BAB I
PENDAHULUAN
A.
menunjukkan
angka
10,96%.
Kemiskinan
yang
terjadi
Jenderal
Rehabilitasi
Sosial
Kementrian
Sosial
berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari orang lain.
Seharusnya pengemis adalah orang yang benar-benar dalam kesulitan dan
mendesak karena tidak ada bantuan dari lingkungan sekitar dan dia tidak
punya suatu keahlian yang memadai, bukan karena malas untuk mencari
mata pencaharian layak yang lain.
Sosok pengemis dengan berbagai macam atributnya telah melahirkan
sebuah persepsi kurang menyenangkan baik dari sisi sosial maupun
ekonomi. Pada perkembangannya, persoalan pengemis ternyata bukan
hanya disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi saja akan tetapi juga muncul
karena faktor-faktor yang lain (non-ekonomi) seperti tubuh seseorang yang
cacat, sakit-sakitan ataupun renta. Bahkan pekerjaan seperti ini menjadi
sebuah profesi tersendiri karena didorong oleh pendapatan yang besar
dengan tenaga yang relatif kecil (Arie, 2006).
Praktek mengemis merupakan masalah sosial, dimana mereka
dianggap telah menyimpang dari nilai dan norma-norma yang berlaku.
Mereka adalah orang sehat dengan kondisi tubuh yang tidak kurang apapun
(Bina Desa, 1987). Antropolog Parsudi Suparlan (1986) berpendapat bahwa
gelandangan dan pengemis sebagai suatu gejala sosial yang terwujud di
perkotaan dan telah menjadi suatu masalah sosial karena beberapa alasan.
Pertama, disatu pihak menyangkut kepentingan orang banyak (warga kota)
yang merasa wilayah tempat hidup dan kegiatan mereka sehari-hari telah
dikotori oleh pihak gelandangan, dan dianggap dapat menimbulkan
ketidaknyamanan harta benda. Kedua, menyangkut kepentingan pemerintah
Desa
Lokasi Mengemis
L
P
Jml.
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Jatisawit
Pasar
1
4
5
Kalierang
Pasar
9
5
14
Langkap
Pasar
1
1
Adisana
Pasar
1
1
Bumiayu
Pasar
6
6
Jumlah
12
15
27
Sumber : Seksi Kesos Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes
Dari data tersebut menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang bekerja
yang kondisinya sudah tua dengan ukuran yang relatif kecil dan pada bagian
lantai hanya berupa plester semen yang kondisinya sudah rusak dan tidak
terawat. Para pengemis tersebut merupakan wanita yang bekerja sebagai
buruh tani, buruh pemecah batu, dan buruh cuci. Pada saat mengemis
biasanya mereka berjalan berkelompok dan hanya dilakukan pada hari
Jum'at saat mereka tidak bekerja sebagai buruh harian lepas.
Hasil yang didapat dalam interview awal yang dilakukan oleh peneliti
pada hari Minggu tanggal 31 Mei 2015 di rumah salah seorang pengemis
bernama bu Tasriyah (50 tahun) yang bertempat tinggal di Desa Kalierang
Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes bahwa bu Tasriyah mempunyai
pekerjaan sebagai buruh tani yang bekerja pada seorang pemilik sawah yang
bernama pak Koyot. Bu Tasriyah menjadi buruh tani semenjak usia remaja
hingga saat ini, pada saat musim tanam, membersihkan gulma/hama, dan
musim panen setiap harinya bu Tasriyah berangkat ke sawah pada pukul
06.00 WIB dan selesai pukul 12.00 WIB. Bu Tasriyah mendapatkan upah
Rp. 20.000,- per hari. Tetapi ketika sedang musim paceklik (kemarau
panjang) bu Tasriyah memilih untuk bekerja sebagai buruh pemecah batu
pada pukul 08.00 s.d. 09.00 WIB karena letak rumahnya tidak jauh dari
sungai Erang. Setiap satu keranjang kecil batu yang dipecahnya hanya
dihargai Rp. 5.000,-.
