Anda di halaman 1dari 29

Ciri-ciri umum

Nama, lambang, Nomor atom


Dibaca

seng, Zn, 30

/zk/ zingk

Jenis unsur logam transisi


Golongan, periode, blok 12, 4, d
Massa atom standar

65.38(2)(4)

Konfigurasi elektron

[Ar] 3d10 4s2

2, 8, 18, 2
Sifat fisika
Fase

solid

Massa jenis (mendekati suhu kamar) 7.14 gcm3


Massa jenis cairan pada t.l.

6.57 gcm3

Titik lebur

692.68 K,419.53 C,787.15 F

Titik didih

1180 K,907 C,1665 F

Kalor peleburan

7.32 kJmol1

Kalor penguapan

123.6 kJmol1

Kapasitas kalor

25.470 Jmol1K1

Tekanan uap
P (Pa) 1

10

100

1k

10 k

100 k

at T (K)

610

670

750

852

990

Sifat atom
Bilangan oksidasi +2, +1, 0
(oksida amfoter)
Elektronegativitas 1.65 (skala Pauling)
Energi ionisasi
(lebih lanjut)pertama: 906.4 kJmol1
ke-2: 1733.3 kJmol1

1179

ke-3: 3833 kJmol1


Jari-jari atom

134 pm

Jari-jari kovalen

1224 pm

Jari-jari van der Waals

139 pm

Lain-lain
Struktur kristal

hexagonal

Pembenahan magnetik

diamagnetik

Keterhambatan elektris

(20 C) 59.0 nm

Konduktivitas termal

116 Wm1K1

Ekspansi termal

(25 C) 30.2 mm1K1

Kecepatan suara (batang ringan)


Modulus Young

108 GPa

Modulus Shear

43 GPa

Bulk modulus

70 GPa

Rasio Poisson

0.25

Kekerasan Mohs

2.5

Kekerasan Brinell

412 MPa

(suhu kamar) (rolled) 3850 ms1

Nomor CAS 7440-66-6


Isotop paling stabil
iso

NA

Waktu paruhDM

DE (MeV)

DP

64Zn 48.6%Zn stabil dengan 34 neutron


65Zn syn

243.8 hari

1.1155

1.3519

66Zn 27.9%Zn stabil dengan 36 neutron


67Zn 4.1% Zn stabil dengan 37 neutron
68Zn 18.8%Zn stabil dengan 38 neutron
70Zn 0.6% Zn stabil dengan 40 neutron

65Cu

72Zn syn

46.5 jam

0.458 72Ga

Seng (bahasa Belanda: zink), zink, atau timah sari adalah unsur kimia dengan
lambang kimia Zn, bernomor atom 30, dan massa atom relatif 65,39. Ia
merupakan unsur pertama golongan 12 pada tabel periodik. Beberapa sifat
kimia seng mirip dengan magnesium (Mg). Hal ini dikarenakan ion kedua
unsur ini berukuran hampir sama. Selain itu, keduanya juga memiliki keadaan
oksidasi +2. Seng merupakan unsur paling melimpah ke-24 di kerak bumi
dan memiliki lima isotop stabil. Bijih seng yang paling banyak ditambang
adalah sfalerit (seng sulfida).

Kuningan, yang merupakan aloi tembaga dan seng, telah lama digunakan
paling tidak sejak abad ke-10 SM. Logam seng tak murni mulai diproduksi
secara besar-besaran pada abad ke-13 di India, manakala logam ini masih
belum di kenal oleh bangsa Eropa sampai dengan akhir abad ke-16. Para
alkimiawan membakar seng untuk menghasilkan apa yang mereka sebut
sebagai "salju putih" ataupun "wol filsuf". Kimiawan Jerman Andreas
Sigismund Marggraf umumnya dianggap sebagai penemu logam seng murni
pada tahun 1746. Karya Luigi Galvani dan Alessandro Volta berhasil
menyingkap sifat-sifat elektrokimia seng pada tahun 1800. Pelapisan seng
pada baja untuk mencegah perkaratan merupakan aplikasi utama seng.
Aplikasi-aplikasi lainnya meliputi penggunaannya pada baterai dan aloi.
Terdapat berbagai jenis senyawa seng yang dapat ditemukan, seperti seng
karbonat dan seng glukonat (suplemen makanan), seng klorida (pada
deodoran), seng pirition (pada sampo anti ketombe), seng sulfida (pada cat
berpendar), dan seng metil ataupun seng dietil di laboratorium organik.

Seng merupakan zat mineral esensial yang sangat penting bagi tubuh.[1]
Terdapat sekitar dua miliar orang di negara-negara berkembang yang
kekurangan asupan seng. Defisiensi ini juga dapat menyebabkan banyak
penyakit. Pada anak-anak, defisiensi ini menyebabkan gangguan
pertumbuhan, memengaruhi pematangan seksual, mudah terkena infeksi,
diare, dan setiap tahunnya menyebabkan kematian sekitar 800.000 anakanak di seluruh dunia.[1] Konsumsi seng yang berlebihan dapat
menyebabkan ataksia, lemah lesu, dan defisiensi tembaga.

Dalam bahasa sehari-hari, seng juga dimaksudkan sebagai pelat seng yang
digunakan sebagai bahan bangunan.

Karakteristik[sunting | sunting sumber]


Sifat fisika[sunting | sunting sumber]
Seng merupakan logam yang berwarna putih kebiruan, berkilau, dan bersifat
diamagnetik. Walau demikian, kebanyakan seng mutu komersial tidak
berkilau.[2] Seng sedikit kurang padat daripada besi dan berstruktur kristal
heksagonal.Lehto 1968, hlm. 826

Logam ini keras dan rapuh pada kebanyakan suhu, namun menjadi dapat
ditempa antara 100 sampai dengan 150 C.[2] Di atas 210 C, logam ini
kembali menjadi rapuh dan dapat dihancurkan menjadi bubuk dengan
memukul-mukulnya.[3] Seng juga mampu menghantarkan listrik.
Dibandingkan dengan logam-logam lainnya, seng memiliki titik lebur (420 C)
dan tidik didih (900 C) yang relatif rendah.[4] Dan sebenarnya pun, titik
lebur seng merupakan yang terendah di antara semua logam-logam transisi
selain raksa dan kadmium.[4]

Terdapat banyak sekali aloi yang mengandung seng. Salah satu contohnya
adalah kuningan (aloi seng dan tembaga). Logam-logam lainnya yang juga
diketahui dapat membentuk aloi dengan seng adalah aluminium, antimon,
bismut, emas, besi, timbal, raksa, perak, timah, magnesium, kobalt, nikel,
telurium, dan natrium.[5] Walaupun seng maupun zirkonium tidak bersifat
feromagnetik, aloi ZrZn2 memperlihatkan feromagnetisme di bawah suhu 35
K.

