dilakukan pada saat survey penyelidikan tanah antara lain:
-

Boring laut: 2 titik ( di ujung dermaga terluar rencana jika dilakukan


pengembangan/rehabilitasi pada sisi laut)
Sondir darat: 2 titik (titik sondir dilakukan sesuai rencana pengembangan/rehab
yang memerlukan daya dukung tanah seperti causeway, talud, reklamasi, gedung
kantor dll)n
Uji lapangan Undisturbed dan disturbed soil
Uji Labiratorium Undisturbed dan disturbed soil

4) Desain Perencanaan Konstruksi


Lingkup pekerjaan pembuatan desain meliputi perhitungan konstruksi, rencana kerja,
dan syarat-syarat(RKS), Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan gambar rencana.
c. Kebutuhan Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung Teknis
Kualifikasi minimal dari personil yang dipersyaratkan untuk pekerjaan ini adalah sebagai
berikut:
I. Tenaga Ahli
1) Ahli Perencanaan Kepelabuhanan (team Leader)
Sarjana Teknik Sipil/ Teknik Kelautan dengan pengalaman minimal 5 (lima) tahun di
bidang Prencanaan Pelabuhan.
2) Ahli struktur Utama
Sarjana Teknik Sipil/Teknik Kelautan dengan pengalaman minimal 3 (tiga) tahun di
bidang perencanaan struktur pelabuhan atau bangunan air.
3) Ahli Mekanika Tanah
Sarjana Teknik Sipil dengan pengalaman minimal 3 (tiga) tahun di bidang
perencanaan pelabuhan atau bangunan air.

4) Ahli spesifikasi dan Dokumen Tender


Sarjana teknik Sipil dengan pengalaman minimal 3 (tiga) tahun dalam penyusunan
spesifikasi teknis dan engineering estimate konstruksi dermaga, trestle, causeway,
prasarana sandar/tambat kapal dan fasilitas darat untuk dokumen tender.
5) Ahli Geodesi
Sarjana teknik Geodesi dengan pengalaman minimal 3 (tiga) tahun dalam
mengerjakan perancangan prasaran pelabuhan dan menguasai sistem operasional
pelabuhan jika dilakukan survey dan penyelidikan tanah.
II. Tenaga Pendukung teknis
1) Bor Master (1 orang)
Lulusan STM berpengalman sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dalam perkerjaan
boring jika dilakukan survey dan penyelidikan tanah.
2) Surveyor (2 orang)
Lulusan STM berpengalman sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dalam perkerjaan
survey pemetaan jika dilakukan pekerjaan survey hidrooceanografi dan topografi.
3) Draftman ( 1 orang)
Lulusan STM berpengalman sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dalam perkerjaan
menggambar desain konstruksi menggunakan program komputer,
4) Laboran (1 orang)
Lulusan STM berpengalaman sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dalam perkerjaan
pengejui laboratorium mekanika tanah jika dilakukan survey dan penyelidikan
tanah.

3. MAKSUD DAN TUJUAN


a. Maksud Kegiatan
Pekerjaan Detail Engineering Design ini dimaksudkan untuk perencanaan
pembangunan pengembangan pelabuhan ataupun rehabiliatasi pelabuhan eksisting.
b. Tujuan Kegiatan
Mendapatkan gambaran kondisi eksisting dan kesesuaian dengan masterplan dalam
pengembangan pelabuhan sehingga terbentuklah pelabuhan yang tepat guna sesuai
dengan fungsi dan perannya.
Mendapatkan gambaran fasilitas pelabuhan eksisting dan perbaikan yang perlu
dilakukan dalam merehab pelabuhan sehingga terbentuklah pelabuhan yang tepat
guna sesuai dengan fungsi dan perannya.
4. INDIKATOR KELUARAN DAN KELUARAN
a. Indikator Keluaran (Kualitatif)
1) Rehablitiasi/pengembangan pelabuhan akan meningkatkan pelayanan jasa
kepelabuhanan dan transportasi laut kepada masyarakat di sekitar lokasi.

2) Peningkatan aktivitas transportasi di wilayah setempat akan mendukung


perekonomian lokal maupun nasional.

b. Keluaran (Kuantitatif)
Hasil pekerjaan dilaporkan secara tertulis kepada pengguna jasa dalam bentuk buku
yang dijilid dengan baik dan disusun secara sistematis beserta softcopy nya dalam
bentuk CD atau DVD.
1) Laporan Pendahuluan dan Antara (Hasil Reconnaissance Survey dan Interim
Report)
Laporan dibuat sebanyak 10 (sepuluh) buku, Isi laporan meliputi:
- Untuk rehabilitasi fasilitas pelabuhan: Kondisi konstruksi fasilitas eksisting,
identifikasi penyebab kerusakan yang ada dan penyelidikan yang akan
dilakukan selanjutnya.
- Untuk pengembangan fasilitas pelabuhan: kondisi operasional pelabuhan yang
ada berupa data jenis, ukuran dan jumlah kapal eksisting dan kesesuaian
dengan masterplan.
- Berita acara peleksanaan reconnaissance survey.
- Foto-foto memanjang dari laut ke pantai.
- Tanggapan terhadap KAK.
Dan
Jika Konsultan diharuskan menyampaikan laporan pekerjaan lapangan untuk
pengembangan fasilitas pelabuhan yang meliputi:
- Analisa pasang surut digunakan metode admiralty yang dibandingkan dengan
metode least square (dipilih analisa metode yang hasilnya paling mendekati
data pasang surut sebenernya)
- Gambar hasil survey bathimetri menggunakan kertas A0
- Prosedur pekerjaan lapangan, uraian teknis bila ada penyimpangan.
- Pengambilan titik-titik tetap dan elevasinya terhadap LWS.
- Spesifikasi-spesifikasi peralatan pokok.
- Penetapan koordinat, levelling, penentuan azimuth matahari, konstanta
harmonis berikut AT dan LWS,
- Data arus, grafik kecepatan arus yang memperlihatkan hubungannya dengan
pasang surut, peta arah dan kecepatan arus.
- Grafk Paang surut lengkap dengan HWS, MSL dan LWS.
- Data meteorologi (curah hujan minimum 5 tahun terakhir dan data angin).
- Gambar situasi (hasil survey hidrografi/topografi) dilengkapi dengan koordinat
dan posisi pengamatan arus.
- Gambar profil melintang dan memanjang.
- Semua gambar harus dilengakapi dengan tanggal pelaksanaan, nama dan
tanda tangan pelaksana, penggambar dan penanggung jawab.
- Evaluasi dan rekomendasi sementara hasil survey.
- Semua berita acara dari semua tahapan dan penyelesaian pekerjaan
lapangan. Semua data asli hasil pengukuran dijilid tersendiri dan diserahkan
kepada Pengguna Jasa saat pembahasan laporan dengan Tim Evaluasi Teknis
- Data Sekunder.

