Sistem Gastrointestinal Lansia
Sistem Gastrointestinal Lansia
dan
kemampuan
mensintesis
protein
dan
enzim-enzim
pencernaan. Sekresi insulin normal dengan kadar gula darah yang tinggi (250300 mg/dL), tetapi respon insulin akan berkurang seiring dengan peningkatan
gula darah secara moderat (120-200 mg/ dL). PROSES penuaan telah
mengubah proporsi lemak empedu tanpa perubahan metabolism asam empedu
yang signifikan. Factor ini mempengaruhi peningkatan sekresi kolesterol.
Banyak perubahan-perubahan terkait usia terjadi dalam system empedu yang
terjadi pada pasien yang gemuk (obesitas).
KEBUTUHAN NUTRISI PADA LANSIA DALAM RANGKA PROMOSI
KESEHATAN
Secara fisiologis, kebutuhan energy lebih dikaitkan dengan tingkat aktivitas
fisik daripada usia kronologis. Kebutuhan asupan kalori sehari-hari yang
disarankan (Recommended Daily Allowence) pada lansia yang berusia 65
sampai 75 tahun adalah 2300 kkal.
olfaktorius,
perubahan
persepsi
rasa
dan
peningkatan
Faktor-Faktor Sosioekonomi
Penyakit-Penyakit Kronis
Banyak penyakit kronis seperti gagal jantung kongestif dan gagal ginjal kronis yang
membutuhkan terapi diet yang sangat ketat. Diet ini sering menyulitkan dalam
mempertahankannyadan mungkin dapat turut berperan terhadap masalah defisiensi
nutrisi. Perhatian yang sungguh-sungguh harus diberikan terhadap orang-orang yang
memebutuhkan terapi diet untuk meyakinkan asupan nutrisi yang adekuat.
-
Pengobatan
Pencegahan sekunder dimulai dari pengkajian seksama terhadap klien dan upayaupaya untuk mengidentifikasi sumber masalah gizi. Kesalahan pengaturan
metabolism seharusnya diperbaiki dan pemberian obat-obatan untuk kondisi-kondisi
kronis dapat disesuaikan untuk mengurangi efek samping yang mengganggu nutrisi
yang normal.depresi yang tidak terdeteksi dan fase awal demensia sering terjadi pada
kurangnya asupan diet dan malnutrisi. Selain itu suatu pengkajian nutrisi adalah
penting untuk menentukan tujuan yang realistis dan tepat pada lansia dengan masalah
nutrisi. Pelayanan ahli diet akan menguntungkan bagi klien.
Banyak lansia yang tidak mengetahui bagaimana kebutuhan nutrisi mereka
mengalami perubahan sebagai akibat penuaan. Oleh akrena itu seluruh pemberi
pelayanan kesehatan perlu dipersiapkan untuk memberikan informasi yang akurat dan
terbaru tentang nutrisi normal. Asuhan keperawatan adalah suatu bagian penting
dalam memperbaiki asupan nutrisi apda institusi pelayanan akut maupun pelayanan
jangka panjang. Keterlibatan keluarga sangat penting untuk menyediakan nutrisi yang
baik di semua lingkungan. Kemampuan untuk memberikan makanan kesukaan lansia
dan memberikan atmosfir social yang mendorong asupan makanan adalah hal terbaik
yang dapat dilakukan oleh keluarga. Keluarga sering memiliki keinginan yang kuat
untuk berpartisipasi dalam cara ini dan berespon dengan baik terhadap saran-saran.
GANGGUAN-GANGGUAN PADA SISTEM GASTROINTESTINAL
A. PENYAKIT PERIDONTAL
Patofisiologi Dan Manifestasi Klinis
Penyakit periodontal (gingitivis dan periodontitis) adalah inflamasi dari strukturstruktur yang menyokong gigi, dengan hasil akhir berupa kerusakan tulang.
Kerusakan ini menyebabkan kehilangan gigi. Gingitivis dan periodontitis disebabkan
oleh bakteri yang terdapat dalam plak. Gingitivis adalah infeksi gusi superfisial,
biasanya disebabkan oleh hiegine gigi yang buruk. Tanda pertama gingitivis adalah
gusi yang kemerahan dan gusi bengkak yang berdarah ketika menggosok gigi. Jika
infeksi terus berkembang, bau mulut tidak sedap (halitosis), rasa tidak enak dalam
mulut atau adanya eksudat purulent di sekitar garis gusi. Kondisi lain yang dapat
termasuk
menggosok
gigi
secara
teratur
dan
emmbersihkan gigi dengan benang, dan pemeriksaan gigi secar teratur untuk
pembersihan plak dan kalkulus dua atau tiga kali pertahun. Lansia harus
mengunjungi dokter gigi secara teratur bahkan jika mereka memiliki sebagian
gigi palsu. Gigi palsu harus diperiksa secara periodic untuk menjamin posisi
gigi yang tepat dan untuk mencegah iritasi mulut.