Keberadaan[sunting | sunting sumber]


Kadar komposisi unsur seng di kerak bumi adalah sekitar 75 ppm (0,007%).
Hal ini menjadikan seng sebagai unsur ke-24 paling melimpah di kerak bumi.
[6] Tanah mengandung sekitar 5770 ppm seng dengan rata-ratanya 64 ppm.
Sedangkan pada air laut kadar sengnya adalah 30 ppb dan pada atmosfer
kadarnya hanya 0,14 g/m3.

Sfalerit (ZnS)
Unsur ini biasanya ditemukan bersama dengan logam-logam lain seperti
tembaga dan timbal dalam bijih logam. Seng diklasifikasikan sebagai kalkofil,

yang berarti bahwa unsur ini memiliki afinitas yang rendah terhadap oksigen
dan lebih suka berikatan dengan belerang. Kalkofil terbentuk ketika kerak
bumi memadat di bawah kondisi atmosfer bumi awal yang mendukung reaksi
reduksi.[7] Sfalerit, yang merupakan salah satu bentuk kristal seng sulfida,
merupakan bijih logam yang paling banyak ditambang untuk mendapatkan
seng karena ia mengandung sekitar 60-62% seng.

Mineral lainnya juga mengandung seng meliputi smithsonit (seng karbonat),


hemimorfit (seng silikat), wurtzit (bentuk seng sulfida lainnya), dan
hidrozinkit. Terkecuali wurtzit, kesemua mineral ini terbentuk oleh karena
proses cuaca seng sulfida primordial.[7]

Total keseluruhan kandungan seng di seluruh dunia adalah sekitar 1,8


gigaton.[8] Hampir sekitar 200 megatonnya dapat diperoleh secara ekonomis
pada tahun 2008.[8] Kandungan besar seng dapat ditemukan di Australia,
Kanada, dan Amerika Serikat.[7] Berdasarkan laju konsumsi seng sekarang
ini, cadangan seng diperkirakan akan habis antara tahun 2027 sampai
dengan 2055.[9][10] Sekitar 346 megaton seng telah ditambang sepanjang
sejarahnya sampai dengan tahun 2002. Selain itu, diperkirakan pula sekitar
109 megatonnya masih digunakan.[11]

Isotop[sunting | sunting sumber]


Terdapat lima isotop seng yang dapat ditemukan secara alami. 64Zn
merupakan isotop yang paling melimpah (48,63% kelimpahan alami).[12]
Isotop ini memiliki waktu paruh yang sangat panjang, 4,31018 a,[13]
sedemikiannya radioaktivitasnya dapat diabaikan.[14] Demikian pula isotop
70Zn (0,6%) yang berwaktu paruh 1,31016 a tidak dianggap sebagai
bersifat radioaktif. Isotop-isotop lainnya pula adalah 66Zn (28%), 67Zn (4%)
dan 68Zn (19%).

Terdapat pula dua puluh lima radioisotop yang telah berhasil


dikarakterisasikan. 65Zn yang berumur paruh 243,66 hari adalah radioisotop
yang berumur paling lama, diikuti oleh 72Zn dengan umur paruh 46,5 jam.
[12] Seng memiliki 10 isomer inti. 69mZn merupakan isomer yang berumur
paruh paling panjang dengan lama waktu 13,76 jam.[12] Superskrip m
mengindikasikan suatu isotop metastabil. Inti isotop metastabil berada dalam
keadaan tereksitasi dan akan kembali ke keadaan dasarnya dengan
memancarkan foton dalam bentuk sinar gama. 61Zn memiliki tiga keadaan
tereksitasi dan 73Zn memiliki dua keadaan tereksitasi.[15] Sedangkan isotop
65Zn, 71Zn, 77Zn dan 78Zn semuanya hanya memiliki satu keadaan

tereksitasi.[12]

Modus peluruhan yang paling umum untuk isotop seng bernomor massa lebih
rendah daripada 64 adalah penangkapan elektron. Produk peluruhan dari
penangkapan elektron ini adalah isotop tembaga.[12]

n
30Zn + e n
29Cu
Sedangkan modus peluruhan paling umum untuk isotop seng bernomor
massa lebih tinggi daripada 64 adalah peluruhan beta, yang akan
menghasilkan isotop galium.[12]

n
30Zn n
31Ga + e + e
Sifat kimiawi[sunting | sunting sumber]
Reaktivitas[sunting | sunting sumber]
Seng memiliki konfigurasi elektron [Ar]3d104s2 dan merupakan unsur
golongan 12 tabel periodik. Seng cukup reaktif dan merupakan reduktor
kuat..[16] Permukaan logam seng murni akan dengan cepat mengusam,
membentuk lapisan seng karbonat, Zn5(OH)6CO3, seketika berkontak
dengan karbon dioksida.[17] Lapisan ini membantu mencegah reaksi lebih
lanjut dengan udara dan air.