Jika Konsultan diharuskan menyampaikan laporan pekerjaan lapangan untuk


rehabilitasi fasilitas pelabuhan yang meliputi:
- Pengecekan mutu beton pada fasilitas eksisting yang mengalami kerusakan.
- Pengecekan korosi pada tulangan dan korosi pada tiang pancang baja (jika
ada).
- Pengecekan kekuatan struktur dengan menggunakan program SAP dimana
input data sesuai dengan keadaan eksisting.
- Evaluasi dan rekomendasi sementara hasil survey.
- Semua berita acara dari semua tahapan dan penyelesaian pekerjaan
lapangan. Semua data asli hasil pengukuran dijilid tersendiri dan diserahkan
kepada Pengguna Jasa saat pembahasan laporan dengan Tim Evaluasi Teknis
- Data Sekunder.
2) Draft Laporan Akhir Survey dan Draft Final Desain (Draft Final Report Survey
and Design)
Setelah seluruh pekerjaan lapangan dan pekerjaan laboratoruim selesai,
penyedia jasa konsultasi diminta menyampaikan draft laporan akhir survey
sebanyak 10 (sepuluh) buku yang merupakan penyempuranaan Laporan Antara
dan dilengkapi dengan:
- Bor-log yang memperlihatkan hubungan antara kedalaman dalam m-LWS dan
N-SPT, soil description berdasarkan contoh tanah yang diperoleh dari spon
sampler, sample dan lain-lain dengan memasukkan hasil dan besaran dari
percobaan laboraturium.
- Gambar korelasi (statigrafi) tanah antar bor-log dengan konstanta kedalaman
m-LWS dan N-SPT.
- Hasil pekerjaan survey berupa grafik-grafik dan tabel-tabel yang
menggambarkan besaran-besaran tahanan ujung (end resistance), tahanan
geser setempat (local friction) dan jumlah tahanan geser (total friction).
- Hasil percobaan laboratorium lengkap dengan lampiran-lampiran grafik, tabel
dan lain-lain untuk penentuan index dan properti fisik tanah.
- Evaluasi atas hasil pekerjaan lapangan dan laboratorium
- Posisi/koordinat titik-titik boring diplotkan dalam gambar hidrografi/topografi.
- Hubungan antara derajat konsolidasi (u%) dengan waktu penurunan (time
settlement).
- Klasifikasi tanah.
- Rekomendasi dan kesimpulan yang meliputi rencana sistem pondasi, analisa
daya dukung tanah dan analisa soil improvement
- Apabila hasil-hasil laboratorium tidak sesuai dengan lapangan atau dijumpai
kejanggalan-kejanggalan dalam hasil lapangan/laboratorium maka Penyedia
jasa Konsultasi dapat merekomendasikan tambahan pekerjaan penyelidikann
tanah sebelum pekerjaan konstruksi dimulai.
- Data sekunder yang dibutuhkan.
Survey dan penyelidikan tanah dapat tidak dilakukan jika memang tidak
diperlukan sesuai laporan Antara rehabilitasi fasilitas pelabuhan.
Dan

- Analisa sistem konstruksi fasilitas pelabhan yang dibutuhkan berdasarkan hasil


survey
- Sistem pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan sistem struktur yang digunakan
dan tidak merusak fasilitas pelabuhan eksisting.
- Kebutuhan peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan.
- Gambar-gambar detail konstruksi yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
pekerjaan.
- Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) mencakup item/pekerjaan sesuai
dengan perencanaan.
- Pada setiap kolom keterangan gambar kostruksi, dilengkapi dengan
keterangan titik sondir dan boring, dengah fasilitas pelabuhan eksisting dan
rencana, tampak, porongan dan detail konstruksi.
- Spesifikasi umum dan khusus
- Rencana Anggaran Biaya (RAB)
- Analisa harga satuan
- Perhitungan konstruksi
3) Laporan Akhir (Final Report Design)
Dibuat sebanyak 10 (sepuluh) buku merupakan penyempurnaan dari laporan
sebelumnya.
4) Laporan Ringkasan Eksekutif (Executive Summary)
Dibuat sebanyak 10 (sepuluh) buku yang meliputi ringkasan hasil survey yang
telah dilakukan dan layout pelabuhan eksisting dan rencana.
5) CD
Dibuat sebanyak 10 (sepuluh) CD. Berisi semua softcopy laporan yang telah
disempurnakan.
5. LOKASI PELAKSANAAN KEGIATAN (WHERE)
Kegiatan DED akan dilakukan pada 5 (lima) lokasi pelabuhan yang dianggap potensial
untuk dibangun atau dikembangkan dan akan ditetapkan berdasarkan usulan dari
pemerintah daerah, unit pelaksana teknis ataupun direktorat teknis terkait sesuai skala
prioritas.
6. PELAKSANA DAN PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN (WHO)
a.

