ANALISIS JURNAL
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Klinik II A dengan
dosen pengajar Ns. Siswoyo, M. Kep
Oleh :
Kelompok 1
Wafi Hidayat
NIM 112310101034
Bella Alvionitta GP
NIM 132310101008
Novaria Dyah Ayu P
NIM 132310101022
Aulia Bella Marinda
NIM 132310101030
Tribuana Ratnasari
NIM 132310101053
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karuni-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan analisis jurnal yang
berjudul The effectiveness of physiotherapy in patients with asthma: A
systematic review of the literature.
Analisis jurnal ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
Keperawatan Klinik II A. Penyusunan analisis jurnal ini tentunya tidak lepas dari
kontribusi berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Ns. Siswoyo, M.Kep. selaku PJMK mata kuliah Ilmu Keperawatan Klinik II A;
2. Rekan-rekan satu kelompok yang sudah bekerjasama dan berusaha semaksimal
mungkin sehingga seminar kasus ini dapat terealisasi dengan baik;
3. Semua pihak yang secara tidak langsung membantu terciptanya ini yang tidak
dapat disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan seminar kasus ini. Akhirnya penulis berharap, semoga analisis
jurnal ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................i
Kata Pengantar............................................................................................ii
Daftar Isi .....................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN...........................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Tujuan dan Manfaat ................................................................................2
BAB 2. ISI JURNAL...................................................................................3
2.1 Judul ......................................................................................................3
2.2 Metodologi ( jenis / tekhnik sampling )..................................................3
2.3 Isi Jurnal .................................................................................................3
2.4 Impilkasi .................................................................................................6
BAB 3. PEMBAHASAN.............................................................................7
3.1 Intervensi Pada Jurnal ............................................................................7
3.2 Intervensi Pendukung..............................................................................8
3.3 Kelebihan dan Kelemahan Jurnal............................................................9
BAB 4. PENUTUP......................................................................................11
4.1 Kesimpulan ............................................................................................11
4.2 Saran ..................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................12
LAMPIRAN
BAB 1. PENDAHULUAN
Melatih otot pernapasan dimaksudkan agar otot bisa lebih kuat dan
ketahanannya lebih baik, dimana dapat membantu mengurangi resiko dispnea
serta meningkatkan toleransi dalam melakukan aktivitas.
Latihan Fisik dan asma
Latihan fisik pada penderita asma dimaksudkan agar terjadi peningkatan
kegugaran tubuh pasien, kooordinasi neuromuskular serta kepercayaan diri.
Pedoman mengenai Fisioterapi dan asma
Pada pedoman Internasional mengenai asma sebelumnya dijelaskan bahwa
olahraga atau latihan yang dilakukan dimaksudkan agar pasien dapat mengontrol
asma serta meningkatkan kualitas hidup (Grade A). Latihan fisik dimaksudkan
untuk meningkatkan ketahanan tubuh, menghindari dispnea serta meningkatkan
kualitas hidup (Grade B).
Latihan Pernapasan
Dilakukan beberapa pengujian dengan membandingan antara pasien yang
tidak melakukan latihan pernapasan dengan pasien yang melakukan latihan
pernapasan. Dari beberapa perbandingan tersebut dapat disimpulkan bahwa
latihan pernapasan dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang, mengurangi
gejala, hiperventilasi, kecemasan dan depresi, laju pernapsan rendah, pengurangan
konsumsi obat-obatan, namun tidak mempengaruhi fungsi lambung.
Latihan pada otot pernapasan
Pada penelitian ini tidak dilakukan pengkajian apakah latihan pada otot
pernapasan bisa meningkatkan kualitas hidup dan kontrol asma pada pasien.
Kesimpulan yang diperoleh adalah latihan ini bisa meningkatkan tekanan pad
ainspirator maksimal dan mengurangi penggunaan obat-obatan serta menigkatkan
fungsi jantung, namun peneltian yang dilakukan masih terbatas.
Latihan Fisik
Dilakukan pengkajian pada beberapa artiel yang membahas mengenai latihan
fisik yang diakukan pada pasien asma serta manfaatnya bagi kualitas hidup
pasien. Pada pasien golongan anak-anak, aktivitas atau latihan fisik dapat
membantu meningkatakan kualitas hidup namun tidak berpengaruh pada fungsi
kerja paru-parunya. Sedangkan pada pasien dewasa dapat meningkatkan kualitas
hidup,
mengurangi
gejala,
meningkatkan
ketahanandan
kebugaran
pedoman
fisioterapis
Belanda
juga
digunakan
teknik
untuk
desainnya berbeda dimana gtidak hanya perhitungan akhir yang berbeda, namun
juga kontrol grup, durasi dan konten pada masing-masing penelitian berbeda.