Seng yang dibakar akan menghasilkan lidah api berwarna hijau kebiruan dan
mengeluarkan asap seng oksida.[18] Seng bereaksi dengan asam, basa, dan
non-logam lainnya.[19] Seng yang sangat murni hanya akan bereaksi secara
lambat dengan asam pada suhu kamar. Asam kuat seperti asam klorida
maupun asam sulfat dapat menghilangkan lapisan pelindung seng karbonat
dan reaksi seng dengan air yang ada akan melepaskan gas hidrogen.[18]

Seng secara umum memiliki keadaan oksidasi +2. Ketika senyawa dengan

keadaan oksidasi +2 terbentuk, elektron pada kelopak elektron terluar s akan


terlepas, dan ion seng yang terbentuk akan memiliki konfigurasi [Ar]3d10.
[20] Hal ini mengijinkan pembentukan empat ikatan kovalen dengan
menerima empat pasangan elektron dan mematuhi kaidah oktet. Stereokimia
senyawa yang dibentuk ini adalah tetrahedral dan ikatan yang terbentuk
dapat dikatakan sebagai sp3.[21] Pada larutan akuatik, kompleks oktaherdal,
[Zn(H2O)6]2+, merupakan spesi yang dominan.[22] Penguapan seng yang
dikombinasikan dengan seng klorida pada temperatur di atas 285 C
mengindikasikan adanya Zn2Cl2 yang terbentuk, yakni senyawa seng yang
berkeadaan oksidasi +1.[18] Tiada senyawa seng berkeadaan oksidasi selain
+1 dan +2 yang diketahui.[23] Perhitungan teoritis mengindikasikan bahwa
senyawa seng dengan keadaan oksidasi +4 sangatlah tidak memungkinkan
terbentuk.[24]

Sifat kimiawi seng mirip dengan logam-logam transisi periode pertama


seperti nikel dan tembaga. Ia bersifat diamagnetik dan hampir tak berwarna.
[25] Jari-jari ion seng dan magnesium juga hampir identik. Oleh karenanya,
garam kedua senyawa ini akan memiliki struktur kristal yang sama.[26] Pada
kasus di mana jari-jari ion merupakan faktor penentu, sifat-sifat kimiawi
keduanya akan sangat mirip.[18] Seng cenderung membentuk ikatan kovalen
berderajat tinggi. Ia juga akan membentuk senyawa kompleks dengan
pendonor N- dan S-.[25] Senyawa kompleks seng kebanyakan berkoordinasi 4
ataupun 6 walaupun koordinasi 5 juga diketahui ada.[18]

Senyawa seng[sunting | sunting sumber]

Seng klorida
Kebanyakan metaloid dan non logam dapat membentuk senyawa biner
dengan seng, terkecuali gas mulia. Oksida ZnO merupakan bubuk berwarna
putih yang hampir tidak larut dalam larutan netral. Ia bersifat amfoter dan
dapat larut dalam larutan asam dan basa kuat.[18] Kalkogenida lainnya
seperti ZnS, ZnSe, dan ZnTe memiliki banyak aplikasinya dalam bidang
elektronik dan optik.[27] Pniktogenida (Zn3N2, Zn3P2, Zn3As2 dan Zn3Sb2),
[28][29] peroksida ZnO2, hidrida ZnH2, dan karbida ZnC2 juga dikenal
keberadaannya.[30] Dari keempat unsur halida, ZnF2 memiliki sifat yang
paling ionik, sedangkan sisanya (ZnCl2, ZnBr2, dan ZnI2) bertitik lebur
rendah dan dianggap lebih bersifat kovalen.[31]

Seng asetat basa


Dalam larutan basa lemah yang mengandung ion Zn2+, hidroksida dari seng
Zn(OH)2 terbentuk sebagai endapat putih. Dalam larutan yang lebih alkalin,
hidroksida ini akan terlarut dalam bentuk [Zn(OH)4]2-[18] Senyawa nitrat
Zn(NO3)2, klorat Zn(ClO3)2, sulfat ZnSO4, fosfat Zn3(PO4)2, molibdat
ZnMoO4, sianida Zn(CN)2, arsenit Zn(AsO2)2, arsenat Zn(AsO4)28H2O dan
kromat ZnCrO4 merupakan beberapa contoh senyawa anorganik seng.[32]
[33] Salah satu contoh senyawa organik paling sederhana dari seng adalah
senyawa asetat Zn(O2CCH3)2.

Senyawa organoseng merupakan senyawa-senyawa yang mengandung


ikatan kovalen seng-karbon. Dietilseng ((C2H5)2Zn) merupakan salah satu
reagen dalam kimia sintesis. Senyawa ini pertama kali dilaporkan pada tahun
1848 dari reaksi antara seng dengan etil iodida dan merupakan senyawa
yang pertama kali diketahui memiliki ikatan sigma logam-karbon.[34]
Dekametildizinkosena mengandung ikatan seng-seng kovalen yang kuat pada
suhu kamar.[35]

Peran hayati[sunting | sunting sumber]


Zink atau unsur seng memiliki peran fisiologi yang penting bagi berbagai
proses metabolisme. Peran yang umum adalah keterlibatan zink sebagai
kofaktor pada protein pengatur ekspresi gen dan sebagai enzim penyunting
DNA. Kelas protein-protein yang menambat DNA dan memakai zink sebagai
stabilisator ini dikenal sebagai protein jemari zink.

Defisiensi (kekurangan) zink memberi efek signifikan bagi tumbuhan. Bagi


tumbuhan darat, zink di tanah berperan sebagai hara mikro yang penting dan
diketahui 50% tanah pertanian dunia mengalami defisiensi zink pada
berbagai derajat. Pemupukan zink pada lahan demikian memberikan efek
yang signifikan. Gejala kekurangan zink pada tumbuhan berbeda-beda, tetapi
biasanya ditandai dengan kekerdilan dan daun yang memiliki bagian yang
tembus pandang, biasanya di pangkal daun[36]. Pengujian tanah diperlukan
untuk konfirmasi.

Manusia yang kekurangan zink mengalami gejala-gejala "hipozinkemia".


Orang yang mengalami kekurangan zink dapat terkena diare dan malfungsi
organ. Kemunduran dalam daya ingat dan reaksi indera juga terjadi.
Kemunculan jerawat juga diketahui terkait dengan defisiensi zink. Ketombe
dapat muncul karena sel-sel kulit kekurangan zink. Zink diperlukan dalam

produksi testosteron.
https://id.wikipedia.org/wiki/Seng

Massa jenis
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Massa jenis
Simbol umum
Satuan SI

kg/m3

Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin
tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap
volumenya. Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi
dengan total volumenya. Sebuah benda yang memiliki massa jenis lebih
tinggi (misalnya besi) akan memiliki volume yang lebih rendah daripada
benda bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah (misalnya air).