2. Pencegahan sekunder
Klien dapat mengeluh gusi sakit dan bengkak yang membuat sulit untuk
mengunyah, atau gigi yang tanggal, apath sebagian kecil gigi atau bahkan bau
yang tidak enak. Gusi berdarah atau eksudat purulent dapat terlihat. Perawat
harus menentukan apakah pasien mengunjungi dokter gigi, jika ya, kapan
tanggal pemeriksaan terakhir klien. Jika infeksi gigi terjadi, inflamasi dapat
terlihat. Gingitivis dapat disembuhkan dengan intervensi gigi secara dini.
Perawatannya melibatkan pembersihan secara seksama dengan cara
membersihkan tartar dan bakteri dari baeah gusi dan dari permukaan akar
gigu. Proses pembersihan ini disebut penghlusan akar gigi. Jika infeksi
periodontal (piorea) yang berat terjadi pengobatan dengan antibiotic mungkin
diperlukan. Pembedahan gigi mungkin diperlukan untuk memperbaiki tulang
dan jaringan. Dengan intervensi dini, periodontis biasanya dapat dikendalikan.
Perawat dapat membantu pasien untuk mendapatkan penanganan dari seorang
ahli bedah mulut jika tanggalnya gigi dan penyakit gusi menjadi berat.
B. DISFAGIA
Walaupun disfagia dianggap konsekuensi normal akibat penuaan, penyebab
struktural, vaskular atau neurogenik sekarang telah dikenali sebagai patologi
yang mendasari. Disfagia menunjukkan patologi yang signifikan pada lansia.
Tanpa meperhatikan penyebabnya, mukosa esophagus biasanya mengalami
iritasi akibat makanan yang statis. Perasaan jantung seperti terbakar atau nyeri
dada biasanya diketahui. Secara umum makanan padat dapat ditelan lebih
makanan
dapat
terpecah-pecah
di
dalam
mulut,
yang
Minta klien untuk meletakkan lidahnya pda palatum. Pergerakan ini penting
esofagus. Dinding esofagus lebih tipis dan lebih sensitif pada lansia. Selain itu,
dilatasi esofagus bagian bawah dengan relaksasi sfingter esofagus bawah (lower
esophageal spihinkter [LES]) membuat refluks esofagus lebih cenderung terjadi.
Hernia hiatal sering terlihat dengan tekanan LES. namun,, banyak lansia yang
mengalami gejala refluks tanpa hernia hiatal. Hernia hiatal adalah masuknya lambung
dan organ-organ dalam abdomen lainnya ke dalam rongga toraks melalui suatu
pembesaran hiatus esofagus dalam diagfragma. Hernia hiatal hiatal terjadi pada 40
sampai 60% orang dewasa yang berusia lebih dari 60 tahun. Terdapat dua tipe hernia
hiatal. Tipe 1 atau hernia pergeseran (sliding hernia) adalah herniasi lambung ke atas
masuk ke dalam hiatus diafragma yang mengalami sedikit pembesaran. Hernia tipe 1
ini lebih sering terjadi dari pada hernia tipe 2, atau hernia bergulung (rolling hernia),
yaitu adanya herniasi dari sebagian lambung disepanjang esofagus, yang
memperbesar taut gastroesofagus.
Manifestasi Klinik
Gejala-gejala refluks esofagus mungkin tidak ada atau bervariasi. Keluhan
biasanya termasuk rasa terbakar pada jantung,regurgitasi,lambung yang asam,
disfagia, dan odinofagia (nyeri saat menelan). Rasa terbakar pada jantung
dimanifestasikan dengan adanya rasa terbakar retrosternal, biasanya setelah makan,
yang terjadi ketika membungkuk atau berbaring telentang.
