Anda di halaman 1dari 31

CSS

KEJAHATAN
SEKSUAL

PENDAHULUAN

Papua Nugini: enam dari 10 laki-laki


Srilanka dan Bangladesh: satu dari 10
orang laki-laki
Kamboja, Cina, dan Indonesia: satu
dalam lima laki-laki.

DEFINISI

Kejahatan seksual adalah kepuasan


seksual yang diperoleh melalui
persetubuhan tanpa persetujuan korban
atau dengan persetujuan yang didapat
melalui ancaman, rasa takut, dan
penipuan.

DASAR HUKUM

BAB XIV KUHP tentang kejahatan terhadap


kesusilaan, upaya pembuktian secara
kedokteran forensik ditujukan untuk:
(1) menentukan adanya tanda-tanda
persetubuhan,
(2) menentukan adanya kekerasan,
(3) memperkirakan umur, dan
(4) menentukan pantas tidaknya korban
untuk kawin

Pasal 284
(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan
(2) Tidak dilakukan penuntutan melainkan atas pengaduan
suami/istri yang tercemar, dan bilamana bagi mereka berlaku
pasal 27 BW, dalam tenggang waktu tiga bulan diikuti dengan
permintaan bercerai atau pisah-meja dan ranjang karena alasan
itu juga.
(3) Terhadap pengaduan ini tidak berlaku pasal 72, 73, dan 75.
(4) Pengaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan dalam
sidang pengadilan belum dimulai.
(5) Jika bagi suami-istri berlaku pasal 27 BW, pengaduan tidak
diindahkan selama perkawinan belum diputuskan karena
perceraian atau sebelum putusan yang menyatakan pisah meja
dan tempat tidur menjadi tetap.

Pasal 285
Barang siapa dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan memaksa seorang
wanita bersetubuh dengan dia di luar
perkawinan, diancam karena melakukan
perkosaan dengan pidana penjara paling
lama dua belas tahun.

Pasal 286
Barang siapa bersetubuh dengan seorang
wanita di luar perkawinan, padahal
diketahui bahwa wanita itu dalam keadaan
pingsan atau tidak berdaya, diancam
dengan pidana penjara paling lama
sembilan tahun.

Pasal 287
(1) Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita
di luar perkawinan, padahal diketahuinya atau
sepatutnya harus diduganya bahwa umumya belum
lima belas tahun, atau kalau umurnya tidak jelas,
bawa belum waktunya untuk dikawin, diancam
dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
(2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan,
kecuali jika umur wanita belum sampai dua belas
tahun atau jika ada salah satu hal berdasarkan pasal
291 dan pasal 294.

Pasal 288
(1) Barang siapa dalam perkawinan bersetubuh
dengan seorang wanita yang diketahuinya atau
sepatutnya harus diduganya bahwa yang
bersangkutan belum waktunya untuk dikawin, apabila
perbuatan mengakibatkan luka-luka diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat,
dijatuhkan pidana penjara paling lama delapan tahun.
(3) Jika mengakibatkan mati, dijatuhkan pidana
penjara paling lama dua belas tahun.

Pasal 289
Barang siapa dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan memaksa seorang
untuk melakukan atau membiarkan
dilakukan perbuatan cabul, diancam
karena melakukan perbuatan yang
menyerang kehormatan kesusilaan,
dengan pidana penjara paling lama
sembilan tahun.

Pasal 290
Diancam dengan pidana penjara paling
lama tujuh tahun

Pasal 291
(1) Jika salah satu kejahatan berdasarkan
pasal 286, 287, 289, dan 290 mengakibatkan
luka-luka berat, dijatuhkan pidana penjara
paling lama dua belas tahun;
(2) Jika salah satu kejahatan berdasarkan
pasal 285, 2 86, 287, 289 dan 290
mengakibatkan kematisn dijatuhkan pidana
penjara paling lama lima belas tahun.

Pasal 292
Orang dewasa yang melakukan perbuatan
cabul dengan orang lain sesama kelamin,
yang diketahuinya atau sepatutnya harus
diduganya belum dewasa, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima
tahun

Pasal 293
(1) Barang siapa dengan memberi atau menjanjikan uang atau
barang, menyalahgunakan pembawa yang timbul dari
hubungan keadaan, atau dengan penyesatan sengaja
menggerakkan seorang belum dewasa dan baik tingkahlakunya
untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul
dengan dia, padahal tentang belum kedewasaannya, diketahui
atau selayaknya harus diduganya, diancam dengan pidana
penjara paling lama lima tahun.
(2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan orang yang
terhadap dirinya dilakukan kejahatan itu.
(3) Tenggang waktu tersebut dalam pasal 74 bagi pengaduan
ini adalah masing-masing sembilan bulan dan dua belas bulan.

Pasal 294
(1) Barang siapa melakukan perbuatan
cabul dengan anaknya, tirinya, anak
angkatnya, anak di bawah pengawannya
yang belum dewasa, atau dengan orang
yang belum dewasa yang pemeliharaanya,
pendidikan atau penjagaannya diannya
yang belum dewasa, diancam dengan
pidana penjara paling lama tujuh tahun.

Pemeriksaan pada Korban Kekerasan


Seksual

Pemeriksaan Head to Toe


Pemeriksaan Genito-anal

Head to Toe

Pemeriksa harus memerhatikan


keadaan umum dan mengecek tanda
vital pasien. Setelah itu inspeksi
kedua tangan apakah ada jejas atau
adanya tanda bekas ikatan pada
pergelangan tangannya.