Satuan SI massa jenis adalah kilogram per meter kubik (kgm-3)

Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis
yang berbeda. Dan satu zat berapapun massanya berapapun volumenya
akan memiliki massa jenis yang sama.

Rumus untuk menentukan massa jenis adalah

\rho = \frac{m}{V}
dengan

adalah massa jenis,


m adalah massa,
V adalah volume.
Satuan massa jenis dalam 'CGS [centi-gram-sekon]' adalah: gram per
sentimeter kubik (g/cm3).

1 g/cm3=1000 kg/m3

Massa jenis air murni adalah 1 g/cm3 atau sama dengan 1000 kg/m3

Selain karena angkanya yang mudah diingat dan mudah dipakai untuk
menghitung, maka massa jenis air dipakai perbandingan untuk rumus ke-2
menghitung massa jenis, atau yang dinamakan 'Massa Jenis Relatif'

Rumus massa jenis relatif = Massa bahan / Massa air yang volumenya sama

Contoh massa jenis beberapa material (1 kg = 1000 gr)[sunting | sunting


sumber]

Halaman ini belum atau baru diterjemahkan sebagian dari bahasa Inggris.
Bantulah Wikipedia untuk melanjutkannya. Lihat panduan penerjemahan
Wikipedia.
Material

dalam kg/m3

Catatan

Medium antarbintang
variabel T

10-25 10-15

Atmosfer Bumi

Pada permukaan laut

1.2

Aerogel

12

Styrofoam

30 120

Gabus220 260
Air

Mendekati 90% H, 10% He;

[1]

[1]

1000 Pada kondisi standar untuk suhu dan tekanan

Plastik

850 1400 Untuk polipropilena dan PETE/PVC

Bumi 5515.3
Tembaga

Rata-rata keseluruhan

8920 8960

Mendekati suhu ruangan

Timah 11340Mendekati suhu ruangan

Inti Perut Bumi

~13000

Seperti yang tercantum dalam bumi

Uranium

19100Mendekati suhu ruangan

Iridium

22500Mendekati suhu ruangan

Inti Matahari ~150000


Inti Atom

~3 1017 Seperti yang tercantum dalam neutron star

Bintang neutron

8.4 1016 1 1018

Lubang hitam

4 1017

Nama zat

dalam kg/m3

dalam gr/cm3

Air (4 derajat Celcius)

1.000 kg/m3 1 gr/cm3

Alkohol

800 kg/m3

0,8 gr/cm3

Air raksa

13.600 kg/m3

Aluminium

2.700 kg/m3 2,7 gr/cm3

Besi

13,6 gr/cm3

7.874 kg/m3 7,87 gr/cm3

Emas 19.300 kg/m3


Kuningan

8.400 kg/m3 8,4 gr/cm3

Perak 10.500 kg/m3


Platina

19,3 gr/cm3

10,5 gr/cm3

21.450 kg/m3

21,45 gr/cm3

Seng 7.140 kg/m3 7,14 gr/cm3


Udara (27 derajat Celcius)
Es

920 kg/m3

1,2 kg/m3

0,0012 gr/cm3

0,92 gr/cm3

https://id.wikipedia.org/wiki/Massa_jenis

Bilangan oksidasi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Question book-new.svg
Artikel ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya
tidak bisa dipastikan. Bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan
referensi yang layak. Tulisan tanpa sumber dapat dipertanyakan dan dihapus
sewaktu-waktu oleh Pengurus.
(Maret 2014)
Bedakan dengan Keadaan oksidasi
Bilangan oksidasi ( biloks ) didefinisikan sebagai jumlah muatan negatif dan
positif dalam atom, yang secara tidak langsung menandakan jumlah elektron
yang telah diterima atau diserahkan. Atom yang menerima elektron akan
bertanda negatif, atom yang melepaskan elektron bertanda positif. Tanda (+)
dan (-) pada biloks ditulis sebelum angkanya, misalnya +2, atau +1;
sedangkan pada muatan ditulis sesudah angkanya, misalnya 2+ atau 3+.
Bilangan oksidasi menunjukkan besarnya muatan yang disumbangkan oleh
atom atau unsur tersebut pada molekul atau ion yang dibentuknya. Bilangan
oksidasi juga berguna untuk mengekspresikan persamaan reaksi setengah
yang terjadi dalam reaksi oksidasi dan reduksi.

Aturan Penentuan Biloks[sunting | sunting sumber]


Cara menentukan bilangan oksidasi suatu unsur dalam ion atau senyawanya
mengikuti aturan-aturan sebagai berikut :

Bilangan oksidasi unsur bebas (berbentuk atom, atau molekul unsur) adalah
0 (nol).
Unsur bebas berbentuk atom.'

Bilangan oksidasi C dalam

=0

Bilangan oksidasi Ca dalam

Ca

=0

Bilangan oksidasi Cu dalam

Cu

=0

Bilangan oksidasi Na dalam

Na

=0

Bilangan oksidasi Fe dalam

Fe

=0

Bilangan oksidasi Al dalam

Al

=0

Bilangan oksidasi Ne dalam

Ne

=0

Unsur bebas berbentuk molekul.

Bilangan oksidasi H dalam

H2

=0

Bilangan oksidasi O dalam

O2

=0

Bilangan oksidasi Cl dalam

Cl2

=0

Bilangan oksidasi P dalam

P4

=0

Bilangan oksidasi S dalam

S8

=0

2.

Bilangan oksidasi logam dalam senyawa selalu positif.

Unsur logam golongan 1 (sistem lama gol. IA) (Li, Na, K, Rb, Cs, Fr), bilangan
oksidasinya +1.