Sebagian besar hernia hiatal tidak menimbulkan gejala. Jika gejala terjadi,
lansia dapat mengalami beberapa derajat rasa terbakar pada dada, flatulensi,
bersendawa, disfagia, atau rasa nyaman pada epigastrium setelah memakan jenis-jenis
makanan tertentu. Gejala-gejala hernia hiatal biasanya berhubungan dengan refluks
esofagus, yang terjadi akibat regurgitasi getah lambung masuk kedalam esofagus
bawah, yang menyebabkan iritasi mukosa esofagus. Jika refluks esofagitis berat
terjadi, ulserasi peptikum dan striktur dapat terjadi. Refluks gastroesofagus lebih
cenderung terjadi pada tipe 1. Nyeri yang dihasilkan dari refluks esofagus harus
dibedakan dari nyeri angina. Nyeri refluks biasanya dihubungkan dengan makan atau
berbaring telentang, dan tidak dihubungkan dengan perubahan tanda-tanda vital.
2. pencegahan sekunder
atau
obat-obatan,
seperti
antikolinergik,
dan
narkotik
yang
Ketika mekanisme imun usus mengalami gangguan, seperti karena infeksi usus kronis
akibat Giardia lambia, diare berat akibat malabsorpsi. Pankreatitis kronis mungkin
dapat menyebabkan keadaan malabsorpsi karena aliran getah pankreas berkurang,
sehingga hanya sebagian makanan yang diingesti yang dapat diabsorpsi. Penyakit
celiac pada orang dewasa atau gluten enterophaty juga dapat menyebabkan
malabsorpsi karena gluten dalam diet dapat menyebabkan pengecilan vili usus halus
dan mengurangi area permukaan yang tersedia untuk absorpsi nutrien.
Malabsorpsi pada pasien lansia dapat juga terjadi akibat iskemia mesentrika.
Bila aliran darah ke usus terganggu, efisiensi usus mengalami penururnan, oleh
karena itu menyebabkan malabsorpsi. Kontaminasi usus halus oleh bakteri abdomen (
sindrom blind loopl lengkung buta) juga dapat menyebabkan malabsorpsi. Bakteri
bersaing dengan vitamin B12 Dan juga menyerang garam empedu, menganggu fungsi
deterjen mereka dalam absorpsi lemak. Kondisi malabsorpsi ini lebih sering
dihubungkan dengan divertikulosis usus halus, statis akibat usus yang konstriksi, dan
statis setelah gastrektomi parsial.
Manifestasi Klinik
Malabsorpsi bukan akibat yang normal dari penuaan, walaupun masalah
malabsorpsi dapat muncul pada lansia, sering dengan manifestasi lain yang
menyertainya. Tanda dan gejala malabsorpsi sering terlihat dalam hubungannya
dengan gangguan inflamasi usus. Diare, nyeri abdomen, dan perdarahan rektum
adalah gejala-gejala yang paling jelas. Orang-orang yang mengalami penyakit celiac
dapat mengalami osteomalasia yang terjadi akibat gangguan absorpsi vitamin D dan
kehilangan kalsium secara tidak normal dalam feses. Lansia sering tampak kurus dan
semakin kurus akibat sakit, dengan membran mukosa yang pucat dan kulit yang
kering dan berisik. Tekanan darah mungkin rendah dan demam dapat terjadi jika
terdpat pertumbuhan bakteri yang berlebih dalam usus.
1. Pencegahan primer
Klien
dapat
diajarkan untuk
memodifikasi
diet dengan
cara
menghilangkan gluten dan latktose. Karena pembatasan diet yang ketat sering
merupakan sesuatu yang sangat sulit bagi lansia, dukungan yang terus-menerus
mungkin diperlukan untuk memastikan kepatuhan klien dan untuk menghilangkan
masalah-masalah malabsorpsi lebih lanjut. Ketika kondisi pasien telah semakin
membaik, sejumlah kecil gluten atau laktose mungkin dapat ditoleransi oleh klien.
Konsultasi secara periodik dapat membantu menjamin dukungan nutrisi yang
adekuat. Klien dapat hanya menunjukkan tanda-tanda penyakit malabsorpsi yang
samar-samar. Mungkin hanya anemia, diare, dan penurunan berat badan yang menjadi
tanda bahwa malabsorpsi sedang terjadi. Perawat mungkin mampu mendeteksi tandatanda ini, yang tidak tampak penting bagi klien. Edukasi pasien secara berkelanjutan
diperlukan untuk memberikan penguatan tentang pentingnya gejala-gejala penyerta
ini.