Pelaksana Kegiatan
Kegiatan DED Pelabuhan akan dilaksanakan oleh Penyedia Jasa Konsultansi yang
diseleksi melalui proses sesuai Peraturan Presiden RI nomor 54 tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa beserta perubahan-perubahannya.

b.

Penanggung Jawab Kegiatan


Penanggung jawab kegiatan dan Pengguna Jasa diwakili oleh Sekretaris Direktorat
Jenderal Perhubungan Laut selaku Kuasa Pengguna Anggaran yang dalam hal ini
bertindak untuk dan atas nama Menteri Perhubungan.

c.

Penerima Manfaat
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan.

7. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN (WHEN)


a.

Waktu Pelaksanaan Kegiatan


Untuk pelaksanaan pekerjaan ini, Penyedia Jasa Konsultansi diberikan waktu 120
(seratus lima puluh) hari kalender terhitung sejak kontrak ditandatangani.

b.

Jadwal Pelaksanaan Kegiatan (Schedule)


Jadwal pelaksanaan kegiatan disampaikan terlampir.

8. METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN (HOW)


a.

Pekerjaan Pemeruman (Sounding)

1) Koordinat titik-titik dalam peta hidrografi harus mengunakan koordinat geografis


(disarankan menggunakan GPS), atau dapat menggunakan koordinat lokal (x,y)
atau UTM (dengan persetujuan Pengguna Jasa).

2) Pengukuran-pengukuran sudut dalam penentuan titik referensi dan beacon


maupun azimuth menggunakan theodolit Wild T2.

3) Semua perhitungan agar dilampirkan dalam laporan.


4) Pengukuran jarak basis lebih dari 200 m diukur dengan alat ukur optik (theodolit
Wild T2), untuk jarak basis kurang dari 200 m boleh memakai alat pengukur
panjang pita baja (meetbond).

5) Kedalaman diukur dengan alat perum gema (echosounder) dengan ketelitian yang
tinggi dan telah mendapat persetujuan dari Pengguna Jasa. Alat perum gema
yang dimaksud adalah alat gema yang mengunakan kertas pencatat kedalaman
dan bukan sinar, dengan skala 1 cm pada kertas pencatat = 1 m kedalaman.

6) Setiap hari Penyedia Jasa Konsultansi harus melakukan bar-check terhadap alat
echosounder yang dipakai sebelum dan sesudah pekerjaan sounding. Salah satu
hasil bar-check dilampirkan dalam laporan (bar-check untuk setiap beda
kedalaman 1 m, jarak kedalaman minimal 5X = 5 m, lebih dalam lebih teliti).

7) Bidang surutan yang dipakai sebagai dasar pengukuran dan data-data


pengamatan pasang-surut yang asli di lapangan harus dibawa untuk diperlihatkan
kepada Tim Evaluasi saat pembahasan Laporan Antara.

8) Bidang surutan yang dipakai adalah 0,00 m-LWS.


9) Semua kertas echosounder hasil pengukuran dan data-data sudut asli di lapangan
harus dibawa untuk diperlihatkan kepada Tim Evaluasi saat pembahasan Laporan
Antara.

10) Posisi pemeruman


Posisi sounding ditentukan dengan salah satu dari cara-cara sebagai berikut:
a) Cara Snellius dengan mengunakan 2 buah sextant
Dalam Laporan Antara harus dilampirkan data-data lapangan dengan urutan
sebagai berikut:
- Titik-titik yang dipakai dan rencana lembar-lembar busur (arch-sheet).
- Perhitungan lembar-lembar busur yang sudah dicek.

- Daftar seluruh pasangan sudut dari tiap posisi fixed sounding (dalam daftar
rapih).
b) Cara perpotongan dua jarak dengan mengunakan alat elektronik (MRS III dan
sejenisnya).
c) Cara gabungan jalur arah dan jarak dengan menggunakan pengukur sudut
elektronik.
Untuk cara-cara dalam butir a), b) dan c) dalam Laporan Antara harus dilampirkan
data-data lapangan dengan urutan sebagai berikut:
- Sketsa titik-titik lengkap dengan pembagian lembarnya (sheet).
- Daftar sudut-sudut dan jarak-jarak lengkap dengan formula/cara perhitungan
(dalam daftar rapih).
d) Cara gabungan Raai dan potongan/cutting (dipergunakan untuk areal yang
tidak luas)
e) Untuk proyek-proyek baru dengan luas > 100 Ha, harus digunakan alat
positioning dengan GPS atau DGPS.

11) Bila terdapat areal di dekat garis pantai yang tidak dapat di-sounding, maka
kedalamannya harus diukur dengan bandul pengukur hand-load atau disipat datar
(levelling) dari darat.

12) Selama pekerjaan sounding, kecepatan kapal harus tetap dipertahankan konstan
(maksimum 4 knot) dan berada dalam satu jalur, dengan posisi echosounder tetap
diaktifkan.

13) Haluan perum diusahakan tegak lurus pantai atau dermaga, sedangkan untuk
pengontrolan kedalaman pada jalur sounding dilakukan dengan cara sounding
silang minimal 3 jalur.

b.

Pengamatan Pasang Surut

1) Maksud pengamatan pergerakan pasang surut adalah untuk menentukan


kedudukan air tertinggi, duduk tengah dan air terendah yang dicapai maupun
kedudukan LWS.

2) Pengamatan/pencatatan pergerakan muka air dilakukan minimum selama 15 hari


terus menerus menggunakan alat pencatat otomatis (automatic tide gauge).
Pencatatan dimulai pukul 00.00 waktu setempat pada hari pertama dan terakhir
pada pukul 24.00 hari ke-15 (atau 24 jam x 15 hari).

3) Kertas rekaman dibawa untuk diperlihatkan kepada Tim Evaluasi Teknis saat
pembahasan Laporan Antara dengan Tim Evaluasi Teknis.

