Anda di halaman 1dari 11

1

Dipublikasikan pada Forum Teknik Sipil, Vol. XVII/ 1 Januari 2007

KAJIAN DASAR SALURAN DENGAN VEGETASI TERHADAP


KARAKTERISTIK ALIRAN
Ellen Nurhadini 1), Bambang Yulistiyanto 2)
1)
2)

Alumni S1 Swadaya Jurusan Teknik Sipil FT UGM


Jurusan Teknik Sipil FT UGM, yulis@tsipil.ugm.ac.id
ABSTRACT

Some common features found in river corridor, these are stream channel,
floodplain, and transitional upland fringe. Vegetation is an important and highly
variable element in the stream corridor. This kind of roughness influences
hydraulics characteristic, such as channel capacity, flow depth and velocity. This
existence of vegetation as bed roughness, require to be analyzed to study its
influence to flow characteristics.
Researches were conducted in laboratory by using a tilting channel with 10 m
long and 60 cm wide. The grass was glued on the surface of the rigid channel
bottom. Flows were produced using a constant water supply, with discharge from
4,5 lt/s up to 65,7 lt/s. Research was done with various formations of grass and
discharge. Flow depths and velocities were measured for each running.
Result of experiments indicate that by using grass as channel roughness, will
increase flow depth and decrease flow velocity until 5 % and 6%, respectively,
compared to channel bottom without grass. Existence of grass will increase stream
resistance, shown by Darcy Weisbach roughness coefficients and values of
equivalent roughness.

KEYWORD: vegetation, laboratory, roughness


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam perhitungan debit untuk saluran alamiah maupun buatan, penentuan
koefisien kekasaran atau koefisien hambatan sering menggunakan nilai
pendekatan berdasarkan jenis material permukaan saluran. Kekasaran permukaan
ditandai dengan ukuran dan bentuk butiran bahan yang membentuk luas basah dan
menimbulkan efek hambatan terhadap aliran.
Pada sungai alamiah, permukaan dasar bantaran banjir seringkali berupa
tanaman baik yang tumbuh liar maupun tanaman yang ditanam penduduk sekitar.

Dari tinjauan hidraulika pengaruh tanaman tersebut terhadap perilaku hidraulik


aliran akan memperkecil kapasitas saluran dan menghambat aliran (Chow, 1997).
Efeknya terutama tergantung pada tinggi, kerapatan, distribusi dan jenis
tumbuhan. Dengan adanya struktur vegetasi dasar berupa tumbuhan tersebut,
perlu adanya suatu penelitian untuk menganalisa seberapa besar pengaruh adanya
kekasaran/hambatan terhadap karakterisitik aliran di suatu saluran terbuka.
Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya hambatan dasar,
kecepatan dan kedalaman aliran,

yang ditimbulkan dengan adanya hambatan

dasar berupa vegetasi rumput.

Landasan Teori
Kekasaran dasar saluran akan sangat berpengaruh pada karakteristik aliran.
Untuk menghitung kekasaran permukaan dasar flume, digunakan persamaan
Manning sebagai berikut (Triatmodjo, 1996) :
1 2 / 3 1/ 2
R Sf
V

(1)

dengan :
V : kecepatan rata-rata (m/dtk)
n

: koefisien kekasaran Manning

R : jari-jari hidraulis
Sf : kemiringan energi.
Disamping itu debit pada saluran/ sungai yang masih alamiah dapat juga
dianalisa dengan menggunakan formulasi Darcy-Weisbach, di mana pada formula
tersebut sudah memasukkan variabel kekasaran yang jelas dan variabel distribusi
kecepatan air pada tampang saluran. Persamaan Darcy-Weisbach adalah sebagai
berikut ini (Raju, 1996).

8 gRS f

dengan

= koefisien kekasaran dari Darcy Weisbach (-)

(2)

Dengan menggunakan persamaan (2), Keugelan dalam Maryono (2003)


mengkaji kekasaran dasar equivalen, ks, dengan formulasi sebagai berikut.

R
2,03. log 12,26.
ks

(3)

dengan ks = kekasaran equivalen (m).