PENYAKIT-PENYAKIT PADA USUS BESAR
Gangguan yang sering terjadi pada usus besar yang mempengaruhi lansia
adalah divertikulosis, kanker, konstipasi dan diare.
PENYAKIT DIVERTIKULAR
Penyakit divertikular sering terjadi pada lansia. Pada usia 80 tahun, sedikitnya
40% orang-orang terkena penyakit ini. Kultur barat dan diet yang secara khas rendah
serat mungkin menyebabkan insidensi divertikulosis yang tinggi. Divertikulum
kolonik adalah suatu kantong diluar atau herniasi melalui mukosa kolon. Biasanya
terdapat penebalan dinding kolon yang jelas. Kolon sigmoid paling sering
terpengaruh dan mungkin merupakan satu-satunya bagian usus yang terkena pada 50
sampai 65% pasien.
Sebagian besar orang dengan divertikulosis adalah tanpa gejala; namun,
sebagian orang dapat mengalami konstipasi, kembung, dan rasa tidak nyaman serta
distensi abdomen. Komplikasi dari divertikulosis timbul ketika terdapat inflamasi
akut (divertikulitis), ruptur dari satu atau lebih divertikula, perdarahan atau obstruksi.
Divertikulitis terjadi ketika ada mikroperforasi dan kebocoran isi usus ke dalam
2. Pencegahan Sekunder
Pengajuan pertanyaan yang seksama tentang kebiasaan buang air besar,
khususnya perubahan dalam konstipasi dan diare, adalah bagian yang penting dalam
pengkajian. Diare atau konstipasi yang terjadi secara bergantian yang berkembang
menjadi mual dan muntah merupakan tanda adanya ruptur atau suatu obsrtuksi
divertikulum. Status nutrisi pasien, kebiasaan makan, dan pengetahuan umum tentang
proses penyakit harus dikaji.
dengan adanya obstruksi karena kolon distal akan terus mengosongkan isinya. Lansia,
yang mungkin mengalami dehidrasi, ringan sebelum episode akut, akan dengan cepat
mengalami penurunan volume cairan. Tanda-tanda sepsis dapat terjadi akibat
kebocoran usus kedalam rongga abdomen.
1. Pencegahan Primer
Pencegahan obstruksi usus pada klien lansia dapat dicapai dengan
memberikan pendidikan kepada mereka tentang tanda-tanda peringatan kanker kolon.
Hal ini melibatkan kebutuhan utnuk melaporkan perubahan-perubahan kebiasaan
buang air besar kepada pemberi perawatan primer. Pemeriksaan darah samar pada
feses secara periodik, bersama-sama dengan pendididikan tentang faktor risiko yang
lain, seperti riwayat keluarga dan kebiasaan diet yang buruk, juga sangat penting.
2. Pencegahan Sekunder
Pengkajian keperawatan termasuk pengkajian riwayat nyeri pasien secara
seksama. Pengkajian abdomen harus meliputi auskultasi bising usus dan palpasi.
Pengkajian tekanan darah posisi telentang dapat menunjukkan defisit volume cairan.
Data laboratorium dapat menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan peningkatan
hemoglobin dan hematokrit yang disebabkan oleh hemokonsentrasi dan defisit
volume cairan. Pasien dapat mengalami demam atau temperatur dibawah normal jika
terjadi sepsis akut.
Penatalaksanaan keperawatan akan memfokuskan pada penggantian cairan
dan elektrolit yang hilang melaui muntah atau drainase nasogastrik secara seksama.
Cairan harus diganti secara perlahan-lahan untuk mencegah kompilkasi gagal jantung
kongestif. Klien biasanya dipertahankan untuk istirahat di tempat tidur selama fase
akut. Perawatan harus terstruktur untuk menghindari komplikasi yang berhubungan
dengan imobilitas. Penatalaksanaan nyeri yang bijaksana sangat penting untuk
menghindari komplikasi yang berhubungan dengan imobiltas. Penataksanaan nyeri
yang bijaksana sangat penting untuk memberikan penurunan rasa nyeri sementara
menghindari masalah lebih lanjut akibat konfusi dan disorientasi. Selain itu, jika
obstruksi tidak dapat dihilangkan dalam waktu 48 jam, penambahan nutrisi harus
dilakukan.