4) Untuk perhitungan-perhitungan konstanta harmonis, duduk tengah, air tinggi yang


dapat dicapai maupun LWS mempergunakan metode Admiralty (tidak
diperkenankan menggunakan formula penentuan air terendah untuk Indian Low
Water Spring). Uraian perhitungan dengan metode Admiralty agar disampaiakan
dengan urutan sebagai berikut:
- Rumus umum yang dipakai dalam perhitungan.

- Perhitungan konstanta harmonis dan elevasi duduk tengah (DT) atau MSL.
- Perhitungan elevasi 0,00 LWS dan air tinggi yang dapat dicapai.
- Sketsa urutan tiap elevasi air untuk 0,00 LWS, DT, AT yang dapat dicapai
berdasarkan perhitungan.

5) Elevasi LWS harus dipindahkan ke bangunan gudang atau dermaga yang ada
pada bagian yang aman, terlindung dan mudah terlihat.

6) Data air tertinggi atau muka air banjir yang pernah terjadi harus dicatat dengan
jelas (bila data ada).
c.

Pengukuran Arus

1) Pengamatan kecepatan dan arah arus dilakukan minimal pada 2 lokasi.


2) Pengamatan dilakukan selama 25 jam terus menerus dengan interval waktu 30
menit, menggunakan alat current meter dan floater yang dilakukan pada saat
pasang tertinggi (Spring Tide) dan pada saat pasang terendah (Neap Tide) pada
bulan yang sama.

3) Posisi pengamatan arus adalah 0,2d; 0,6d; dan 0,8d dari permukaan air, dimana d
= kedalaman di lokasi pengamatan arus.

4) Apabila memungkinkan, hasil simulasi arus dengan menggunakan perangkat lunak


agar ditampilkan pada saat pembahasan laporan dengan Tim Evaluasi.

5) Lokasi pengamatan diplotkan dalam peta hidrografi dan hasil pengamatan arus
dilampirkan pada laporan dalam bentuk:
- Grafik hubungan antara pergerakan pasang surut dan kecepatan arus.
- Peta arah arus.
d.

Pengambilan Contoh Air

1) Pengambilan contoh air dilakukan dengan water sampler pada posisi pengamatan
arus pada kedalaman 0,2d; 0,6d dan 0,8d.

2) Pengambilan contoh air dilakukan pada saat Spring Tide dan Neap Tide pada
bulan yang sama.

3) Contoh air kemudian diuji di laboratorium dalam hal kadar endapan/sedimen dan
kadar garam/salinitas. Satuan kadar garam dalam 0/0 dan satuan sedimen dalam
mg/l.
e.

Pembuatan Bench Mark (BM)


Bench Mark (BM) dibangun minimum 2 (dua) buah pada posisi yang aman dan saling
terlihat dengan ketinggian berdasarkan LWS dan jarak antara kedua BM minimal 100
cm. BM tersebut dibuat dari beton dengan ukuran 40x40x150 cm3 yang ditanam
sedalam 100 cm dari permukaan tanah dan diplot dalam peta. Penempatan BM harus
mempertimbangkan rencana pengembangan pelabuhan, sehingga BM dapat
bermanfaat untuk jangka waktu lama dan mudah pengawasannya. BM berfungsi

sebagai titik awal pemetaan, dicat dengan warna biru muda dan pada bagian atas
ditulis BM.1 HUBLA dan BM.2 HUBLA serta tanggal pembuatan. Setelah pekerjaan
survey selesai, BM harus diserahkan kepada pejabat setempat dengan Berita Acara.

f.

Pekerjaan Topografi

1) Pengamatan azimuth matahari (pengukuran azimuth) dilakukan pada salah satu


BM.

2) Pengukuran dengan menggunakan sistem triangulasi:


- Dipakai titik BM sebagai basis.
- Pengukuran jarak basis dengan alat elektronik atau optis (T2 dan intervarbasis)
atau sejenis.
- Pengukuran sudut dilakukan dengan 4 (empat) seri biasa-luar biasa. Selisih
sudut antara tipa bacaan titik boleh lebih daripada 10 detik.

3) Pengukuran Poligon
- Pengukuran poligon sepanjang titik-titik poligon dengan jarak antara titik-titik
poligon maksimum 50 m dan radius survey dari tiap poligon adalah 75 m.
- Pengukuran harus dimulai dari titik ikat awal dan pengukuran poligon harus
tertutup (dimulai dari titik ikat awal dan berakhir pada titik yang sama atau
ditutup pada titik lain yang sudah diketahui koordinatnya sehingga kesalahankesalahan sudut maupun jarak dapat dikontrol).

4) Pengukuran Sipat Datar


- Pengukuran sipat datar dilakukan sepanjang titik-titik poligon dan diikatkan
pada Bench Mark.
- Pengukuran sipat datar dari Bench Mark ke Bench Mark dengan alat waterpass
dilakukan dengan teliti, dengan kesalahan penutup tidak boleh lebih dari (3 Vd)
mm dimana d= jarak jalur pengukuran (dalam km).
- Semua ketinggian harus mengacu pada LWS.
- Pengukuran sipat datar dilakukan dengan cara double stand (pulang pergi).
Selisih bacaan setiap stand maksimum 2 mm dan selisih hasil ukuran total
antara pergi dan pulang tidak boleh lebih dari (8 Vd) mm dimana d= jarak jalur
pengukuran (dalam km).

5) Pengukuran Situasi dan Detail


- Bangunan-bangunan yang penting dan berkaitan dengan pekerjaan desain
harus diambil posisinya.
- Setiap ujung dermaga existing harus diambil posisinya dan jarak antara ujungujung dermaga yang bersebelahan juga harus diukur (guna pengecekan)

6) Buku ukur harus diperlihatkan kepada Pengguna Jasa.


g.

Pekerjaan Pemetaan

1) Metode Pemetaan

Perhitungan dalam pembuatan peta hidrografi disajikan dalam lintang/bujur


(apabila didapatkan BM berkoordinat geografis) dengan metode:
-

Ellipsoide : bessel 1841.