Bilangan oksidasi K dalam

KCl, KNO3, atau K2SO4

= +1

Unsur logam golongan 2 (sistem lama gol. IIA) (Be, Mg, Ca, Sr, Ba, Ra),
bilangan oksidasinya +2.

+2

Bilangan oksidasi Mg dalam

MgO, MgCl2, atau MgSO4

Bilangan oksidasi unsur logam lain:

Ag = +1

Cu = +1 dan +2

Hg = +1 dan +2

Au = +1 dan +3

Fe = +2 dan +3

3.
Bilangan oksidasi ion monoatom (1 atom) dan poliatom (lebih dari 1
atom) sama dengan muatan ionnya.'

Bilangan oksidasi ion monoatom Na+, Ca2+, Al3+, Cl-, dan 02- berturut-turut
+1,+2, +3, -1 dan -2.

Bilangan oksidasi ion poliatom NH4+, SO42-, PO43- berturut-turut +1,-2, dan
-3.

4.
Bilangan oksidasi unsur golongan VIA (O, S, Se, Te, Po) pada senyawa
biner adalah -2, dan unsur golongan VIIA (F, Cl, Br, I, At) pada senyawa biner
adalah -1.'

Bilangan oksidasi unsur S pada Na2S dan MgS adalah -2.

Bilangan oksidasi unsur Cl pada NaCl, KCl, MgCl2, dan FeCl3 adalah -1.

5.

Bilangan oksidasi unsur H pada senyawanya adalah +1.'

Kecuali dalam hidrida (senyawa hydrogen dengan logam), bilangan


oksidasinya -1'

Alasan: dalam senyawa hidrida, hidrogen ada dalam bentuk ion hidrida, H-.
Biloks dari ion seperti hidrida adalah sama dengan muatan ion, dalam hal ini
adalah -1.'

Bilangan oksidasi unsur H pada H2O, HCl, H2S, dan NH3 adalah +1.

Bilangan oksidasi unsur H pada NaH, CaH2, dan AlH3 adalah -1.

6.

Bilangan oksidasi unsur O pada senyawanya adalah -2, kecuali :'

1.

Pada senyawa biner dengan F, bilangan oksidasinya adalah +2.

2.
Pada senyawa peroksida, seperti H2O2, Na2O2 dan BaO2 , bilangan
oksidasinya adalah -1.

3.
Pada senyawa superoksida, seperti KO2 dan NaO2, bilangan
oksidasinya adalah - . '

Bilangan oksidasi unsur O pada H2O, KOH, H2SO4 dan Na3PO4 adalah -2.

7.

Jumlah bilangan oksidasi unsur-unsur dalam senyawa adalah 0 (nol). '

Jumlah bilangan oksidasi unsur-unsur pembentuk ion poliatom sama dengan


muatan ion poliatomnya. '

'

https://id.wikipedia.org/wiki/Bilangan_oksidasi

Elektronegativitas
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Elektronegativitas atau keelektronegatifan (Simbol: ) adalah sebuah sifat
kimia yang menjelaskan kemampuan sebuah atom (atau lebih jarangnya
sebuah gugus fungsi) untuk menarik elektron (atau rapatan elektron) menuju
dirinya sendiri pada ikatan kovalen.[1] Konsep elektronegativitas pertama kali
diperkenalkan oleh Linus Pauling pada tahun 1932 sebagai bagian dari
perkembangan teori ikatan valensi[2]. Elektronegativitas tidak bisa dihitung
secara langsung, melainkan harus dikalkulasi dari sifat-sifat atom dan
molekul lainnya. Beberapa metode kalkulasi telah diajukan. Walaupun pada
setiap metode terdapat perbedaan yang kecil dalam nilai numeris
elektronegativitasnya, semua metode memiliki tren periode yang sama di
antara unsur-unsur. Elektronegativitas merupakan salah satu sifat periodisitas
unsur, selain afinitas elektron, jari-jari atom, dan energi ionisasi.

Metode yang umumnya sering digunakan adalah metode Pauling. Hasil


perhitungan ini menghasilkan nilai yang tidak berdimensi dan biasanya
dirujuk sebagai skala Pauling dengan skala relatif yang berkisar dari 0,7
sampai dengan 4,0 (hidrogen = 2,2). Bila metode perhitungan lainnya
digunakan, terdapat sebuah konvensi (walaupun tidak diharuskan) untuk
menggunakan rentang skala yang sama dengan skala Pauling: hal ini dikenal
sebagai elektronegativitas dalam satuan Pauling.

Elektronegativitas bukanlah bagian dari sifat atom, melainkan hanya


merupakan sifat atom pada molekul[3]. Sifat pada atom tunggal yang setara
dengan elektronegativitas adalah afinitas elektron. Elektronegativitas pada
sebuah unsur akan bervariasi tergantung pada lingkungan kimiawi,[4] namun
biasanya dianggap sebagai sifat yang terpindahkan, yaitu sebuah nilai
elektronegativitas dianggap akan berlaku pada berbagai situasi yang

bervariasi.

Elektronegativitas unsur-unsur[sunting | sunting sumber]


Jari-jari atom berkurang Energi ionisasi bertambah Elektronegativitas
bertambah
Golongan (vertikal)1
10
11
12
Periode (horizontal)
1