PENELITIAN
Metodologi
Penelitian dilakukan dengan melakukan pengujian aliran di Laboratorium
Hidrologi dan Hidraulika PAU Ilmu Teknik. Bahan yang digunakan dalam
penelitian sebagai vegetasi dasar saluran adalah rumput sintetis dengan tinggi 3
cm, seperti diberikan pada Gambar 1 berikut ini.

3 cm

0.8 cm

Gambar 1 Rumput plastik yang digunakan dalam penelitian

Model pengujian dilaksanakan dengan 5 variasi kekasaran dasar, yang terdiri dari
running model tanpa menggunakan rumput, dan 4 running model dengan variasi
kerapatan rumput.

Running model untuk 5 macam variasi kekasaran dasar

tersebut dilakukan pada kondisi aliran dengan 6 variasi debit. Variasi kerapatan
rumput ditunjukkan oleh gambar berikut :

Kolom ke-/
baris ke-

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

1
2
3

Gambar 2.a Susunan kerapatan rumput Variasi 1


Kolom ke-/
baris ke-

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

20

21

22

23

24

25

20

21

22

23

24

25

1
2
3

Gambar 2.b Susunan kerapatan rumput Variasi 2


Kolom ke-/
baris ke1

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

2
3

Gambar 2.c Susunan kerapatan rumput Variasi 3


Kolom ke-/
baris ke1

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

2
3

Gambar 2.d Susunan kerapatan rumput Variasi 4


Running model dilakukan pada saluran dengan panjang 10 m, lebar 0,6 m,
dan kemiringan dasar saluran yang bisa divariasi. Aliran air divariasi dengan debit
antara 4,5 65,7 lt/dt. Pengukuran kedalaman aliran dilakukan dengan
menggunakan point gauge, sedangkan kecepatan aliran diukur secara volumetrik
pada masing-masing variasi running.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Debit aliran diukur dengan cara volumetrik, dengan menampung volume
air yang lewat saluran pada durasi waktu tertentu. Kedalaman aliran untuk
berbagai variasi susunan rumput diukur dengan point gauge. Dari hasil
pengukuran debit dan pencatatan kedalaman aliran, kemudian dihitung kecepatan
aliran rerata. Hasil pengukuran debit, kedalaman aliran dan hitungan kecepatan
rerata aliran pada berbagai variasi debit dan variasi kerapatan rumput diberikan
pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Hasil Pengukuran


Q (lt/dt)

4.5

7.9

9.0

21.7

43.9

65.7

Kerapatan
Rumput
Variasi 1
Variasi 2
Variasi 3
Variasi 4
tanpa rumput
Variasi 1
Variasi 2
Variasi 3
Variasi 4
tanpa rumput
Variasi 1
Variasi 2
Variasi 3
Variasi 4
tanpa rumput
Variasi 1
Variasi 3
Variasi 4
Variasi 1
Variasi 3
Variasi 4
Variasi 1
Variasi 2
Variasi 3
Variasi 4

h (mm)

V (m/dt)

66
66
66
65
65
80
78
78
78
76
86
86
86
85
82
126
126
124
193
188
189
241
241
240
240

0,1117
0,1133
0,1138
0,1150
0,1155
0,1651
0,1676
0,1702
0,1713
0,1741
0,1694
0,1771
0,1784
0,1800
0,1803
0,3180
0,2816
0,2634
0,4041
0,3712
0,3778
0,4272
0,4482
0,4663
0,4779

Pengukuran kedalaman aliran juga dilakukan pada kondisi dasar saluran tanpa
dipasang rumput. Akan tetapi pengukuran ini hanya dilakukan pada debit dibawah
10 lt/dt.
Pengaruh Rumput Terhadap Kecepatan dan Kedalaman
a. Pengaruh rumput terhadap kedalaman
Hasil pengukuran kedalaman aliran untuk berbagai variasi debit dan variasi
kerapatan rumput diperlihatkan pada Tabel 1, dan sebagian ditampilkan pada
Gambar 3 sebagai berikut ini. Pada gambar tersebut kedalaman aliran diberikan
dalam bentuk non dimensional, relatif terhadap kondisi aliran dengan dasar tanpa
rumput.