Proyeksi
: mercator.
Skala peta : untuk kolam pelabuhan 1:1.000, untuk alur pelayaran 1:2.500.
Meridian utama yang dipakai adalah Jakarta Baru.
Dalam hal tidak didapatkan titik tetap, koordinat geografis bisa menggunakan
sistem lokal (X,Y) atau UTM (dengan persetujuan Pengguna Jasa).
Peta menggunakan kertas ukuran A1 dan bila luas daerah yang disurvey
melebihi ukuran di atas, peta dibagi dalam beberapa lembar. Peta harus
dibuat dengan skala besar yang memperlihatkan area survey secara
keseluruhan.
Peta hidrografi dan topografi dibuat di atas kertas kalkir dengan posisi selalu
menghadap Utara.
Penulisan angka-angka kedalaman pada masing-masing jalur maksimum 10
cm untuk skala 1:1.000 dan maksimum 25 m untuk skala 1:2.500.
Jarak antara lajur sounding adalah 25 m, kecuali untuk daerah di sekitar
rencana dermaga digunakan jarak antara 10 m.

2) Ruang Lingkup Pemetaan


Peta yang akan disajikan harus memperhatikan/menggambarkan keadaankeadaan penting seperti:
-

Daerah dangkal.
Karang tenggelam maupun timbul.
Kerangka kapal tenggelam.
Rintangan-rintangan yang masuk dalam kategori rintangan navigasi.
Garis kedalaman/ketinggian (kontur).
a. Untuk hidrografi, kontur yang ditarik adalah 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 15,
20, dst.
b. Untuk topografi, kontur yang ditarik adalah: 1, 2, 3, dst (interval 1 meter).

Garis pantai dibuat lebih tebal, agar terlihat beda antara daratan dan perairan.
Daerah ketinggian antara 0,00 m-LWS dan garis pantai supaya diberikan
angka-angka ketinggian (hal ini perlu mendapat perhatian khusus).
Pada peta dicantumkan nilai LWS (muka surutan) terhadap MSL (duduk
tengah) dan HWS (muka air tertinggi), serta hubungan antara pasang surut
dan BM.

Simbol-simbol yang dipakai dalam penggambaran seperti: karang, pantai berpasir,


kerangka kapal dan lain-lain harus mengacu kepada peta yang diterbitkan
Dishidros TNI-AL atau Bakosurtanal.

3) Gambar Potongan
Untuk lokasi tertentu (alternatif rencana dermaga dan trestle) diharuskan membuat
gambar-gambar potongan melintang setiap jarak 25 m dengan skala vertikal 1:100
dan skala horizontal 1:500 atau 1:1.000 sejumlah minimum 3 profil untuk setiap
alternatif (kecuali bila ada ketentuan lain dalam aanwijzing). Dalam gambar harus
terlihat posisi potongan profil.

h.

Pekerjaan Boring
Pekerjaan lapangan disyaratkan mengikuti prosedur ASTM. Pengeboran dilaksanakan
sampai kedalaman -30 meter dari dasar laut dengan pengambilan contoh tanah dan
pelaksanaan SPT setiap interval 2 meter (SPT pertama kali dilaksanakan pada
kedalaman -1 meter dari dasar laut).
Pelaksanaan SPT diberhentikan setelah SPT > 60 sebanyak 3 (tiga) kali untuk
penurunan berturut-turut setinggi 30 cm sampai dengan ketebalan minimal 5 meter,
sedangkan pengeborannya sendiri tetap dilakukan sampai 30 meter dari dasar laut.
Apabila sampai pada kedalaman 30 meter dari dasar laut belum dijumpai lapisan
tanah keras (SPT > 60) maka hal tersebut harus segera dilaporkan kepada Pengguna
Jasa untuk mendapat petunjuk lebih lanjut.
Apabila sangat diperlukan, kedalaman pengeboran dapat ditambah atau dikurangi
dengan persetujuan Pengguna Jasa. Penambahan/pengurangan akan diperhitungan
sebagai pekerjaan tambah kurang.

1) Metode Pelaksanaan Pengeboran


Sebelum pelaksanaan pengeboran dimulai, semua peralatan yang akan
dipergunakan dalam pekerjaan tersebut harus sudah dipersiapkan terlebih dahulu
di tempat sehingga pelaksanaan dapat berjalan dengan lancar. Pengeboran
dilakukan dengan alat bor yang mempunyai kemampuan dan memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
-

Mampu menembus tanah keras dengan nilai N-60


Kemampuan alat bor dapat mencapai kedalaman 100 m
Mesin diesel kapasitas 80 PK
Water pump dengan kapasitas (50 s/d 60 liter/menit)
Casing dengan diameter minimum 97 mm
Drilling rod (4,05 cm)
Tabung sampel panjang 50 cm dan diameter 7,5 cm
Mata bor klep
Tabung SPT
Piston dan piston rod untuk keperluan pengambilan undisturbed sample

Kapasitas pompa harus cukup besar sehingga terjamin bahwa sisa pengeboran
yang keluar dari lubang harus selalu diamati agar diketahui bila ditemui perubahan
lapisan tanah yang dibor dengan melihat perubahan jenis tanah yang keluar.
Lubang bor yang terjadi sewaktu pengeboran harus dilindungi dengan casing agar
tidak terjadi kelongsoran sehingga diperoleh hasil pengeboran yang baik dan teliti.
Pada setiap tambahan kedalaman tertentu, casing harus diturunkan sampai dasar
lubang dengan menambah sambungan pada bagian atas casing. Untuk tanah
lunak (soft soil) sistem pengeboran harus dilaksanakan dengan casing system yaitu
mengebor dengan casing yang berputar (drilling rod) dan ujung casing diberi mata
bor.