2,20

He

Li

0,98

Be

1,57

2,04

2,55

3,04

3,44

3,98

Ne

Na

0,93

Mg

1,31

Al

1,61

Si

1,90

2,19

2,58

Cl

3,16

Ar

2
13

3
14

4
15

5
16

6
17

7
18

0,82

Ca

1,00

Sc

1,36

Ti

1,54

1,63

Cr

1,66

Mn

1,55

Fe

1,83

Co

1,88

Ni

1,91

Cu

1,90

Zn

1,65

Ga

1,81

Ge

2,01

As

2,18

Se

2,55

Br

2,96

Kr

3,00
5

Rb

0,82

Sr

0,95

1,22

Zr

1,33

Nb

1,6

Mo

2,16

Tc

1,9

Ru

2,2

Rh

2,28

Pd

2,20

Ag

1,93

Cd

1,69

In

1,78

Sn

1,96

Sb

2,05

Te

2,1

2,66

Xe

2,60
6

Cs

0,79

Ba

0,89

*
Hf

1,3

Ta

1,5

2,36

Re

1,9

Os

2,2

Ir

2,20

Pt

2,28

Au

2,54

Hg

2,00

Tl

1,62

Pb

2,33

Bi

2,02

Po

2,0

At

2,2

Rn

2,2
7

Fr

0,7

Ra

0,9

**
Rf
Db
Sg
Bh
Hs
Mt
Ds
Rg
Uub
Uut
Uuq
Uup
Uuh
Uus
Uuo

Lantanida
La
1,1

Ce

1,12

Pr

1,13

Nd

1,14

Pm

1,13

Sm

1,17

Eu

1,2

Gd

1,2

Tb

1,1

Dy

1,22

Ho

1,23

Er

1,24

Tm

1,25

Yb

1,1

Lu

1,27
Aktinida
Ac
1,1

Th

1,3

Pa

1,5

1,38

Np

1,36

Pu

1,28

Am

1,13

Cm

1,28

Bk

1,3

Cf

1,3

Es

1,3

Fm

1,3

Md

**

1,3

No

1,3

Lr

1,291
Tabel periodik elektronegativitas unsur-unsur menggunakan skala Pauling
Lihat pula tabel periodik
Metode kalkulasi[sunting | sunting sumber]
Elektronegativitas Pauling[sunting | sunting sumber]
Pauling pertama kali mengajukan[2] konsep elektronegativitas pada tahun
1932 sebagai penjelasan dari fenomena lebih kuatnya ikatan kovalen antar
dua atom berbeda (AB) dari yang diperkirakan dengan mengambil kekuatan
rata-rata ikatan AA dan BB. Menurut teori ikatan valensi, "stabilisasi
tambahan" dari ikatan heteronuklir ini disebabkan oleh kontribusi bentuk
kanonis ion kepada ikatan.

Perbedaan elektronegativitas antara dua atom A dan B dapat dihitung


dengan:

\chi_{\rm A} - \chi_{\rm B} = ({\rm eV})^{-1/2} \sqrt{E_{\rm d}({\rm AB}) [E_{\rm d}({\rm AA}) + E_{\rm d}({\rm BB})]/2}
dengan Energi disosiasi (Ed) ikatan AB, AA dan BB diekspresikan dalam
elektronvolt. Faktor (eV) disisipkan untuk menghasilkan nilai yang tidak
berdimensi. Dengan metode ini, perbedaan elektronegativitas antara
hidrogen dan bromin adalah 0,73 (energi disosiasi: HBr 3,79 eV; HH 4,52
eV; BrBr 2,00 eV)

Oleh karena hanya perbedaan elektronegativitas yang dapat dihitung, kita


perlu memilih sebuah titik acuan untuk membangun skala. Hidrogen
dijadikan acuan karena ia membentuk ikatan kovalen dengan hampir semua
unsur. Nilai elektronegativitasnya pertama kali ditentukan[2] sebagai 2,1,
namun kemudian direvisi[5] menjadi 2,20. Selain itu, kita juga perlu
memutuskan unsur manakah (dari dua unsur) yang memiliki
elektronegativitas lebih besar. Pemutusan ini dapat dilakukan dengan
menggunakan "intuisi kimia", misalnya pada hidrogen bromida yang terlarut
dalam air membentuk H+ dan Br, kita dapat berasumsi bahwa bromin lebih
elektronegatif daripada hidrogen.

Untuk menghitung elektronegativitas Pauling sebuah unsur, kita memerlukan


data energi disosiasi dari paling sedikit dua jenis ikatan kovalen yang
dibentuk oleh unsur tersebut. Allred memutakhirkan nilai elektronegativitas
Pauling pada tahun 1961 dengan melibatkan data-data termodinamika[5].
Nilai-nilai elektronegativitas Pauling yang direvisi inilah yang biasanya sering
digunakan.

Elektronegativitas Mulliken[sunting | sunting sumber]

Korelasi antara elektronegativitas Mulliken (sumbu x dalam kJ/mol) dengan


elektronegativitas Pauling (sumbu y).
Mulliken mengajukan bahwa purata aritmetik dari energi ionisasi pertama
dan afinitas elektron haruslah adalah sebuah perhitungan dari
kecenderungan sebuah atom menarik elektron-elektron.[6][7] Karena definisi
ini tidak bergantung pada skala relatif sembarang, ia juga disebut sebagai
elektronegativitas relatif,[8] dengan satuan kilojoule per mol atau
elektronvolt.

Namun biasanya kita menggunakan transformasi linear untuk melakukan


transformasi nilai absolut tersebut menjadi nilai yang lebih mirip dengan nilai
Pauling. Untuk energi inonisasi dan afinitas elektron dalam elektronvolt,[9]

\chi = 0.187(E_{\rm i} + E_{\rm ea}) + 0,17 \,


dan untuk energi dalam kilojoule per mol,[n 1]

\chi = (1.97\times 10^{-3})(E_{\rm i} + E_{\rm ea}) + 0,19.


Elektronegativitas Mulliken hanya dapat dihitung pada unsur-unsur yang
afinitas elektronnya telah diketahui. Sampai dengan tahun 2006, terdapat 57
unsur yang afinitas elektronnya telah diketahui.

Elektronegativitas AllredRochow[sunting | sunting sumber]

Korelasi antara elektronegativitas AllredRochow (sumbu x dalam 2)


dengan elektronegativitas Pauling (sumbu y).

Allred dan Rochow beranggapan[10] bahwa elektronegativitas haruslah


berhubungan dengan muatan sebuah elektron pada "permukaan" sebuah
atom: semakin tinggi muatan per satuan luas permukaan atom, semakin
besar kecenderungan atom tersebut untuk menarik elektron-elektron. Muatan
inti efektif, Z* yang terdapat pada elektron valensi dapat diperkirakan dengan
menggunakan kaidah Slater. Sedangkan luas permukaan atom pada sebuah
molekul dapat dihitung dengan asumsi luas ini proposional dengan kuadrat
jari-jari kovalen (rcov). rcov memiliki satuan ngstrm,

\chi = 0,359{{Z\star}\over{r^2_{\rm cov}}} + 0,744.