Khusus pada setiap hari Jum'at, bu Tasriyah melakukan kegiatan
mengemis di sepanjang Jalan P. Diponegoro Kecamatan Bumiayu
Kabupaten Brebes dengan rute berangkat dari rumah sehabis selesai waktu
sholat subuh kemudian menuju belakang toko Remaja Mart yang terletak
Jalan P. Diponegoro Desa Dukuhturi, disana dia berkumpul dengan temantemannya yang akan melakukan kegiatan mengemis. Setelah jam 6 pagi
mulailah dia dan teman-temannya melakukan kegiatan mengemisnya yang
dimulai dari komplek perumahan warga di Desa Dukuhturi yang disana
terdapat banyak warga yang memiliki tingkat ekonemi menengah ke atas,
kemudian terus berjalan ke arah utara dengan tanjakan Talok lalu berbalik
arah ke selatan dengan meminta-minta di pertokoan sepanjang jalan sampai
Pasar Induk Bumiayu kemudian ke selatan lagi menyeberangi sungai Keruh
dengan berjalan di sebelah timur jalan raya meminta-minta lagi di pertokoan
sepanjang jalan P. Diponegoro Desa Kalierang sampai ke Pasar Jatiwasit
setelah itu pulang ke rumah sekitar pukul 2 siang. Tidak semua orang/toko
di komplek perumahan Desa Dukuhturi sepanjang Jalan P. Diponegoro
dimintai sedekah oleh bu Tasriyah, hanya pada orang/toko tertentu saja yang
memang sengaja menyediakan uang untuk bersedekah yang disiapkan untuk
diberikan kepada para pengemis. Dalam setiap kali mengemis, hasil yang
didapatkan bisa mencapai Rp 40.000,- s/d Rp. 50.000,-.
Bu Tasriyah sudah menekuni kegiatannya sebagai pengemis hari
Jum'at semenjak 20 tahun yang lalu setelah suaminya meninggal dunia.
Pada awal mulanya bu Tasriyah diajak oleh seorang pengemis wanita yang
berasal dari Kluwut-Brebes yang tidak dikenalnya pada saat bu Tasriah
sedang bekerja sebagai buruh tani di sawah. Saat itu Bu Tasriyah menolak
untuk diajak mengemis, tetapi dua minggu kemudian bertemu lagi dan dapat
meyakinkan bu Tasriyah untuk ikut mengemis. Dan akhirnya sampai saat ini
bu Tasriah melakukan kegiatan mengemisnya setiap hari jum'at secara rutin.
Bu Tasriyah mengemis dengan cara berjalan kaki bersama teman-temannya
secara berkelompok 5 sampai 7 orang.
Berdasarkan masalah tersebut diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
studi tentang faktor-faktor pembentuk perilaku mengemis (Studi kasus pada
buruh harian lepas wanita yang menjadi pengemis hari Jum'at di Desa
Kalierang Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes).
B.
Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah
Faktor-faktor Pembentuk Perilaku Mengemis? (Studi Kasus Pada Buruh
Harian Lepas Wanita Yang Menjadi Pengemis Hari Jum'at di Desa
Kalierang Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes)
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui
faktor-faktor pembentuk perilaku mengemis pada kasus buruh harian lepas
wanita yang menjadi pengemis hari Jum'at di Desa Kalierang Kecamatan
Bumiayu Kabupaten Brebes.
D.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat teoritis
Memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan
khususnya dibidang Psikologi Sosial terkait fenomena terbentuknya
Bagi Peneliti
Sebagai wahana untuk mengaplikasikan teori yang telah
diperoleh selama studi di perguruan tinggi mengenai pengetahuan
dibidang Ilmu psikologi sosial dengan kasus-kasus yang nyata
mengenai faktor-faktor terbentuknya sebuah perilaku tertentu pada
individu.
b.
c.
Bagi Masyarakat
Sebagai sarana menambah pengetahuan masyarakat mengenai
faktor-faktor yang membentuk perilaku mengemis, sehingga
masyarakt bisa lebih cerdas dan tanggap dalam membantu
Pemerintah memberantas masalah pengemis di Kabupaten Brebes
khususnya Kecamatan Bumiayu.