2) Data dan Hasil Pekerjaan Lapangan


Dari setiap pengeboran harus dilakukan pencatatan pelaksanaan pekerjaan
terutama masalah teknis lapangan yang ditemui. Hasil pekerjaan lapangan tersebut
dituangkan ke dalam bor-log yang menggambarkan:
- Elevasi muka tanah terhadap Datum
- Number of blows pada standard penetration test dan kedalamannya (dalam
angka dan grafik)
- Kedalaman tanah dimana undisturbed sample diambil
- Elevasi lapisan batas atas dan bawah dari setiap perubahan lapisan tanah yang
ditemui selama pengeboran
- Deskripsi dari jenis tanah untuk tiap interval kedalaman
- Hal-hal lain (khusus) yang ditemui/terjadi pada saat pengeboran dilaksanakan
- Penjelasan teknis dari penyimpangan-penyimpangan atau kejanggalan yang
terjadi selama pengeboran.

3) Undisturbed Sampling
Untuk setiap interval kedalaman 2 meter diambil undisturbed sample dan untuk
pertama kalinya diambil sampel pada kedalaman 3 m dari muka tanah yang
bersangkutan. Tabung contoh tanah (tube sample) yang disyaratkan adalah
seamless tube sampler ukuran OD 3 inch dan ID 2 7/8 inch (ID=Internal Diameter,
OD=Outer Diameter), tebal tabung 1/16 inch, dengan panjang 50 cm. Tabung yang
dipakai tipe fixed-piston sampler terbuat dari baja atau kuningan.
Tebal tabung: baja 1,5 0,1 mm dan ID 75 0,5 mm
Bila akan dipakai ID yang lain dari harga di atas harus dipenuhi persyaratan
Degree of disturbance:
A(%)

= 100 (OD2- ID2) < 10 %


ID2

Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi pada waktu pengambilan contoh tanah


adalah:
- Dasar lubang bor di mana akan diambil contoh tanah harus bersih dari sisa
pengeboran dengan memompakan air ke dalam lobang bor yang berfungsi
untuk membersihkan sisa-sisa tanah yang tertinggal, lama mencuci minimum 5
menit sebelum diadakan pengambilan sampel.
- Ujung bawah casing pada saat itu harus berada pada dasar lubang bor untuk
menghindari adanya longsoran-longsoran pada dasar lubang dan sisa
pengeboran (sludge)
- Segera setelah lubang bor bersih, tabung contoh tanah ditekan ke dalam tanah
dengan tekanan tenaga manusia. Penekanan harus dilakukan dengan hati-hati,
continuous (single movement) dan perlahan agar air yang terdapat dalam
tabung diberi kesempatan keluar melalui katup (ball-valve) yang terdapat pada

kepala tabung (connector head). Dalam segala hal tidak diperkenankan


menekan tabung dengan pukulan.
Sebelum tabung ditarik dari dalam tanah, tabung harus diputar 3600 untuk
melepaskan tabung bersama isinya dari tanah dan kemudian diangkat keluar
dari dalam tabung.
Tanah pada kedua ujung tabung harus dibuang secukupnya dan ruangan itu
kemudian diberi parafin panas sebagai penutup dan pelindung tanah dalam
tabung. Tebal parafin pada bidang bawah minimum 1 cm dan pada bidang atas
minimum 3 cm.
Untuk pelaksanaan uji laboratorium, sampel dapat dipotong di lapangan dengan
hati-hati sesuai dengan panjang yang diperlukan dan tidak boleh merusak
keaslian sampel sisanya yang belum diuji.
Pengangkutan sampel harus dilakukan hati-hati, dijaga dari guncangan dan
beda temperatur yang tinggi (panas sinar matahari dll), sedapat mungkin
pengujian dilakukan pada laboratorium yang dekat jaraknya dengan lokasi
pengeboran (bila terdapat laboratorium yang memenuhi syarat).
Untuk jenis tanah khusus yang sukar diambil undisturbed sampel-nya dengan
cara biasa, harus digunakan tabung sampel yang sesuai: soft cohessive soil
dengan alat piston sampler, non cohessive soil dengan alat piston sampler atau
core cutter sampler, dan hard cemented soil dengan core barrel.

4) Standard Penetration Test (SPT)


Pelaksanaan SPT pertama kali pada kedalaman -1 meter dari sea bed, SPT kedua
dan selanjutnya dimulai setelah pengambilan undisturbed sample pada kedalaman
-3 meter dari sea bed (interval 2 meter).
Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi adalah:
- Tabung SPT harus mempunyai ukuran diameter OD 2 inch/profil ID 138 inch,
panjang 24 inch menggunakan split spoon sampler type.
- Hammer yang dipakai untuk melakukan penumbukan seberat 140 lbs (63,5 kg),
tinggi jatuh bebas hammer adalah 30 inch (75 cm).
- Sebelum melakukan percobaan SPT, casing harus diturunkan sampai dasar
lubang. Lubang bor kemudian dibersihkan dari sisa pengeboran dari tanah yang
ada di dasar lubang bor seperti yang diuraikan pada undisturbed sampling
(h.1), h.2), h.3).
- Perhitungan dilakukan sebagai berikut
a.
Tabung SPT ditekan ke dalam dasar lubang sedalam 15 cm.
b.
Untuk setiap interval 10 cm dilakukan perhitungan jumlah pukulan untuk
memasukkan tabung ke dalam tanah sampai dicapai 3 x 10 cm.
- Tabung diangkat ke permukaan tanah dan split spoon sampler dibuka. Sludge
yang terdapat dalam tabung harus dibuang, kemudian terhadap sampel
diadakan klasifikasi. Unified soil classification dipergunakan untuk menyusun
soil description atau lithology. Tanah tersebut dapat dipakai untuk laboratorium
test. Untuk itu sampel harus dimasukkan dalam kantong plastik yang ditutup
dengan baik dan diberi identitas nomor boring dan kedalamannya.
- Percobaan SPT dihentikan setelah didapatkan harga SPT-60 sebanyak 3 (tiga)
kali berturut-turut (pengeboran tetap dilaksanakan hingga kedalaman -30 meter
dari seabed dengan memakai core tube system/diamond bit).

i.