Elektronegativitas Sanderson[sunting | sunting sumber]

Korelasi antara elektronegativitas Sanderson (sumbu x dalam satuan


sembarang) dengan elektronegativitas Pauling (sumbu y).
Sanderson menemukan bahwa terdapat hubungan antara elektronegatvitas
dengan ukuran atom dan mengajukan sebuah metode perhitungan yang
didasarkan pada timbalbalikan volume atom.[11] Dengan panjang ikatan
yang telah diketahui, elektronegativitas Sanderson memperbolehkan kita
memperkirakan energi ikatan pada berbagai senyawa.[12] Selain itu,
elektronegativitas Sanderson juga digunakan dalam berbagai investigasi
kimia organik.[13][14]

Elektronegativitas Allen[sunting | sunting sumber]

Korelasi antara elektronegativitas Allen (sumbu x dalam in kJ/mol) dengan


elektronegativitas Pauling (sumbu y).
Definisi elektronegativitas Allen adalah salah satu yang paling saderhana. Ia
mengajukan bahwa elektronegativitas berhubungan dengan energi rata-rata
dari elektron valensi pada sebuah atom bebas,[15]

\chi = {n_{\rm s}\varepsilon_{\rm s} + n_{\rm p}\varepsilon_{\rm p} \over


n_{\rm s} + n_{\rm p}}
dengan s,p adalah energi satu elektron dari elektron-elektron s dan p pada
atom bebas dan ns,p adalah jumlah elektron s dan p pada kelopak valensi.
Biasanya nilai tersebut diberikan faktor skala, 1,75103 untuk energi dalam
kilojoule per mol atau 0,169 untuk energi dalam elektronvolt, untuk

menghasilkan nilai yang secara numeris mirip dengan elektronegativitas


Pauling.

Energi satu elektron dapat ditentukan secara langsung dari data


spektroskopi, sehingga elektronegativitas yang dihitung dengan metode ini
kadangkala dirujuk sebagai elektronegativitas spektroskopik. Data-data yang
diperlukan tersedia untuk hampir semua unsur, sehingga memperbolehkan
kita memperkirakan nilai elektronegativitas unsur-unsur yang tidak bisa
dihitung dengan metode lainnya, misalnya fransium dengan nilai
elektronegativitas allen = 0,67.[n 2] Namun tidaklah jelas apa yang
seharusnya dianggap sebagai elektron valensi untuk unsur-unsur blok d dan
f, sehingga menyebabkan ambiguitas dalam perhitungan elektronegativitas
menggunakan metode Allen.

Dalam skala ini, Neon memiliki elektronegativitas yang paling besar, diikuti
oleh fluorin dan helium.

Daftar elektronegativitas Allen untuk golongan-golongan unsur utama

Baru-baru ini, sebuah skala elektronegativitas baru yang didasarkan pada


elektrofilisitas sistem kimia diajukan oleh Noorizadeh and Shakerzadeh[16].
Dalam skala ini terlihat bahwa ia mempunyai korelasi yang signifikan dengan
elektronegativitas Pauling dan Allred-Rochow.

Korelasi elektronegativitas dengan sifat-sifat lainnya[sunting | sunting


sumber]

Variasi gesaran isomer (sumbu y dalam mm/s) dari anion [SnX6]2 diukur
menggunakan 119Sn Spektroskopi Mssbauer terhadap jumlah
elektronegativitas Pauling dari substituen halida (sumbu x).
Metode yang bervariasi dalam perhitungan elektronegativitas namun
semuanya memberikan hasil yang berkorelasi dengan baik mengindikasikan
bahwa beberapa sifat-sifat kimia kemungkinan besar dipengaruhi oleh
elektronegativitas. Aplikasi paling besar dari elektronegativitas ada pada
polaritas ikatan yang diperkenalkan oleh Pauling. Secara umum, semakin
besar perbedaan elektronegativitas antara dua atom, semakin polar ikatan
yang akan terbentuk dengan atom yang memiliki elektronegativitas lebih

besar sebagai kutub negatif dari dipol. Pauling mengajukan sebuah


persamaan yang menghubungkan "karakter ion" dari sebuah ikatan terhadap
perbedaan elektronegativitas dua atom,[3] namun persamaan ini telah
sangat berkurang penggunaannya.

Beberapa korelasi tampak di antara frekuensi regangan inframerah ikatan


dengan elektronegativitas atom yang terlibat:[17] namun ini tidaklah
mengherankan karena frekuensi regangan bergantung secara parsial dengan
kuat ikat yang diperhitungkan dalam perhitungan elektronegativitas Pauling.
Korelasi yang lebih meyakinkan terlihat pada korelasi antara
elektronegativitas dengan geseran kimia pada spektroskopi NMR[18] atau
geseran isomer pada spektroskopi Mssbauer[19] (lihat gambar). Kedua
pengukuran ini bergantung pada rapatan elektron s pada inti atom, sehingga
merupakan indikasi yang baik bahwa pengukuran-pengukuran
elektronegativitas yang berbeda benar-benar menjelaskan "kemampuan
sebuah atom pada sebuah molekul untuk menarik elektron menuju dirinya
sendiri".[1][3]

Tren pada elektronegativitas[sunting | sunting sumber]


Tren periodik[sunting | sunting sumber]

Variasi elektronegativitas Pauling (sumbu y) terhadap golongan periode tabel


dari periode ke-dua sampai dengan periode ke-enam.
Secara umum, elektronegativitas meningkat secara periodik dari kiri ke
kanan dan menurun dari atas ke bawah. Sehingga, fluorin tidak diragukan
lagi merupakan unsur yang elektronegativitasnya paling besar, sedangkan
sesium adalah yang paling kecil berdasarkan data hasil percobaan (nilai 0,7
Fransium didapatkan dari hasil ekstrapolasi).[n 2]

Terdapat beberapa pengecualian dari kaidah umum ini, Galium dan


germanium memiliki elektronegativitas yang lebih besar daripada aluminium
dan silikon karena kontraksi blok d. Unsur-unsur periode ke-empat setelah
baris pertama dari logam transisi memiliki jari-jari atom yang lebih kecil dari
biasanya karena elektron-elektron 3d tidak efektif dalam pemerisaian
peningkatan muatan inti, sehingga ukuran atom yang lebih kecil berkorelasi
dengan nilai elektronegativitas yang lebih besar (lihat Elektronegativitas
Allred-Rochow dan Elektronegativitas Sanderson di atas). Anomali pada unsur
timbal yang mempunyai elektronegativitas yang lebih besar daripada talium
dan bismut tampaknya merupakan artefak seleksi data (dan ketersediaan

data)metode perhitungan selain metode Pauling memberikan hasil tren


periodik yang normal.