Kesimpulan
Dari review yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa tiga teknik
fisioterapi seperti latihan pernapasan, latihan otot inspiratori, dan latihan fisik bisa
memberikan efek yang menguntungkan bagi penderita asma. Manfaat yang
diperoleh yaitu peningkatan kualitas hidup, kebugaran kardiopulmonari, tekanan
maksimal otot inspiratori, serta mengurangi gejala dan penggunaan obat.
2.4 Implikasi
Jurnal ini dapat meningkatkan pemahaman kita sebagai perawat tentang
kemungkinan manfaat jangka panjang dengan menggunakan intervensi teknik
fisioterapi latihan pernapasan pada pasien dengan asma untuk pengendalian
penyakit, penerimaan rumah sakit kembali, dan tingkat kualitas hidup. Namun
diperlukan untuk mengeksplorasi kemungkinan alasan mengapa masih ada
sebagian dari peserta yang tidak mencapai pernafasan yang efektif setelah
dilakukan fisioterapi.
BAB 3. PEMBAHASAN
dapat diberikan pada pendirita asma diantaranya adalah latihan pernafasan, latihan
otot pernafasan, dan latihan fisik.
Latihan pernafasan sendiri memiliki tujuan yaitu menormalkan pola nafas
dengan mengadopsi tingkat lambat pernafasan dan mengurangi hiperventilasi.
Latihan ini sering melibatkan pernafasan hidung dan diafragma, hal ini
diasumsikan bahwa pasien asma memiliki keabnormalan dalam bernafas. Dalam
penelitian ini menyatakan bahwa telah ada 2 penelitian yang menunjukkan dengan
adanya pelatihan pernafasan akan mengurangi penggunaan obat bronkodilator
atau kortikosteroid.
Latihan otot inspirasi, dengan meningkatkan kekuaatan otot inspirasi pada
orang asma dapat mengurangi intensitas dyspnea, terjadinya penurunan yang
signifikan dalam penggunaan bronkodilator, dan dapat meningkatkan latihan
tolerance. Latihan ini berguna karena adanya kemungkinan bahwa hilangnya
massa otot, termasuk otot pernafasan dapat terjadi pada penderita asma akibat
efek dari pengobatan dengan kortikosteroid. Hasil ini didapat dari 2 sumber
penelitian sebelumnya yang menyatakan adanya peningkatan yang signifikan
dalam peningkatan inspirasi melalui latihan otot inspirasi.
Sedangkan dalam pelatihan fisik, melakukan aktivitas fisik secara teratur
merupakan komponen penting dalam manajemen penanganan asma. Hal ini
dikarenakan dengan latihan fisik dapat meningkatkan kebugaran kardio respirasi
dan daya tahan, selain itu berguna untuk mengurangi dyspnea dan meningkatkan
kualitas hidup. Tiga dari empat penelitian yang sebelumnya juga menyatakan hal
berikut benar bahwa latihan fisik dapat meningkatkan kualitas hidup orang dengan
asma, dan tidak mempengaruhi fungsi paru paru, selain itu juga dapat mengurangi
gejala dan meningkatnya daya tahan cardiopulmonary.
3.2 Intervensi Pendukung
Dalam sumber lain kami menemukan bahwa latihan nafas dapat membuat
pola nafas kembali efektif dan hal ini dapat membuat klien rileks sehingga
merupakan tindakan yang efektif pada klien dengan asma (Nining, 2012). Selain
itu, dalam penelitian ini juga mengajarkan batuk efektif pada pasien. Hal ini
berguna untuk mengeluarkan sekret yang ada disaluran pernafasan pasien.
Pemberian posisi semi fowler juga peneliti berikan untuk mengurangi sesak nafas
pada pasien.
Hal ini juga ditemukan pada penelitian Refi Safitri dan Annisa Andriyani
(2011) yang menyatakan bahwa adanya perbedaan sesak nafas antara sebelum dan
sesudah pemberian posisi semi fowler. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
33 sample dengan tingkat sesak yaitu ringan (7 orang), sedang (9 orang), dan
berat (17 orang). Hasil yang didapatkan setelah sample menerima posisi semi
fowler adalah ringan (18 orang), sedang (9 orang), dan berat (6 orang). Hal ini
menunjukkan adanya penurunan sesak nafas berat ke sesak nafas ringan sebanyak
11 pasien, yaitu dari 17 pasien menjadi 6 pasien dengan sesak nafas berat.