Pekerjaan Sondir
Pekerjaan sondir dilakukan untuk mendapatkan gambaran dan hubungan antara
kedalaman lapisan tanah dengan kekerasan atau kepadatannya serta untuk
mengetahui kedalaman lapisan tanah keras bilamana ada. Alat sondir yang dipakai
adalah tipe Dutch Penetrometer yang mempunyai Conus dengan luas 10 cm dan
sudut lancip kerucut 60 untuk mengukur perlawanan ujung, dilengkapi dengan mantel
(sleeve) yang berdiameter sama dengan conus dan luas selimut 100 cm untuk
mengukur lekatan (friction) dari lapisan tanah.
Kapasitas minimal alat sondir disyaratkan harus mampu menembus lapisan-lapisan
tanah keras sampai tahanan ujung qc > 250 kg/cm. Disyaratkan menggunakan Gouda
mekanis.

1) Metode pelaksanaan sondir


Letak titik-titik penyondiran harus sesuai rencana yang telah ditetapkan Pengguna
Jasa. Peralatan Sondir dan perlengkapan harus sudah berada di lapangan
sebelum pelaksanaan agar pekerjaan dapat berjalan dengan lancar.
Dalam pelaksanaannya, alat sondir harus
atau diberi pemberat yang cukup antara
cukup kokoh dan tidak terangkat pada
Besaran-besaran yang hendak diperoleh
antara kedalaman dengan:
-

dijangkar ke dalam tanah atau platform


lain drum diisi air dll, agar alat sondir
waktu conus menembus tanah keras.
dari penyondiran ini adalah hubungan

Tahanan ujung (end resistance)


Tahanan geser setempat (local friction)
Jumlah tahanan (total friction)

Untuk mendapatkan harga-harga tersebut conus ditekan ke dalam tanah dengan


tenaga mekanis dari peralatan sondir dengan perantaraan batang-batang sondir.
Pembacaan dilakukan setiap interval 20 cm pada waktu dilakukan dengan
kecepatan maksimum 1 cm/detik. Besarnya perlawanan conus dan tahanan geser
dibaca pada parameter.

2) Kedalaman sondir
Sondir dapat dihentikan dengan ketentuan sebagai berikut:
-

Perlawanan conus sudah mencapai qc > 250 Kg/cm.


Kriteria qc > 250 kg/cm adalah bila conus yang bersangkutan tidak dapat lagi
masuk lebih dalam setelah dicoba menekan conus tiga kali berturut-turut.
Apabila diperkirakan conus kena batu atau kedalaman stang sondir masih
rendah, sondir perlu dipindahkan ke tempat yang baru.

Kedalaman sondir mencapai 30 m dari permukaan tanah/dasar laut.


Apabila sampai dengan kedalaman tersebut belum diperoleh qc > 250 kg/cm,
hal ini harus dikonsultasikan dengan Pengguna Jasa/Tim Evaluasi.

j.

Pembuatan Desain

1) Umum
Konsultan ditugaskan untuk melaksanakan pekerjaan-perkerjaan di bawah ini
sebagai suatu kesatuan pekerjaan dengan menggunakan data-data dari desain
dermaga prototipe, hasil survey topografi, bathymetri dan penyelidikan tanah serta
data-data sekunder, yaitu mencakup:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)

Tata letak fasilitas pelabuhan yang dibutuhkan/direncanakan.


Posisi alur (access channel), labuh jangkar (anchorage) dan kolam pelabuhan
(turning basin).
Sistem struktur bangunan atas dermaga dan fasilitas pelabuhan lainnya.
Bahan bangunan yang akan digunakan dan sumber materialnya.
Perencanaan sistem pondasi.
Dokumen tender dan gambar-gambar perencanaan standar.
Sistem pelaksanaan pembangunan dermaga dan fasilitas pelabuhan yang
dibutuhkan dalam hal sistem struktur, bahan bangunan, sistem pondasi
lapangan terkait dengan peralatan, mobilisasi dan logistik.

2) Penentuan Sistem Struktur Bangunan Atas Dermaga dan Fasilitas Pelabuhan


Lainnya yang dibutuhkan
Sistem struktur bangunan atas dermaga dan fasilitas pelabuhan lainnya didasarkan
atas kekuatan/keamanan, kesesuaian bahan bangunan, tingkat kemudahan
pelaksanaan dan kebutuhan pelayanan bongkar muat pelabuhan.
Tipe bangunan atas dermaga meliputi:
a) Floating type: ponton (baja, beton).
b) Fixed type: lantai dermaga, balok-balok pendukung lantai, kepala tiang,
dudukan fender dan bolder, tipe dan instalasi fender, sarana sandar dan
apabila dibutuhkan dilengkapi dengan breasting dolphin atau mooring dolphin.
Sistem struktur bangunan atas dermaga dapat terdiri dari:
a) Struktur monolit (peer, balok).
b) Sistem pracetak (lantai).
c) Sistem dengan menggunakan bahan kayu.
Sistem struktur fasilitas pelabuhan lainnya, antara lain:
a) Jalan dan lapangan penumpukan
Bagian atas
: aspal, coneblock, lapisan perkerasan, dll.
Pondasi

: pasangan batu kosong, urugan pasir/sirtu, dll.

Bagian tepi/pinggir : pasangan batu kosong/spesi, kansteen, dll.


b) Gudang dan terminal penumpang
Atap
: kuda-kuda kayu/baja, atap genteng/seng/baja deck, dll.
Dinding

: batu bata, batako, spesi, ring balk beton, dll.

Lantai

: beton, keramik, dll.

Lain-lain

: pintu, jendela, ventilasi, dll.

c) Fasilitas penunjang, antara lain: instalasi air bersih, instalasi air kotor, instalasi
listrik, pagar, dll.

3) Bahan bangunan yang digunakan.