1.06

h/ho

1.04
1.02
1
Q = 4,5 lt/dt; ho=65 mm
0.98

Q = 7,9 lt/dt; ho=76 mm


Q = 9,0 lt/dt; ho=82 mm

0.96
Tanpa rumput

Variasi 4

Variasi 3

Variasi 2

Variasi 1

Kerapatan Rumput

Gambar 3 Pengaruh kerapatan rumput terhadap kedalaman aliran

Pada Gambar 3 diperlihatkan pengaruh kerapatan rumput terhadap


kedalaman aliran untuk berbagai nilai debit. Pada saluran dengan susunan rumput
yang semakin rapat akan menaikkan kedalaman aliran. Hal ini disebabkan pada
rumput yang semakin rapat, hambatan aliran oleh kekasaran dasar/rumput akan
semakin besar, sehingga kedalaman aliran akan lebih besar. Jika dibandingkan
dengan kondisi aliran tanpa susunan rumput, susunan rumput yang paling rapat,
dalam penelitian ini akan menaikkan kedalaman aliran sebesar 5 %.

b. Pengaruh Rumput terhadap kecepatan Aliran


Pada Tabel 1 juga diperlihatkan hasil pengukuran kecepatan aliran untuk
berbagai variasi debit dan variasi kekasaran dasar ( kerapatan rumput). Hasil
tersebut digambarkan pada Gambar 4, yang memperlihatkan menurunnya
kecepatan aliran pada susunan rumput yang semakin rapat. Penurunan kecepatan
aliran pada dasar saluran dengan susunan rumput, pada penelitian ini mencapai
sekitar 6 % terhadap kecepatan aliran dengan dasar tanpa rumput. Anomali hasil
diperlihatkan pada Q4 dan Q5 dimana diperoleh hasil pengukuran kecepatan yang
semakin mengecil untuk kerapatan rumput

berkurang. Hal ini kemungkinan

disebabkan oleh tingkat ketelitian pengukuran kedalaman aliran yang sangat


dipengaruhi oleh fluktuasi elevasi muka air.

Hubungan variasi kerapatan dengan kecepatan berbagai debit


0.50

0.45

0.40
Q1

kecepatan (m/dtk)

0.35
Q2

0.30

Q3
Q4

0.25

Q5

0.20
Q6

0.15

0.10

0.05
variasi 1

variasi 2

variasi 3

variasi 4

tanpa rumput

variasi kerapatan

Gambar 4 Pengaruh kerapatan rumput terhadap kecepatan aliran

Dasar saluran dengan bahan dari rumput akan memberikan hambatan aliran yang
semakin besar, yang berakibat pada menurunnya kecepatan aliran dan naiknya
kedalaman aliran. Hal ini akan berpengaruh pada menurunnya debit puncak di
daerah hilir, yang diharapkan akan mengurangi tingginya aliran banjir di daerah
hilir.

Kekasaran Permukaan
a. Koefisien kekasaran Manning
Dengan menggunakan persamaan 1, dan menggunakan data hasil pengukuran
kedalaman dan kecepatan aliran, dapat dihitung nilai

koefisien kekasaran

Manning, seperti diperlihatkan pada Gambar 5.


1.15
Q=4,5lt/dt; n(tr)=0,0275
Q=7,9lt/dt; n(tr)=0,01987

n/n(tr)

1.1

Q=9,0lt/dt; n(tr)=0,01988

1.05

0.95
tanpa rumput

Kerapatan rumput

Gambar 5 Nilai n pada berbagai variasi debit dan kerapatan rumput

Pada Gambar 5 diperlihatkan pengaruh kerapatan rumput terhadap nilai


kekasaran Manning, yang ditampilkan relatif terhadap nilai n pada kondisi dasar
saluran tanpa rumput, n(tr), dimana nilai n/n(tr) cenderung meningkat dengan
susunan rumput yang semakin rapat. Kondisi ini menunjukkan adanya vegetasi di
dasar saluran akan memperbesar hambatan aliran sehingga memperkecil
kecepatan aliran yang terjadi.

b. Koefisien Kekasaran Darcy Weisbach dan Kekasaran Equivalen (ks)