Variasi elektronegativitas dengan bilangan oksidasi[sunting | sunting sumber]


Dalam kimia anorganik, umumnya kita menganggap sebuah nilai
elektronegativitas tunggal berlaku untuk kebanyakan situasi "normal".
Pendekatan ini membuat perhitungan sangatlah sederhana. Namun adalah
jelas bahwa elektronegativitas sebuah unsur bukanlah sifat atom yang
invariabel. Secara khusus, elektronegativitas bergantung pada keadaan
oksidasi sebuah unsur.

Allred menggunakan metode Pauling untuk menghitung elektronegativitas


secara terpisah untuk keadaan oksidasi yang berbeda-beda dari unsur-unsur
yang umumnya dijumpai (termasuk pula timah dan timbal).[5] Namun, untuk
kebanyakan unsur, tidaklah terdapat senyawa kovalen yang berbeda yang
cukup untuk memperbolehkan pendekatan ini dapat dilakukan. Hal ini
tampak dengan jelas pada unsur-unsur transisi yang nilai
elektronegativitasnya merupakan nilai rata-rata dari beberapa keadaan
oksidasi yang berbeda, sehingga menyebabkan tren elektronegativitas sulit
dilihat.

Asam Rumus

Keadaam

oksidasi
klorin pKa
Asam hipoklorit

HClO +1

Asam klorit HClO2+3

+2,0

Asam klorat HClO3+5

1,0

Asam perklorat

HClO4+7

+7,5

10

Akibat dari peningkatan elektronegativitas ini dapat terlihat pada struktur


oksida dan halida, dan pada keasaman oksida dan asam okso. CrO3 dan
Mn2O7 merupakan asam oksida yang titik lelehnya rendah, sedangkan Cr2O3
merupakan oksida amfoterik dan Mn2O3 adalah oksida basa.

Efek lainnya juga terlihat jelas pada tetapan disosiasi asam asam okso klorin.
Semakin tinggi keadaan oksidasi atom sentral klorin, semakin banyak

rapatan elektron tertarik dari atom oksigen menuju klorin, sehingga


menurunkan muatan parsial negatif atom oksigen dan meningkatkan
keasaman.

Elektronegativitas gugus[sunting | sunting sumber]


!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Efek elektronik substituen
Dalam kimia organik, elektronegativitas diasosiasikan lebih kepada gugus
fungsi daripada atom individual. Istilah elektronegativitas gugus dan
elektronegativitas substituen digunakan secara sinonim. Namun umumnya
kita membedakan antara efek induktif dengan efek resonansi, ditandai
dengan elektronegativitas dan . Terdapat beberapa hubungan energi
bebas linear yang digunakan untuk mengkuantitaskan efek-efek ini.
Persamaan Hammet adalah salah satu contoh yang terkenal. Parameter
Kabachnik adalah elektronegativitas gugus yang digunakan dalam kimia
organofosfor

https://id.wikipedia.org/wiki/Elektronegativitas

Energi ionisasi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
First Ionization Energy.svg
Energi ionisasi (IE) adalah energi yang diperlukan untuk mengeluarkan
elektron dari tiap mol spesies dalam keadaan gas. Energi untuk
mengeluarkan satu elektron pertama (dari atom netralnya) disebut sebagai
energi ionisasi pertama dan untuk mengeluarkan satu elektron ke dua
disebut energi ionisasi kedua, dan begitu seterusnya untuk pengeluaran satu
elektron berikutnya. Mudah dipahami bahwa mengeluarkan satu elektron
pertama dari atom netralnya akan lebih mudah daripada mengeluarkan satu
elektron kedua dan seterusnya dari kation yang bersangkutan karena
pengaruh muatan inti menjadi semakin lebih efektif terhadap elektron yang
semakin berkurang jumlahnya.

Betapapun lemahnya, pasti ada interaksi ikatan antara elektron valensi


dengan inti atom, sehingga untuk mengeluarkan selalu diperlukan energi ;
dengan demikian, energi ionisasi selalu berharga positif. Energi ionisasi ini
dapat ditentukan secara eksperimen dengan menempatkan spesies gas di
dalam tabung. Kemudian tegangan (voltase) dalam tabung dinaikkan secara

perlahan, praktis tidak ada arus listrik sampai dengan harga voltase tertentu
pada saat sebuah elektron dilepas oleh spesies yang bersangkutan. Harga
voltase pada saat mulai terjadinya arus listrik inilah yang didefinisikan
sebagai energi ionisasi; oleh karena itu, energi ionisasi biasanya dinyatakan
dalam satuan SI, elektron volt, eV (1 eV = 1,60 1019 J = 96,485 kJ.mol1,
dan sering pula disebut sebagai potensial ionisasi.

Dengan batasan tersebut berarti bahwa energi ionisasi bergantung pada


seberapa kuat elektron terikat oleh atomnya atau seberapa kuat muatan inti
efektif Zef berpengaruh terhadap elektron terluar yang akan dikeluarkan.
Dengan demikian, energi ionisasi bervariasi seiring dengan bervariasinya
gaya tarik elektrostatik Coulomb, yaitu mempunyai harga terendah untuk Zef
terkecil dan r (jari-jari atom) terbesar

Anda mungkin juga menyukai