Inspeksi lengan bawah untuk melihat


jejas karena upaya perlawanan
terhadap tersangka. Jejas bisa seperti
lebam, lecet dan sayatan. Pada pasien
yang berkulit gelap, lebam sulit dilihat
sehingga bengkak dan nyeri tekan
menjadi tanda yang khas pada lebam

Permukaan lengan atas dan aksilla perlu


diperhatikan adanya lebam. Korban yang
dikekang dengan tangan biasanya
meninggalkan bekas lebam akibat jari pelaku
menahan korban.
Cek apakah terdapat lebam, nyeri tekan atau
pendarahan pada hidung. Kemudian mulut
juga penting diperiksa untuk melihat adanya
tanda penetrasi pada palatum keras atau lunak
yang ditandai adanya petekia. Oral swab
dilakukan apabila terdapat indikasi.

Periksa bagian telinga depan maupun


belakang untuk melihat adanya shadow
bruising yang biasanya diakibatkan
tekanan ke kepala
Palpasi dengan lembut untuk mengecek
adanya nyeri tekan atau pembengkakan
yang menandakan hematoma. Rambut
yang rontok memungkinkan adanya tanda
penarikan rambut saat kekerasan seksual.

Lebam pada leher mengindikasikan


kekerasan seksual yang
membahayakan nyawa. Lebam yang
diakibatkan hisapan dari gigitan perlu
diperhatikan dengan teliti dan perlu di
swab untuk mengecek adanya air liur
sebelum menyentuh leher.

Dada dan batang tubuh perlu diperiksa


secara komprehensif. Khususnya pada
dada, kekerasan seksual lebih sering
menimbulkan tanda yang jelas dan
menghasilkan bukti berupa lebam akibat
gigitan atau trauma tumpul. Apabila
tidak bisa dilakukan pemeriksaan dada
harus disertai dengan alasan dan
didokumentasikan.

Pada pemeriksaan abdominal


perintahkan pasien untuk berbaring.
Kemudian periksa apakah terlihat
adanya lebam, luka lecet ataupun luka
terbuka. Palpasi juga perlu dilakukan
untuk mengetahui adanya trauma
internal ataupun kehamilan

Dengan posisi masih berbaring, periksa


bagian tungkai bawah. Khususnya pada
paha bagian dalam, kekerasan seksual
kadang memberikan tanda lebam
karena ujung jari ataupun tanda trauma
tumpul yang biasa diakibatkan oleh lutut
dari pelaku. Inspeksi pergelangan kaki
untuk mengetahui adanya jeratan atau
tidak.

Dengan posisi berdiri, periksa bagian


posterior dari tungkai bawah dan juga
bokong. Apabila pasien tidak bisa
berdiri, lakukan dengan posisi supinasi
dan angkat tungkai bawah lalu rotasikan
ke bagian dalam. Periksa apakah
terdapat bukti biologis seperti air mani,
air liur atau darah.

Genito-anal

Persiapan
informed consent dan posisi pasien dalam posisi

litotomi.

Area eksternal dari genital diinspeksi terlebih


dahulu dan dilakukan swab sebelum
menyentuh dan memasang spekulum.
Periksa labia mayor, labia minor, klitoris, selaput

dara, posterior forset dan perineum dari tanda


adanya luka atau nyeri tekan. Lakukan swab
apabila terdapat darah.

Pemeriksaan menggunakan spekulum


bertujuan untuk melihat dinding vagina
apakah terdapat jejas, luka lecet, luka
terbuka ataupun lebam.
Untuk pemeriksaan anal, posisi miring
lebih mudah daripada saat posisi
litotomi. Pemeriksaan colok dubur
dilakukan apabila suspek adanya benda
asing pada kanal anal.

Pemeriksaan pada Pelaku


Kejahatan Seksual

Pemeriksaan sel epitel vagina pada penis


Bahan pemeriksaan : cairan yang masih melekat di

sekitar coronary gland


Metoda : mengunakan kaca objek yang ditempelkan
di area sekitar coronary gland, kemudian objek glas itu
ditempelkan secara terbalik di atas cawan yang berisi
larutan lugol. Uap yodium akan mewarnai lapisan pada
objek kaca tersebut. Sitoplasma sel epitel vagina akan
berwarna coklat tua karena mengandung glikogen
Hasil yang diharapkan: sel epitel vagina berwarna
kecoklatan atau coklat kekuningan, bentuknya
heksagonal

Pemeriksaan kuman S. gonorheae


Bahan pemeriksaan : sekret urethra
Metoda
: sediaan langsung dengan

pewarnaan Gram
Hasil yang diharapkan : ditemukan kuman
S.gonorrheae

pemeriksaan pakaian untuk memeriksa


apakah terdapat darah atau semen.

Untuk semen tidak berarti apa-apa, tetapi untuk


darah dapat dipertimbangkan karena kemungkinan
dapat berasal dari darah deflorasi. Untuk hal ini maka
peting dilakukan tes golongan darah. pemeriksaan
fisik terutama dalam kasus korban melawan,
mungkin dapat ditemukan bekas kekerasan.

pemeriksaan fisik terutama dalam kasus


korban melawan, mungkin dapat ditemukan
bekas kekerasan

DAFTAR PUSTAKA

Sharma R.K.Concise Textbook of Forensic


Medicine & Toxicology 3rd Ed;2011.p.124
Abdul M.I, Agung L.T. Penerapan Ilmu
Kedokteran Forensik dalam Proses
Penyidikan. Jakarta; 2008
Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, et
al. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta:
Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 1997.
p.147-158.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Anda mungkin juga menyukai