Analisis kekasaran equivalen (ks) dilakukan dengan menggunakan
persamaan (1) untuk mendapatkan nilai koefisien kekasaran Darcy Weisbach ( ).
Penelitian dilakukan pada kondisi aliran seragam, sehingga kemiringan energi
dapat didekati dengan kemiringan dasar saluran (Sf=So=0.0005). Hasil analisa
koefisien kekasaran dasar untuk berbagai variasi aliran diberikan pada Gambar 6.
Pada gambar tersebut nilai kekasaran Darcy Weisbach, , ditampilkan relatif
terhadap pada kondisi dasar saluran tanpa rumput, (tr). Diperlihatkan pada
gambar tersebut, dengan susunan rumput yang semakin rapat akan menaikkan
nilai kekasaran dasar.
1.20
1.15

/(tr)

1.10
1.05
1.00

Q=4,5 lt/dt
Q=7,9 lt/dt

0.95

Q=9 lt/dt

0.90
tanpa rumput

variasi 4

variasi 3

variasi 2

variasi 1

Kerapatan Rumput

Gambar 6 Pengaruh rumput terhadap kekasaran dasar Darcy Weisbach,


Dengan menggunakan nilai pada Gambar tersebut, dihitung kekasaran
equivalen, ks, dengan menggunakan Persamaan 3. Hasil analisa nilai kekasaran

equivalen ditampilkan pada Gambar 7. Pada gambar tersebut juga diperlihatkan


membesarnya nilai ks pada susunan rumput yang semakin rapat.
1.6
Q=4,5 lt/dt; ks(tr)=0,0375
Q=7,9 lt/dt; ks(tr)=0,013

ks/ks(tr)

1.4

Q=9 lt/dt; ks(tr)=0,0135

1.2

1.0

0.8
tanpa rumput

variasi 4

variasi 3

variasi 2

variasi 1

Kerapatan Rumput

Gambar 7 Pengaruh rumput terhadap kekasaran equivalen, ks


Dari Gambar 6 dan Gambar 7, diperlihatkan dengan adanya rumput juga akan
memperbesar hambatan aliran, yang ditunjukkan dengan naiknya nilai koefisien
kekasaran Darcy Weisbach dan kekasaran dasar equivalen, ks.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
1.

Pada saluran dengan susunan rumput yang semakin rapat akan menaikkan
kedalaman aliran. Jika dibandingkan dengan kondisi aliran tanpa susunan
rumput, susunan rumput yang paling rapat, dalam penelitian ini akan
menaikkan kedalaman aliran sebesar 5 %.

2.

Penurunan kecepatan aliran pada dasar saluran dengan susunan rumput, pada
penelitian ini mencapai sekitar 6 % terhadap kecepatan aliran dengan dasar
tanpa rumput.

3.

Adanya rumput pada dasar saluran mempengaruhi nilai koefisien manning.


Nilai n pada saluran dengan rumput menjadi lebih besar di banding saluran
tanpa rumput.

10

4.

Adanya rumput juga akan memperbesar hambatan aliran, yang ditunjukkan


dengan naiknya nilai koefisien kekasaran Darcy Weisbach dan kekasaran
dasar equivalen.

Saran yang dapat diberikan dengan melihat hasil penelitian ini adalah :
1.

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan bahan rumput


hidup, yang diharapkan mencerminkan kondisi vegetasi di lapangan.

2.

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut lagi mengenai pengaruh adanya


rumput terhadap aliran dengan variasi ketinggian rumput yang berbeda

DAFTAR PUSTAKA
Chow, V.T, 1997, Hidrolika Saluran Terbuka; Penerbit Erlangga; Jakarta; 1997
French, R.H, 1986, Open-Channel Hydraulics; McGraw-Hill Company;
Singapore
Maryono, A., 2002, Eko-Hidraulik Pembangunan Sungai;

Magister Sistem

Teknik Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta


Raju, R., 1996, Aliran Melalui Saluran Terbuka; Penerbit Erlangga; Jakarta
Triatmojo, B., Hidraulika II, 1996, Beta Offset; Yogyakarta

11

Anda mungkin juga menyukai