Intervensi lain untuk mengeluarkan sekret pada pasien asma yaitu dengan
pemberian MWD (Micro Wave Diathermy), terapi inhalasi, dan chest fisioterapi
(postural drainage, huffing, caughing, tapping, dan clapping). Hal ini diteliti oleh
Slamet Soemarmo dan Dwi Astuti pada tahun 2005 dengan jumlah sample 20
orang disalah satu rumah sakit di Indonesia. Hasil dari penelitian tersebut adalah
bahwa pemberian intervensi MWD memberikan pengaruh banyak terhadap
pengeluaran volume sputum pada penderita asma bronkial. Selain itu intervensi
terapi inhalasi dan chest fisioterapi juga memberi pengaruh yang bermakna dalam
pengeluaran sputum.
Penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2014), dalam karya tulis ilmiahnya
yang berjudul Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Penderita Asma, juga
mengatakan bahwa intervensi yang dilakukan terkait dengan fisioterapi pada
penderita asma, dapat mengurangi sesak nafas pada pasien asma. Berbagai teori
tentang asma umumnya menerangkan tentang kepekaan yang tinggi dari saluran
pernapasan sebagai bentuk respon pertahanan normal saluran napas. Respon ini
dapat mengakibatkan reaksi abnormal jaringan saluran pernapasan yang mungkin
akibat pengaruh imunologik ataupun pengaruh keseimbangan neuro hormonal
(Kabat, 2004). Intervensi yang dilakukan oleh Setiawan (2014 ) dalam penelitian
ini adalah
1. Breathing Exercise merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk
membersihkan jalan nafas, merangsang terbukanya sistem collateral,
meningkatkan distribusi ventilasi, dan meningkatkan volume paru.
Breathing exercise yang digunakan dalam kasus asma ini adalah pursed
lip breathing yang bertujuan meringankan kerja pernafasan.
c.
d.
a.
b.
10
BAB 4. PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Asma adalah salah satu penyakit pada saluran napas dalam kondisi jangka
panjang mempengaruhi saluran napas sampai saluran kecil yang mengalirkan
udara masuk dan keluar dari paru-paru. Saluran napas akan mengalami
peradangan dan menyempit sehingga penderita akan mengalami kesulitan saat
bernapas. Efektivitas fisioterapi pada penderita asma mungkin memiliki
menguntungkan
efek
karena
sebagian
besar
penderita
asma
memiliki
disfungsional bernapas pola dan kondisi fisik yang buruk. fisioterapi dapat
meningkatkan penyakit tertentu kualitas hidup, kebugaran cardiopulmonary dan
inspirasi maksimal menekan dan mengurangi gejala dan penggunaan obat-obatan.
Secara khusus untuk anak-anak yang menderita asma, kita dapat menyimpulkan
bahwa pelatihan fisik dapat meningkatkan penyakit tertentu kualitas hidup. Oleh
karena itu, fisioterapi harus dimasukkan dalam pengobatan asma.
4.2 Saran
Asma merupakan salah satu masalah keperawatan yang paling sering terjadi
pada usia anak dan juga dewasa.Dengan dilakukan fisioterapi untuk mengatasi
kekambuhan asma hal tersebut dapat menghilangkan sesak nafas yang dirasakan.
Akan tetapi kita sebagai perawat akan mengurangi intervensi non medis dalam
asuhan keperawatan akan menurun maka dari itu fisioterapis dan juga perawat
meakukan kerjasama untuk melakukan intervensi yang nanti mempntai tujuan
11
yang sama maka dari itu dengan melakukan kolaborasi akan menunjukkan hasil
yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.ums.ac.id/ diakses tanggal 11 Januari 2016
http://ejurnal.esaunggul.ac.id/ diakses tanggal 11 Januari 2016
http://download.portalgaruda.org/ diakses tanggal 11 Januari 2016
Brooker, C. 2009. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC.
Djojodibroto, Darmanto. 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta: EGC.
Ikawati, Zullies. 2011. Penyakit Sistem Pernapasan dan Tatalaksana Terapinya.
Yogyakarta: Bursa Ilmu
Kabat. 2004. Asma Bronkial. Dalam: Hood Alsagaff. (eds). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Paru.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Pernapasan.
Jakarta: Salemba Medika
Robbins, dkk. 2007. Keperawatan Penyakit Asma. Pionir: Jakarta
Setiawan, Aris A. (2014). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Penderita Asma.
Surakarta.
Diakses
melaluli
http://eprints.ums.ac.id/30738/13/NASKAH_PUBLIKASI.pdf. pada tanggal
11 Januari 2016
Somantri, I. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.