KONSTIPASI
Peristaltik mengandalkan suatu sistem yang kompleks dari integrasi antar
sistem saraf simpatis, parasimpatis, saraf gaster, dan efek neuron lokal dan sistem
saraf pusat. Makanan-makanan tertentu, aktivitas, pengobatan, dan emosi semuanya
mepengaruhi peristaltik. Konstipasi adalah masalah umum yang disebabkan oleh
penurunan motilitas, kurang aktivitas, dan penururnan kekuatan dan tonus otot.
Defisiensi diet dalam asupan cairan dan serat juga dapat menimbulkan konstipasi.
Banyak lansia mengalami konstipasi sebagai akibat dari penumpulan sensasi saraf,
tidak sempurnanya pengosongan usus, atau kegagalan dalam menanggapi sinyal
untuk defekasi.
Konstipasi adalah suatu penurunan frekuensi pergerakan usus yang disertai
dengan perpanjangan waktu dan kesulitan pergerakan feses. Konstipasi dapat
dikategorikan lebih lanjut sebagai konstipasi yang diimajinasikan, konstipasi kolonik,
atau konstipasi rektal.
1. Pencegahan Primer
Pencegahan konstipasi pada lansia dimulai dengan memodifikasi kepercayaan
tentang eliminasi. Pemberian edukasi tentang kandungan cairan, selulosa, dan serat
dalam diet dan menetapkan laithan rutin yang sesuai akan membantu dalam eliminasi
yang sehat. Diet yang berserat sangat membantu dalam mencegah konstipasi karena
serat menahan cairan, membuat feses menjadi lebih berbentuk, lunak, dan mudah
untuk dikeluarkan. Karena lansia mengalami perlambatan motilitas gastrointestinal,
tambahan diet berserat akan menururnkan waktu yang diperlukan bagi suatu zat untuk
bergerak melalui usus. Jumlah asupan diet serat setiap hari yang dianjurkan adalah
dari 20 sampai 35 gram. Suatu campuran gandum, saus apel, dan jus kismis telah
ditemukan merupakan metode yang efektif dalam meningkatkan eliminasi usus yang
normal.
Kegiatan pengajaran termasuk memberikan informasi tentang pemberian obatobatan katartik, laksatif, dan purgatif. Purrgatif tidak digunakan karena dapat
menyebabkan hal-hal seperti feses encer dan kram yang berbahaya. Katariktik dapat
mengakibatkan feses lunak, tetapi juga dihubungkan dengan beberapa kram abdomen.
Laksatif juga bekerja pada usus besar dan diklasifikasikan sebagai pemberi bentuk,
osmotik, surfaktan (zat yang membasahi), kontak (stimulan, iritan), lubrikan, atau
supositoria dan enema. Suatu regimen untuk usus terdiri dari suposituria sesuai
kebututhan jika dipilih untuk dosis harian dari Susu Magnesium atau Metamucil.
Cairan, terutama air bening, adalah pelembut feses yang alami. Anjurkan untuk
minum beberapa gelas air putih setiap harinya. Kopi, teh, dan jus bekerja sebagai
deuretik, menarik air daris usus, sehingga menghasilkan feses yang keras. Walaupun
kopi dan teh, terutama sebagai rutinitas pagi hari, dapat menstimulasi kerja usus
harian, asupannya harus minimal.
Latihan fisik adalah suatu faktor yang penting dalam menghindari konstipasi.
Untuk klien yang mengalami imobilitas yang telah mengalami perlambatan motilitas
usus, bahkan ketika berganti posisi di tempat tidur atau memindahkan berat seseorang
di kursi dapat memiliki efek yang positif terhadap peristaltik. Suatu program untuk
meningkatkan aktivitas yang dimulai dengan latihan rentang gerak pasif adlah suatu
komponen esensial dalam mencegah konstipasi.
2. Pencegahan Sekunder
Perawat yang mengkaji konstipasi pada lansia harus:
Penatalaksanaan
keperawatan
untuk
lansia
dengan
konstipasi
yang
diperlukan untuk mengatasi malnutrisi dan meningkatkan absorpsi. Selain itu, klien
harus diberikan hidrasi secara adekuat sebelum program pemberian makanan jenis
apa pun mulai dilakukan.
Pencegahan kerusakan kulit selama episode-episode diare memerlukan
pengawasan secara ketat. Kulit harus langsung diberikan dengan sabun ringan dan air
hangat dan dikeringkan dengan baik setelah buang air besar. Krim pelembap protektif
dapat memberikan perlindungan terhadap keasaman enzim digestif.