Bahan bangunan yang digunakan harus dipertimbangkan kesesuaiannya dengan
aspek keawetan, kekuatan dan kemudahan pengerjaannya. Macam bahan
bangunan yang dapat dipilih mencakup:
a) Bahan alam asli, misalnya batu gunung maupun sungai, kerikil, pasir, kayu dan
lain-lain.
b) Bahan batuan, misalnya beton (bertulang/tidak bertulang/pratekan), baja, karet
dan lain-lain.

4) Informasi lain-lain
a) Informasi mengenai sumber bahan bangunan termasuk tersedianya air kerja
juga menjadi bahan pertimbangan untuk perencanaan.
b) Hal-hal lain yang spesifik pada daerah/lokasi yang akan dibangun, misalnya
adanya benda hanyutan sungai, kemungkinan hilangnya bagian-bagian
konstruksi dan lain-lain agar menjadi pertimbangan juga.

5) Perencanaan sistem pondasi


Berdasarkan hasil survey soil, hidrografi, pembebanan dan pemilihan sistem
konstruksi fasilitas pelabuhan, kemudian dikerjakan perencanaan sistem pondasi.
Sistem pondasi yang direncanakan juga harus memperhitungan bahan bangunan
yang akan digunakan dan sistem pelaksanaanya serta lingkungan pekerjaan (di air
laut atau di air tawar). Setiap alternatif sistem pondasi akan mempengaruhi berbagai
parameter lainnya, sehingga untuk menetapkan alternatif sistem pondasi perlu
dibahas kembali parameter-parameter yang mempengaruhi.

6) Dokumen tender dan gambar pelaksanaan


Dokumen tender terdiri dari:
a)
b)
c)
d)

Gambar-gambar konstruksi
Rencana kerja dan syarat-syarata
Spesifikasi umum dan khusus
Bill of Quantity

Termasuk dalam dokumen tender:


a)
b)

Sistem pelaksanaan dan peralatan yang akan digunakan dalam pelaksanaan


pekerjaan.
Kesesuaian dengan keadaan alam dan sifat operasional lokasi pembangunan.

Persyaratan peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan, mencakup:

a)
b)
c)
d)
e)

Alat pancang apung


Mobile crane
Ponton (dalam jumlah cukup)
Tug boat
Work boat

Gambar Pelaksanaan:
Gambar pelaksanaan harus dapat memberi pedoman kepada pelaksana dalam
mewujudkan konstruksi yang direncanakan. Pedoman tersebut antara lain
menyangkut: posisi konstruksi, dimensi konstruksi, volume konstruksi, elevasi
konstruksi, tahapan konstruksi, dll. Seluruh gambar pelaksana harus dilengkapi
dengan skala, ukuran, elevasi berdasarkan lebih kurang 0,00 m-LWS, kualitas yang
akan dicapai (misalkan: mutu baja, mutu beton), dll. Seluruh gambar pelaksanaan
dibuat dengan menggunakan komputer (CAD) dan soft copy-nya diserahkan
bersama Laporan Akhir kepada Pengguna Jasa. Gambar pelaksanaan meliputi:
a)
b)
c)
d)

Gambar lay-out (dilengkapi dengan garis kontur, arah mata angin, skala posisi
BM, dll)
Gambar denah (misalkan posisi tiang, balok, dll)
Gambar potongan memanjang dan melintang
Gambar detail

Dalam gambar pelaksanaan dilampirkan data: grafik pasang surut, profil tanah, peta
hidrografi dan topografi.

7) Dasar-dasar Perencanaan
a)

Sistem konstruksi
Dari hasil desain dermaga prototipe, konsultan perencana harus menetapkan
alternatif sistem konstruksi yang sesuai dengan kondisi pelabuhan dimana akan
direncanakan pembangunan dermaga.
Pilihan alternatif yang sesuai harus ditetapkan mencakup:

b)

Sistem konstruksi bangunan atas.


Sistem konstruksi bangunan bawah/pondasi.
Bahan bangunan yang akan digunakan.
Metode pelaksanaan konstruksi dan peralatan yang akan digunakan

Data peta kedalaman laut dan peta topografi


Data peta kedalaman laut dan peta topografi yang digunakan sebagai dasar
perencanaan fasilitas pelabuhan adalah sesuai dengan hasil survey konsultan.
Peta-peta tersebut di atas akan digunakan untuk perencanaan

c)

Tatanan prasarana laut dan darat (general lay-out plan)


Alur dan kolam pelabuhan
Olah gerak kapal
Kebutuhan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP), dll

Data hasil penyelidikan tanah

Data hasil penyelidikan tanah untuk pelabuhan yang akan direncanakan sesuai
hasil survey yang telah dilakukan. Data hasil penyelidikan tanah digunakan
untuk merencanakan sistem pondasi baik pondasi langsung maupun pondasi
dalam atau tiang pancang. Data-data tersebut juga dipergunakan untuk
perhitungan konsolidasi dan stabilitas timbunan.
d)

Data-data sekunder
Data-data sekunder antara lain: data operasional pelabuhan dan arsitektur
daerah setempat. Data operasional pelabuhan untuk merencanakan
pengembangan pelabuhan meliputi tata letak bangunan, luas bangunan, jenis
bangunan dan arsitektur daerah digunakan untuk merencanakan bentuk
bangunan (misalnya bentuk bangunan terminal penumpang yang merupakan
ciri khas daerah tersebut).

9. BIAYA PELAKSANAAN KEGIATAN (HOW MUCH)


Kegiatan DED Pelabuhan di 5 (lima) lokasi diperkirakan memerlukan biaya sebesar
Rp.2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah) yang akan dibiayai melalui DIPA
Satuan Kerja Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Tahun Anggaran 2012.

Jakarta,

2012

KEPALA BAGIAN PERENCANAAN

EKO HADI RUMEKSO


Penata Tk. I (III/d)
NIP. 19580222 198603 1 001

Anda mungkin juga menyukai